PELUANG INVESTASI
DI KABUPATEN LEBAK
Tim Penyusun
1. Dr. Basrowi
2. Bambang D.S, M.M
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran/Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melalui otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintahan daerah memiiiki wewenang
untuk menggali pendapatan dan melakukan peran alokasi secara mandiri dalam
menetapkan prioritas pembangunan.
Terdapat dua cara perhitungan PDRB, yaitu atas dasar harga berlaku (at
current price) dan atas dasar harga konstan (at constant price). PDRB atas
dasar harga berlaku digunakan untuk melihat perubahan struktur
ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk
melihat pertumbuhan ekonomi riil (Tambunan, 2003).
Dalam konteks Banten, perekonomian Banten terus membaik karena didukung oleh
meningkatnya permintaan domestik dan nasional serta mulai pulihnya kondisi ekonomi
global.Pertumbuhan perekonomian Provinsi Banten perlu dipertahankan dan ditingkatkan
Berpijak pada kebutuhan untuk mempromosikan peluang investasi guna menarik investor
di Kabupten Lebak Provinsi Banten yang memiliki nilai daya saing strategis dan prospektif,
maka BKPMD Provinsi Banten di Tahun 2014 menyusun kegiatan,"Penyusunan Buku
Peluang Investasi Kabupaten Lebak."
Kabupaten Lebak sangat layak untuk dijadikan lokasi studi ini karena: 1)
wilayahnya yang sangat luas, (paling luas di antara 8 kab/kota yang ada di
Provinsi Banten yaitu 3 426,56 Km2 atau 35,46% dari luas total Provinsi
Banten, 2) Kabupaten Lebak memiliki 28 kecamatan, 340 desa, dan 5
B. Tujuan Kajian
Sedangkan sasaran pelaksanaan kegiatan penyusunan buku peluang investasi sektoral ini
adalah :
1. identifikasi kontribusi Kabupaten Lebak terhadap perekonomian Provinsi Banten;
2. identifikasi dukungan infrastruktur sebagai penunjang pengembangan investasi di
Kab. Lebak; dan
3. identifikasi peluang dan potensi investasi Kabupaten Lebak.
Penyusunan buku peluang investasi sektoral, meliputi lingkup wilayah studi adalah sektor
investasi yagn dapat dikembangkan di wilayah Lebak.
D. Keluaran Kajian
Keluaran yang hendak dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya buku
"Peluang investasi di Kabupaten Lebak."
E. Penerima Manfaat
BAB I. PENDAHULUAN
G. Latar Belakang Masalah
H. Tujuan Kajian
I. Ruang Lingkup Kajian
J. Keluaran Kajian
K. Penerima Manfaat
L. Sistematika Laporan/Buku
Kabupaten Lebak
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran/Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
K. Teori Pembangunan
1. Peningkatan Kualitas Hidup
Dengan demikian:
“Development is social progress. Development is growth
andresdistribution., Development is expansion of people’s
participationand emancipation, evelopment is expansion of
people’screativity, development is people’s entitlement.
Developmentproduces economic added- value and at once socio-
cultural addedvalueas well"
Dalam suatu wilayah, ada penduduk atau kegiatan yang terkosentrasi pada
suatu tempat, yang disebut dengan berbagai istilah seperti: kota, pusat
perdagangan, pusat industri, pusat pertumbuhan, simpul distribusi, pusat
pemukiman, atau daerah modal. Sebaliknya, daerah di luar pusat
konsentrasi dinamakan: daerah pedalaman, wilayah belakang (hinterland),
daerah pertanian, atau daerah pedesaan.Keuntungan berlokasi pada
tempat konsentrasi atau terjadinya agglomerasi disebabkan faktor skala
ekonomi (economic of scale) atau agglomeration (economic of localization)
(Tarigan, 2005: 159).Economic of scaleadalah keuntungan karena dalam
berproduksi sudah berdasarkan spesialisasi, sehingga produksi menjadi
lebih besar dan biaya per unitnya menjadi lebih efisien.
Hubungan antara kota (daerah maju) dengan daerah lain yang lebih
terbelakang dapat dibedakan sebagai berikut: (1) Generatif: hubungan yang
L. Teori Investasi
1. Konsep Investasi
2. Kebijakan Investasi
Hasil investasi merupakan akibat dari pilihan investasi atau jenis atas
modal yang diinvestasikan dan jangka waktu investasinya.(http://zonaekis.
com/konsep-dasar-investasi). Pilihan investasi sangat tergantung pada:
a) Prinsip compounding. Compounding adalah menempatkan kembali hasil
investasi kedalam pokok untuk mendapatkan hasil ganda.
b) Risk–Return Trade Off. Keuntungan dari cash flows dan atau hasil
penjualan harta atau aset investasi adalah merupakan hasil investasi.
Dimana risikonya terletak pada deviasi antara hasil yang diharapkan
dengan kenyataan yang terjadi. Hal inilah yang kemudian menjadikan
konsep dasar investasi. Yaitu semakin tinggi keuntungan berarti
semakin tinggi risiko yang mungkin akan dihadapi. Yang menjadikan
investasi harus menentukan langkah memaksimalkan keuntungan
dengan menekan risiko serendah-rendahnya.
c) Pilihan yang Rasional. Dalam menentukan pilihan rasional seorang
investor harus mencari hasil terbaik dengan risiko terendah.
d) Waktu Investasi. Penentuan waktu investasi adalah elemen yang paling
kritis terhadap keberhasilan investasi. Praktik penentuan waktu ada
beberapa teori:1)waktu memulai investasi, 2) masa investasi; dan 3)
waktu mengalihkan investasi. Strategi mengatasi permasalahan waktu
adalah dengan melakukan investasi secara berkala dengan nilai tertentu
3. Jenis-Jenis Investasi
a. Investasi perorangan
b. Investasi swasta
c. Investasi pemerintah
Investasi dalam bentuk saham dapat dilakukan dalam bentuk saham biasa
maupun saham preferred, bila: a) tujuan membeli saham preferred yaitu
untuk memperoleh pendapatan tetap setiap periode berupa dividend; b)
tujuan membeli saham biasa yaitu untuk mengontrol perusahaan lain
melalui hak suara.
4. Tujuan Investasi
Berdasarkan
(www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eureka/2003/021/eur1.html)menyatakan
bahwa alasan melakukan investasi adalah sebagai berikut: a)produktivitas
seseorang yang terus mengalami penurunan; b)tidak menentunya
lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan
jauh lebih kecil dari pengeluaran; dan c)kebutuhan-kebutuhan yang
cenderung mengalami peningkatan.
5.Ethical Investment
6. Jenis-Jenis Investasi
a. Produk perbankan:
(1) Tabungan. Digunakan untuk menyimpan dana nasabah. Dapat
memberikan banyak kemudahan, antara lain:1) likuiditas yang tinggi,
dapat diambil kapan saja (counter bank dan ATM);2) kemudahan
bertransaksi: pengiriman uang, pembayaran (telepon, kartu kredit, dan
lain-lain), penukaran uang, dan lain-lain;3) dijamin pemerintah, sampai
tahun 2006.Kekurangan:1) suku bunga yang diberikan sangat rendah, di
bawah tingkat inflasi; dan 2) bunga kena pajak 20% untuk yang di atas
Rp 7,5 juta.
(2) Rekening koran (cheque/giro).Dipergunakan secara luas oleh perusahaan
dan perorangan, untuk melakukan transaksi keuangan.Kemudahan,
antara lain:1) likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja: counter bank
pencairan cek; 2) kemudahan bertransaksi: pembayaran ke pihak lain
tanpa menggunakan uang tunai dan tanpa harus datang ke bank; 3)
dijamin oleh pemerintah.Kekurangan:1) tidak ada bunga, hanya terdapat
jasa giro yang sangat rendah; dan 2) bunga kena pajak 20%.
(3) Deposito berjangka. Dipergunakan untuk menabung/menyimpan uang
dalam jangka waktu tertentu.Kemudahan, antara lain:1) suku bunga yang
lebih tinggi, sekitar 6%; 2) likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja,
meskipun ada jangka waktutertentu; 3) dapat dijaminkan: untuk
mendapatkan hutang dari bank yang sama; 4) dijamin oleh pemerintah.
Kekurangan:1) terkena penalti, bila diambil sebelum jatuh tempo, 2)
bunga kena pajak 20%, di atas Rp 7,5 juta.
Pengukuran risiko investasi secara kuantitatif dalam hal ini hanya dapat
dilakukandalam kondisi tersedianya informasi.Dengan demikian,
perbedaan antarauncertainty dan risk mengerucut pada satu kata kunci,
yaitu ketersediaaninformasi.
a. Analisis Fundamental.
Analisis ini berpegang pada prinsip bahwa saham memiliki nilai intrinsic
(nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara
nilaiinstrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan
apakah hargapasar saham tersebut telah mencerminkan nilai intrinsiknya
atau belum (Halim,2005: 21). Dengan demikian, ide dasar pendekatan ini
adalah bahwa harga saham
akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan itu
sendiridipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro.Penilaian
terhadap risiko dapat dilihat dari sudut perilaku denganmenggunakan
analisa sensitivitas dan distribusi kemungkinan.Pendekatan inidapat
menentukan tingkat risiko dari suatu aktiva tertentu.
c. Analisis Teknika
N. Penelitian Sebelumnya
Studi yang dilakukan oleh Renyaan, James Paul Alfred at.el, 2012, Effect of
Fiscal Autonomy and Economic Growth on Local Financial Performance (A
Study on Local Government Of Papua Province), yang menyimpulkan bahwa
investasi di daerah akan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kinerja keuangan daerah, sekaligus meningkatkan efisiensi
keuangan daerah. Jika investasi dapat dilakukan dengan baik, maka
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah otonom akan dapat berkembang
dengan baik.
Cheshire, P.C. and Malecki, E.J. (2004) dalam meneliti tentang Growth,
development, and innovation: A look backward and forward, menyimpulkan
bahwa pertumbuhan suatu wilayah sangat ditentukan oleh pembangunan
sarana dan prasarana ekonomi. Selain itu, inovasi di bidang teknologi,
mampu mendorong percepatan kemajuan ekonomi di suatu wilayah.
Sebaliknya, ketertinggalan di bidang inovasi teknologi akan memperlambat
SDA yang
Melimpah
SDM yang
Terampil
Dukungan
masyarakat yang
tinggi
Budaya
Entrepreneurship
masyarakat yang
tinggi
Kualitas Sarpras di
seluruh Wilayah
Pengelolaan
Lingkungan hidup
yang ramah
Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian
BAB III
METODE KAJIAN
A. Pendekatan Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah (diadaptasi dari Ary, et al., 2002):
1. Menentukan topik dan lokasi penelitian
2. Penelitian pendahuluan untuk menetapkan fokus yang bisa diubah atau
disesuaikan selama pengumpulan data dan analisis data, jika
pertanyaan dirasakan tidak berkaitan dengan fokus atau ada sub-fokus
lain yang perlu dan penting untuk diangkat.
3. Mengkaji materi pustaka yang berkaitan dengan topik dan fokus
penelitian, untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam dan
wawasan yang lebih luas.
4. Merancang penelitian dam melakukan persiapan kelapangan dengan
mendekati dan menjalin hubungan dengan para informan dilapangan,
serta mencari fokus yang lebih tajam dilapangan melalui wawancara.
5. Menentukan para peserta penelitian: melalui metode comprehensive.
6. Pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan, bolak
balik atau membentuk siklus, seperti kumparan, mengikuti Miles dan
Hubermen (1994).
7. Menafsirkan temuan dan menyatakan kesimpulan : peneliti menafsirkan
temuan dan mempresentasikan tafsiran dan penjelassannya.
8. Penulisan laporan: proses pengecekan interpretasi atas data akan terus
dilakukan melalui refleksi bahkan pada tahap penulisan laporan.
Secara ringkas, lingkup kegiatan ini terbagi ke dalam beberapa tahapan antara lain
adalah:
a. tahap persiapan dan desk studi;
C. Sumber Data
Data penelitian ini bersumber dari dokumen, informan yang dapat diamati.
Surnber data kualitatif menurut Suharsimi Arikunto (1998) dapat berupa
orang (Person), tempat (place) dan simbol (paper). Sedangkan menurut
Spradley (1980; Sugiyono, 2006) menunjuk pada tiga elemen, yakni pelaku
(actor), aktivitas (activity), dan tempat (place). Berdasarkan ketiga pendapat
di atas, maka sumber data penelitian ini terdiri dari empat kategori, yaitu
orang (Person), tempat (place) dan simbol (paper),dan aktivitas (activity.
Sumber data berupa orang/ pelaku, dalam hal ini adalah pejabat
pemerintah, pejabat di dinas-dinas yang ada di Kabupaten Lebak, pejabat
di badan statistic, para pelaku usaha, akademisi, pengamat wilayah, LSM,
dan masyarakat umum yang tertarik pada aspek investasi. Penentuan
pihak-pihak tersebut sebagai sumber data diiakukan secara purposive dan
snowball, yaitu dipilih dengan pertimbangan tertentu. Snowball sampling
merupakan teknik sumber data yang semula jumlahnya sedikit lama-lama
menjadi besar sehingga spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan
sebelumnya. Teknik ini menurut Lincoln & Guba (1985), memiliki
Sumber data berupa tempat, yaitu berbagai institusi yang dipilih menjadi
obyek dalam penelitian ini.Sumber data berupa aktivitas, dalam hal ini
merujuk pada berbagai aktivitas yang mengarah pada proses pelaksanaan
investasi, aktivitas para pelaku bisnis, aktivitas yang menghasilkan
gagasan, konsep, pemikiran, maupun aktivitas dalam arti praktis.
Dilihal dari segi sumber data yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi
atas sumber buku, arsip, dan dokumen resmi.Data penunjang lain adalah
foto, karena foto dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga
dan dapat digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya
dapat pula dianalisa secara induktif. Foto yang digunakan dalam penelitian
ini adalah foto yang diambil sendiri oleh peneliti selama penelitian
berlangsung dan foto arsip dinas-dinas terkait yang diberi ijin oleh
pemiliknya untuk dimuat dalam buku ini.
Kegiatan pengumpulan data dan analisa data ini merupakan proses siklus
yang interaktif. Peneliti harus siap bergerak diantara empat "sumbu"
kumparan selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik di
antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan atau
melakukan verifikasi.
DATA DATA
REDUKSI PENARIKAN
KESIMPULAN
DATA SEMENTARA
G. Visi, Misi, dan Tujuan Kab. Lebak dalam Kaitannya dengan Investasi
Visi ini mempunyai makna yang sangat dalam, antara lain sebagai berikut.
Secara umum, terdapat 10 sasaran yang ingin dicapai dari tujuan pertama
di atas meliputi:
1. Tercapainya kondisi jalan baik dari 212 Km menjadi 444 Km;
2. Terbangun serta berfungsinya sarana prasarana transportasi dari 6
terminal menjadi 8 terminal;
3. Meningkatnya cakupan listrik dari 278 Desa/Kelurahan menjadi 294
Desa/Kelurahan;
4. Meningkatnya cakupan air bersih perkotaan dari 46,89% menjadi 60 %
dan cakupan air bersih pedesaan dari 24,95 % menjadi 40,55 %;
5. Berfungsinya Jaringan irigasi yang mampu mengairi sawah dari 24.330
ha menjadi 65.995 ha;
Terdapat dua sasaran yang akan dicapai melalui tujuan III, meliputi
1. Tertanganinya lahan kritis seluas 1.150 Ha pada Daerah Tangkapan Air;
Sumber Mata Air 40 Unit.
2. Tersusunnya Dokumen Penataan Ruang Wilayah dari 8 Perda menjadi
15 Perda.
1Strategi adalah cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke dalam kebijakan-
kebijakan dan program-program. Sedangkan kebijakan pada dasarnya merupakan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan
pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan
program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan
sasaran, tujuan, serta visi dan misi instansi pemerintah.
Gambar 4.1
Peta Kabupaten Lebak
Karena memiliki batas laut, Kabupaten Lebak memiliki wilayah laut seluas
588.745 km2 dengan panjang pantai 91,42 km.
Secara geografis, letak Kabupaten Lebak berada pada 105o 205’ – 106ob 30’
BT dan 6o 18’ – 7o 00’ LS. Sedangkan keadaan topografi kewilayahan cukup
bervariasi, berada pada ketinggian 0 – 200 meter dpl di wilayah sepanjang
pantai selatan, ketinggian 201 – 500 meter dpl di wilayah Lebak Tengah,
dan ketinggian 501 – 1000 meter lebih di wilayah Lebak Timur dengan
puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun. Curah hujan rata-
rata per tahun mencapai 2000 – 4000 mm. Suhu udara berkisar antara
24,5o C – 29,9o C. Dengan kondisi geografis seperti di atas, Kabupaten
Lebak memiliki keragaman fungsi lahan dari areal sawah hingga industri.
Kabupaten Lebak juga dilalui oleh beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS),
yaitu DAS Ciujung yang bermuara di Laut Jawa, meliputi Sungai Ciujung,
Cilaki, Ciberang, dan Cisimeut serta DAS Ciliman dan Cimadur yang
bermuara di Samudera Indonesia, meliputi Sungai Ciliman dan anak
sungainya, Sungai Cimadur, Cibareno, Cisiih, Cihara, Cipogar dan
Cibaliung.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pendapatan asli daerah (PAD)
Lebak meningkat 300 persen. Jika pada 2003 hanya Rp 10,1 miliar kini
naik menjadi Rp 32 miliar. Diharapkan akhir 2006, meningkat kembali
menjadi Rp 35 milyar (Mulyadi, 2005).
Di lihat dari tingkat pendidikan masyakat Lebak dapat dilihat pada tabel
berikut.
Prospek kualitas sumber daya manusia Kabupaten Lebak dapat dilihat dari
Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka
Putus Sekolah (APS) yang secara akumulatif tercermin dari rata-rata lama
sekolah. APK adalah persentase jumlah siswa berdasarkan jenjang
pendidikan dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia sekolah
(SD/MI: 7 – 12 tahun, SLTP/MTs: 13 – 15 tahun, SLTA/MA/SMK: 16 -18
tahun). Sedangkan APM adalah presentase jumlah siswa kelompok usia
sekolah dibagi dengan jumlah penduduk usia sekolah.
Tabel 4.4
Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka
Putus Sekolah (APS)
2006 3,15
2007 4,90
2008 4,06
2009 4,02
2010* 4,00
2011 4,10
2012 4,18
2013 5.21
Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Lebak 2013
Tabel 4.7
Jumlah bank, lembaga keuangan lainnya, dan Pasar
Lapangan Usaha /
2009 2010 2011 2012 2013
Industrial Origin
Pertanian Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan 3,308,268 3,857,734 4,222,921 4,332,921 4,332,921
/ Agriculture,
Pertambangan dan
Penggalian / Minning and 29,945 32,896 35,885 35,995 35,995
Quarrying
Industri Pengolahan /
17,390,328 19,026,758 21,918,825 22,118,825 22,118,825
Manufacturing Industry
Listrik, Gas dan Air Bersih
/ Electricity, Gas and Water 2,585,787 3,169,984 3,544,134 3,654,134 3,654,134
Supply
Bangunan / Construction 264,347 309,307 366,715 377,715 377,715
Perdagangan, Hotel dan
Restoran / Trade, Hotel and 2,892,120 3,255,952 3,789,408 3,899,408 3,899,408
Restaurant
Pengangkutan dan
Komunikasi /
3,247,598 3,843,762 4,562,229 4,672,229 4,672,229
Transportation and
Communication
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan / Finance, 105,190 117,412 132,083 143,083 143,083
Dwelling and
Jasa-jasa / Services 1,061,065 1,188,235 1,420,818 1,530,818 1,530,818
ProdukDomestik Regional
Bruto / Gross Regional 30,884,648 34,802,038 39,993,019 32,193,019 32,193,019
Domestic Product
Sumber: BPS Kabupaten Lebak 2013
Tabel 4.9
Pertumbuhan Ekonomi/PDRB
PENGGALIAN
2.1 Minyakdan gas bumi - 0
2.2 Pertambangantanpamigas 5.49 0.42
2.3 Penggalian 8.97 0.85
Terhadap PDRB
□ Pertanan
□ Pertambangan&Penggal ian
□ Industri&Pengolahan
□ Listrik,Gas&Air Bersih
□ Bangunan/Konstruksi
□ Perdagangan,Hotel&Restoran
□ Angkutan&Komunikasi
2012 2013
Gambar 4.2
Distribusi Sektor Lapangan Usaha Terhadap PDRB
Secara umum, kontribusi masing-masing sektor dalam struktur ekonomi di Kabupaten Lebak pada
Tahun 2012 memiliki pergerakan yang dinamis. Sektor Fertanian memiliki kontribusi yang signifikan
dalam pencapaian produksi sebesar 38,00% secara parsial dan disusul sektor Ferdagangan, Hotel
dan Restoran sebesar 23,35% kemudian sektor Jasa-jasa yang mampu memberikan kontribusi
pilihan sebesar 12,84%.
2012 2013
Sektor
ADHB ADHK ADHB ADHK
Pertanian 35,29 37,88 34,45 38,00
Pertambangan & Penggalian 1,34 1,27 1,31 1,29
Industri & Pengolahan 9,55 9,57 9,26 9,35
Listrik, Gas dan Air Bersih 0,57 0,41 0,56 0,41
Bangunan/Kontruksi 4,19 4,27 4,05 4,23
Perdagangan, Hotel & Restoran 24,16 23,11 25,35 23,35
Angkutan & Komunikasi 9,56 6,08 9,92 6,06
Keuangan, Persewaan & Jasa 4,51 4,51 4,49 4,47
Perusahaan
Jasa-jasa 10,84 12,90 10,60 12,84
Sumber: BPS Kab. Lebak 2012-2013
Jika kemudian kita membuat pemilahan struktural secara dominasi sektoralnya, maka:
b. sektor sekunder (secondary sector) memiliki kontribusi terhadap FDRB sebesar 9,35%.
c. sektor tersier (services sector) memiliki kontribusi terhadap FDRB sebesar 51,9%.
Dengan ini dapat kita analisis bahwa, peranan sektor pertanian sebagai sektor basis masih mampu
memberikan kontribusi yang potensial dalam perekonomian di Kabupaten Lebak secara sektoral.
Fertumbuhan FDRB perkapita Kabupaten Lebak yang dinamis dalam kurun waktu 2012 - 2013,
beli masyarakat dimana kontribusi dan dukungan konsumsi masyarakat sangat berpengaruh
Tabel 4.11
Perkembangan Investasi Di Kabupaten Lebak Tahun 2010 - 2013
10) Femerintah Kabupaten Lebak terus berupaya melakukan upaya recovery terhadap sector
riil, mengingat sector ini masih akan terus dilanda gejolak pada 2 tahun mendatang.
11) Kabupaten Lebak telah berhasil mencapai target LPE Tahun 2010 pada kisaran 4,00 persen
sebagai suatu langkah konstruktif terhadap kinerja perekonomian daerah dalam mengatasi
dampak eksternalitas negative dalam krisis global
12) Melalui semangat yang optimis, Pemerintah Kabupaten Lebak berupaya melakukan
perbaikan kinerja perekonomian secara sektoral dan berupaya untuk meningkatkan
produktivitas berbasis potensi lokal melalui target capaian PDRB
13) Femerintah Kabupaten Lebak tetap berupaya melakukan pembenahan terhadap
pembangunan perekonomian, kesehatan dan pendidikan melalui program jangka pendek
Kinerja perekonomian Kabupaten Lebak dalam kurun waktu 2010 - 2013 masih menunjukan
sisi yang dinamis.
Berbagai pengaruh ekonomi eksternal yang dapat menjadi faktor pelemah investasi di Kabupaten
Lebak yaitu:
1) laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) pada Tahun 2009 mengalami tekanan yang signifikan
sebagai dampak resistennya sektor riil di Kabupaten Lebak terhadap gejolak perekonomian
pada tahun-tahun berikutnya;
Tabel 4.12
Tabel Analisis SWOT
Tersedianya Jumlah Rendahnya kualitas SDM Berke mba ngnyalem bag a-le mbag a pendidi Meningkatnya migrasi Fenduduk
pendudukyang cukup besar terutama di perdesaan yang tan baik formal maupun i nformal lintas sektoral. (Wet Immigration
sebagian besar berketerampilan of Workers)
rendah (low skilled).
Tersedianya Sumberdaya Terbatasnya kompetensi dan pembangunan Ekonomi masyarakat lokal Rendahnya tingkat akun tabilitas
Al am lokal (local kapasitas Masyarakat Lokal berbasis Agroindustri duni a usaha dalam pelaksanaan
resources) yang pembangunan selaku mitra
potensial Femerintah Daerah,
Meningkatnya kualitas dan Terbatasnya kapasitas keuangan Tersedianya pengembangan struktur ruang Adanya dampak negatif yang
kuantitas sarana dan daerah serta rendahnya kedalam 2 (dua) Wilayah Fengembangan dapat mempengaruhi struktur
prasarana publik manajemen aset da erah yaitu Wilayah Fengembangan Utama dan lingkungan, sosial dan budaya
Wilayah Fengembangan Fenunjang
Meningkatnya opti malisasi Rendahnya ting tat partisipasi Reformasi Birokrasi menuju tata Adanya potensi hambatan arah
pelayanan publi k dan masyarakat dalam proses pemerintahan yang baik (good kebijakan nasional
transparasi perencanaan, pelateanaan dan governmante go vern ance)
pengawasan pembangunan
Tersedianya sarana Rendahnya kuantitas dan ku Ditetapkannya Kabupaten Lebak sebagai Meningkatnya daya saing regional
dan prasarana alitas atlit lokal yang berprestasi Tuan Rumah pada Fekan Olahraga Frovnsi
penunjang Banten 2010
pen yelenggaraan
Forprop
Tabel 4.13
Wilayah Potensial untuk Investasi Komoditas Hortikultura
No Komoditas Wilayah Pengembangan
1. Jeruk Rangkasbitung, Warunggunung dan Cibadak
2. Rambutan Maja, Curugbitung, Sajira dan Cibadak
3. Durian Cirinten, Bojongmanik, Leuwidamar, Muncang,
Gunung Kencana dan Sobang.
4. Mangga Malingping, Bayah, Cihara dan Panggarangan
5. Manggis Cipanas dan Lebakgedong
Berikut adalah tabel produksi daging dan produksi telur dari tahun 2010
sampai tahun 2013.
Tabel 4.14
Produksi Daging Tahun 2010 - 2013
No Komoditas 2010 2011 2012 2013
1 Sapi 81.430 86.446 91.810 95.678
2 Kerbau 446.925 469.992 572.250 629.250
3 Kambing 98.720 104.330 109.103 115.841
4 Domba 69.708 73.147 83.778 87.512
5 Ayam Buras 1.738.054 1.845.521 1.324.157 1.350.142
6 Ayam Ras Pedaging 2.156.075 2.486.075 3.179.382 3.269.129
7 Ayam Ras Petelur - 245.000 254.040 264.045
8 Itik 4.583 4.583 6.460 7.070
Total Daging 4.595.495 5.315.094 5.620.980 5.818.667
Sumber: RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014
Untuk itu, investasi yang paling tepat adalah investasi untuk Pembangunan
Pelabuhan Perikanan Tanjung Panto sehingga dapat mempersingkat
waktu tempuh menjadi hanya 4,5 jam perjalanan darat, sehingga dapat
menghemat bahan pengawet ikan dan BBM.
Tabel 4.16
Jumlah Armada Penangkapan Ikan Menurut Tempat Pelelangan Ikan di
Kabupaten Lebak Tahun 2013
Perahu Motor
No Nama TPI Kapal Motor Jumlah
Layar Tempel
1 Binuangeun - 64 209 273
2 Tanjung Panto - 21 - 21
3 Sukahujan - 40 - 40
4 Cipunaga - 48 - 48
5 Panyaungan - 34 - 34
6 Situregen 15 21 - 36
7 Bayah - 117 - 117
8 Pulo Manuk - 19 - 19
9 Sawarna 9 39 - 48
10 Cibareno - 73 - 73
Jumlah 24 476 209 709
Sumber: BPS Kab. Lebak 2013
Membaca tabel di atas mengindikasikan masih perlunya investasi di bidang
perikanan.
Tabel 4.17
Produksi Perikanan Tahun 2009 – 2013
Bidang
Tahun (Ton)
Usaha
2009
2010 2011 2012 2013
1. PENANGKAPAN IKAN
Tabel 4.18
Sentra Industri Kecil di Kabupaten Lebak
Jumlah
No. Industri Unit Lokasi / Kecamatan
Usaha
1. Gula Merah Aren 2.542 Muncang, Leuwidamar, Bojongmanik, Sajira,
Cijaku, Panggarangan, Malingping, Cibeber,
Gunung Kencana, Bayah dan Cipanas
2. Bata/Genteng 655 Cimarga, Rangkasbitung, Sajira, Malingping dan
Warunggunung
3. Tenun Baduy 110 Leuwidamar
Tabel 4.19
Obyek Wisata di Kabupaten Lebak
Investasi di bidang ini sangat tepat karena jenis ikan yang dominant
pada lima tempat pelelangan ikan (TPI) di Lebak pada tahun 2007, yakni
ikan tongkol 1.235,30 ton ikan cakalang 1.323,90 ton, ikan pari 656,20
ton, ikan laying 401,00 ton, ikan tuna 273,60 ton dan ikan kakap 68,30
ton. Seluruh jenis ikan tersebut mempunyai nilai jual yang sangat
bagus.
Berdasarkan intensitas dan frekwensi kegiatan yang terjadi saat ini serta
kelengkapan infrastruktur wilayah, Kabupaten Lebak di dalam
pengembangan struktur ruangnya terbagi ke dalam 2 (dua) Wilayah
Pengembangan yaitu Wilayah Pengembangan Utama dan Wilayah
Pengembangan Penunjang.
investasi di wilayah ini sangat tepat karena wilayah ini diketahi sebagai
wilayah Pengembangan Utama yang memiliki aglomerasi kegiatan
perkotaan dengan peran sebagai pusat dan pendorong pertumbuhan
wilayah lainnya. Investasi yang cocok dan pantas dilakukan di wilayah ini
terkait dengan sistem perekonomian regional yaitu investasi pendukung
keunggulan komperatif.
2 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
3 Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai Perangkat Daerah dalam wilayah kerja
kecamatan
Peluang Investasi Kabupaten Lebak Page cxxx
Kanekes dengan Wisata Baduynya, Desa atau lebih populer Kasepuhan
Citorek, Cisungsang dan Cibedug yang terletak di Kecamatan Cibeber
Investasi di kedua kecamatan ini sangat penting karena kedua daerah ini
merupakan wilayah yang defisit pangan. Hal ini karena kedua kecamatan
tersebut merupakan wilayah transisi perkotaan yang memiliki jumlah
penduduk yang cukup besar. Selain itu, masalah alih fungsi lahan
pertanian menjadi pemukiman menyebabkan rasio antara ketersediaan dan
konsumsi menjadi defisit.
R=0,87
SDA yang
Melimpah (X3)
0,85
SDM yang
Terampil (X4)
Kebijakan politik- 0,87
ekonomi yang adil
(X1) 0,45 Proses perijinan
yang mudah (X5) 0,87
PELUANG
0,41 INVESTASI DI KAB.
Suhu politik yang Iklim investasi 0,80
LEBAK (Y)
kondusif yang kondusif (X6)
0,79
(X2) 0,81
Dukungan
masyarakat yang
tinggi (X7) 0,80
Budaya
Entrepreneurship 0,84
masyarakat yang
tinggi (X8)
0,84
Kualitas Sarpras di
seluruh Wilayah
(X9)
Pengelolaan
Lingkungan hidup
yang ramah (X10)
Gambar 4.3
Hasil Analisis Data Penelitian
Korelasi r p Simpulan
X1=>X5 0,45 0,01 signifikan
X2=>X6 0,41 0,02 signifikan
X2=>X6 0,79 0,00 signifikan
X3=>Y 0,85 0,00 signifikan
X4=>Y 0,87 0,00 signifikan
X5=>Y 0,87 0,00 signifikan
X6=>Y 0,80 0,00 signifikan
X7=>Y 0,81 0,00 signifikan
X8=>Y 0,80 0,00 signifikan
X9=>Y 0,84 0,00 signifikan
X10=>Y 0,84 0,00 signifikan
X3,4,5,6,7,8,9,10=>Y 0,87 0,00 signifikan
Sumber: data diolah
Tabel 4.23 Korelasi antara kebijakan politik-ekonomi yang adil terhadap proses
perijinan yang mudah
X1_Tkt_keadilan X5_Tkt_kemuda
_Kebijak_Ekono han_Proses_Peri
mi jinan
*
X1_Tkt_keadilan_Kebijak_Ek Pearson Correlation 1 .454
onomi
Sig. (2-tailed) .015
N 28 28
*
X5_Tkt_kemudahan_Proses_ Pearson Correlation .454 1
Perijinan Sig. (2-tailed) .015
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa: terdapat hubungan yang erat
antara kebijakan politik-ekonomi yang adil terhadap proses perijinan yang mudah
N 28 28
*
X6_Tingkat_kondusifitas_Ikli Pearson Correlation .419 1
m_investasi Sig. (2-tailed) .026
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis korelasi bivariat antara kondusifitas suhu politik dan
kondusivitas iklim investasi diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.25 Korelasi antara kondusifitas suhu politik dan kondusivitas iklim investasi
X6_Tingkat_kond
X2_Tkt_kesejuka usifitas_Iklim_inv
n_Suhu_politik estasi
**
X2_Tkt_kesejukan_Suhu_poli Pearson Correlation 1 .791
tik
Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
**
X6_Tingkat_kondusifitas_Ikli Pearson Correlation .791 1
m_investasi Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
Suhu politik yang kondusif akan berakibat pada tingkat kondusivitas iklim
investasi. Semakin kondusif suhu politik, semakin baik pula iklim investasi yang
terjadi, khususnya di Kabupaten Lebak.
Tabel 4.26 Hasil Analisis Ketersediaan Sumber Daya Yang Melimpah Dan Peluang
Investasi
X3_Ketersediaan Y_PELUANG_IN
_SDA VESTASI
**
X3_Ketersediaan_SDA Pearson Correlation 1 .856
N 28 28
**
Y_PELUANG_INVESTASI Pearson Correlation .856 1
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa: terdapat hubungan yang erat
antara sumber daya yang melimpah terhadap peluang investasi di Kabupaten
Lebak dengan r sebesar 0,85 dengan p= 0,00. Dengan kata lain, SDA yang
melimpah akan mampu meningkatkan peluang investasi di Kabupaten Lebak.
Tabel 4.27 hasil Analisis Korelasi antara SDM yang terampil dan peluang investasi
X4_Kualitas_SD Y_PELUANG_IN
M VESTASI
**
X4_Kualitas_SDM Pearson Correlation 1 .874
N 28 28
**
Y_PELUANG_INVESTASI Pearson Correlation .874 1
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa: terdapat hubungan yang erat
antara SDM yang terampil terhadap peluang investasi di Kabupaten Lebak dengan
r sebesar 0,87 dengan p= 0,00. Dengan kata lain, SDM yang terampil juga akan
mampu meningkatkan peluang investasi di Kabupaten Lebak
Semakin banyak SDM yang terampil yang terdapat di Kabupaten Lebak, semakin
besar pula peluang investasi di Kabupaten Lebak. Para investor akan dengan
mudah mendapatkan SDM yang benar-benar dibutuhkan oleh perusahaan.
Tabel 4.28 Hasil Analisis kemudahan proses perijinan dan peluang investasi
X5_Tkt_kemuda
han_Proses_Peri Y_PELUANG_IN
jinan VESTASI
**
X5_Tkt_kemudahan_Proses_ Pearson Correlation 1 .875
Perijinan
Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
**
Y_PELUANG_INVESTASI Pearson Correlation .875 1
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa: terdapat hubungan yang erat
antara kemudahan proses perijinan terhadap peluang investasi di Kabupaten
Lebak dengan r sebesar 0,87 dengan p= 0,00. Dengan kata lain, Proses perijinan
yang mudah akan mampu meningkatkan peluang investasi di Kabupaten Lebak.
Tabel 4.29 Hasil Analisis Korelasi iklim investsi dan peluang investasi
X6_Tingkat_kond
usifitas_Iklim_inv Y_PELUANG_IN
estasi VESTASI
**
X6_Tingkat_kondusifitas_Ikli Pearson Correlation 1 .803
m_investasi
Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
**
Y_PELUANG_INVESTASI Pearson Correlation .803 1
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa: terdapat hubungan yang erat
antara iklim investasi yang kondusif terhadap peluang investasi di Kabupaten
Lebak dengan r sebesar 0,80 dengan p= 0,00. Dengan kata lain, Iklim investasi
yang kondusif akan mampu meningkatkan peluang investasi di Kabupaten Lebak.
Semakin tinggi tingkat kondusifitas suatu wilayah untuk berinvestasi semakin
tinggi minat para investor dalam menanamkan modalnya di wilayah tersebut.
Para investor tidak akan mengambil resiko berinvestasi pada suatu wilayah yang
tidak kondusif. Pemerintah daerah hendaknya terus meningkatkan tingkat
kondusifitas wilayahnya manakala menghendaki adanya investasi luar masuk ke
wilayahnya dalam hal ini Kabupaten Lebak.
N 28 28
**
Y_PELUANG_INVESTASI Pearson Correlation .811 1
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa: terdapat hubungan yang erat
antara tingginya dukungan masyarakat terhadap peluang investasi di Kabupaten
Lebak dengan r sebesar 0,81 dengan p= 0,00. Dengan kata lain, Dukungan
masyarakat yang tinggi terhadap investor dengan tidak mengganggu stabilitas
investasi akan mampu meningkatkan peluang investasi di Kabupaten Lebak.
Tabel 4.31 Hasil Analisis Korelasi antara budaya entrepeneurship masyarakat dan
peluang investasi
N 28 28
**
Y_PELUANG_INVESTASI Pearson Correlation .805 1
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa: terdapat hubungan yang erat
antara budaya entrepeneurship masyarakat terhadap peluang investasi di
Kabupaten Lebak dengan r sebesar 0,84 dengan p= 0,00. Dengan kata lain,
Budaya entrepreneurship masyarakat yang tinggi akan mampu meningkatkan
peluang investasi di Kabupaten Lebak.
Selain bisa dijadikan sumber daya manusia yang handal, budaya masyarakat yang
menyukai entrepreneur akan mudah diajak bekerja sama seperti dalam hal
penyediaan bahan baku, pembuatan sub produk yang bisa dilakukan di home
industri, pengerjaan produk industri yang bisa dilakukan di rumah, dan
kerjasama lain yang sifatnya saling menguntungkan.
22. Hubungan Antara Kualitas Sarana Dan Prasarana dan Peluang Investasi
Peluang Investasi Kabupaten Lebak Page cxliv
Berdasarkan hasil analisis korelasi bivariat antara kualitas Sarana dan Prasarana
yang ada di wilayah dan peluang investasi diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.32 Hasil Analisis Korelasi antara Kualitas Sarana dan Prasarana dan
Peluang Investasi
X9_Kualitas_sar Y_PELUANG_IN
pras_di_daerah VESTASI
**
X9_Kualitas_sarpras_di_daer Pearson Correlation 1 .842
ah
Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
**
Y_PELUANG_INVESTASI Pearson Correlation .842 1
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa: terdapat hubungan yang erat
antara kualitas Sarana dan Prasarana yang ada di wilayah terhadap peluang
investasi di Kabupaten Lebak dengan r sebesar 0,84 dengan p= 0,00. Dengan kata
lain, Kualitas Sarpras di seluruh Wilayah yang baik akan mampu meningkatkan
peluang investasi di Kabupaten Lebak.
Apabila sarana transportasi yang ada sulit, maka akan berakibat pada
membengkaknya biaya trasportasi, waktu yang lama, dan membengkaknya jumlah
kebutuhan armada yang lebih banyak. Hal ini tentu akan berakitab fatal, karena
para investor akan menjadi tidak tertarik, dan besar kemungkinan investor yang
sudah masuk pun akan memindahkan aset investasinya ke tempat lain.
Tabel 4.33 Hasil Analisis Korelasi antara Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan
Peluang Investasi
X10_Kualitas_pe Y_PELUANG_IN
ngelolaan_LH VESTASI
**
X10_Kualitas_pengelolaan_L Pearson Correlation 1 .842
H
Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
**
Y_PELUANG_INVESTASI Pearson Correlation .842 1
N 28 28
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa: terdapat hubungan yang erat
antara pengelolaan hidup yang ramah terhadap peluang investasi di Kabupaten
Lebak dengan r sebesar 0,84 dengan p= 0,00. Dengan kata lain, Pengelolaan
Lingkungan hidup yang ramah akan mampu meningkatkan peluang investasi di
Kabupaten Lebak. Semakin baik pengelolaan lingkungan hidup semakin tinggi
minat investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Lebak.
Total 4748.107 27
Berdasarkan hasil analisis regresi dengan delapan prediktor diperoleh koefisien F reg sebesar
11,7 dengan tingkat signifikansi 0,00 dengan demikian hasil analisis tersebut dapat dikatakan
signifikan.
A. Simpulan
BPS Kab. Lebak, 2012, Kabupaten Lebak Dalam angka tahun 2012,
Rangkasbitung: BPS
BPS Kab. Lebak, 2013, Kabupaten Lebak Dalam angka tahun 2012,
Rangkasbitung: BPS
BPS Provinsi Banten, 2012, Banten Dalam angka tahun 2012, Serang: BPS
BPS Provinsi Banten, 2013, Banten Dalam angka tahun 2012, Serang: BPS
Harris, Richard, 2008, Models of Regional Growth: Past, Present and Future,
Spatial Economic Research Centre (SERC), CPPR and University of
Glasgow,
Lincoln, Y.S., & Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. London: Sage
Publications.
Miles, M.B., & Huberman, A.M. 1992 Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-metode Baru. Penerjemah Rohidi T.R Jakarta : UI
Press.
Renyaan, James Paul Alfred at.el, 2012, Effect of Fiscal Autonomy and
Economic Growth on Local Financial Performance (A Study on Local
Government Of Papua Province), International Journal of Business and
Management Invention ISSN (Online), Volume 1 Issue 1 December.
2012. PP.16-21