Oleh :
Hanika
NIM. 170301009
Usaha Mikro Kecil dan Menengah secara umum berarti usaha produktif
yang dimiliki dan dikelola oleh perorangan maupun badan usaha yang telah
Undang Nomor 20 Tahun 2008 sendiri membedakan usaha menjadi empat jenis,
yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar.
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-undang ini.
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil yang diatur dalam undang-undang ini.
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini.
Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar
dari usaha menengah yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta,
usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300
Juta Rupiah.
Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 Juta Rupiah sampai
paling banyak 500 Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Selain itu usaha kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 Juta Rupiah
Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 Juta Rupiah
sampai paling banyak 10 Milyar Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan
hasil penjualan tahunan lebih dari 2,5 Milyar Rupiah sampai paling banyak 50
Milyar Rupiah.
mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Pada tahun 2010, jumlah UMKM ada
sekitar 52,8 juta dan pada tahun 2018 bertambah menjadi 64,2 juta
produk domestik bruto (PDB) yaitu 60,3 persen. UMKM telah menyerap 97%
dari total tenaga kerja dan 99% dari total lapangan pekerjaan. Sayangnya pandemi
Covid-19 yang terjadi di tahun 2020, membuat sejumlah UMKM kesulitan dan
nyaris gulung tikar. Salah satu faktornya karena turunnya permintaan pasar juga
Salah satu sektor yang sangat terpukul oleh pandemi Covid-19 adalah
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang juga menggerek turunnya
(KUKM) tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari
jumlah pelaku usaha di Indonesia. Daya serap tenaga kerja UMKM adalah
sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha.
61,1%, dan sisanya yaitu 38,9% disumbangkan oleh pelaku usaha besar yang
jumlahnya hanya sebesar 5.550 atau 0,01% dari jumlah pelaku usaha. UMKM
tersebut didominasi oleh pelaku usaha mikro yang berjumlah 98,68% dengan daya
serap tenaga kerja sekitar 89%. Sementara itu sumbangan usaha mikro terhadap
yang kuat karena jumlah UMKM terutama usaha mikro yang sangat banyak dan
daya serap tenaga kerja sangat besar. Pemerintah dan pelaku usaha harus
menaikkan ‘kelas’ usaha mikro menjadi usaha menengah. Basis usaha ini juga
terbukti kuat dalam menghadapi krisis ekonomi. Usaha mikro juga mempunyai
meningkatkan kapasitas usaha mikro dan kecil agar dapat naik kelas menjadi
usaha menengah.
dihadapi oleh semua UMKM dalam merintis sebuah usaha bisnis untuk dapat
berkembang.
faktor tambahan yang harus diselesaikan oleh semua pihak khususnya Pemerintah
pertumbuhan yang telah dicapai oleh UMKM bahwa pada priode 2019 nilai
ekspor mengalami peningkatan sebesar 9,29% atau senilai Rp.182 miliar. Ini
merupakan keberhasilan yang harus dibangkan bagi UMKM yang hampir sebesar
hanya sebesar 13,67% namun itu masih didominasi oleh perbankan umum
nasional. Ini menunjukan bahwa masih terbuka peluang lebar kesempatan untuk
pasar bebas. Ketika itu terlaksana tuntutannya adalah UMKM harus mampu
kebijakan yang membuka peluang bagi UMKM untuk dapat mengakses industri
dan produk yang dihasilkan akan lebih kompetitif. Tantangan MEA yang
seringkali masih menghadapi sejumlah kendala salah satunya dari segi pendanaan.
masih rendah. Tantangan lain yang juga dihadapi oleh UMKM adalah
perkembangan teknologi saat ini yang begitu pesat. Teknologi dapat membantu
pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis mereka agar dapat bersaing dan
beli manual ke digital mau tidak mau membuat para pelaku usaha UMKM untuk
ikut beradaptasi. Baru sekitar 13% UMKM yang terhubung dengan pasar
digital. Salah satu penyebabnya adalah karena literasi digital yang masih rendah.
Padahal, pola hidup masyarakat saat ini telah beralih secara digital dan teknologi
pun kian menjadi penggerak ekonomi, terutama di masa pandemi. Maka dari itu,
sangat penting bagi UMKM untuk mulai melakukan transformasi digital. Tidak
hanya sebagai platform untuk penjualan saja tetapi untuk keseluruhan kegiatan
usaha untuk dapat menyiapkan UMKM agar dapat bersaing di pasar domestik dan
meningkatkan penjualan.