Anda di halaman 1dari 4

 Fentanil

 Mekanisme kerja obat

Reseptor µ terdistribusi di spinal cord dan jaringan lain di tubuh. Reseptor-reseptor tersebut
ditemukan paling banyak di amigdala posterior, caudate, putamen hypothalamus dan lapisan satu, dua
dan tiga dari korteks yang mana membentuk korteks somatosensori. Interaksi dengan reseptor µ pada
daerah tersebut menyebabkan penghambatan pada release neurotransmitter dari terminal afferent
primer di spinal cord dan menyebabkan aktivasi descending inhibitory control di midbrain.

Stimulasi dari reseptor µ oleh fentanil menyebabkan pertukaran GTP menjadi GDP pada G
protein kompleks dan kemudian menghambat adenylate cyclase. Akibatnya terjadi penghambatan
konversi ADP menjadi ATP untuk memproduksi cAMP aktif . Pada bentuk aktif, cAMP merupakan
molekul second messenger yang berperan untuk menstimulasi terbukanya voltage gate channel Ca2+
yang mengarah pada pelepasan neurotransmitter, seperti substance P, GABA, dopamin, asetilkolin
dan noradrenalin. Karena cAMP tidak diaktivasi akibat terjadinya ikatan fentanil pada reseptor µ,
voltage gated channel Ca2+ tidak terbuka dan neurotransmitter tidak dilepaskan. Akibatnya, terjadi
penghambatan penghantaran sinyal dari afferent primer ke afferent sekunder. Sehingga terjadi
penurunan persepsi individu terhadap nyeri.

Fentanil juga dapat memberikan efek analgesik dengan berikatan pada GIRK (G protein-coupled
inwardly-rectifying potassium) channel. Ikatan tersebut menyebabkan terjadinya blokade dari
pembukaan voltage gated Ca+ channel, kemudian terjadi hiperpolarisasi dan menurunnya rangsangan
saraf. Akibatnya, penghantaran sinyal nyeri akan dihambat.

 Efek pada organ


Farmakokinetik
a. Absorbsi
Fentanil dapat diabsorbsi dengan baik di dalam tubuh apabila diberikan dengan rute
subkutan, intramuskular, dan transdermal. Sediaan bentuk per oral cenderung jarang
digunakan karena adanya first pass metabolism effect, sehingga jika fentanil diberikan secara
per oral maka dibutuhkan adanya peningkatan dosis dosis agar tercapai efek terapetik yang
diinginkan.

b. Distribusi
Fentanil sangat larut dalam lemak, mempunyai ikatan dengan protein sebesar 80-85%.
Fentanil dengan cepat meninggalkan kompartemen darah dan terakumulasi dalam konsentrasi
tinggi dalam jaringan yang mempunyai perfusi yang tinggi seperti otak, paru-paru, hepar,
ginjal dan limpa. Fentanil terakumulasi di otot skeletal dan lemak kemudian dilepaskan
secara perlahan kedalam darah. Konsentrasi obat di otot skeletal dapat lebih rendah, tetapi
jaringan ini berfungsi sebagai reservoir utama karena jumlahnya yang besar. Walaupun aliran
darah ke jaringan lemak lebih kecil daripada jaringan dengan tingkat perfusi yang tinggi,
akumulasi dapat menjadi faktor yang penting, terutama setelah pemberian dengan dosis tinggi
atau infusi kontinyu dari opioid yang sangat lipofilik dan dimetabolisme secara perlahan (eg
fentanil). Dalam sebuah studi pada pasien kanker yang diterapi menggunakan fentanil
transdermal, ikatan protein plasma dengan obat sebesar 95% (dari rentang 75-100%). Volume
distribusi dari fentanil adalah sebesar 3-5 L/kgBB.

c. Metabolisme
Fentanil dimetabolisme di hepar oleh sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 melalui proses N-
dealkilasi menjadi norfentanil dan metabolit inaktif lain yang terhidroksilasi. CYP3A4 juga
dapat ditemukan di mukosa usus halus dan berkontribusi dalam terjadinya first pass
metabolisme fentanil ketika digunakan secara per oral.Metabolit dan beberapa obat yang
tidak berubah utamanya diekskresi melalui urin. Short duration of action kemungkinan
terjadi akibat redistribusi fentanil kedalam jaringan lebih banyak daripada proses
metabolisme dan ekskresi. Waktu paruh eliminasi yang singkat menunjukkan pelepasan
lambat dari depo di jaringan, yaitu sebesar 3.5 jam. Sekitar 80% fentanil yang dilepaskan
berikatan dengan plasma protein.

d. Eliminasi
Fentanil (lebih dari 90%) dieliminasi dalam bentuk N-dealkilasi dan hidroksilasi
metabolit inaktif. Kurang dari 7% dari dosis yang diberikan, diekskresi di dalam urin dalam
bentuk tidak berubah, dan hanya sekitar 1% diekskresi di feses dalam bentuk yang tidak
berubah. Sebagian besar metabolit diekskresi lewat urin. Total klirens fentanil dari plasma
sebesar 0,8-1,0 ml/menit/kgBB.
 Dosis
1. Premedikasi
50-100 mcg (IM) diberikan 30-60 menit sebelum operasi
2. Tambahan pada anestesi regional
50-100 mcg (IM/IV lambat) selama 1-2 menit bila diperlukan penambahan analgesik.
3. Pasca operasi (ruang pemulihan)
50-100 mcg (IM), dapat diulangi dalam 1-2 jam bila perlu
4. Tambahan pada analgesik anestesi umum
Dosis rendah 2 mcg/kgBB ; Dosis tinggi 20-50 mcg/kgBB
5. Sebagai anestesi 50-100 g/kgBB
6. Nyeri kronik (indikasi pemberian fentanil dengan sediaan transdermal)

Fentanyl merupakan opioid agonis turunan fenil piperidin. Potensi analigesinya antara 75-
125 kali lebih kuat disbanding morfin Dosis ditentukan secara individual(tergantung tingkat
keparahan nyeri pasien, respon pasien, terapi analgesik yang sudah diterima pasien sebelumnya,
faktor risiko terkait adiksi dan penyalahgunaan) dengan melakukan titrasi dosis terhadap dosis
opioid yang digunakan sebelumnya. Dosis awal tidak boleh melebihi 25 mcg/jam
(Direkomendasikan agar titrasi dosis dimulai dari dosis paling rendah dengan menggunakan
opioid short-acting sebelum menggunakan fentanil patch).

 Indikasi
Indikasi pemberian fentanyl adalah seagai analgesik, adjunct untuk anestesi
general atau lokal; depresan saluran nafas terkait manajemen pada pasien yang
menggunakan alat bantu nafas di ICU (Tatro, et.al, 2008; Sweetman, et.al, 2009).

 Kontra Indikasi
a. Pasien yang mengalami intoleransi terhadap obat-obat golongan opioid
b. Pasien mengalami depresi nafas
c. Pasien mengalami asma akut atau severe
d. Diketahui atau dicurigai mengalami obstruksi saluran cerna, termasuk paralytic ileus
e. Fentanil patch tidak direkomendasikan untuk nyeri akut atau pasca operasi

 Efek Samping
Efek samping serius yang dapat muncul dari pemberian fentanil adalah depresi
nafas, efek samping ini dapat terjadi saat pemberian fentanil dengan dosis tinggi. Selain
itu, efek samping umum yang dapat terjadi adalah mual, muntah, konstipasi, mulut
kering, mudah mengantuk dan reaksi hipersensitivitas seperti ruam dan gatal-gatal
(terutama pada pemberian fentanil sediaan patch).

Anda mungkin juga menyukai