Anda di halaman 1dari 5

1

Anemia
Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin untuk
menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih
dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal.
Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan tingkat keparahan ringan sampai
berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan
mengonsumsi suplemen secara rutin atau prosedur pengobatan khusus.
 Gejala Anemia
Anemia dapat dikenali dari gejala-gejala berikut ini:

 Badan terasa lemas dan cepat lelah.  Tangan dan kaki terasa dingin.
 Kulit terlihat pucat atau kekuningan.  Sakit kepala.
 Detak jantung tidak beraturan.  Sulit Berkonsentrasi.
 Napas pendek.  Insomnia.
 Pusing dan berkunang-kunang.  Kaki kram.
 Nyeri dada.

Pada awalnya, gejala anemia sering kali tidak disadari oleh penderita. Gejala anemia akan semakin terasa apabila
kondisi yang diderita semakin memburuk. Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan jika seseorang kerap
merasakan lelah tanpa sebab yang jelas.

 Penyebab Anemia
Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mengandung hemoglobin. Terdapat
sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
 Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.
 Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat dibanding kemampuan
tubuh untuk memproduksi darah.
 Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang sehat.

Berikut ini adalah uraian singkat mengenai jenis-jenis anemia berdasarkan penyebabnya, di antaranya:

 Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini merupakan yang paling umum terjadi di seluruh
dunia. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang
membutuhkan zat besi untuk membuat sel darah. Anemia dapat terjadi pada wanita hamil yang tidak
mengonsumsi suplemen penambah zat besi. Anemia juga dapat terjadi pada perdarahan menstruasi
yang banyak, tukak organ (luka), kanker, dan penggunaan obat pereda nyeri seperti aspirin. Gejala-
gejala yang umumnya dialami penderita anemia kekurangan zat besi adalah:
o Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas, cat atau es (kondisi ini
dinamakan pica).
o Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian sudutnya.
o Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).
 Anemia akibat kekurangan vitamin. Selain membutuhkan zat besi, tubuh juga membutuhkan vitamin
B12 dan asam folat untuk membuat sel darah merah. Kekurangan dua unsur nutrisi tersebut dapat
menyebabkan tubuh tidak dapat memproduksi sel darah merah sehat dalam jumlah cukup sehingga
terjadi anemia. Pada beberapa kasus, terdapat penderita anemia akibat lambung tidak dapat menyerap
vitamin B12 dari makanan yang dicerna. Kondisi tersebut dinamakan anemia pernisiosa. Gejala-gejala
yang umumnya dialami oleh penderita anemia kekurangan vitamin B-12 dan asam folat adalah:
o Geli dan rasa menggelenyar di bagian tangan dan kaki.
o Kehilangan kepekaan pada indera peraba.
o Sulit berjalan.
o Mengalami kekakuan pada kaki dan tangan.
2

o Mengalami demensia.
 Anemia akibat penyakit kronis. Sejumlah penyakit dapat menyebabkan anemia karena terjadinya
gangguan pada proses pembentukan dan penghancuran sel darah merah. Contoh-contoh penyakit
tersebut adalah HIV/AIDS, kanker, rheumatoid arthritis, penyakit ginjal, penyakit Crohn, dan penyakit
peradangan kronis. Gejala-gejala yang dapat muncul pada kasus anemia akibat penyakit kronis di
antaranya adalah:
o Warna mata dan kulit menjadi kekuningan.
o Warna urine yang berubah menjadi merah atau cokelat.
o Borok pada kaki.
o Gejala batu empedu.
o Keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
 Anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan kondisi yang langka terjadi namun berbahaya bagi hidup
penderita. Pada anemia aplastik, tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah dengan optimal.
Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat, penyakit autoimun, atau paparan zat
kimia beracun.
 Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Beberapa penyakit seperti leukemia atau mielofibriosis dapat
mengganggu produksi sel darah merah di sumsum tulang dan menimbulkan anemia. Gejala yang
ditimbulkan dapat bervariasi, dari ringan hingga berbahaya.
 Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah merah dihancurkan oleh tubuh lebih
cepat dibanding waktu produksinya. Beberapa penyakit dapat mengganggu proses dan kecepatan
penghancuran sel darah merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan secara genetik atau bisa juga
didapat setelah lahir.
 Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Anemia ini bersifat genetis dan disebabkan oleh bentuk
hemoglobin yang tidak normal sehingga menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit,
bukan bulat bikonkaf seperti sel darah merah Sel darah merah berbentuk sabit memiliki waktu hidup
lebih pendek dibanding sel darah merah normal. Gejala yang dialami oleh penderita anemia sel sabit
adalah:
o Kelelahan.
o Mudah terkena infeksi.
o Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan anggota gerak.
o Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.
 Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia atau penyakit malaria.

Beberapa fakor risiko yang dapat meningkatkan risiko munculnya anemia pada diri seseorang adalah:

 Kekurangan vitamin dan zat besi. Membiasakan diri mengonsumsi makanan yang rendah vitamin B12,
asam folat, dan zat besi dapat meningkatkan risiko terkena anemia.
 Gangguan pencernaan pada usus. Beberapa penyakit seperti penyakit Crohn dan penyakit celiac dapat
menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi di usus sehingga meningkatkan risiko terkena anemia.
 Menstruasi. Umumnya wanita yang masih mengalami menstruasi memiliki risiko terkena anemia lebih
besar dibandingkan dengan wanita yang sudah menopause atau pria. Hal tersebut disebabkan oleh
kehilangan darah pada saat terjadinya menstruasi.
 Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat dalam jumlah cukup memiliki
risiko terkena anemia yang lebih tinggi.
 Penyakit kronis. Jika seseorang menderita kanker, gagal ginjal, atau penyakit kronis lainnya, maka risiko
terkena anemia akan meningkat akibat kekurangan sel darah merah. Luka pada organ dalam yang
diiringi perdarahan juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat besi sehingga meningkatkan risiko
terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi.
 Riwayat anemia di keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat anemia
bawaan, memiliki risiko tinggi untuk terkena kondisi yang sama. Umumnya anemia yang diwariskan
adalah anemia sel sabit (sickle cell anemia).
 Usia. Penambahan usia akan meningkatkan risiko seseorang terkena anemia. Anemia karena
kekurangan vitamin B12 dan asam folat lebih umum terjadi pada lansia di atas 75 tahun.
 Faktor lain, seperti infeksi, kelainan darah, penyakit autoimun, kecanduan alkohol, terkena zat kimia
beracun, dan efek samping dari obat dapat meningkatkan risiko anemia pada seseorang.
3

Komplikasi Anemia
Jika tidak ditangani, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:

 Kelelahan berat. Tanpa penanganan yang baik, anemia dapat menimbulkan kelelahan berat pada
penderitanya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
 Rentan terkena infeksi. Kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia dapat berpengaruh pada
kemampuan sistem imun dalam memerangi berbagai patogen, sehingga penderita anemia lebih rentan
terkena penyakit infeksi.
 Komplikasi dan gangguan kehamilan. Wanita hamil yang kekurangan asam folat berisiko mengalami
gangguan kehamilan dan perkembangan janin. Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan sang ibu
mengalami depresi pasca kelahiran melahirkan dan gangguan pada bayi yang dilahirkan, seperti:
o Kelahiran prematur sebelum minggu 37.
o Berat badan di bawah normal.
o Masalah pada kandungan zat besi dalam darah.
o Hasil tes kemampuan mental yang kurang
 Gangguan jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak beraturan (aritmia) akibat
harus memompa darah lebih keras untuk mengompensasi kekurangan oksigen dalam darah. Kondisi
tersebut dapat menyebabkan pembesaran jantung atau gagal jantung.
 Kematian. Beberapa anemia yang bersifat bawaan, seperti anemia sel sabit, bisa menjadi serius dan
mengancam hidup penderitanya. Kehilangan darah dengan tanpa penanganan yang baik dapat
menyebabkan anemia berat dan kematian.

Diagnosis Anemia
Untuk mengetahui apakah seorang pasien mengalami anemia atau tidak, dokter akan melakukan langkah-
langkah diagnosis sebagai berikut:

 Pemeriksaan darah lengkap. Metode penghitungan sel darah digunakan untuk menghitung jumlah sel
darah merah yang ada di dalam darah. Pada diagnosis anemia, parameter yang diukur oleh dokter
adalah hematokrit dan hemoglobin dalam darah. Patokan jumlah hematokrit normal pada orang
dewasa berbeda-beda di setiap laboratorium, akan tetapi umumnya berkisar di 40-52% untuk pria dan
35-47% untuk wanita. Hemoglobin normal pada orang dewasa pria berkisar di 14-18 gram/desiliter dan
12-16 gram/desiliter untuk wanita. Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat juga diperiksa:
o Bentuk dan ukuran sel darah. Tes ini bertujuan untuk melihat struktur sel darah merah guna
menentukan apakah struktur dan warna sel darah merah tersebut nomal atau tidak, terutama
pada pasien anemia sel sabit.
o Kandungan vitamin B12 dan asam folat. Jika dokter menduga penyebab anemia adalah
kekurangan vitamin B12 dan asam folat, maka dokter akan memeriksa kandungan kedua zat
tersebut dalam tubuh penderita untuk memastikannya.
o Kandungan zat besi dalam darah. Apabila ada dugaan anemia diakibatkan oleh kekurangan zat
besi, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar protein besi dalam darah yang disebut serum
ferritin. Kadar serum ferritin yang rendah mengindikasikan bahwa anemia yang diderita
disebabkkan oleh kekurangan zat besi.
 Pemeriksaan tambahan lain untuk menentukan penyebab utama terjadinya anemia. Beberapa kasus
anemia didasari oleh masalah kesehatan tertentu, seperti luka pada suatu organ, sehingga diharuskan
untuk dilakukannya pemeriksaan guna memastikannya. Pemeriksaan sumsum tulang dapat dilakukan
untuk menilai fungsi sumsum tulang dalam meregenerasi sel darah.

Pada saat melakukan diagnosis, dokter juga akan menanyakan beberapa hal kepada pasien untuk membantu
mengetahui penyebab utama anemia, yaitu:

 Pola makan untuk menentukan apakah pasien mengonsumsi makanan dengan kandungan zat besi,
vitamin B-12, dan asam folat yang tinggi.
4

 Pengobatan yang sedang dijalani. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada
lambung atau usus, misalnya aspirin atau ibuprofen.
 Siklus menstruasi. Jarak menstruasi yang terlalu dekat, durasi yang panjang dan jumlah perdarahan
yang banyak dapat menyebabkan anemia.
 Riwayat dalam keluarga. Untuk mencari informasi apakah ada anggota keluarga yang mengalami
anemia, perdarahan gastrointestinal, atau kelainan pada darah.
 Jadwal donor darah. Dokter akan menanyakan apakah pasien melakukan donor darah secara rutin.

Jika dokter tidak menemukan penyebab yang pasti setelah melakukan pengecekan riwayat medis serta gejala
anemia pada pasien, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik. Jenis-jenis pemeriksaan fisik yang mungkin
dilakukan adalah:

 Pemeriksaan pada bagian perut untuk memeriksa apakah ada perdarahan internal pada saluran
pencernaan pada pasien.
 Pengecekan gejala-gejala gagal jantung seperti pembengkakan pada pergelangan kaki. Gagal jantung
memiliki gejala yang mirip dengan anemia
 Pemeriksaan rektal (colok dubur) untuk memeriksa perdarahan atau kelainan pada usus bagian bawah
dan anus.
 Pemeriksaan pelvis untuk memeriksa perdarahan yang menyebabkan anemia saat menstruasi.
Pemeriksaan pelvis tidak akan dilakukan tanpa persetujuan dari pasien.

Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang diderita oleh pasien. Prinsip pengobatan
anemia adalah menemukan penyebab utama anemia. Pengobatan terhadap anemia sebaiknya tidak dilakukan
hingga diketahui penyebab utamanya. Hal ini dikarenakan pengobatan untuk satu jenis anemia bisa berbahaya
untuk anemia jenis lain. Beberapa contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya antara lain:

 Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen
penambah zat besi, serta memperbanyak konsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu, pasien juga
dapat diberikan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Perlu diperhatikan bahwa
suplemen yang mengandung kalsium dapat menghambat penyerapan zat besi.Konsultasikan dengan
dokter sebelum mengonsumsi suplemen penambah zat besi untuk mendapatkan dosis yang tepat.
Kelebihan zat besi pada tubuh dapat berbahaya bagi pasien karena dapat menimbulkan kelelahan, mual,
diare, sakit kepala, penyakit jantung dan nyeri sendi. Untuk meringankan efek samping dari konsumsi
suplemen zat besi, pasien dapat mengonsumsi suplemen setelah makan. Jika efek samping berlanjut
segera temui dokter kembali.
 Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini dapat diobati dengan mengonsumsi makanan yang
kaya akan asam folat dan vitamin B12, serta mengonsumsi suplemen yang mengandung keduanya. Jika
tubuh pasien memiliki gangguan penyerapan asam folat dan vitamin B12, pengobatan dapat melibatkan
injeksi vitamin B12 setiap hari. Setelah itu pasien akan diberikan injeksi vitamin B12 setiap bulan satu
kali yang dapat berlangsung sepanjang hidup atau tergantung kepada kondisi pasien.
 Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada pengobatan yang spesifik pada jenis ini karena tergantung
pada penyakit yang mendasari terjadinya anemia. Jika anemia bertambah parah, dokter dapat
memberikan transfusi darah atau injeksi eritropoietin, yaitu suatu hormon peningkat produksi darah
dan penghilang rasa lelah.
 Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang mengalami perdarahan dan kehilangan darah dalam jumlah
banyak, pengobatan utama yang harus dilakukan adalah mencari dan mengobati sumber perdarahan.
Setelah sumber perdarahan diatasi, pasien dapat diberikan transfusi darah, oksigen, dan suplemen
penambah darah yang mengandung zat besi dan vitamin.
 Anemia Aplastik. Pengobatan anemia aplastik dapat diawali dengan transfusi darah untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah. Jika diperlukan, dapat dilakukan pencangkokan sumsum tulang
apabila sumsum tulang tidak bisa lagi memproduksi sel darah merah yang sehat.
5

 Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Pengobatan anemia jenis ini dapat bervariasi sesuai dengan
penyakit yang diderita pasien. Pengobatan dapat melibatkan kemoterapi dan pencangkokan sumsum
tulang.
 Anemia Hemolitik. Penanganan anemia hemolitik dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung
faktor penyebabnya. Penanganan bisa dengan menghindari obat-obatan yang memiliki efek samping
hemolisis, dengan mencari dan mengobati infeksi yg menjadi penyebab hemolitik, atau dengan
imunosupresan untuk menekan sistem imun yang diduga merusak sel darah.
 Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan utama anemia sel sabit adalah dengan mengganti sel
darah merah yang hancur melalui transfusi darah, suplemen asam folat, dan antibiotik. Pengobatan
lainnya adalah dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit serta menambahkan cairan melalui oral
maupun intravena untuk mengurangi nyeri dan menghindari komplikasi. Pencangkokan sumsum tulang
dapat digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada kondisi tertentu. Obat untuk kanker
hidroksiurea dapat juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit.
 Thalassemia. Thalassemia dapat diobati melalui transfusi darah, konsumsi suplemen asam folat,
splenektomi untuk mengambil limpa, serta pencangkokan sel punca darah dan sumsum tulang.

Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin dan
zat besi dapat dicegah dengan cara mengatur pola makan. Beberapa makanan yang dapat membantu mencegah
anemia antara lain adalah:

 Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, kacang-kacangan, sereal yang diperkaya zat besi,
sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
 Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-buahan, sayuran berdaun hijau gelap, kacang hijau,
kacang merah, kacang tanah, gandum, sereal, pasta, dan nasi.
 Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, susu, keju, sereal, dan makanan dari kedelai
(tempe atau tahu).
 Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, merica, brokoli, tomat, melon, dan stroberi. Makanan-
makanan tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.

Jika terdapat kekhawatiran bahwa makanan yang dikonsumsi tidak mengandung cukup vitamin, disarankan
untuk mengonsumsi multivitamin. Bagi vegetarian, hendaknya berkonsultasi kepada ahli gizi untuk mengatur
pola makan agar kebutuhan zat besi bagi tubuh tetap tercukupi dengan baik.
Jika pada keluarga terdapat riwayat munculnya penderita anemia bawaan seperti anemia sel sabit
atau thalassemia, hendakya dikonsultasikan kepada dokter. Konsultasi ini bertujuan untuk memperkirakan jika
terdapat risiko anemia serupa yang dapat muncul pada anak.
Anemia juga dapat muncul sebagai komplikasi dari penyakit malaria. Jika akan bepergian ke tempat yang umum
ditemukan penyakit malaria, konsultasikan ke dokter terkait obat pencegah malaria. Pencegahan dapat juga
dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk, misalnya menggunakan kelambu, obat anti nyamuk, atau
insektisida.

Anda mungkin juga menyukai