Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN

KEJADIAN KEPUTIHAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FITRI HANDAYANI


CEMANI SUKOHARJO

Luluk Nur Fakhidah

Dosen AKBID Mitra Husada Karanganyar Jl Achmad Yani No.167. Papahan,


Tasikmadu, Karanganyar
Email : akbid_mitra@yahoo.co.id
ABSTRAK KONTRASEPSI ADALAH CARA UNTUK MENCEGAH
BERTEMUNYA SPERMA DAN SEL TELUR DALAM RAHIM
Kontrasepsi suntik adalah merupakan alternatif yang banyak diminati karena
penggunaannya yang sangat mudah dan praktis. Kontrasepsi suntik yang banyak diminati
adalah suntik 3 bulan (DMPA) yang diberikan tiap 3 bulan sekali secara intramuscular.
DMPA mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, tetapi mempunyai efek samping kejadian
keputihan pada penggunaan dalam jangka waktu yang lama.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian keputihan serta untuk mengetahui bagaimana
kejadian keputihan bisa terjadi pada akseptor suntik kontrasepsi 3 bulan.
Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional.. Penelitian dilakukan pada tanggal 6-26 Mei 2013 di BPS Fitri Handayani
dengan menyebar Angket kepada 30 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan yang datang ke
BPS Fitri Handayani, Cemani, Sukoharjo sebagai responden.
Hasil dari penelitian didapatkan X² hitung (6.429) > X² tabel (3,841), yang berarti Ha
diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian
keputihan. Berdasarkan koefisien kontingensi sebesar 0,420 dapat dikatakan bahwa
kekuatan hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian
keputihan termasuk sedang.
PENDAHULUAN
Gerakan Keluarga Berencana Nasional telah berumur panjang (sejak 1970), dan
masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kematian yang
bermakna (Manuaba, 2003). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
telah melakukan reorientasi dan reposisi visi program KB berupa” Menuju Keluarga
Berkualitas 2015 ”. Visi baru ini berorientasi luas, tidak hanya pendekatan demografi.
Dalam visi baru itu jumlah anak ideal tidak dibatasi dua, melainkan sesuai keinginan dan
kemampuan keluarga, namun tetap memperhatikan kepentingan sosial (BKKBN, 2004).
Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui
keberhasilannya di tingkat internasional

Metode kontrasepsi juga mengalami perkembangan yang cukup banyak. Metode


kontrasepsi tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu metode kontrasepsi jangka
panjang (Longterm Contraseptive Method), yang termasuk metode ini adalah AKDR,
implan, vasektomi dan tubektomi, sedangkan metode bukan jangka panjang (Non Long
Contraseptive Method), yang termasuk metode ini adalah suntik, pil kontrasepsi dan
kondom, dan metode KB alami yang mengikuti siklus haid (Manuaba, 2003).
Beberapa metode KB yang ada di Indonesia, metode KB suntik yang paling populer
digunakan. Menurut penelitian The National Social and Economic Survey (1997 – 1998)
akseptor suntik mencapai 21,1 % (3.312 akseptor) dari total jumlah akseptor KB aktif
dengan cara kontrasepsi modern (15.701 akseptor), yang populer dipakai adalah
Depoprovera 150 mg dan Noristerat 200 mg (Gatra, 2005). Kemudian pada tahun 2002 –
2003, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pemakaian metode
kontrasepsi suntik 49,1 % (7733 akseptor), pil 23,2 % (3654 akseptor), IUD 11,0 %
(1732 akseptor), implan atau susuk 7,6 % (1197 akseptor), MOW 6,5 % (1023 akseptor),
kondom 1,6 % (252 akseptor), MOP 0,7 % (110 akseptor).

Berdasarkan data diatas kontrasepsi suntik menduduki peringkat teratas karena


keefektifan kontrasepsi suntik mencapai 90% sampai 100% dalam mencegah kehamilan
(Everett, 2008). Di provinsi Jawa Tengah akseptor kontrasepsi suntik mencapai 68,92 %
dan sisanya menggunakan kontrasepsi lain. Meskipun banyak akseptor yang
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan karena keefektifannya tetapi ada beberapa efek
samping yang akan terjadi pada akseptor. (Kusmarjdi, 2008).Berdasarkan survei yang
penulis lakukan di BPS Fitri Handayani pada bulan Februari 2013 jumlah akseptor
kontrasepsi suntik mencapai 127 akseptor sedangkan jumlah rata-rata akseptor
kontrasepsi suntik setiap bulan adalah 120 akseptor.

Banyaknya akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dipengaruhi oleh keefektifan yang


diberikan DMPA yang kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1
tahun pemakaian DMPA (Hartanto, 2004). Selain keefektifan DMPA, terdapat efek
samping yang dialami akseptor yang sebenarnya mengganggu kenyamanan yaitu
timbulnya keputihan Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung
sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi
karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan kontrasepsi Peran bidan untuk
membantu mengatasi masalah ini adalah memberikan konseling tentang efek samping
yang akan terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Bidan diharapkan mampu
memberi motivasi bahwa efek samping tidak semua akan terjadi karena tergantung pada
keadaan tubuh akseptor sehingga akseptor bisa menentukan sendiri kontrasepsi yang akan
digunakannya. Berdasarkan uraian dari penjelasan efek samping diatas, penulis tertarik

untuk membuat judul karya tulis ilmiah ”Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan Dengan Kejadian Keputihan”.

BAHAN DAN METODE


Desain penelitian ini menggunakan metode observasional analitik adalah penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi
(Notoadmodjo, 2005). Pendekatan yang ada adalah cross sectional yaitu suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) (Notoadmodjo, 2005). Penelitian ini dilaksanakan di BPS Fitri Handayani,
Cemani, Sukoharjo pada bulan Mei 2013. Populasi adalah penelitian subyek (misalnya:
manusia, klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).

Berdasarkan survei pendahuluan, pada bulan Januari sampai Desember 2012 akseptor
kontrasepsi suntik yang datang ke BPS Fitri Handayani, Sukoharjo mencapai 952
akseptor. Dan jumlah akseptor kontrasepsi suntik di BPS Fitri Handayani pada bulan Mei
2013 adalah 117 akseptor kontasepsi suntik. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel
yang secara kebetulan ditemui selama 109 penelitian (Notoadmodjo, 2005). Jika jumlah
sample > 100 maka besarnya sampel diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih
(Arikunto, 2006). Jumlah akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan pada bulan Mei 2013
adalah 118 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan, maka besarnya sampel diambil 25 % dari
118 yaitu 30 responden Kriteria Inklusi a. Semua akseptor lama kontrasepsi suntik 3
bulan yang berkunjung ke BPS Fitri Handayani, Cemani, Sukoharjo pada bulan Mei
2013 b. Bersedia menjadi responden.
c. Mampu membaca dan mendengar dengan baik. 2. Kriteria Eksklusi Akseptor yang
menggunakan kontrasepsi selain kontrasepsi suntik 3 bulan. Variabel bebas : Lama
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan Variabel bebas adalah variabel yang bila berada
bersama-sama dengan variabel lain dapat mempengaruhi perubahan variabel lain
(Taufiqurrohman, 2008).

Menggunakan skala nominal yaitu nilai variasinya tidak menunjukkan urutan atau
kontinuitas. Setiap variasi berdiri sendiri-sendiri dan variasi nilainya berdasarkan kriteria
kategorik dengan memberi nilai ada atau tidak adanya ciri-ciri tertentu. Variabel bebas
dalam penelitian ini menggunakan skala nominal karena kontrasepsi suntik 3 bulan tidak
menunjukkan adanya urutan atau tingkatan (Taufiqurrohman, 2008). Kriteria dalam
variabel bebas ini adalah akseptor yang menggunakan DMPA kurang dari atau sama
dengan 1 tahun suntik) dan akseptor yang(≤4 menggunakan DMPA lebih dari 1 tahun (
suntik).> 4 2. Variabel terikat : kejadian keputihan Variabel terikat adalah yang
berubah nilainya karena pengaruh dari variabel bebas (Taufiqurrohman, 2008).
Menggunakan skala nominal karena kejadian keputihan tidak menunjukkan adanya
urutan atau tingkatan (Taufiqurrohman, 2008).

Kriteria dalam variabel terikat ini adalah akseptor yang mengalami keputihan (keluarnya
getah atau cairan vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana dalam
basah) dan akseptor yang tidak mengalami keputihan. Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cepat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006). Instrumen yang digunakan adalah
Angket. 1. Lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan adalah dengan menggunakan
kartu akseptor KB. Cara pengukuran lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan adalah
dengan melihat pada kartu akseptor KB banyaknya akseptor melakukan kunjungan ulang.
2. Kejadian keputihan Untuk mengukur kejadian keputihan dilakukan dengan
menggunakan Angket yang berisikan pertanyaan dengan jawaban Ya dan Tidak.

Pengolahan Data: Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data
untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari variabel bebas dan terikat yang
meliputi langkah-langkah sebagai berikut: a. Penyunting (editing) Kegiatan yang
dilakukan dalam penyuntingan ini adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang
dikembalikan responden, dengan memeperhatikan beberapa hal dalam pemeriksaan yaitu:
1) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan 2) Kelengkapan
pengisian daftar pertanyaan 3) Mengecek macam isian data a) Pengkodean (coding)
Setelah penyuntingan diselesaikan, kegiatan selanjutnya dilakukan memberikan kode
dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan computer. b)
Tabulating (tabulating) Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian
disajikan kedalam bentuk table agar mudah dibaca. 2. Analisa Data Dalam menganalisa
data peneliti menggunakan chi kuadrat (x²). Chi kuadrat (x²) adalah teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri dari dua atau lebih kelas,
data berbentuk normal dan sampelnya besar . Rumus dasar chi kuadrat adalah seperti
berikut: Keterangan : : frekuensi yang diharapkan x² : chi kuadrat : frekuensi yang
diobservasi (Sugiyono, 2010)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Penelitian dilakukan di Bidan Praktek Swasta Fitri Handayani Cemani Sukoharjo
pada tanggal 6-26 Mei 2013 dengan jumlah responden 30 akseptor kontrasepsi suntik
3 bulan. 1. Distribusi frekuensi lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan Lama
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dikategorikan menjadi 2 yaitu lebih dari 1
tahun dengan lebih dari 4 x suntikan dan kurang atau sama dengan 1 tahun dengan
kurang atau sama dengan 4 x suntikan. Untuk mengetahui lama penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan peneliti melihat dari kartu akseptor KB.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden 30 orang. Responden


dengan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun adalah 21
responden (70 %) sedangkan responden dengan lama penggunaan kontrasepsi suntik
3 bulan kurang atau sama dengan 1 tahun adalah 9 responden (30%). Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah reponden terbanyak adalah responden
yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun. 2. Distribusi
frekuensi kejadian Keputihan Kejadian keputihan dikategorikan menjadi 2 yaitu
mengalami keputihan atau tidak mengalami keputihan. Dapat diketahui bahwa dari 30
responden, yang mengalami kejadian keputihan sebanyak 20 responden (66.7%) dan
yang tidak mengalami keputihan sebanyak 10 responden (33.3 %). Berdasarkan data
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan yang
datang ke BPS Fitri Handayani dan yang mengalami keputihan lebih banyak dari
pada akseptor yang tidak mengalami kejadian keputihan 3. Distribusi frekuensi lama
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian keputihan. Berdasarkan
jumlah responden yang diteliti, terdapat 21 responden (70 %) yang menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun dan terdapat 17 orang mengalami
keputihan dan 4 orang tidak mengalami keputihan. Responden yang menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan kurang atau sama dengan 1 tahun sebanyak 9 responden
(30 %), dari 9 responden tersebut yang tidak mengalami mengalami keputihan
sebanyak 6 orang dan yang mengalami keputihan sebanyak 3 orang.

Hal ini menunjukkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan ada
pengaruhnya terhadap kejadian keputihan 4. Hasil Uji Analisa Data Dengan chi
square Ada 3 dimensi hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
dengan kejadian keputihan yang diteliti yaitu ada tidaknya hubungan yang signifikan,
kekuatan hubungan dan bentuk atau arah hubungan. Kriteria pengambilan kesimpulan
dengan tingkat ketelitian 0,05 maka nilai X² tabel untuk pengujian dari chi square
adalah sebesar 3,841 pengambilan kesimpulan dilakukan dengan aturan H0 diterima
apabila X² MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 112 X² tabel dan Ha
diterimahitung X² tabel.apabila X² hitung Dimana Ho adalah “ tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
kejadian keputihan “ dan Ha adalah ” terdapat hubungan yang signifikan antara lama
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian keputihan ”. Berdasarkan
perhitungan SPSS X²diperoleh X² hitung (6.429) tabel (3,841) maka Ha diterima.
Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian keputihan.

Kekuatan hubungan atau nilai yang menyatakan derajat keeratan hubungan antara
lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dan kejadian keputihan diukur dengan
koefisien kontingensi. Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh nilai koefisien
kontingensi sebesar 0,420 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuatan
hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian
keputihan termasuk sedang.

B. PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan tentang hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3
bulan terhadap kejadian keputihan di BPS Fitri Handayani, Cemani, Sukoharjo
didapatkan 30 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan lebih dari 1
tahun dan kurang dari atau sama dengan 1 tahun. Berdasarkan jumlah responden yang
diteliti, terdapat 21 responden (70 %) yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan
lebih dari 1 tahun dan terdapat 17 orang mengalami keputihan dan 4 orang tidak
mengalami keputihan. Responden yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan
kurang atau sama dengan 1 tahun sebanyak 9 responden (30 %), dari 9 responden
tersebut yang tidak mengalami mengalami keputihan sebanyak 6 orang dan yang
mengalami keputihan sebanyak 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa lama
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan ada pengaruhnya terhadap kejadian keputihan.

Kejadian keputihan dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan


karena ketidak seimbangan hormon dalam tubuh wanita, faktor lain yang
mempengaruhi timbulnya Leukorea/keputihan fisiologis adalah terjadi karena
rangsangan seksual (mendekati ovulasi ), menjelang dan sesudah menstruasi. Reaksi
Estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan
produksi asam laktat menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada
level ini dapat menghambat pertumbuhan jamur tetapi dengan pemberian hormon
progesteron pada kontrasepsi suntik 3 bulan maka flora vagina berubah sehingga
jamur mudah tumbuh divagina dan menimbulkan keluhan keputihan yang patologi
ditandai dengan timbulnya gatal- gatal. Ini berarti dengan pemberian 113 3-4 x
kontrasepsi suntik 3 bulan seseorang masih dalam tahap penyesuaian dengan hormon
progesteron yang diberikan secara rutin dari suntik kb 3 bulan (Hartanto, 2004).

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina dapat
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan sebagai
suatu infeksi. Beberapa perempuan mempunyai sekret vagina yang banyak sekali.
Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-
sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus
menstruasi, kehamilan, penggunaan kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi
suntik 3 bulan dengan kejadian keputihan. Selanjutnya dilakukan pengujian data hasil
penelitian dengan menggunakan Chi square dengan menggunakan bantuan program
SPSS version 17 for windows didapatkan X² hitung 6.429 kemudian dibandingkan
dengan X² tabel dengan taraf signifikan 5 % dan n = 30 maka diperoleh X² tabel
3,841. Hal ini menunjukkan X² hitung lebih besar dari X² tabel maka Ha diterima dan
Ho ditolak (6.429 > 3,841 ). Beardasarkan koefisien kontingensi didapatkan nilai
0,420 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian keputihan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik
3 Bulan dengan Kejadian keputihan di BPS Fitri Handayani, Cemani, Sukoharjo
dapat diambil kesimpulan bahwa :Kejadian keputihan dipengaruhi oleh lama
pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan karena ketidak seimbangan hormon dalam
tubuh wanita, faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Leukorea / keputihan
fisiologis adalah terjadi karena rangsangan seksual (mendekati ovulasi ), menjelang
dan sesudah menstruasi. Reaksi Estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen,
lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat menghasilkan pH vagina yang
rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan jamur
tetapi dengan pemberian hormon progesteron pada kontrasepsi suntik 3 bulan maka
flora vagina berubah, Dari 30 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik 3
bulan terdapat 21 responden (70 %) yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan
lebih dari 1 tahun dan terdapat 17 orang mengalami keputihan dan 4 orang tidak
mengalami keputihan. Responden yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan
kurang atau sama dengan 1 tahun sebanyak 9 responden (30 %), dari 9 responden
tersebut yang tidak mengalami mengalami keputihan sebanyak 6 114 orang dan yang
mengalami keputihan sebanyak 3 orang. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa semakin lama akseptor menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan maka
cenderung akan mengalami kejadian keputihan, Dari hasil analisa data dengan
korelasi Chi Square dengan menggunakan bantuan SPSS version 12 for windows
didapatkan X² hitung 6.429 kemudian dibandingkan dengan X² tabel dengan tarif
signifikan 5 % serta dengan n = 30, diperoleh X² tabel 3,841. Hal ini menunjukkan
bahwa X² hitung lebih besar dari X² tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan koefisien kontingensi sebesar 0,420 dapat dikatakan bahwa kekuatan
hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian
keputihan termasuk sedang.

SARAN
Pada penelitian ini, Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberi perhatian
khusus kepada akseptor KB baru dan memberi konseling tentang keuntungan serta
kerugian alat kontrasepsi sehingga akseptor bisa memilih sendiri alat kontresepsi
yang akan digunakannya: Bagi akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan diharapkan
mampu memahami efek samping penggunaan kontrasepsi dan mendapatkan lebih
banyak pengetahuan tentang efek samping yang mungkin terjadi kepada tenaga
kesehatan, Bagi masyarakat diharapkan untuk lebih mendukung program pemerintah
yaitu Keluarga Berencana.
DAFTAR PUSTAKA

Notoadmojo. S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipt

Arikunto. S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi

Mahasatya. Azwar. S, 2005. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BKKBN. 2004. Kesehatan Reproduksi Menuju Keluarga Berkualitas.

Everett. S, 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC.

Handayani, 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka


Rihama

Hartanto.H, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

Manuaba.I.B.G, 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

. _______________, 2003. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:


Arcan.

Notoadmojo. S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


____________, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo. S, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: ALFABETA.

Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Taufiqurrohman, M, A. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu


Kesehatan. Surakarta: UNS Press.

Wiknjosastro.H, 2002. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


_____________, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Wulansari, P.
2006. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai