Askep Seminar
Askep Seminar
N DENGAN
PNEUMONIA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
T.A 2021
I. TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiulus terminalis mencangkup bronkiolus respiratori, alveoli, dan menimbulakn
konsolidasi jaringan paru (Padila, 2013). Pneumonia adalah keadaan inflamasi akut
yang terdapat pada parenkim paru (bronkiolus dan alveoli paru), penyakit ini
merupakan penyakit infeksi karena ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur (Jonh
Daly, 2010).
Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar terutama di Negara
berkembang, selain itu di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan negara –
negara Eropa juga banyak kasus yang terjadi (Setyoningrum, 2009).
B. Etiologi/Faktor Presisposisi
Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan dapat
menular dari komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial). Pasien dapat
menghisap bakteri, virus, parasite, dan agen iritan (Mary & Donna, 2014).
Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu;
a. Bakteri Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti: streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis.
b. Virus Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo,
virus ini dikenal sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus.
c. Jamur Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan
udara mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.
d. Protozoa Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP)
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi
C. Manifestasi Klinik
Menurut Nanda Nic-Noc (2013) dan Nanda Nic- Noc (2015) manifestasi klinis yang
muncul pada pasien dengan pneumonia adalah :
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan- 3 bulan dengan suhu mencapai 39,0C - 40,50C bahkan dengan
infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsangan atau terkadang euforia dan lebih
aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningael tanpa infeksi meninges. Terjadi
dengan awitan demam yang tiba-tiba disertai dengan nyeri kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kerning dan brudzinski, dan akan
berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai pada derajat
yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, Anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat. Tetapi dapat menetap
selama sakit.
5. Diare, Biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dengan
nyeri apendiksitis. 7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat
oleh pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai dengan infeksi saluran pernafasan. Mungkin
encer dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau
tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya fase akut. 10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok, auskultasi
terdengar mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih
besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
D. Patofisiologi
1. Narasi
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit yang
dibentuk melalui percabangan progresif jalan napas. Saluran napas bagian
bawah yang normal adalah steril, walaupun berseblahan dengan sejumlah besar
mikroorganisme yang menempati orofaring dan terpajam oleh mikroorganisme
dari lingkungan di dalam udara yang dihirup. Sterilitas saluran napas bagian
bawah adalah hasil mekanisme penyaringan dan pembersihan yang efektif. Saat
terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme penyebab pneumonia ataupun akibat dari
penyebaran secara hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui orofaring tubuh
pertama kali akan melakukan mekanisme pertahanan primer dengan
meningkatkan respon radang. Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan
perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat
lanjut aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit
eritrosit. Kuman pneumococcus difagosit oleh leukoasit dan sewaktu resolusi
berlangsung makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit beserta
kuman. Paru masuk ke dalam tahap hepatitis abu-abu dan tampak berwarna
abu-abu. Kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati dan eksudat
fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna. Paru kembali menjadi
normal tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas.
2. Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X : Mengidentifikasi distribusi struktural ( misal: lobar, bronchial: dapat juga
menyatakan abses) luas/infiltrasi, empiema (stapilacoccus), infiltrasi menyebar
atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebatran /perluasan infiltrasi nodul ( lebih
sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA/ nadi oksimetris : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur, Sputum dan darah : Untuk dapat diambil biosi jarum,
aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Lebih dari satu organisme ada : Bakteri yang
umum meliputi diplococcus pneumonia, stapilococcus, Aures A-hemolik
streptococcus, hemophlus influenza : CMV. Catatan: keluar sekutum tak dapat di
identifikasi semua organisme yang ada. Keluar darah dapat menunjukan
bakteremia sementaraa.
d. JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imum seperti AIDS, Memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serelogi : mis, Titer virus atau legionella, aglutinin dingin,
membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
f. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun ( kongesti dan kolaps
alveolar): tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia)
g. Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah
G. Komplikasi
Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, effusi pleura,
empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke
bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis, dan
pericarditis (Paramita 2011).
H. Pencegahan
Pencegahan pneumonia yaitu menghindari dan mengurangi faktor resiko,
meningkatkan pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas
kesehatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia yang benar
dan efektif (Said, 2010).
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut
Manurung dkk (2009) adalah :
1. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin
pneumonia
2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
Sedangkan untuk penyebab pneumonia bervariasi
sehingga penanganannya pun akan disesuaikan dengan penyebab
tersebut pun akan disesuaikan dengan penyebab tersebut.
Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat
keparahan gejala yang timbul. (Shaleh, 2013)
a. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Dengan pemberian antibiotik yang tepat.
Pengobatan harus komplit sampai benar-benar tidak
lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil
pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak tampak
adanya bakteri pneumonia (Shaleh, 2013).
i. Untuk bakteri Streptococcus
pneumonia
Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada
dua vaksin yaitu pneumococcal conjugate
vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan untuk
anak dibawah usia 2 tahun dan pneumococcal
polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi
orang dewasa. Antibiotik yang digunakan
dalam perawatan tipe pneumonia ini yaitu
penicillin, amoxicillin, dan clavulanic acid,
serta macrolide antibiotics (Shaleh, 2013).
2. Riwayat penyakit
1. Keluhan utama : Sesak napas
2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak
nafas dan disertai batuk berlendir sejak kurang lebih 4 hari dan pasien juga
merasakan demam,pusing, dan nyeri pada bagian ulu hati selama 4 hari. Saat
pengkajian berlangsung pasien tampak lemah dan gelisah akibat sesak nafas
dialami.
3. Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang
sama yaitu asma dan mempunyai riwayat DM dan Hipertensi. Pasien mengatakan
perokok keras mulai dari usia 11 tahun dan berhenti merokok diusia 64 tahun.
Pasien biasanya menghabiskan 1 sampai 2 bungkus rokok perhari dan berhenti
kurang lebih 5 tahun yang lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga : Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit turunan.
5. Diagnosa Medis pada saat masuk rumah sakit : Pneumonia
Minuman :
Keterangan : 0 = Mandiri
1 = Alat bantu
2 = Dibantu orang
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung total
8. Pola Eliminasi
a. BAB
9. Pemeriksaan Fisik
Keluhan klien yang dirasakan saat sakit : Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk
berlendir selama kurang lebih 4 hari.
Keadaan Umum : Pasien tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
Nilai GCS : 15
180
TD : mmHg RR : 30x/mnt N : 98x/mnt S: 36,5℃ SPO2 :
80
92 %
Kepala : Pada kepala pasien tidak terdapat lesi dan rambut tidak mudah
patah,warna rambut pasien hitam dan sedikit beruban. Saat dipalpasi
tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba adanya edema.
Mata : Saat diinspeksi,konjungtive anemis (tidak pucat), tidak kuning, pupil
simestris kanan dan kiri,tampak hitam dibawah kelopak mata dan
seperti mata panda. Saat dipalpasi tidak ada edema dan pembekakan
disekitar mata
Hidung : Hidung simetris kanan dan kiri, tidak terdapat kotoran dan tidak ada
perdarahan pada hidung,terdapat cuping hidung,fase ekspirasi
memanjang. saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan sinus, dan tidak ada
pembekakan mukosa hidung.
Mulut : Bibir simetris, mukosa bibir terlihat kering, tidak terdapat sariawan dan
amandel pada mulut, gigi tampak ompong.
Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan atau darah
yang keluar dari lubang telinga. Dan saat dipalpasi tidak ada nyeri
tekan.
Leher : Saat diinspeksi tidak ada pembengkakan dan saat dipalpasi tidak
terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid
Thoraks : Saat diinspeksi thoraks pasien simetris kiri dan terdapat otot bantu
nafas, terlihat ekspirasi yang memanjang, adanya ronki halus pada paru
kiri dan kanan. suara nafas tambahan yaitu whezzing
Abdomen : Saat diinspeksi tidak ada pembesaran pada perut, tidak ada lesi,tidak
terdapat luka atau bekas operasi. Saat diperkusi terdapat timphani dan
bising usus normal.
Ekstremitas :
(ekstremitas atas) : Pada tangan sebelah kiri terpasang cairan infus NaCl 0,9 +
drips aminoghophylin 16 tpm, jari-jari tangan legkap, tidak teraba
pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan. Pergerakan aktif. Kekuatan otot
5.
(ekstremitas bawah ) : Kedua kaki dapat digerakkan dengan baik, jari-jari lengkap,
tidak ada nyerI tekan, kekuatan skala otot 5.
Kulit : Elastisitas kulit pasien menurun, turgor kulit menurun ,CRT ¿2 detik
Program terapy
TTV
TD: 180/80 mmHg
RR: 30x/m
N: 98x/m ̊
S: 36,5 5 ̊̊̊ C
Pemantauan Respirasi :
1. Memonitor kemampuan
batuk efektif
- Pasien dapat melakukan
batuk efektif dan sputum
berkurang
2. Mendokumentasikan hasil
pemantauan
3. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Pasien mengerti dengan
apa yang dijelaskan
4. Informasikan hasil
pemantauan
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi di
lanjutkan ( 1,3 ,5 )
24 juni
2021 jam Resiko penurunan
10.40 curah jantung b.d
perubahan preload 1. Mengidentifikasi tanda dan 24 Juni 2021
dan afterload gejala penurunan curah Jam 15.45
jantung S:
Hasil: -Pasien
-Pasien mengalami sesak dan mengatakan
tampak lemah masih merasa
2. Mengatur posisi pasien lemah
Hasil: -Pasien
-Posisi semi-fowler mengatakan
3. Memfasilitasi pasien untuk masih terasa
gaya hidup sehat sesak
Hasil:
- Dalam mengontrol stress O:
- Tidur yang cukup TTV
4. Menganjurkan tirah baring - TD: 160/80
Hasil: mmHg
- Melakukan aktivitas di - RR: 28x/m
tempat tidur - N: 98x/m
-SP02: 93%
5. Kolaborasi pemberian anti
hipertensi A:
Hasil: -Masalah
- Cardesorton 1x 16/po teratasi
- Sironolactone 2x 25 mg/po sebagian
24 Juni
2021 jam Gangguan pola tidur P:-Intervensi
10.55 b.d ketidak dilanjutkan (4,5)
nyamanan akibat 1. Monitor status oksigenasi sebelum
sesak dan sesudah mengatur posisi
Pasien terpasang oksigen 4
L/menit nasal kanul 24 juni 2021
2. Mengatur posisi tidur yang disukai Jam 16.10
dan mengurangi sesak
Pasien mengatakan lebih S :
nyaman posisi setengah Pasien
duduk (semi fowler) mengatakan
3. Mengatur posisi untuk mengurangi belum bisa
sesak tidur dedan
Klien berbaring, posisi semi hanya sekitar
fowler 3 jam
Mentinggikan tempat tidur O :
bagian kepala Klien tampak
Memberikan bantal yang tepat sulit tidur
pada leher Klien tampak
4. Ubah posisi selama 2 jam gelisah
Agar pasien dapat nyaman TTV :
untuk beristiraat TD : 160/80
5. Menginformasikan saat akan RR : 28x/menit
dilakukan perubahan posisi N : 98x/menit
S : 36,5 ̊ C
SPO2 : 93%
A : Masalah
gangguan pola
tidur belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan (2,3,4)
(Hari Ke-2)
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di
hentikan
25 Juni Intoleransi aktivitas b.d 1. Memonitor kecepatan aliran 14.10
2021 ketidakseimbangan oksigen S:
Jam suplai dan kebutuhan - Kecepatan oksigen 4 liter / - Pasien
10.20 oksigen menit mengatakan
- Mempertahankan kepatenan sesak nafas
jalan nafas menurun
2. Memonitor integritas mukosa - Pasien
hidung akibat pemasangan mengatakan
oksigen sudah bisa
- Keadaan hidung tampak baik bernafas
3. Memberikan mukolitik atau seperti biasa
ekspektoran A:
Nebulizer combivent 1/8jam - Pasien
Nac 3x 200 mg/po tampak sudah
Sironolactone 2x 25 mg tidak sesak
- Pasien
tampak sudah
bisa bernafas
seperti biasa
- TTV
TD : 140/80
MmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 36 °C
-SP02: 94%
O:
- TTV
TD : 140/80
MmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 36 °C
-SP02: 94%
A:
-Masalah resiko
penurunan
curah jantung
teratasi
P:
-Intervensi
dihentikan
25 Juni Gangguan pola tidur b.d 2. Mengatur posisi tidur yang Jam 14.20
2021 ketidaknyamanan akibat disukai dan mengurangi sesak
Jam sesak Pasien mengatakan lebih S :
10.30 nyaman posisi setengah Pasien
duduk (semi fowler) mengatakan
3. Mengatur posisi untuk keluhan sulit
mengurangi sesak tidur meurun
Klien berbaring, posisi Pasien
semi fowler mengatakan
Mentinggikan tempat tidur tidur mulai
bagian kepala nyenyak
Memberikan bantal yang O :
tepat pada leher Klien tampak
4. Ubah posisi selama 2 jam sulit tidur
Agar pasien dapat Klien tampak
nyaman untuk beristirahat gelisah
- TTV
TD : 140/80
MmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 36 °C
SPO2 : 94 %
A : Masalah
gangguan pola tidur
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
PEMBAHASAN
1. Pasien Tn.N dirawat dirumah sakit dengan keluhan utama yaitu sesak nafas
yang ddierita kurang lebih 4 hari dan pasien juga merasakan demam,pusing, dan
nyeri pada bagian ulu hati selama 4 hari. Saat pengkajian berlangsung pasien
tampak lemah dan gelisah akibat sesak nafas yang dialami.
2. Diagnosa yang medis :
o Pola Nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas (Karena pasien
merasakan sesak nafas yang disertai dengan batuk yang berlendir)
o Resiko perfusi perifer tidak efektif
o Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
(Pasien tidak mampu melakukan aktvitas sehari-hari akibat tidak
seimbangnya suplai oksigen dan kebutuhan oksigen)
o Resiko penurunan curah jantung b.d Perubahan preload dan afterload
(Karena tekanan darah pasien melebihi batas normal dan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi serius)
o Gangguan pola tidur b.d Ketidaknyamanan akibat sesak (Karena pasien
merasa terganggu dengan sesak nafas yang dialami sehingga terjadi
perubahan pola tidur pada pasien yang biasanya istirahat 8 jam, berubah
menjadi hanya 3 jam saja. Bahkan sering terbangun jika pasien merasakan
sesak nafas)
3. Rencana keperawatan :
o Pola nafas tidak efektif (Intervensi yang diambil yaitu Manajemen jalan nafas
dan pemantauan respirasi)
o Resiko perifer tidak efektif (Perawatan sirkulasi)
o Intoleransi Aktivitas (Terapi oksigen)
o Resiko penurunan curah jantung (Perawatan jantung)
o Gangguan pola tidur (Pengaturan posisi)
4. Implementasi Keperawatan dilakukan hanya selama 2 hari dikarenakan pada
saat pemberian implementasi hari untuk hari ketiga pasien sudah sehat dan akan
dipulangkan. Dan juga pasien sudah dirawat kurang lebih 1 minggu dan pada
saat akan dilakukan implementasi untuk hari ketiga masalah keperawatan pasien
sudah teratasi. Pasien tidak merasakan lagi sesak nafas dan pasien sudah
mampu melakukan aktivitasnya perlahan membaik.
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, Penerbit Buku
Kedokteran EGC,;
Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1.
EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8
Volume 2. EGC, Jakarta.
https://www.scribd.com/doc/249380329/LP-PPOK-doc