Anda di halaman 1dari 46

Solutio plasenta

Oleh
Aryanti W
 
 
 
 

 
Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau
keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya
(korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir.
Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya
mendefinisikan solusio plasenta adalah
terlepasnya plasenta dari tempat implantasi
normalnya sebelum janin lahir

Definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada


kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gram.
Nama lain :
Abruptio placentae
Ablatio placentae
Accidental haemorrhage
Premature separation of the normally
implanted placenta
Klasifikasi
Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta
menurut derajat pelepasan plasenta(5):
1. Solusio plasenta totalis
2. Solusio plasenta partialis
3. Ruptura sinus marginalis.
Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut
bentuk perdarahan (3):
1. Solusio plasenta  perdarahan keluar
2. Solusio plasenta  perdarahan tersembunyi,
hematoma retroplacenter
3.Solusio plasenta  perdarahannya masuk dalam
kantong amnion
Solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya :

1. Ringan : < 100-200 cc, uterus tidak tegang,


janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6
bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
lebih 150 mg%.
2. Sedang : > 200 cc, uterus tegang, gawat
janin/mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150
mg%.

3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik,


janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi
lebih 2/3 bagian atau keseluruhan
Epidemiologi
Insidensi solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4
%, dari seluruh kehamilan terdapat 1 diantara 77-
89 persalinan dan solusio plasenta berat terjadi 1
diantara 500-750 persalinan .
Etiologi

a. primer (Idiopatik):

Faktor presdiposisi

1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, sindroma preeklamsia
dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland,
terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio
plasenta berat, dan separuh wanita yang
hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang
disebabkan oleh kehamilan.
2. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
- Tarikan pada tali pusat yang pendek
- Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang,
dan lain-lain.
3. Faktor paritas ibu
Multipara > primipara.

4. Faktor usia ibu


kejadian solusio plasenta sejalan dengan
meningkatnya umur ibu
5. Faktor pengunaan kokain

Kokain = meningkatkan tekanan darah dan


meningkatan pelepasan katekolamin
menyebabkan vasospasme pembuluh darah
uterus dan berakibat terlepasnya plasenta.
6. Faktor kebiasaan merokok
Perokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari meningkatkan
kejadian sampai dengan 25%. ibu yang perokok
plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
7. Riwayat solusio plasenta

riwayat solusio plasenta meningkatkan resiko


pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi
8. Patogenesis

Solusio plaseta dimulai dengan terjadinya


perdarahan ke dalam desidua basalis dan
terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat
berasal dari pembuluh darah miometrium atau
plasenta, dengan berkembangnya hematom
subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan
pelepasan plasenta dari dinding uterus .
Perdarahan sedikit = akan sedikit mendesak
jaringan plasenta dan peredaran darah utero-
plasenter belum terganggu, serta gejala dan
tandanya belum jelas.

setelah plasenta lahir, pemeriksaan plasenta


didapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya dengan bekuan darah lama yang
berwarna kehitaman.
Perdarahan terus-menerus/tidak terkontrol otot
uterus meregang  uterus tidak mampu
berkontraksi untuk membantu dalam
menghentikan perdarahan yang terjadi.

Akibatnya hematom subkhorionik akan medesak


plasenta  seluruh plasenta akan terlepas dari
implantasinya di dinding uterus.
Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput
ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah
juga dapat menembus masuk ke dalam kantong
amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara
otot-otot miometrium.

Ekstravasasi yang berlangsung hebat “Uterus


Couvelaire”, secara makroskopis terlihat
bercak-bercak berwarna biru atau ungu pada
permukaan uterus .
Uterus Couvelaire : mengganggu kontraktilitas
uterus yang sangat diperlukan saat setelah bayi
dilahirkan sehingga mengakibatkan perdarahan
post partum yang hebat (3,5).
• Akibat kerusakan miometrium dan bekuan
retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin
yang banyak ke dalam peredaran darah ibu,
sehingga berakibat pembekuan intravaskuler
dimana-mana yang akan menghabiskan
sebagian besar persediaan fibrinogen.

• Akibatnya ibu jatuh pada keadaan


hipofibrinogenemia. Pada keadaan
hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan
pembekuan darah yang tidak hanya di uterus,
tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya (5).
Gambaran Klinis
 
Solusio plasenta ringan
 
ruptura sinus marginalis: pelepasan sebagian kecil
plasenta.
- Perdarahan pervaginam
- warna kehitam-hitaman
- Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang
sifatnya terus menerus.

Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya


solusio plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam
yang berwarna kehitam-hitaman (2,5).
Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari 1/4 bagian, belum
2/3 luas permukaan.
- sakit perut terus menerus,
- disusul dengan perdarahan pervaginam -> Ibu
mungkin telah jatuh ke dalam syok, janin bisa dalam
keadaan gawat.
- Uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan.

Apabila janin masih hidup, bunyi jantung sukar


didengar.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3
permukaannnya.
- sangat tiba-tiba.
- ibu dalam keadaan syok dan janinnya telah
meninggal.
- sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
- terjadi kelainan pada pembekuan darah dan
kelainan/gangguan fungsi ginjal (2,5,7).
Komplikasi
Tergantung luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan
lamanya solusio plasenta berlangsung.
 
1. Syok perdarahan
 
solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan
menyelesaikan persalinan segera.

Jika persalinan telah selesai belum bebas dari perdarahan


postpartum, karena kontraksi uterus tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya
kelainan pada pembekuan darah.
Akhir hipotensi yang persisten adalah asfiksia ->
pemulihan defisit volume intravaskuler secepat
mungkin.

Darah segar adalah pilihan yang ideal =


memberikan sel darah merah juga dilengkapi
oleh platelet dan faktor pembekuan.
Gagal ginjal
komplikasi yang sering terjadi -> hipovolemia.
Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis
tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak (2,5).

Pencegahan gagal ginjal meliputi


- penggantian darah yang hilang secukupnya,
- pemberantasan infeksi,
- atasi hipovolemia,
- secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan
mengatasi kelainan pembekuan darah (2).
Kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan
pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus
solusio plasenta yang ditelitinya (5).

Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup


bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%.

< 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan


darah (2,5).
 
Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah


perimetrium -> gangguan kontraktilitas uterus
dan warna uterus berubah menjadi biru atau
ungu (Uterus couvelaire).
Komplikasi janin
 
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian
Anamnesis
- sakit tiba-tiba di perut, pasien dapat menunjukkan
tempat yang dirasa paling sakit.
- Perdarahan pervaginam terdiri dari darah segar dan
bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman .
- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan
dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata
berkunang-kunang. Ibu terlihat anemis yang tidak
sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
Inspeksi
- Pasien gelisah, sering mengerang karena
kesakitan.
- Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
- Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
Palpasi
- Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan.
- Uterus tegang dan keras seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) baik
waktu his maupun di luar his.
- Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
- Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut
(uterus) tegang.
 
Auskultasi (5)
 
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung
terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100
dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari satu
per tiga bagian.
 
Pemeriksaan dalam

- Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.


- terbuka->plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik
sewaktu his maupun di luar his.
- plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, ->turun
kebawah dan teraba pada pemeriksaan(prolapsus placenta)
 
Pemeriksaan laboratorium

- Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen


dapat ditemukan silinder dan leukosit.

- Darah : Hb menurun, hipofibrinogenemia,


maka diperiksakan pula COT (Clot Observation
test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen
(fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen
(kadar normalnya 15O mg%).
Pemeriksaan plasenta
 
Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang
terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku
yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang
disebut hematoma retroplacenter.
 
Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
 
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:
- Terlihat daerah terlepasnya plasenta
- Janin
- Darah
- Tepian plasenta
Terapi
 
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada
berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:
 
a. Solusio plasenta ringan
 
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila
ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus
tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi
ketat, kemudian tunggu persalinan spontan (2).

Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala


solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG
daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus
segera diakhiri.
Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas
ditemukan, penanganan di rumah sakit meliputi transfusi
darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio
sesaria(5).
 
Perdarahan sekurang-kurangnya 1000 ml ->transfusi darah
harus segera diberikan(5).
Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi
tekanan intrauterin. Persalinan juga dapat dipercepat dengan
memberikan infus oksitosin yang bertujuan untuk
memperbaiki kontraksi uterus yang mungkin saja telah
mengalami gangguan (3,4).
 
• Gagal ginjal, biasanya yang terjadi adalah nekrosis
tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat
tertolong dengan penanganan yang baik. Tetapi bila
telah terjadi nekrosis korteks ginjal, prognosisnya
buruk sekali.
• Pada tahap oliguria, keadaan umum penderita
umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya
dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin
yang teliti yang harus secara rutin dilakukan pada
penderita solusio plasenta sedang dan berat
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak
berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika itu
tidak memungkinkan, walaupun sudah
dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka
satu-satunya cara melakukan persalinan adalah
seksio sesaria (5,17).
• Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak
merupakan indikasi histerektomi. Akan tetapi,
jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah
dilakukan seksio sesaria maka tindakan
histerektomi perlu dilakukan (5).
Prognosis
 
- luasnya plasenta yang terlepas
- banyaknya perdarahan,
- hipertensi menahun atau preeklamsia,
- tersembunyi tidaknya perdarahan
 
Pada kasus-kasus tertentu tindakan seksio sesaria
dapat mengurangi angka kematian janin (5).
 
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai