A. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat
adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan
berat agregat dalam keadaan kering.
Untuk mengetahui koreksi takaran air yang akan digunakan pada adukan
beton.
B. Teori Dasar (Metode Pengujian Kadar Air Agregat SNI 1971 2011)
Metode pengujian dilakukan pada agregat yang mempunyai kisaran garis
tengah 4,75 mm sampai 150 mm.
Metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan besarnya
kadar air agregat, dan tujuannya untuk memperoleh angka prosentase dari kadar
air. Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam
persen.
Cara uji ini cukup akurat untuk keperluan pada umumnya, utamanya untuk
pengaturan massa komponen agregat pada pembuatan beton semen ataupun eton
aspal campuran dingin aspal emulsi. Pada umumnya pengaturan massa agregat
dengan mengukur kandungan air dalam contoh agregat tersebut dengan cara uji
ini lebih tepat dibanding menentukan komposisi beton sesuai kadar air stok
agregat.
Berikut adalah tabel karakteristik agregat kasar:
Karakteristik Agregat
No Interval Batas Pedoman
Kasar
1 Kadar Lumpur (%) 0,2 - 1,0 ASTM C117
2 Kadar Air (%) 0,5 - 2,0 ASTM C566
3 Berat Volume (%) 1,6 - 1,9 ASTM C29
4 Resapan (%) 0,2 - 4,0 ASTM C127
5 Berat Jenis Spesifik 1,6 - 3,2 ASTM C127
6 Modulus Kehalusan 5,5 - 8,5 ASTM C104
7 Keausan (%) 15 - 50 ASTM C131
C. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
2. Oven yang dilengakapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C.
3. Talam logam
4. Saringan No. 1” dan 4
D. Bahan
Agregat kasar berupa kerikil yang harus sesuai dengan SNI 03-6889 dengan
ukuran maksimum benda uji adalah sebagai berikut:
E. Prosedur Praktikum
1. Saring agregat dengan menggunakan saringan No. 1” dan 4 sebanyak 4.000
gram.
3. Masukan benda uji kedalam talam, kemudian timbang talam + benda uji
6. Keluarkan benda uji dari oven lalu diamkan benda uji hingga mencapai suhu
ruangan, kemudian benda uji ditimbang dan catat berat benda uji bersama
talam.
F. Perhitungan
W 1−W 2
x 100 %
Kadar Air = W2
Diketahui data-data hasil percobaan sebagai berikut :
Observasi I :
Berat Benda Uji (W1) = 4000 gram
Berat Benda Uji Kering (W2) = 3957 gram
W 1−W 2
x 100 %
Kadar Air (KAI) = W2
4000 -3957
x 100 %
= 3957
= 1,087 %
Observasi II :
Berat Benda Uji (W1) = 4000 gram
Berat Benda Uji Kering (W2) = 3975 gram
W 1−W 2
x 100 %
Kadar Air (KAI) = W2
4000− 3975
x 100 %
= 3975
= 0,629 %
[Observasi I + Observasi II ]
Kadar Air Rata-rata = 2
1 , 087+0 , 629
= 2
= 0,858 %
G. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar air untuk observasi I adalah 1,087%,
dan kadar air untuk observasi II adalah 0,629%. Sehingga diperoleh rata-rata
kadar air yang terkandung dalam agregat kasar sama dengan 0,858 %.
Nilai kadar air ini memenuhi interval ASTM C566 (0,50 - 2,00) sehingga
H. Saran
kami menyarankan :
baik.
ke posisi semula.
2. Gambar bahan
J. Foto Kegiatan
Menyaringan agregat
K. Foto Kelompok
Kelompok XXII
Daftar Pustaka
ASTM C566, Standard Test Method for Total Evaporable Moisture Content of
Aggregate by Drying.
SNI 1971 – 2011, PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR.
SNI 03 – 6889 – 2002, Tata Cara Pengambilan Contoh Uji Agregat.
Tanijaya Jonie, 2014, Pedoman Pelaksanaan Praktikum Beton, Universitas Kristen
Indonesia Paulus, Makassar.