Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kognisia, Volume 1 Nomor 2, Oktober 2018

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMUNIKASI


ANTARBUDAYA PADA PASANGAN YANG MENIKAH BERBEDA SUKU
BANGSA
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF DISCLOSURE AND INTERCULTURAL
COMMUNICATION IN INTERCULTURAL MARRIEGE COUPLE

Tria Rizki1, Neka Erlyani 2 dan Marina Dwi Mayangsari 3


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran,Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A.
Yani Km. 36,00, Banjarbaru, 70714, Indonesia
E-mail: triarizki208@@gmail.com
No. Handphone : 081258907997

ABSTRAK

Pernikahan merupakan penyatuan dua pribadi yang unik, dengan membawa pribadi masing-masing dengan latar
belakang budaya serta pengalamannya yang berbeda. Pernikahan dengan latar belakang budaya yang berbeda
membuat pasangan tersebut melakukan sebuah proses komunikasi antarbudaya. Salah satu faktorlpenting dalam
komunikasi antarbudaya seseorang adalah keterbukaan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
keterbukaan diri dengan komunikasi antarbudaya pada pasangan yang menikah berbeda suku bangsa. Subjek dalam
penelitian ini sebanyak 56 orang pasangan menikah dengan karakteristik latar belakang suku yang berbeda dan
berumur di bawah 55 tahun di Banjarmasin yang ditentukan dengan menggunakan teknikipurposivelsampling.
Metode pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa skala keterbukaan diriidan komunikasi
antarbudaya. Metode analisisidata menggunakan uji korelasi product moment dari Karl Pearson. Berdasarkan hasil
uji korelasi didapatkan nilai r = 0,451 dengan taraffsignifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05), artinya terdapat
hubungan positiffantara keterbukaan diri dengan komunikasi antarbudaya pada pasangan yang menikah berbeda suku
bangsa. Hubungan antara keterbukaan diri dengan komunikasi antarbudaya adalah sebesar 20,3%, sedangkan 79,7%
sisanya adalah dari faktor-faktorjlainnya yangitidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil analisa tersebut membuktikan
bahwa hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara keterbukaan diri dengan komunikasi antarbudaya
pada pasangan yang menikah berbeda suku bangsa dapat diterima.

Kata kunci: keterbukaan diri, komunikasi antarbudaya, pasangan berbeda suku

ABSTRACT

Marriage is a bond that makes two different people into one; they carried different culture and experiences.
Intercultural marriage did intercultural communication whenever they talked to each other. Key for the good
intercultural communication is self disclosure. This study was aimed to find out the relationship between self disclosure
and intercultural communication in intercultural marriage couple. The subjects in this research were 56 married
couple with some characteristics such as intercultural marriage and under 55 years old. The subjects were selectedbby
purposive sampling technique. Method offdata collection was using research instrument such as self disclosure scale
and intercultural communication scale. Method of data analysis was using the product moment correlation test from
Karl Pearson. Based on the result oflthe product moment correlation test, the value of r is 0,460 and the significance
level is 0,000 (p < 0,05), it means there is positive relationship between self disclosure and intercultural
communication in intercultural marriage couple. The relationship between self disclosure and
interculturallcommunication was 20,3%, while the remaining 79,7% were from other factors which was not examined
in this research. The result of the analysis proved that the hypothesis that stating there is relationship between self
disclosure and intercultural communication in intercultural marriage couple is accepted.

Keywords: self disclosure, intercultural communication, intercultural marriage

65
66 Jurnal Kognisia, Volume 1 Nomor 2, Oktober 2018

Pada dasarnya manusia tidak dapat berdiri timbulnya sikap yang saling memahami, menghargai,
sendiri, oleh sebab itu manusia dikategorikan sebagai dan saling mengembangkan kualitas.
makhluk sosial yang perlu mengadakan interaksi Jourard (dalam DeVito, 2015)
dengan manusia lainnya. Interaksi manusia dengan mengartikan keterbukaan diri sebagai tindakan
manusia lainnya dapat menimbulkan rasa ketertarikan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat
antara satu sama lain. Ketertarikan tersebut muncul pribadi pada orang lain secara sukarela dan disengaja
apabila terjalin suatu kedekatan antara pribadi, baik untuk maksud memberi informasi yang akurat
antara pria dan wanita ataupun sebaliknya. Hal ini tentang dirinya, sehingga akan tercapai hubungan yang
menyebabkan munculnya istilah menyukai dan mendalam dengan orang lain. Biasanya informasi yang
mencintai sebagai akibat adanya ketertarikan antar diungkapkan merupakan percakapan khusus dimana
pribadi. Perasaan menyukai dan mencintai tersebut akan kita berbagi informasi dan perasaan pribadi. Menurut
membawa individu ke dalam suatu hubungan seperti DeVito (2015) keterbukaan diri memiliki lima
pernikahan (Nurhajati & Sepang, 2013). Pernikahan karakteristik yaitu informasi diri yang pada umumnya
merupakan penyatuan dua pribadi yang unik, dengan tersimpan, informasi diri yang belum diketahui orang
membawa pribadi masing-masing dengan latar lain, informasi tentang diri sendiri, bersifat informasi
belakang budaya serta pengalamannya. secara khusus, dan melibatkan paling tidak dua orang
Perbedaan suku bangsa dan bahasa tersebut akan (komunikan dan komunikator).
berpengaruh terhadap pola komunikasi yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Komunikasi yang dilakukan dengan orang yang hubungan keterbukaan diri dengan komunikasi
memiliki latar belakang bangsa dan budaya yang antarbudaya pada pasangan yang menikah berbeda suku
berbeda dikenal dengan istilah komunikasi antarbudaya. bangsa. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat
Komunikasi antarbudaya pada dasarnya adalah hubungan antara keterbukaan diri dengan komunikasi
komunikasi biasa, hanya yang membedakannya adalah antarbudaya pada pasangan yang menikah berbeda suku
latar belakang budaya yang berbeda dari orang-orang bangsa.
yang melakukan proses komunikasi tersebut. Aspek-
aspek budaya dalam komunikasi seperti bahasa, isyarat
non verbal, sikap, kepercayaan, watak, nilai, dan
Metode Penelitian
orientasi pikiran akan lebih banyak ditemukan sebagai
Rancangan penelitian ini menggunakan
perbedaan besar yang sering kali menyebabkan
metode penelitian kuantitatifsdengan rancangan
kesulitan dalam komunikasi (Liliweri, 2013).
penelitian korelasi. Rancangan penelitian korelasi
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan
merupakan penjelasan ada tidaknyahubungan di antara
Anwar & Cangara (2016), pada tahun 2013 terdapat 200
satu variabel independen dengan satu dependen
hingga 350 kasus perceraian yang terus mengalami
(Sugiyono, 2009).
peningkatan setiap tahunnya diakibatkan oleh
Populasi dalam penelitian ini adalahJseluruh
kecemburuan, masalah ekonomi, masalah sosial
pasangan yang sudah menikah di Banjarmasin. Sampel
budaya dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
pada penelitian ini adalah 56 orang pasangan menikah
Menurut Anwar dkk (2016) memahami
dengan karakteristik latar belakang suku yang berbeda
budaya khususnya dalamikonteks hubungan
dan berumur di bawah 55 tahun di Banjarmasin yang
antar pribadi yang berbeda tentu bukanlah hal yang
diambil menggunakan teknik purposiveJsampling.
mudah, karena itu pasangan suami istri dituntut untuk
Teknik purposive sampling adalah metode pengambilan
mau mengerti realitas budaya masing-masing dan
sampel yang dipilih dengan pertimbangan ciri-ciri
paham akan adanya keberagaman, hal ini
spesifik atau karakteristik tertentu (Sugiyono, 2009).
sebagaimana salah satu fungsi komunikasi antarbudaya
Metode dalam pengumpulan data menggunakan
dalam konteks hubungan interpersonal.
instrument penelitian berupa skala yang meliputi skala
Menurut Chamdan (2008) terdapat empat aspek
keterbukaan diri dan komunikasi antarbudaya yang
untuk membuat komunikasi antarbudaya menjadi
disusun dari karakteristik keterbukaan diri dan aspek-
efektif, yaitu kemampuan seseorang untuk
aspek komunikasi antarbudaya. Skala keterbukaan diri
menyampaikan semua maksud atau isi hati secara
dibuat berdasarkan lima karakteristik yang dikemukakan
professional, kemampuan seseorang untuk berinteraksi oleh DeVito (2015) yaitu: (1) Informasi diri yang pada
secara baik, kemampuan seseorang untuk umumnya tersimpan, (2) Informasi diri yang belum
menyesuaikan kebudayaan pribadinya dengan diketahui orang lain, (3) Informasi tentang diri sendiri,
kebudayaan yang sedang dihadapinya dan kemampuan (4) Bersifat informasi secara khusus, dan (5) Melibatkan
seseorang untuk memberikan fasilitas atau jaminan paling tidak dua orang. Sedangkan skala komunikasi
bahwa dia bisa menyesuaikan diri. Selain itu, menurut antarbudaya dibuat berdasarkan empat aspek yang
Tri (2016) setiap orang juga perlu memiliki sikap dikemukakan oleh Chamdan (2008) yaitu: (1)
terbuka (keterbukaan diri), sikap percaya, danJsikap Kemampuan seseorang untuk menyampaikan semua
mendukung kepada pasangannya yang mendorong maksud atau isi hati secara professional, (2)
Rizki, Erlyani, & Mayangsari, Hubungan Keterbukaan Diri dengan Komunikasi
Antarbudaya pada Pasangan yang Menikah Berbeda Suku Bangsa 67

Kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara baik,


(3) Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan Berdasarkan kategori pada tabel 12, maka
kebudayaan pribadinya dengan kebudayaan yang sedang didapatkan tidak ada subjek yang memiliki keterbukaan
dihadapinya, dan (4) Kemampuan seseorang untuk diri pada kategori rendah, 20 subjek (35,71%) memiliki
memberikan fasilitas atau jaminan bahwa diaJbisa keterbukaan diri pada kategori sedang dan 36 subjek
menyesuaikan diri. (64,29%) memiliki keterbukaan diri pada kategori
Teknik analisis data yang digunakanJdalam tinggi.
penelitian ini adalah menggunakan uji korelasi Pearson Selanjutnya, pada variable komunikasi
yang bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antarbudaya didapatkan hasil tidak ada subjek yang
antara variabel keterbukaan diri dengan komunikasi memiliki komunikasi antarbudaya pada kategori rendah,
antarbudaya dengan meggunakan bantuan program 13 subjek (23,21%) memiliki komunikasi antarbudaya
SPSS. pada kategori sedang dan 43 subjek (76,79%) memiliki
keterbukaan diri pada kategori tinggi.
Hasil dan Pembahasan Berikut hasil uji normalitas pada variable
keterbukaan diri dan komunikasi antarbudaya:
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Juli
sampai dengan 21 Juli 2018 dengan menyebar skala Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
penelitian kepada sampel penelitian yang berjumlah 56
orang. Proses pengambilanJdataJpenelitian dilakukan Kolmogorov-Smirnova
langsung oleh peneliti. Variabel Statis df Sig.
Cara penskoringan skala penelitian dilakukan tik
dengan menentukan nilai tertinggi pada masing-masing Keterbukaan Diri 0,093 56 0,200
aitem favorable dan unfavorable. Nilai tertinggi pada Komunikasi 0,109 56 0,092
aitem favorable adalah nilai 4 untuk respon Antarbudaya
jawaban sangat setuju, sedangkan untuk nilai tertinggi
pada aitem unfavorable adalah nilai 4 untuk respon Pada tabel dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
jawaban sangat tidak setuju. untuk skor keterbukaan diri adalah 0,200 dan nilai
Kategori data variable keterbukaan diri dapat signifikansi untuk skor komunikasi antarbudaya adalah
dilihat pad tabel di bawah ini: sebesar 0,092. Berdasarkan nilai signifikans ini, maka
signifikansi seluruh variabel lebih besar dari 0,05,
Tabel 1. Kategorisasi Data Variabel Keterbukaan sehingga dapat disimpulkan bahwa populasiJdata
Diri dan Komunikasi Antarbudaya keterbukaan diri dan komunikasi antarbudaya
berdistribusi normal.
Berikut hasil uji linieritas pada variable
Rentan Katego Frekuen Persenta keterbukaan diri dan komunikasi antarbudaya:
Variabel
g Nilai ri si se
Tabel 3. Hasil Uji Linieritas
Rendah
X < 72 0 0%
Taraf
Variabel F
72 ≤ X Sedang Signifikansi
Keterbuka 20 35,71%
< 108 Keterbukaan Diri
an Diri 18,722 0,000
Komunikasi Antarbudaya
108 ≤ Tinggi
36 64,29%
X Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh bahwa
variabel antara keterbukaan diri dan komunikasi
antarbudaya menunjukkan adanya hubungan yang
Variabel Rentan Katego Frekuen Persenta linear dengan nilai F = 18,722 dan p = 0,000
g Nilai ri si se (p < 0,005). Analisis tersebut menunjukkan bahwa
Rendah terdapat hubungan yang linear antara variabel
X < 94 - 0% keterbukaan diri dan komunikasi antarbudaya.
Komunika Berikut hasil uji korelasi pada variable
94 ≤ X Sedang keterbukaan diri dan komunikasi antarbudaya:
si 13 23,21 %
< 141
Antarbuda
ya
141 ≤ Tinggi
43 76,79%
X
68 Jurnal Kognisia, Volume 1 Nomor 2, Oktober 2018

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Berdasarkan uji korelasi didapatkan hasil yang
Hasil menunjukkan signifikansi hubungan korelasi
Variabel Analisis Sig. keterbukaan diri dengan komunikasi antarbudaya pada
Korelasi (r) pasangan yang menikah berbeda suku bangsa termasuk
dalam kategori sedang. Sumbangan efektif keterbukaan
Keterbukaan Diri diri dengan komunikasi antarbudaya yang didapatkan
0,451 0,000 dalam penelitian ini sebesar 20,3% sedangkan 79,7%
Komunikasi sumbangan lainnya yang dipengaruhi oleh faktor
Antarbudaya lainnya. Oleh karena itu, keterbukaan diri bukan
Hasil analisis data pada tabel 4 di atas merupakan satu-satunya faktor yang memiliki
menunjukkan bahwa hubungan keterbukaan diri dengan hubungan dengan komunikasi antarbudaya.
komunikasi antarbudaya memiliki korelasi r= 0,451 dari Adapun saran bagi subjek penelitian yaitu
taraf signifikan antara kedua variabel. Hal ini pasangan menikah berbeda suku bangsa diharapkan
menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa mampu mempertahankan dan meningkatkan komunikasi
adanya hubungan antara keterbukaan diri dengan antarbudaya yang dilakukan kepada pasangan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
komunikasi antarbudaya pada pasangan yang menikah
komunikasi antarbudaya adalah dengan meningkatkan
berbeda suku bangsa dapat diterima.
keterbukaan diri dengan pasangan, baik dalam
Berdasarkan nilai r tersebut dapat diperoleh
mengungkapkan informasi pribadi maupun bertukar
nilai r2 (0,451) = 0,203. Oleh karena itu dapat diketahui
pikiran saat terjadi perselisihan dengan pasangan.
bahwa sumbangan efektif keterbukaan diri dengan
Bagi masyarakat yaitu dapat meminimalisir dan
komunikasi antarbudaya sebesar 20,3% sedangkan
mengatasi masalah-masalah di dalam proses komunikasi
79,7% sumbangan lainnya yang dipengaruhi oleh faktor
antarbudaya, baik yang terjadi pada pasangan ataupun
lainnya. Oleh karena itu, keterbukaan diri bukan
saat berinteraksi dengan orang lain yang memiliki latar
merupakan satu-satunya faktor yang memiliki hubungan
belakang budaya berbeda agar tidak teerjadi
dengan komunikasi antarbudaya.
kesalahpahaman pada saat proses komunikasi
Faktor-faktor lain yang memiliki hubungan
antarbudaya.
dengan komunikasi antarbudaya adalah faktor personal
Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengangkat
dan faktor hubungan antarpribadi (Liliweri, 2013).
tema serupa diharapkan dapat meneliti faktor lain yang
Faktor personal terbagi menjadi dua yaitu (1) Faktor
tidak diukur dalam penelitianiini seperti faktor personal
personal sebagai identitas diri, meliputi identitas
dan psikologis yang meliputi identitas budaya, identitas
merujuk pada asal usul dan memahami identitas
sosial, persepsi, memori dan motivasi. Selain itu,
budaya keseharian (identitas budaya, identitas sosial dan
peneliti selanjutnya juga dapat meningkatkan jumlah
identitas pribadi). (2) Faktor psikologis seperti persepsi,
subjek penelitian dan mengontrol situasi saat pengisian
memori, dan motivasi. Faktor-faktor psikologis itu
instrumen penelitian karena dapat berpengaruh terhadap
bisa muncul dari dalam diri atau ditampilkan sebagai
jawaban subjek.
respons terhadap stimulus yang datang dari luar diri.
Sedangkan faktor hubungan antarpribadu meliputi sifat
DAFTAR PUSTAKA
antarbudaya yang berpengaruh terhadap interaksi,
masalah kredibilitas, derajat kesamaan komunikator,
Anwar, R. & Cangara, H. (2016). Rintangan
kemampuan menyampaikan pesan verbal antarpribadi,
komunikasi antar budaya dalam perkawinan dan
dan kemampuan menyampaikan pesan non verbal
perceraian etnis Jawa dengan Papua di kota
antarpribadi.
Jayapura (suatu strategi manajemen
konflik dalam hubungan interpersonal pasangan
SIMPULAN
suami istri). Jurnal Komunikasi KAREBA 5(2).
Retrieved from
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan
http://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article
yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik
/view/1906
kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara
keterbukaan diri dengan komunikasi antarbudaya pada
Chamdan, M. (2008). Modul Aspek & Strategy
pasangan menikah berbeda suku bangsa. Hubungan
Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Pusat Bahan
positifiyang didapatkan menunjukkan bahwa semakin
Ajar dan eLearning Universitas Mercu Buana.
tinggi keterbukaan diri maka semakin tinggi pula
komunikasi antarbudaya yang dimiliki pasangan
DeVito, J. A. (2015). Human Communication: The
menikah berbeda suku bangsa, sebaliknya semakin
Basic Course 13th Edition. New York: Pearson
tinggi komunikasi antarbudaya maka semakin tinggi
Education.
keterbukaan diri yang dimiliki pasangan menikah
berbeda suku bangsa.
Rizki, Erlyani, & Mayangsari, Hubungan Keterbukaan Diri dengan Komunikasi
Antarbudaya pada Pasangan yang Menikah Berbeda Suku Bangsa 69

Liliweri, A. (2013). Dasar-Dasar Komunikasi


Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurhajati, L. & Sepang, N. R. (2013). Self disclosure


dan peningkatan kualitas komunikasi di antara
lansia (pengabdian masyarakat & studi
komunikasi pribadi di panti sosial tresna werdha
budi mulya 4). Jurnal AL-AZHAR INDONESIA
SERI PRANATA SOSIAL 2(2), 133. Retrieved
from
http://jurnal.uai.ac.id/index.php/SPS/article/view/
154

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif


KualitatifADan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tri, A., Djati, P. A., Effendi, C. S., Setiawan, D.,


Manalu, F., & Devega, G. A. (2016). Hubungan
antara self-disclosure dengan komunikasi
interpersonal mahasiswa yang menggunakan
media sosial “Line”. Prosiding Konferensi
Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia 1(1),
79-84. Retrieved from
http ://proceedings. psikologi .uhamka. ac.id/inde
x.php /prosiding/article/ view/40

Anda mungkin juga menyukai