Laporan Pendahuluan Post Partum

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Maternitas

Dosen pembimbing :

Inggrid Dirgahayu, S.Kp., M.KM

Disusun oleh :

SHANTI ARIANI

211FK04024

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021
I. Konsep Post Partum
A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pemulihan kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai
kembali keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum
berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019).
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu
kali. Multipara (pleuripara) adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup
beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari
lima kali (Manuaba, 2012).

B. Tahap-tahapan post partum


Masa post partum dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut (Wahyuningsih,
2019) :
1. Immediate Post Partum (setelah plasenta lahir 24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang
sering terjadi misalnya atonia uteri oleh karena itu perlu melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah ibu dan
suhu
2. Early Post Partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Late Post Partum ( 1 minggu – 6 minggu)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
C. Perubahan Fisiologis Post partum
Pada perubahan fisiologis masa nifas ini, terdiri atas beberapa sistem menurut
(Bobak, 2005) & (Ambarwati E,R,Diah,W ,2010) yaitu
1. Perubahan pada sistem Reproduksi
a) Involusi uteri
Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses dimana
uetus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir ekibat kontraksi
otot-otot polos uterus. Perubahan- perubahan normal pada uterus
selama post partum.
Tabel 2.1 Perubahan perubahan normal pada uterus selama post
partum

Menurut Reeder, (2012) tinggi fundus uteri (TFU) pada hari pertama
setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari di bawah pusat, pada hari ke
tiga 2 jari di bawah pusat, pada hari ke empat 2 jari di atas simpisis,
pada hari ke tujuh 1 jari d atas simpisis, pada hari kesepuluh setinggi
simpisis.
Menurut Walyani (2017) uterus berangsur- angsur menjadi
kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil:
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000
gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat dengan simpisis, berat uterus 500 gr.
4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gr
b) Tempaat plasenta
Segera setelah plasenta keluar dan ketuban dikeluarkan, kontriksi
vasikuler dan thrombosis menurunkan tempat plasenta kesuatu area
yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
c) Serviks (mulut rahim)
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam setelah
pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi padat
dan kembali ke bentuk semula. Warna serviks sendiri berwarna
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, bentuknya seperti
corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada
perbatasan antara korpus uteri dan servik terbentuk cincin
d) Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Mikroorganisme ditemukan pada lochea yang
menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan
bahwa bila discharge diambil dari rongga uterus (menurut
Chunningham, Gary, et all 2006). Karakteristik lochea:
6) Lochea Rubra atau Merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 3 masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna marah karena berisih darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
7) Lochea Serosa
Lochea ini muncul pada hari ke 4 sampai hari ke 7 masa post
partum. Lochea serosa ini berwarna merah muda sampai cokelat,
tidak berbau tidak ada bekuan.
8) Lochea Alba
Lochea ini muncul pada minggu ke pertama sampai pada minggu
ke 3 post partum. Lochea ini krem sampai kekuningan mungkin
kecoklatan, tidak berbau.
e) Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu post partum. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sebelumnya terenggang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi
pada saat perineum mengalami robekan, pada post natal hari ke 5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
(Ambarwati E,R,Diah,W, 2010).
2. Perubahan pada sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan. Dehidrasi, kurang makan,
haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian
cairan yang cukup. (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010).
3. Perubahan pada sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama post melahirkan.
Kadangkadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena
sfingter ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus
sphinter ani selama persalinan. Kadang-kadang edema dari triogonium
menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine,
kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitive dan
kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah
buang air kecil masih tertinggal urine residual. ( normal kuang lebih
150cc ). (Ambarwati E,R,Diah,W. 2010).
4. Perubahan pada sistem Musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi, karena rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna
terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya
serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat
besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan
kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.
Perubahan endokrin, menurut (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010) yaitu :
a) Hormon plasenta
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-
hormon yang diproduksi oleh plasenta.ahormon plasenta menurun
dengan cepat setelah persalinan.
b) Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
c) Hormon oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang
(posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan
plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan
kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan.
Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi
merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus
kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.
d) Hipotalamik pituitary ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakannya
rendah kadar estrogen dan progesteron.
5. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan tanda-tanda vital menurut (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010)
yaitu :
a) Suhu badan
Dalam 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oc –
38oc ) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan
cairan dan kelelahan apabila keadaan normal suhu badan akan biasa
lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada
pembendungan asi, buah dada akan menjadi bengkak berwarna
merah karena ada banyak asi bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi endometrium, mastitis, traktus urognitalis atau
sistem lain.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denyut
nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum tertunda.
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah kemungkina tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada post partum menandakan terjadinya prekeklamsi post partum
d) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal maka
pernapasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan kusus di
saluran pernapasan . Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada
persalian pervagina akan kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila
kelahiran melalui Section Caesaria (SC) kehilangan darah akan dua
kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan
haemokonsentrasi. Apabila persalinan pervagina haemokonsentrasi
akan naik dan pada SC haemokonsentrasi cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4 – 6 minggu. (Ambarwati E,R,Diah, 2010).
Faktor-faktor pembekuan darah meningkat pada hari pertama
post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah akan lebih mengental dengan peningkatan fiskositas
sehingga menigkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama
dari masa post partum. Kira-kira selama kehamilan dan masa terjadi
kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan
peningkatan sel darah pada kehamilan di asosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7
postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu
postpartum.(Ambarwati E,R,Diah, W, 2010)
Menurut Kumalasari (2015), perubahan fisiologis dan psikologis post partum
Perubahan Psikologis
a) Perubahan Taking In Merupakan periode terjadi setelah 1 sampai 2
hari dari persalinan, masa terjadi interaksi dan kontak yang lama
antara ayah, ibu dan bayi.
b) Periode Taking Hold Merupakan berlangsung pada hari ke 3 sampai
hari ke 4 post partum, ibu berusaha bertanggung jawab terhadap
bayinya dengan berusaha untuk menguasai perawatan bayi.
c) Periode Letting Go Merupakan terjadi setelah ibu pulang ke rumah,
pada masa ibu hamil mengambil tanggung jawab terhadap bayi

D. Tanda dan gejala


Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai
berikut:
1. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
2. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
3. Masa menyusui anak dimulai
4. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

E. Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila
setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6 minggu
3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna
bias berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).
F. Perjalanan penyakit (Patofisiologi)
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm
setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis Uterus pada waktu hamil
penuh baratnya 11 kali beratsebelum hamil.
Uterus akan mengalami proses involusiyangdimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi
mempengaruhi perubahan dari berat uterus pasca melahirkan menjadi kira-
kira 500 gram setelah 1 minggu pasca melahirkan dan menjadi 350 gram
setelah 2 minggu pasca melahirkan. Satu minggusetelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan esterogen danprogesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan
kadar hormon menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsungjaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil. Intesitas kontraksi otot otot polos uterus meningkat
secara bermakna segera setelah bayi lahir, kondsi tersebut sebagai respon
terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-
5 mm mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis yang memakaiwaktu 2 sampai 3 minggu.
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,
serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puerperium.
Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta
keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara
dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa
hamil.
Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam
menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama
pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak
berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Kumalasari I (2015), antara lain:
pemeriksaan urine, Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika
Hb <10 gr% dibutuhkan suplemen Fe), eritrosit, leukosit dan trombosit.

H. Komplikasi
1. Perdarahan Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita
selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah: kehilangan
darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan
pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
a) Kehilangan darah lebih dai 500 cc.
b) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.
c) Hb turun sampai 3 gram %.

Tiga penyebap utama perdarahan antara lain :

 Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi


dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan post
partum.
 laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan
segera.
 Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.
d) Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka.
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan
parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wiknjosastro, 2009).
2. Infeksi puerperalis Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi
selama masa post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1%-8%, ditandai
adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post
partum
3. Endometritis Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh
infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
4. Mastitis Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertama post
partum
5. Infeksi saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum,
pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme
terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis Semasa hamil dan masa awal post partum,
faktor koagulasi dan meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi
sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus
di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan
thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1
kasus dari 500-750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum
I. Pathway

Anda mungkin juga menyukai