Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa

Disusun oleh :

NAMA : Deni Fauzi

NIM : 5021031014

S1 KEPERAWATAN-NERS

UNIVERSITAS FALETEHAN

SERANG BANTEN

TAHUN 2022
1. Definisi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan
seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua
dan aniaya. (Budi Anna Keliat,2011).
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,2015).
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam
kenyataan (Harold I, 2011).2
2. Proses terjadinya masalah
A. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya suatu masalah terdiri dari :
Pertama adalah Faktor Genetik, faktor genetik ini terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama. Kedua adalah Faktor Bioligi meliputi: Gangguan tumbuh
kembang,terdapat lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik. Yang ketiga
adalah Faktor Psikologis seperti: Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, tidak
sensitif, Hubungan dengan ayah
tidak dekat/perhatian yang berlebihan dan Konflik perkawinan, Sosialbudaya,
Kemiskinan, Ketidakharmonisan sosial dan Stress yang menumpuk.
B. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi yang menyebabkan terjadinya suatu masalah terdiri dari:
Stressor sosial budaya seperti terjadinya Stres dan kecemasan akan meningkat
bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling
penting, atau diasingkan dari kelompok.
Kedua adalah Faktor Biokimia Penelitian tentang pengaruh dopamine,
inorefinefrin,zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita. Ketiga
adalah Faktor Psikologi:Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang
disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkurangnya orientasi realiata.
C. Jenis-jenis waham
1. Waham Kebesaran: Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan.
2. Waham Curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan.
3. Waham Agama: Individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.)
4. Waham Somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
5. Waham Nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
6. Waham Kontrol Pikir: Keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya
7. Waham kendali pikir (thought of being controlled). Penderita percaya bahwa
pikirannya, perasaan atau tingkah lakunya dikendalikan oleh kekuatan dari
luar.
8. Waham bizarre, merupakan waham yang aneh. Termasuk dalam waham
bizarre, antara lain : Waham sisip pikir/thought of insertion (percaya bahwa
seseorang telah menyisipkan pikirannya ke kepala penderita); waham siar
pikir/thought of broadcasting (percaya bahwa pikiran penderita dapat
diketahui orang lain, orang lain seakan-akan dapat membaca pikiran
penderita); waham sedot pikir/thought of withdrawal (percaya bahwa
seseorang telah mengambil keluar pikirannya); waham kendali pikir;waham
hipokondri
9. Waham Hipokondri. Penderita percaya bahwa di dalam dirinya ada benda
yang harus dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya
10. Waham Cemburu. Cemburu disini adalah cemburu yang bersifat patologis
11. Waham Curiga. Curiga patologis sehingga curiganya sangat berlebihan
12. Waham Diancam. Kepercayaan atau keyakinan bahwa dirinya selalu diikuti,
diancam, diganggu atau ada sekelompok orang yang memenuhinya.
13. Waham Kejar. Percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang
14. Waham Bersalah. Percaya bahwa dirinya adalah orang yang bersalah.
15. Waham Berdosa. Percaya bahwa dirinya berdosa sehingga selalu murung
16. Waham Tak Berguna. Percaya bahwa dirinya tak berguna lagi sehingga
sering berpikir lebih baik mati (bunuh diri).
17. Waham Miskin. Percaya bahwa dirinya adalah orang yang miskin
D. Fase-fase Waham
1. Lack of Selfesteen.
Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan antara
kenyataan dan harapan. Ex : perceraian, berumahtangga tidak diterima oleh
lingkungannya.
2. Control internal external , mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan.
3. Enveriment Support.
Kerusakan kontrol dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak merasa
bersalah saat berbihing. Ex : seseorang yang mengaku dirinya adalah guru
tari adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya,
klien merasa didukung, dklien menganggap hal yang dikatakan kebenaran,
kerusakan control diri dan tidak berfungsi normal (super ego).
4. Fisik Comforting
Klien merasa nyaman dengan kebohongannya.
5. Fase Improving
Jika tidak ada konfortasi dan korelasi maka keyakinan yang salah akan
meningkat.
E. Rentang Respon Neurobiologi
Adaptif Maladaptif
 Pikiran logis  Persepsi akurat  Emosi konsisten dengan pengalaman 
Perilaku sosial  Hubungan sosial  Pikiran kadang menyimpang illusi  Reaksi
emosional berlebihan dan kurang  Perilaku tidak sesuai  Menarik diri 
Gangguan proses pikir: Waham  Halusinasi  Kerusakan emosi  Perilaku tidak
sesuai  Ketidakteraturan isolasi sosial Skema. 1 Rentang respons neurobiologis
Waham. (sumber : Keliat, 2009).
F. Mekanisme Koping.
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri
sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi :
- Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal
untuk aktivitas hidup sehari-hari
- . Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
- Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal
untuk aktivitas hidup sehari-hari
- . Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Pohon masalah
a. patway
Kerusakan
komunikasi verbal

Gangguan Proses
Pikir : Waham

Gangguan Proses
Pikir : Waham

Harga diri rendah

Koping Keluarga
tidak efektif

Regimen terapetik
inefektif

b. Pengkajian
- Kerusakan Komunikasi : Verbal
- Data subjektif Klien mengatakan bahwa orang lain tidak mengerti dengan
ucapannya. Data Objektif - Klien tampak banyak bicara dan mendominasi
pembicaraan. - Klien tampak sulit diberi pengertian, hanya mau bicara
dengan orang-orang tertentu saja.
- Gangguan Proses Pikir : Waham Curiga Data Subjektif - Klien
mengatakan bahwa orang-orang disekitarnya akan mencederai dirinya dan
dikatakan berulang-ulang. - Klien mengatakan tidak mau kontak dengan
orang lain. Data Objektif Klien tampak mondar-mandir tak menentu.
- Harga Diri Rendah Data Subjektif - Klien mengatakansaya tidak
mempunyai masa depan lagi. - Klien mengatakan sedih karna kehilangan
pekerjaan. Data Objektif - Ekspresi muka klien tampak sedih dan murung -
Klien tampak menatap sebentar kemudian memalingkan muka.
- Koping Keluarga In Efektif Data Subjektif Klien mengatakan tidak
diperhatikan keluarga. Data Objektif Keluarga tidak mampu merawat
klien.
- Regimen Terapeutik In Efektif Data Subjektif Keluarga mengatakan
bahwa Klien dirawat untuk yang ke 3 kalinya. Data Objektif b.
4. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Proses Pikir : Waham Curiga
2. Harga Diri Rendah
3. Koping Keluarga In Efektif
4. Regimen Terapeutik In Efektif
5. Kerusakan Komunikasi : Verbal

5. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagonsa Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi


Keperawatan
Perubahan proses Tujuan mampu : - Setelah 1x SP1 - Identifikasi
pikir waham Berorientasi pertemuan, pasien kebutuhan pasien -
curiga kepada realitas daerah memenuhi Bicara konteks
secara bertahap. - kebutuhannya realita (tidak
Mampu Setelah 1x mendukung atau
berinteraksi pertemuan, pasien menambah waham
dengan orang lain daerah memenuhi pasien) - Latih
dan lingkungan - kebutuhannya pasien untuk
Menggunakan Setelah 2x memenuhi
obat dengan pertenuan, pasien kebutuhannya
prinsip 6 benar mampu. “dasar” - Masukkan
dalam jadwal harian
pasien. SP2 -
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1) -
Identifikasi
potensi/kemampuan
yang dimiliki -
Masukkan dalam
jadwal kegiatan
menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan dan
mampu memilih
kemampuan lain
yang dimiliki
Setelah 3x
pertemuan pasien
dapat menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan dan
mampu memilih
kemampuan lain
yang dimiliki.

6. Daftar Pustaka
Anonymous, 2014. Pengalaman. Diperoleh 18 juni 2014.
http://plus.google.com//+johansupri.
Budi Anna Keliat,2011. Model praktik keperawatan profsional jiwa
Jakarta:EGC Harold I, 2011.Keperawatan jiwa aplikasi praktik klinik. Yogyakarta
Maramis,W.F,2015. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta.
Stuart Gail.2012.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC Stuart dan
sundeen, 2012 hal 302.
Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan ke : 1

Hari/tanggal : Selasa, 25 Januari 2022

Nama Klien : TN.R

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan bahwa dia mencurigai keluarganya. DO : Klien tenang,
kooperatif, duduk bersama pasien lain, berpakaian kurang rapi.
2. Diagnosa
Gangguan Proses Pikir : Waham Curiga
3. Tujuan khusus
a. Berorientasi kepada realitas secara bertahap
b. Mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
c. Menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina Hubungan Saling Percaya Dengan Klien: SP1
- Identifikasi kebutuhan pasien –
- Bicara konteks realita (tidak mendukung atau menambah waham pasien)
- Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya “dasar” –
- Masukkan dalam jadwal harian pasien
B. Strategi keperawatan
1. ORIENTASI
a. Salam
“Hallo, selamat siang mas’
b. Evaluasi/Validasi
“ Bagaimana kabar mas hari ini? Aduh mas hari ini tampak segar sekali?
Sudah makan pagi apa belum? Menunya masih ingat apa tadi ?”
“ Kenalkan, nama saya Deni fauzi, biasa dipanggil Deni”. Nama mas siapa?,
suka dipanggil siapa? O…nama mas Rian, suka dipanggil mas Rian ya,
baiklah.” “Saya mahasiswa Keperawatan Univeristas Faletehan ,
c. Kontrak
Saya bertugas di sini selama 6 hari, saya akan merawat mas selama saya
bertugas di sini, tiap hari kita akan ketemu dan bincang-bincang” d. “ Hari ini
kita akan bincang-bincang untuk lebih saling mengenal.
d. Waktu
waktunya ± 15 menit cukup tidak mas?”.
e. Tempat
Dimana kita bicara? Bagimana kalau sambil duduk di depan?” e. “Di sini saja
mas, ok baiklah kalau begitu.”
d. Tujuan
Baik mas tujuan saya menemui anda saat ini adalah ingin berbincangbincang
dan mengenal lebih dekat tentang anda sehingga kita bisa saling kenal, dan
dapat meningkatkan hubungan saling percaya antara mas dan saya.”
2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan dan keadaan mas Rian hari ini?” “Apakah ada yang
dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-bincang?” “ mas nggak usah
kawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya dan perawatperawat di sini
akan selalu menjadi teman dan membantu mas Rian” “mas Rian, bisa saya tahu
sekarang identitas mas, baik alamat, keluarga, hobi atau mungkin keinginan
sekarang?” “Wah terima kasih mas Rian karena sudah mau berkenalan dengan
saya dan sekarang saya akan memberitahu identitas saya, mas Rian mau kan
mendengarkan?” “Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita
berteman, jadi mas Rian tidak perlu sungkan lagi bila ada masalah bisa diceritakan
pada saya, mas Rian mau kan berteman dengan saya?”
3. Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan sekarang mulai lega dan lebih percaya.
Obejktif : klien percaya akan perawat.
b. Rencana
“Sementara cukup di sini dulu ya, pembicaraan kita”  “Saya senang mas
Rian mau mengobrol dengan saya. Tadi mas Rian sudah bagus bisa mengingat
dan mengungkapkan kemampuan apa yang dimiliki dengan baik, pertahankan
ya….”
c. Kontrak topik
“Besok kita akan bertemu lagi, berbincang lagi tentang kebutuhan-kebutuhan
mas Rian yang belum terpenuhi, anda setuju?” Bagaimana kalau jam 10.00
lagi.
d. Waktu
“Besok kita akan bertemu lagi, berbincang lagi tentang kebutuhan-kebutuhan
mas Rian yang belum terpenuhi, anda setuju?” Bagaimana kalau jam 10.00
lagi.
e. Tempat
f. Disini lagi ya mas?”  “Baik, saya permisi dulu, anda bisa melanjutkan
kegiatan yang lainnya terimakasih ya atas waktunya?”

Anda mungkin juga menyukai