B1A020227
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
INSTRUMEN PEMERINTAHAN
1. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan perundang undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat negara yang berwenang dan mengikat secara umum.
Sedangkan menurut beberapa undang-undang, peraturan perundang-undangan diartikan
sebagai:
1. Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU RI No 5 Tahun 1986 mengartikan peraturan
perundang-undangan sebagai semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang
dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama pemerintah, baik ditingkat pusat maupun
di tingkat daerah, serta semua keputusan badan atau pejabat tata usaha negara, baik ditingkat
pusat maupun di tingkat daerah, yang juga mengikat umum.
2. Pasal 1 angka 2 UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, mengartikan peraturan perundang-undangan sebagai peraturan tertulis
yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan kualifikasi norma hukum diatas, peraturan
perundang-undangan bersifat umum-abstrak, yang dicirikan oleh:
1. Tidak hanya berlaku pada saat tertentu;
2. Tidak hanya berlaku pada tempat tertentu;
3. Tidak hanya berlaku pada orang tertentu;
4. Tidak hanya ditujukan pada fakta hukum tertentu, tetapi untuk berbagai fakta hukum yang
dapat berulang-ulang.
Contohnya:
Seperti yang tertuang dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011, menyatakan bahwa jenis
dan hierarki peraturan perundan-undangan terdiri atas:
Keputusan Tata Usaha Negara merupakan suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan
atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual dan final,
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (Pasal 1 angka 3 UU
No.5 Tahun 1986).
Dari uraian definisi di atas, yakni pada rumusan pasal 1 angka 3 mengenai keputusan tata usaha
Negara mengandung unsur-unsur atau elemen-elemen utama sebagai berikut
Penetapan Tertulis
Dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata Usaha Negara
Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
Bersifat konkret, individual, dan final
Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Contoh KTUN:
KTUN perorangan: pengangkatan seseorang dalam jabatan Negara, pembuatan SIM
(relevansinya, KTUN ini tidak mungkin dialihkan pada pihak lain)
KTUN kebendaan: diterbitkan atas kualitas kebendaan seperti sertifikat hak atas tanah
(KTUN ini dapat dialihkan kepada pihak lain)
KTUN konstitutif: sertifikat HGB, SK pengangkatan pegawai negeri (KTUN ini alat
bukti mutlak, artinya tidak ada hubungan hukum tanpa KTUN konstitutif)
KTUN Deklaratif: akte kelahiran, hak milik atas eks hukum adat (KTUN ini bukan alat
bukti mutlak, karena masih mungkin dibuktikan dengan alat bukti yang lain.
KTUN terikat: UU lalu lintas menyatakan untuk memperoleh SIM A usia minimal 17
tahun
KTUN bebas: Bupati berwenang melarang reklame dalam bahasa asing demi ketertiban
umum.
3. Peraturan Kebijaksanaan
4. Perizinan
Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2014, terdapat sedikit perbedaan pengertian antara izin, konsesi,
dan dispensasi. Berdasarkan Pasal 1 angka 19 UU No. 30 Tahun 2014, menjelaskan bahwa:
“Izin adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan atas
permohonan Warga Masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
“Konsesi adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan
dari kesepakatan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dengan selain Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam pengelolaan fasilitas umum dan/atau sumber daya alam dan pengelolaan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.”
“Dispensasi adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan
atas permohonan Warga Masyarakat yang merupakan pengecualian terhadap suatu larangan atau
perintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Namun pada hakikatnya, baik izin, konsesi, maupun dispensasi adalah izin karena mengandung
adhesi dan kontrak satu sisi. Hal ini berbeda dengan kontrak dalam lingkup hukum perdata, yang
didasarkan pada kesesuaian dengan kehendak.
Contoh perizinan :
a. Izin lokasi
Menurut Pasal 1 angka 1 Permen 17 Tahun 2019, Izin Lokasi adalah izin yang diberikan
kepada para pelaku usaha untuk memperoleh tanah yang diperlukan untuk usaha dan/atau
kegiatannya. Hal ini berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan
tanah tersebut untuk keperluan usaha dan/atau kegiatannya.
b. Izin usaha perdagangan ini lebih dikenal dengan Surat Izin Usaha Perdagangan atau
biasa disingkat dengan SIUP. SIUP merupakan suatu dokumen yang diperlukan dan
diwajibkan bagi orang maupun badan usaha yang mendirikan usaha perdagangan.
SIUP adalah surat yang harus dipegang pelaku UMKM. Terutama mereka yang
melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan, yaitu jual beli barang atau jasa. ...
Setiap pengusaha dengan kekayaan bersih di atas Rp 50 juta (tidak termasuk tanah dan
bangunan usaha) diwajibkan memiliki SIUP. Berjualan di toko online atau e-commerce
kini wajib memiliki izin usaha. Hal tersebut tertuang pada Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.
c. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah
Yaitu, izin yang diberikan kepada perusahaan/badan/instansi
berdasarkan izin lokasi/penetapan lokasi yang telah disetujui oleh Bupati. Izin
Penggunaan Pemanfaatan Tanah merupakan salah satu persyaratan administrasi untuk
memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
5. Rencana
Perencanaan merupakan bagian yang terpenting dalam setiap bentuk organisasi. Dengan kata lain
setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai, yang dirumuskan dalam bentuk
rencana-rencana. Dalam perspektif hukum administrasi negara J.B.J.M. ten Berge yang di kutip
oleh Ridwan, mengemukakan unsur-unsur rencana sebagai berikut ;
Contoh Rencana:
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, selanjutnya disebut RPJP
Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun
terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan
arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah
pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku
pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam
satu pola sikap dan pola tindak.
Pemerintah dalam melakukan kegiatannya sehari-hari tampil dengan dua kedudukan, yaitu
sebagai wakil dari badan hukum (pelaku hukum keperdataan) dan wakil dari jabatan
pemerintahan (pelaku hukum publik). Selaku pelaku hukum keperdataan yang melakukan
berbagai perbuatan hukum keperdataan seperti mengikatkan perjanjian jual beli, sewa menyewa,
pemborongan dan sebagainya yang dijelmakan dalam kualitas badan hukum. Dalam posisi ini
kedudukan pemerintah tidak ada bedanya dengan seseorang atau badan hukum perdata pada
umumnya, yaitu diatur dan tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum keperdataan. Penggunaan
instrumen hukum keperdataan ini adalah untuk mengusahakan kesejahteraan (bestuurszorg),
dimana pemerintah terlibat dengan kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai dimensi sejalan
dengan tuntutan perkembangan kemasyarakatan. Namun demikian, penggunaan instrumen
hukum keperdataan oleh pemerintah ini perlu dibatasi, yaitu:
Hubungan hukum dalam bidang keperdataan bersifat dua pihak atau lebih (meerzijdige),
bersandar pada prinsip otonomi dan kebebasan berkontrak (contractsvrijheid) dalam arti
kemerdekaan atau kemandirian penuh bagi subyek hukum untuk melakukan atau tidak
melakukan perbuatan hukum, serta iktikad baik dalam berbagai persetujuan, yang menunjukkan
kesetaraan antarpihak tanpa salah satunya memiliki kedudukan khusus dan kekuatan memaksa
terhadap pihak lain. Atas dasar ini pemerintah memiliki posisi sejajar dengan seseorang atau
badan hukum perdata dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum publik, bukan dalam
kapasitasnya selaku wakil jabatan pemerintahan yang memiliki kedudukan istimewa.
a) Perjanjian perdata biasa; contoh: jual beli, sewa-menyewa dan lain-lain Perbuatan
keperdataan ini dilakukan karena pemerintah memerlukan berbagai sarana dan prasarana
untuk menjalankan administrasi pemerintahan, seperti: kebutuhan alat tulis menulis yang
harus dibeli, menyewa fasilitas dan lain sebagainya.
b) Perjanjian perdata dengan syarat-syarat standar, contoh: kontrak adhesie Pemerintah
dapat pula menggunakan instrumen hukum keperdataan untuk membuat perjanjian
dengan pihak swasta dalam rangka melakukan tugas-tugas tertentu, misalnya tugas-tugas
atau pekerjaan yang tidak sepenuhnya dapat diselenggarakan sendiri oleh pemerintah.
Bentuk dari perjanjian ini dapat berupa kontrak adhesie, yaitu suatu perjanjian yang
seluruhnya telah disiapkan secara sepihak hingga pihak lawan berkontraknya tidak ada
pilihan lain, kecuali menerima atau menolaknya.
c) Perjanjian mengenai kewenangan publik Perjanjian mengenai kewenangan publik adalah
perjanjian antara badan atau pejabat tata usaha negara dengan warga masyarakat dan
yang diperjanjikan adalah mengenai cara badan atau pejabat tata usaha negara tersebut
menggunakan wewenang pemerintahannya.
d) Perjanjian mengenai kebijaksanaan pemerintahan. Kewenangan luas yang dimiliki
pemerintah atas dasar freies ermessen, yang kemudian melahirkan kebijaksanaan
dimungkinkan pula dijalankan dengan menggunakan perjanjian. Dengan kata lain,
pemerintah dapat menjadikan kewenangan luas atau kebijaksanaan yang dimilikinya
sebagai obyek dalam perjanjian. Perjanjian seperti ini dikenal dengan perjanjian
kebijaksanaan (beleidsovereenkomst), yaitu perbuatan hukum yang menjadikan
kebijaksanaan publik sebagai obyek perjanjian.
7. Aset/Kekayaan Negara
Aset menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah sumber daya ekonomi yang
dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Aset atau kekayaan sangat mempengaruhi dalam instrument negara. Hal ini diperlukan untuk
efektifitas layanan publik yang dibuat oleh pemerintah untuk masyarakat. Tanpa adanya aset dan
kekayaan, semua rencana program pemerintahan akan menjadi sebuah wacana tanpa bisa
terlaksana.
a) Aset/kekayaan Negara Keuangan digunakan salah satunya untuk membayar gaji para
PNS dengan APBN dan fasilitas yang dimiliki oleh para petinggi negara. Entah mobil
dinas, rumah, dan lain-lainnya.
b) Kekayaan Negara potensial yang terbagi atas sektor-sektor Agraria/pertanahan, pertanian,
perkebunan, kehutanan, pertambangan, mineral, dan batu bara, minyak dan gas bumi,
kelautan dan perikanan, dll.