TUBERCULOSIS PARU
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Pulmonologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun oleh:
NADIRA SABRINA MUFTI
2107501010007
Pembimbing:
dr. Sri Dianova, Sp.P(K)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas laporan kasus yang berjudul
“Tuberculosis Paru”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Pulmonologi RSUD dr.
Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Ucapan terimakasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada ”dr. Sri Dianova, Sp.P(K)” yang telah
bersedia meluangkan waktu membimbing penulis dalam penulisan kasus ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada para sahabat dan rekan-rekan yang telah
memberikan dorongan moril dan materil sehingga tugas ini dapat selesai.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bidang
kedokteran dan berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan
ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu penyakit dalam pada khususnya. Semoga
Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS .................................................................... 3
2.1 Identitas Pasien ................................................................. 3
2.2. Anamnesis ........................................................................ 3
2.3. Pemeriksaan Fisik ............................................................. 4
2.4. Pemeriksaan Penunjang .................................................... 7
2.5. Diagnosis .......................................................................... 9
2.6. Tatalaksana ....................................................................... 9
2.7. Prognosis .......................................................................... 9
2.8. Follow Up Harian ............................................................. 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 13
3.1. Definisi Tuberculosis ........................................................ 13
3.2. Etiologi ............................................................................. 13
3.3. Klasifikasi ........................................................................ 13
3.4. Epidemiologi .................................................................... 15
3.5. Patogenesis ....................................................................... 15
3.6. Faktor Risiko .................................................................... 17
3.7. Diagnosis .......................................................................... 18
3.8. Tatalaksana ....................................................................... 19
3.9. Pencegahan ....................................................................... 21
BAB IV ANALISIS KASUS ..................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dirancang untuk membedakan sekuen wild type dan mutasi pada daerah inti yang
berhubungan dengan resistansi terhadap rifampisin.5
World Health Organization sejak tahun 2010 telah menyarankan penggunaan
TCM sebagai uji diagnostik awal pada pasien HIV tersangka TB paru dan pasien TB
paru dengan dugaan resistensi terhadap rifampisin. Kelebihan TCM diantaranya
adalah tidak membutuhkan sumber daya manusia yang banyak dan dapat memberikan
diagnosis TB yang akurat sekaligus mendeteksi resistensi rifampisin hanya dalam
waktu singkat.6
Pada tahun 2014-2015, mesin TCM telah didistribusikan di 59 kabupaten/kota
di Indonesia. Pada akhir Desember 2016, mesin TCM telah terdistribusi dan terinstal
di 143 fasilitas kesehatan di Indonesia, termasuk di beberapa puskesmas. Sampai
akhir 2017, mesin TCM atau Gene Xpert Mycobacterium tuberculosis Rifampicin
(MTB/RIF) didistribusikan sampai mencapai 600 fasilitas kesehatan.2 Pemanfaatan
TCM saat ini ditujukan untuk diagnosis terduga TB resisten obat, TB-HIV, dan akan
dikembangkan untuk diagnosis TB baru pada anak, TB- Diabetes Melitus, TB ekstra
paru, serta diagnosis pada terduga TB hasil BTA negatif.6
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama : Batuk
3
4
yang lalu, riwayat asma dan PPOK disangkal. Tidak memiliki riwayat hipertensi,
penyakit jantung, dan DM.
Status Generalisata
Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), edema (-)
Kepala : Rambut hitam disertai uban, distribusi tidak merata, sukar dicabut
Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata : Anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), refleks cahaya langsung
(+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
5
Pemeriksaan
Thorax Dekstra Thorax Sinistra
Fisik Paru
Inspeksi Statis : Simetris
Dinamis : Simetris, pernapasan abdominothoracal, retraksi
interkostal (-/-), jejas (-)
Palpasi
Fremitus taktil : normal Fremitus taktil : normal
Atas
Thoraks Posterior
Pemeriksaan
Thorax Dekstra Thorax Sinistra
Fisik Paru
Inspeksi Statis : Simetris
Dinamis : Simetris,pernapasan abdominothoracal, retraksi
interkostal (-/-), jejas (-)
Palpasi
Fremitus taktil : normal Fremitus taktil : normal
Atas
Tengah
Fremitus taktil : normal Fremitus taktil : normal
Ekstremitas
Superior Inferior
Penilaian
Kanan Kiri Kanan Kiri
Clubbing Finger - - - -
Sianosis - - - -
Edema - - - -
DIABETES
GDS 120 < 200 mg/dL
GINJAL-HIPERTENSI
Ureum 23 13 – 43 mg/dL
Kreatinin 0,80 0,67 – 1,17 mg/dL
ELEKTROLIT – Serum
Natrium (Na) 133 132 – 146 mmol/L
Kalium (K) 4,90 3,7 – 5,4 mmol/L
2.5. Diagnosis
1. Suspek Tuberculosis Paru
2. Suspek Pneumonia komunitas
3. Dyspepsia
4. Anemia ringan
5. Low intake
2.6. Tatalaksana
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam IV
- Omeprazole 40 mg/24 jam IV
- Resfar 8-8-9 drip
- Paracetamol 1 gr/8 jam drip
- Curcuma 1 tab/8 jam PO
- SF 1 tab/ 24 jam PO
- Asam folat 1 tab/24 jam PO
- Pro TB 4 FDC 3 tab/24 jam PO
2.7. Prognosis
- Quo et Vitam : dubia et bonam
- Quo et Functional : dubia et bonam
- Quo et Sanactionam : dubia et bonam
10
P : sonor/sonor
A : Ves (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)
Ass/
1. TB Parus kasus putus
obat terkonfirmasi
bakteriologis on OAT
Kat I fase intensif H2
2. Anemia sedang
3. Dyspepsia
4. Low intake
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri berbentuk batang dan bersifat tahan
asam pada proses pewarnaan yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis
sehingga bakteri ini disebut dengan Basil Tahan Asam (BTA). 5 Basil ini dapat
bertahan hidup pada lokasi yang lembab serta tertidur selama beberapa tahun jika
berada di jaringan tubuh. Bakteri ini tidak memiliki spora sehingga dapat
dimusnahkan melalui proses pemanasan, pancaran sinar ultraviolet dan juga pancaran
sinar matahari.
3.3. Klasifikasi
Kasus TB dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Ada pun
pembagiannya secara umum adalah:
a. Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis
Merupakan kasus TB yang ditemukan bukti infeksi kuman MTB pada
pemeriksaan bakteriologis.2 Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah:
13
14
3.4. Epidemiologi
Tuberkulosis merupakan satu dari sepuluh penyakit yang menjadi penyebab
kematian terbesar di dunia. Terdapat 8 negara dengan jumlah kasus TB terbanyak
yang mencakup dua pertiga dari seluruh kasus TB global yaitu India (26%), Indonesia
(8,5%), Cina (8,4%), Filipina (6%), Pakistan (5,7%), Nigeria (4,4%), Bangladesh
(3,6%), dan Afrika Selatan (3,6%).9 Di Indonesia sendiri diperkirakan pada tahun
2019 terdapat 845.000 (770.000-923.000) kasus baru TB Paru, sebanyak 19.000
kasus baru di antaranya merupakan kasus TB-HIV positif. Diperkirakan terdapat
92.000 kematian pada kasus TB-HIV negatif dan 4.700 kematian pada pasien TB-
HIV positif.1
3.5. Patogenesis
Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan yang ditimbulkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Ada berbagai jenis Mycobacterium, yaitu: M.
tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. leprae dan lainnya yang diketahui sebagai
Bakteri Tahan Asam (BTA) melalui saluran pernafasan, pencernaan dan lesi pada
kulit. Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang
mampu memunculkan masalah pada aliran pernafasan diketahui sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang kadang kala dapat mengacaukan
penegakan diagnosis dan terapi tuberkulosis.10
Sifat kuman Mycobacterium tuberculosis secara umum yaitu:11
16
- Bentuknya batang yang panjangnya 1-10 mikron serta lebar 0,2-0,6 mikron.
- Sifatnya tahan asam dalam pewarnaan menggunakan Ziehl Neelsen dan
memiliki warna merah. Ziehl Neelsen (ZN) merupakan teknik pewarnaan
guna mendeteksi keberadaan BTA. Dikatakan BTA sebab beberapa spesies
bakteri susah dicat tapi sesudah mendapat dicat, dinding bakteri sanggup
bertahan akan pencucian menggunakan asam dan sulit luntur memakai zat
peluntur (decolorizing agent) seperti asam alkohol. Dengan menggunakan
mikroskop pada pewarnaan ZN, BTA kelihatan berwarna merah dengan warna
biru di sekitarnya.
- Membutuhkan media tertentu dalam penumbuhan bakteri, seperti Lowenstein
Jensen (LJ), Ogawa. Media LJ merupakan modifikasi International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) yang digunakan secara
luas bagi kultur tuberkulosis. Media LJ mengandung gliserol yang dapat
menyuburkan pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. Jika komponen
gliserol pada media LJ digantikan dengan piruvat (produk akhir glikolisis
yang digunakan untuk menghasilkan energi) maka akan dapat meningkatkan
pertumbuhan M. bovis.
- Pada suhu suhu antara 4OºC - 70OºC dapat bertahan hidup dalam waktu lama.
- Terlalu sensitif pada panas, ultra violet dan cahaya matahari. Sebagian besar
kuman yang terpapar langsung ultra violet mati dalam waktu beberapa menit.
Kuman bisa terhambat pertumbuhannya.
berkembang biak di dalam makrofag. Kuman MTB akan keluar ketika makrofag telah
mati dan dengan bantuan sistem limfatik dan pembuluh darah, dapat tersebar ke
jaringan dan organ yang lebih jauh.13
Infeksi TB dapat berkembang menjadi salah satu kejadian sebagai berikut: 8
a. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
b. Sembuh dengan meninggalkan bekas sedikit
c. Menyebar dengan cara:
- Perkontinuitatum: menyebar ke sekitar fokus primer
- Penyebaran secara bronkogen: baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya
- Penyebaran secara limfogen: dapat menyebabkan limfadenitis TB
- Penyebaran secara hematogen: dapat menimbulkan TB pada organ tubuh
yang lain
Komplikasi dan penyebaran TB pada organ tubuh yang lain dapat berakhir
dengan sembuh yang meninggalkan sekuele atau bahkan kematian.
3.7. Diagnosis
3.8. Tatalaksana
Pengobatan TB meliputi dua fase yaitu fase awal (intensif) dan fase lanjutan.
a. Tahap Awal. Terapi ini diserahkan harian. Paduan terapi untuk tahap awal
bertujuan dalam mengurangi jumlah kuman dengan efektif dan mengurangi
dampak kuman yang dikhawatirkan telah resistan sebelum penderita
memperoleh pengobatan. Untuk pasien baru, terapi tahap awal diserahkan
selama dua bulan. Jika terapi teratur dan tidak ada penyulit, daya penularan
telah menurun sesudah terapi selama dua pekan.
b. Tahap Lanjutan adalah tahap yang penting dalam membinasakan kuman yang
tersisa yang terdapat pada tubuh terutama kuman dorman diharapkan dapat
menghambat kekambuhan serta penderita bisa sembuh.
Paduan OAT disiapkan dalam bentuk paket yang bertujuan dalam kemudahan
pemberian obat dan memastikan keberlanjutan pengobatan hingga akhir. Satu pasien
mendapat satu paket untuk satu masa pengobatan. OAT merupakan bagian terpenting
dalam terapi tuberkulosis yang menjadi suatu upaya paling efisien dalam
menghambat penularan TB. Pengobatan yang adekuat wajib mencukupi prinsip:2
20
1. OAT minimal terdiri dari 4 macam obat agar tidak timbul kekebalan.
2. Diberikan dalam takaran obat yang akurat.
3. Dikonsumsi dengan rutin serta diamati langsung oleh PMO hingga
pengobatan berakhir.
Efek samping OAT. Dosis dan frekuensi konsumsi obat yang tidak boleh
putus memberikan efek samping yang beragam. Banyak pasien tuberkulosis bisa
melalui terapi tanpa efek samping hanya sebagian kecil yang mengalaminya.
Pengamatan efek samping dibutuhkan dalam menjalani terapi, dengan cara:16
1. Memberi penjelasan pada penderita tentang pertanda efek samping obat.
2. Mempertanyakan kemunculan tanda efek samping saat pasien
mengambil obat.
Pengobatan pasien tuberkulosis bertujuan untuk:11
1. Memulihkan penderita serta meningkatkan produktivitas dan
kualitas hidup.
2. Menghambat kematian serta dampak yang diakibatkan.
3. Menghindari tuberkulosis kambuh.
4. Mengurangi risiko penularan.
5. Menghambat kemunculan dan penularan TB Resistan Obat (TB RO)
3.9. Pencegahan
Pencegahan tuberkulosis dapat dilaksanakan melalui terapi pencegahan seperti
pemberian kemoprofilaksis diberikan kepada pengidap HIV/AIDS, diagnosis dan
terapi pasien BTA positif sehingga dapat mencegah terjadinya penularan serta
memberikan imunisasi Bacillus Calmette Guérin (BCG) pada bayi usia 0 sampai
dengan 11 bulan agar daya tahan tubuhnya terhadap kuman tuberkulosis dapat
meningkat.6
BAB IV
ANALISIS KASUS
Telah diperiksa pasien laki-laki dengan inisial Tn. A usia 63 tahun datang
diantar oleh keluarga dengan keluhan batuk semenjak 3 bulan sebelum masuk rumah
sakit. Batuk dirasakan sepanjang hari hilang-timbul, disertai dengan dahak kental
berwarna putih, dan semakin memberat semenjak 1 minggu terakhir. Pasien juga
mengeluhkan adanya nyeri dada yang tidak dapat ditunjuk dan tidak menjalar.
Terdapat keluhan lain yang disampaikan pasien yaitu lemas, tidak nafsu makan, dan
penurunan berat badan sebanyak 11 kg dalam 3 bulan terakhir.
Gambaran klinis dari pasien yang didiagnosis TB meliputi gejala respiratorik
utama yaitu batuk > 2 minggu, batuk disertai dengan dahak dan/atau darah, sesak
napas, dan nyeri dada ketika batuk.13 Pada pasien ditemukan gejala batuk yang sudah
mencapai 3 bulan yang disertai dengan dahak dan keluhan nyeri dada disampaikan
pasien memberat dalam 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada dirasakan
semakin memberat ketika pasien batuk. Batuk darah disangkal oleh pasien.
Selain gejala respiratorik, pada gejala tambahan kasus TB juga sering
dijumpai badan lemas, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan yang tidak
disengaja, malaise, keringat di malam hari yang tidak diakibatkan aktivitas fisik, dan
demam subfebris lebih dari 1 bulan.2 Gejala ini juga dikeluhkan oleh pasien. Pasien
mengeluhkan demam naik-turun semenjak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Penurunan berat badan yang terjadi pada pasien selama 3 bulan terakhir adalah
sebanyak 11 kg dan terjadi penurunan nafsu makan, serta pasien mengeluhkan mudah
lelah dan lemas.
Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai abnormalitas seperti fremitus taktil
yang melemah, perkusi redup, atau ronkhi. Akan tetapi, pada kasus TB yang lebih
masif bisa dijumpai terdapatnya infiltrat hasil dari proses inflamasi yang terjadi.
Gohn focus adalah sebuah granuloma/tuberculoma besar yang terbentuk dari proses
fagositosis. Pada foto toraks, granuloma akan menunjukkan gambaran kavitas.
Pembentukan kavitas mengindikasikan infeksi kronis dan infeksi bakteri yang massif.
22
23
terhadap infeksi. Akan tetapi, produksi dari sitokin ini juga dapat memengaruhi
fungsi normal dari tubuh.11
Pada hasil pemeriksaan hitung jenis, ditemukan pada pasien nilai netrofil
batang adalah 0%, netrofil segmen 75%, limfosit 14%, dan monosit 10%. Nilai ini
menunjukkan bahwa pasien sedang mengalami proses infeksi di dalam tubuhnya. Hal
ini sesuai dengan keadaan pasien yang didiagnosis TB Paru, yang berarti terjadi
proses infeksi M. tuberculosis pada pasien. Gambaran ini sering dijumpai pada pasien
kasus TB Paru.4
BAB V
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27