Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA

KEKEKALAN ENERGI
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha (Wangi, 2017:99). Energi
dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Energi dapat berubah
dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Contoh dari perubahan energi misalnya ketika
proses menyalakan kipas angin. Ketika akan menyalakan kipas angin, terlebih dahulu
kita menyalakan listrik yang mana manandakan kita akan menggunakan energi listrik.
Kemudian, melalui berbagai komponen elektronika di dalam kipas angin, energi
listrik diubah menjadi energi gerak, sehingga kipas dapat bergerak. Gerakkan kipas
yang terus menerus akan membuat udara di sekitar kipas menjadi dingin. Akan tetapi,
mesin kipas berubah menjadi hangat, hal tersebut menandakan bahwa adanya
perubahan dari energi kinetik menjadi energi panas.

Kekekalan energi atau energi konservatif adalah perubahan energi kinetik


menjadi energi potensial yang terjadi secara konstan (Lambaga, 2019:77). Seperti
yang telah diketahui bahwa penjumlahan energi kinetik dan energi potensial
merupakan energi mekanik. Energi mekanik juga sering dikenal sebagai energi yang
dimiliki oleh suatu benda karena sifat geraknya (Wangi, 2017:99). Kekekalan energi
dalam energi mekanik tentunya memiliki konsep dasar yang sama dengan bunyi
hukum kekekalan energi. Bunyi dari hukum kekekalan energi “Energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya dapat diubah menjadi bentuk
energi lain.” Pada pembahasan energi konservatif ini energi kinetik berubah menjadi
energi potensial begitu pula sebaliknya.

Perlu diingat bahwa kekekalan energi hanya akan berlaku apabila sistem
dalam keadaan terisolasi atau dalam hal ini gaya-gaya yang bekerja pada sistem
merupakan gaya konservatif. “Jika hanya gaya-gaya konservatif yang bekerja, energi
mekanik total dari sebuah sistem tidak bertambah maupun tidak berkurang pada
proses apapun. Energi tersebut tetap konstan, kekal” (Giancoli, 2001:188). Menurut
(Anugraha, 2016:96) suatu gaya akan bersifat konservatif apabila usaha yang
dilakukan oleh gaya tersebut pada sebuah partikel yang menempuh sembarang
putaran sampai kembali ke posisi semula sama dengan nol. Usaha yang dilakukan
oleh gaya tersebut hanya berfokus ke dua posisi yaitu posisi awal dan posisi akhir,
dimana gaya konservatif tidak bergantung kepada bentuk lintasan yang ditempuhnya.
Sementara itu, untuk gaya non konservatid bergantung kepada lintasan yang
ditempuh. Contoh dari gaya konservatif yaitu gaya gravitasi, gaya pegas, gaya
coulomb, dsb. Sedangkan contoh dari gaya non konservatif yaitu gaya gesekan. Pada
Gerakan yang dipengaruhi oleh gaya konservatif, apabila terjadi kenaikan energi
kinetic maka diiringi dengan penurunan energi potensial (Anugraha, 2016:96).
Berdasarkan hal tersebut berlaku persamaan sebagai berikut.

∆ EK + ∆ EP=∆ ( EK + EP )=0

sehingga

EM =EK + EP=konstan

Jika kita meninjau gaya konservatif dalam sistem yang berkaitan dengan gaya
gravitasi, maka sebuah benda bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v dan
berada pada ketinggian h akan memiliki persamaan.

1 2
EK = m v dan EK =mgh
2

Sehingga berlaku

1 2
m v + mgh=konstan
2

Penjumlahan energi kinetic dengan energi potensial konstans. Oleh karena itu,
diketahui bahwa energi mekanik memiliki besar yang sama di setiap titik dalam ruang
lingkup energi konservatif. Dengan demikian, diperoleh persamaan energi mekanik
awal dan akhir sebagai berikut.

EM 1=EM 2
1 2 1 2
m v 1 + mgh1 = mv 2 +mg h2
2 2

Seperti yang telah disebutkan di awal, contoh gaya konservatif yaitu gaya
potensial dan gaya pegas. Untuk gaya pegas, konsep keseluruhan pegas sama. Energi
konservatif pada pegas muncul ketika pegas disimpangkan sejauh x cm oleh suatu
gaya baik berupa dorongan maupun tarikan sebesar F newton. Kemudian gaya
tersebut dilepaskan, ketika gaya dilepaskan maka akan ada muncul gaya pemulih.
Gaya pemulih memiliki arah yang berlawanan dengan gaya tarik/dorong pegas. Pada
fenomena tersebut pegas akan bergerak bolak balik dari titik kesetimbangannya,
gerakkan itulah yang memunculkan adanya energi konservatif. Gambaran
sederhananya, ketika pegas bergerak maka akan ada gaya kinetic, serta perubahan
posisi pegas yang bergerak memanjang-memendek-memanjang maka menandakan
adanya energi potensial pegas. Persamaan matematis dari fenomena ini yaitu sebagai
berikut.

1 2 1 2 1 2 1 2
m v 1 + k x 1 = m v2 + k x2
2 2 2 2

Contoh gaya konservatif ketiga adalah gaya Coulomb. Newton menemukan


bahwa dua buah massa saling tarik-menarik dengan gaya yang berbanding lurus
dengan perkalian dua massa dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak keduanya,
fenomena tersebut dikenal sebagai hukum gravitasi Newton. Smentera itu, Coulomb
menemukan sifat serupa pada muatan listrik. Muatan listrik diasumsikan sebagai dua
massa. Dua buah muatan listrik saling mengerjakan gaya yang besarnya berbanding
lurus dengan perkalian dua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
keduanya, fenomena tersebut dikenal dengan (Abdullah, 2017:1-2).

Hal yang membedakan antara keduanya yaitu pada gaya gravitasi hanya
terdapat satu jenis massa yaitu massa positif, sedangkan pada gaya Coulomb bisa
terdapat 2 jenis massa yaitu muatan negative dan muatan positif. Gaya Coulomb
merupakan salah satu gaya konservatif. Dalam gaya Coulomb usaha yang dilakukan
oleh gaya Coulomb harus bernilai nol apabila lintasan muatan dari a menuju
titik b dan kemudian kembali lagi ke titik a. Katakanlah bahwa muatan 1 dibuat
supaya tidak bergerak kemana-mana akibat medan listrik dari muatan 2, dan muatan 2
bebas bergerak ke segala arah (MNF, 2018). Kedua muatan memiliki kutub yang
sama, sehingga mereka akan saling tolak-menolak. Dengan demikian besar gaya
Coulomb dirumuskan dengan persamaan matematis berikut.

q1 q2
F=k
r 122

Aplikasi energi konservatif sering kali ditemui di kehidupan kita, salah


satunya yaitu pada mainan ayunan. Ayunan merupakan bentuk penerapan dari sistem
pendulum sederhana. Pendulum merupakan sistem yang tersusun atas sebuah massa
yang biasanya dalam bentuk bola dan tali yang ringan. Salah satu ujung tali diikatkan
pada penyangga dan ujung lainnya diikatkan pada massa. Apabila tali disimpangkan
sejauh θ , kemudian dilepaskan. Maka pendulum akan berayun bolak-balik, apabila
gesekkan diabaikan, maka gerakan tersebut dapat diasumsikan sebagai gerakan
harmonis sederhana (Giancoli, 2001:375). Massa yang dipilih biasanya bebentuk
bola, hal tersebut untuk meminimalisir gesekkan dengan udara. Gerak bolak balik
pendulum, bermula ketika pendulum disimpangkan pada titik A kemudian melewati
titik setimbangnya titik O dan menuju titik B kemudian melewati titik O dan akhirnya
sampai ke titik A merupakan penerapan dari hukum kekekalan energi, dengan catatan
diasumsikan sistem berada dalam medan konservatif, gesekan udara diabaikan.

Ketika pendulum disimpangkan sejauh θ dari titik kesetimbangannya (berada


di titik A), pendulum berada pada titik tertingginya/simpangan terjauh (amplitude).
Dikarenakan pendulum berada di titik ketinggian maksimum, maka energi potensial
pendulum maksimum. Saat pendulum berada di ketinggian maksimum kecepatan
pendulum bernilai 0 m/s, sehingga di titik A energi kinetic pendulum minimum.
Ketika pendulum dilepaskan, dengan adanya percepatan gravitasi maka gerak
pendulum yang searah dengan gravitasi bumi akan mengalami percepatan, yang
tentunya pendulum juga memiliki kecepatan. Saat mencapai titik O maka kecepatan
pendulum maksimum yang menandakan bahwa energi kinetic pendulum maksimum.
Akan tetapi, pada titik ini dikarenakan pendulum memiliki ketinggian 0 m dari titik
setimbangnya maka energi potensial pendulum di titik O bernilai minimum. Setelah
mencapai titik O maka dengan kecepatan awal pada posisi titik O pendulum akan
bergerak ke atas ke arah titik B, semakin atas gerak pendulum maka kecepatan
pendulum akan semakin berkurang. Dengan demikian, ketika pendulum sampai pada
titik B maka energi kinetic akan minimum dan energi potensial pendulum akan
maksimum kembali seperti halnya pada titik A. Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat
diketahui bahwa terdapat penerapan energi konservatif dalam ayunan pendulum.

Hal tersebut serupa dengan yang disampaikan oleh (Kamajaya, 2006:125-126)


bahwa benda yang dipengaruhi gaya gravitasi pasti memiliki sejumlah energi
potensial. Benda yang dilambungkan vertical ke atas tentunya akan memiliki energi
potensial. Selain memiliki energi potensial benda juga memiliki energi kinetic. Energi
kinetic diperoleh dari hasil pelemparan bola, ketika bola bergerak semakin ke atas
maka energi kinetic bola akan berkurang.

Contoh kegiatan lain yang merupakan penerapan dari Hukum Kekekalan


Energi Mekanik adalah permainan skate board. Permainan skate board biasanya
dilakukan di lintasan yang berbentuk melengkung. Pemain skate board dengan
keahliannya bergerak dari sisi yang satu menuju sisi yang lainnya. Jika dikaitkan
dengan energi mekanik, konsep permainan skate board ini hampir mirip dengan
konsep pendulum sederhana. Fenomena di kehidupan nyata gerakkan pemain
skateboard lambat laun akan semakin lambat dan akhirnya berhenti. Gerakkan
tersebut melambat dikarenakan adanya gesekkan dengan udara.

Sistem kekekalan energi di kehidupan sehari-hari juga terdapat di salah satu


wahana permainan, yaitu roller coaster atau yang sering disebut dengan istilah
“Halilintar”. Menurut Harris (dalam Hartanto, dkk, 2017:83) roller coaster atau
permainan kereta luncur merupakan suatu permainan yang menggunakan sekumpulan
kereta yang bergerak pada 1 intasan yang sudah ditentukan. Lintasan pada roller
coaster memiliki bentuk berupa cekungan, garis lurus, loop, tikungan dan tanjakkan.
Pada mulanya, kereta roller coaster akan ditarik dengan mesin ke bagian awal
lintasan. Bagian awal lintasan ini, merupakan bagian yang tertinggi dari keseluruhan
lintasan roller coaster. Setelah sampai di bagian itu, kereta roller coaster akan
dilepaskan dari mesin penarik, sehingga bergerak mengikuti lintasan tanpa
menggunakan mesin sama sekali. Desain lintasan dalam permainan ini sangatlah
memperngaruhi keasyikan bermain dan juga mempengaruhi keamanan permainan.
Apabila lintasan tidak didesain dengan baik maka dapat menyebabkan kereta keluar
dari jalurnya maupun terjatuh saat melintasi lintasan berbentuk huruf O vertical.

Pada umumnya, manusia masih mampu menahan gaya antara 0G sampai


dengan 3G dalam waktu yang cukup lama. Di luar itu, manusia masih mampu
bertahan tapi hanya dalam waktu singkat saja. Jika batas toleransi ini dilanggar, maka
manusia dapat menjadi pingsan bahkan meninggal. Untuk diketahui bahwa pada saat
kereta roller coaster menurun secara cepat, gaya yang mengenai para penumpang
roller coaster akan meningkat dari 1G menjadi lebih besar lagi, proporsional terhadap
percepatan kereta (Hartanto, dkk, 2017:83). Oleh karena itu, unsur keamanan dalam
permainan ini harus bener-benar dipertimbangkan.

Setelah Iintasan roller coaster terbentuk, maka proses selanjutnya yang harus
dilakukan adalah membentuk kereta roller coaster dan menjalankannya pada lintasan
yang telah dibuat sebelumnya. Agar kereta roller coaster ini dapat bergerak sepcrti
pada kondisi nyata, maka gerakan kereta roller coaster tersebut harus dilakukan
melalui berbagai hukum fisika yang ada.

Penerapan ilmu fisika pada permainan roller coaster ini dititik beratkan pada
maateri gerak lurus, gerak melingkar dan juga hukum kekekalan energi mekanik.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa lintasan roller coaster berbentuk
jalur lurus, belokan, tanjakan, tikungan, dan lingkaran. Sehingga, ketika roller
coaster mulai berjalan makan akan ada unsur-unsur lain seperti kecepatan awal (v 0),
kecepatan sudut awal (ω 0), percepatan (a), percepatan sudut ¿) dan juga variabel-
variabel lainnya.

Seperti diketahui bahwa suatu benda yang bergerak pada lintasan lurus
dengan kecepatan awal ( v 0) dan percepatan (a) dalam selang waktu (t ) akan
mempunyai kecepatan akhir ( v t ) sebesar pada persamaan.

v t=v 0 +at

Kemudian jarak yang ditempuh dari satu titik ke titik lainnya dituliskan dengan
persamaan matematis

1
∆ s=v 0 t+ a t 2
2

Selain gerak lurus, kereta roller coaster juga dapat bergerak secara melingkar.
Benda yang bergerak melingkar memiliki dua percepatan yang arahnya berbeda, yaitu
percepatan yang arahnya menuju ke pusat lingkaran (disebut dengan percepatan
sentripetal a x ) dan percepatan yang sejajar dengan kemiringan lintasan (discbut
dengan percepatan tangensial a y)). Kedua percepatan ini sating tegak lurus. Ketika
terdapat percepatan sentripetal tentunya juga terdapat gaya sentripetal. Berdasarkan
hukum l1I Newton, sctiap aksi akan menimbulkan reaksi. Dcmikian halnya dengan
gaya sentripetal yang mengarah ke titik pusat lingkaran, akan mempunyai gaya reaksi
yang berlawanan dengan gaya tersebut. Gaya ini disebut dengan gaya sentrifugal, di
mana besarnya gaya ini sama persis dengan bcsarnya gaya sentripetal (llenderson,
dalam Hartanto, 2017:87).

Berdasarkan uraian mengenai sistem yang terdapat pada roller coaster kita
dapat mengetahui bahwasanya, ketike bermain roller coaster akan timbul energi
kinetic dan energi potensial berdasarkan perubahan kecepatan serta posisi dari kereta
roller coaster. Oleh karena itu, dalam permainan ini juga diterapkan prinsip energi
konservatif. Apabila prinsip energi konservatif tidak diterapkan dengan baik maka
tentunya roller coaster tidak akan mampu menempuh perjalanan hingga ke titik akhir
(berhenti di tengah jalan).

Aplikasi energi konservatif dalam roller coaster yaitu sebagai berikut. Kereta
roller coaster yang melaju menaiki dan menuruni lintasan, serta melewati lintasan
berbentuk lingkaran tentunnya mengalami perubahan ketinggian dan perubahan
kecepatan. Perubahan ketinggian dan perubahan kecepatan merupakan ciri khas dari
energi mekanik. Kereta roller coaster bergerak dengan kecepatan awal yang timbul
saat kereta dilepaskan dari mesin penarik. Perlu diketahui bahwa posisi awal roller
coaster yaitu terdapat di lintasan tertinggi. Sesuai dengan teori energi potensial,
ketika kedudukan suatu benda semakin jauh dari permukaan bumi, otomatis benda
tersebut memiliki energi potensial yang semakin besar. Roller coaster yang
dilepaskan dari mesin penarik (pada lintasan tertinggi) kemudian bergerak menuruni
lintasan dengan kecepatan yang semakin besar. Gerak kereta roller coaster searah
dengan percepatan gravitasi sehingga gerakkan dipercepat.

Sepertihalnya pendulum sederhana, ketika roller coaster mencapai kecepatan


maksimum di lintasan tersebut, kecepatan itu digunakan roller coaster untuk menaiki
kembali lintasan. Oleh karena itu, kereta roller coaster dapat terus melakukan
perjalanannya. Selain itu, ketika roller coaster bergerak melalui lintasan yang
berbentuk lingkaran, maka gaya sentripetal dan sentrifugal ikut berperan serta dalam
prosesnya, sehingga kereta dapat melewati lintasan dengan mulus tanpa terjatuh dari
lintasan tersebut.

Penerapan energi konservatif dalam permainan roller coaster ini sangatlah


menarik apabila diperlajari, karena kereta tersebut dapat bergerak menaiki dan
menuruni lintasan yang berbentuk lingkaran, bukit, dan lembah tanpa memerlukan
listrik. Oleh karena itu, sebelum para ahli membangun rancangan lintasan roller
coaster biasanya para ahli akan membuat miniature dati permainan roller coaster,
sebagai simulasi untuk memperoleh desain lintasan yang aman dan menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung: ITB.

Anugraha, Rinto. 2016. Pengantar Mekanika Klasik. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Hartanto, dkk. 2017. Visualisasi Gerakan Kereta Roller Coaster Berdasar Sifat-Sifat
Fisiknya. Gematika Jurnal Manajemen Informaatika. 8(2), hal 71-158.

Kamajaya dan Ahmad S. Fisika Untuk Kelas XI Semester I. Bandung: Grafindo


Media Pratama.

Lambaga, Ilham A. 2019. Tinjauan Umum Konsep Fisika Dasar. Yogyakarta:


Deepublish.

MNF. 2020. Gaya Coulomb Sebagai gaya Konservatif. Diakses melalui


https://fukanzennakagakusha.com/2018/09/08/gaya-coulomb-sebagai-gaya-
konservatif/ pada tanggal 26 September 2021.

Wangi, Putri P. 2017. Matematika Fisika Untuk Sekolah & Umum. Yogyakarta:
Elmatera.

Anda mungkin juga menyukai