Anda di halaman 1dari 44

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif

Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

KEGAWATDARURATAN
MEDIS
Pendahuluan

 Salah satu unit pelayanan Rumah Sakit yang


memiliki peranan penting adalah Unit Gawat
Darurat.
 Unit ini akan menerima berbagai macam
kegawatdaruratan medis.
 Oleh karena itu penanganan kegawatdaruratan
penting karena akan memengaruhi outcome dari
pasien yang masuk ke RS.
 Kecepatan, kecermatan dan ketepatan dalam
bertindak menjadi suatu keharusan bagi dokter
yang bertugas di dalam pelayanan gawat darurat.
 Keadaan gawat darurat memerlukan
pertolongan cepat untuk mencegah terjadinya
cacat atau kematian
 Dan dalam melakukan pertolongan diperlukan
kerja sama tim yang baik, dari tenaga medis atau
non medis lainnya.
 Mahasiswa perlu untuk mengetahui tatalaksana
yang perlu dilakukan apabila terjadi kasus
kegawat daruratan.
 Mahasiswa dapat menjadi dokter first responder
dan dapat mengembangkan SDM baik di RS
maupun lingkungan sekitar.
DOKTRIN

WAKTU ADALAH NYAWA


TIME SAVING IS LIFE SAVING
Kegawatdaruratan

TRAUMA NON TRAUMA


(+ 20%) (+ 80%)
Kegawatdaruratan sehari-hari

• Stroke
• Heart attack
• Penurunan kesadaran
• DHF, GE dengan syok
• Trauma, kecelakaan lalu lintas
Triase

Primary Survey

Resusitasi

Secondary Survey

Transport/Terapi definitif
TRIASE

 Triase adalah proses memilih pasien berdasarkan

beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan


gawat medik serta prioritas transportasi. artinya
memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman
hidup.
Triase/Triage merupakan suatu sistem yang
digunakan dalam mengidentifikasi korban dengan
cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian
diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi
ke fasilitas kesehatan.
Triase akan menempatkan pasien berdasarkan
prioritasnya. Kita membagi dengan label warna.

 Label Hitam

 Label Merah

 Label Kuning

 Label Hijau
Label Hitam (Prioritas 0)

 Pasien meninggal atau pasien dengan cedera

parah yang jelas tidak mungkin untuk


diselamatkan walau diambil tindakan segera.
Label Merah (Prioritas 1)

 Pasien dengan cedera berat dan memerlukan


penilaian cepat dan tindakan medik atau transport
segera untuk menyelamatkan hidupnya. Sebagian
besar pasien dengan masalah Airway, Breathing
dan Circulation
 Misalnya penderita gagal nafas, henti jantung,
pendarahan parah dan cedera kepala berat.
Label Kuning (Prioritas 2)

 Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera


dan tingkat yang kurang berat atau mungkin
mengancam jiwa tetapi diperkirakan tidak akan
mengalami penurunan kndisi dalam waktu dekat atau
beberapa jam.
 Misalnya cedera abdomen tanpa syok, luka
perdarahan tanpa Syok dan jenis-jenis penyakit lain
Label Hijau (Prioritas 3)

 Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit


yang tidak membutuhkan pertolongan segera serta
tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan
kecacatan.
 Contoh: luka terbuka pada ekstrimitas tanpa
perdarahan aktif, patah tulang tertutup
Penilaian yang dilakukan pertama kali ketika
mendapatkan pasien adalah:

 Primary survey

 Secondary survey
Primary survey

 Airway (jalan nafas)


 Breathing (pernafasan)
 Circulation (sirkulasi)
 Disability
 Exposure
URUTAN KEGAWATAN

B1 BREATH GAWAT NAPAS


B2 BLOOD GAWAT SIRKULASI
B3 BRAIN GAWAT KESADARAN, KOMA, Kejang
B4 BLADER GAWAT GINJAL : PRE, POST, RENAL
B5 BOWEL GAWAT SISTIM PENCERNAAN
B6 BONE GAWAT KERANGKA FRAKTUR
Airway (Jalan Nafas)

 Penilaian terhadap jalan nafas pasien apakah


bebas atau tidak.
 Apakah terdapat obstruksi partial atau total?
 Apakah terdapat benda asing di jalan nafas?
 Bebaskan jalan nafas (suction, Heimlich
maneuver, menggunakan maggil).
 Teknik yang digunakan untuk membebaskan jalan
nafas adalah:
 Head tilt
 Chin lift
 Jaw Thrust
 Triple airway manuever
Head tilt dan chin lift
Jaw thrust

 Merupakan teknik yang aman digunakan untuk


pasien dengan kecurigaan cidera cervikal.
Triple airway maneuver
Breathing

 Look: Lihat pergerakan dinding dada

 Listen: Dengarkan suara nafas

 Feel: Rasakan aliran


Circulation

 Penyebab utama gangguan sirkulasi adalah syok.


 Lihat tanda-tanda syok seperti letargi, warna kulit
(pucat, kemerahan)
 Periksa nadi perifer (denyut nadi radialis,
femoralis, carotis) reguler/tidak, kuat
angkat/lemah.
 Frekuensi nadi
 Tekanan darah
 Capillary refill time
 Produksi urin
Perkiraan tekanan darah sistolik

 a. Radialis : + 80 mmHg
 a. Femoralis : + 70 mmHg
 a. Carotis : + 60 mmHg
Disability

 Berikan oksigenasi atau pastikan dulu pasien tidak


hipoksia atau hipotensi.
 Lakukan penilaian neurologis cepat.
 Periksa Pupil (ukuran, simetris, reflek cahaya)
 Penilaian tingkat kesadaran dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu: AVPU dan GCS (Glasgow
Coma Scale).
 AVPU lebih praktis, akan tetapi penilaian GCS
akan memberikan gambaran yang lebih terperinci.
Penilaian AVPU:

 Alert: Pasien sadar dan memiliki kontak yang baik

 Verbal: Pasien berespon terhadap panggilan

 Pain: Pasien berespon terhadap rangsang nyeri

 Unresponsive: Pasien tidak respon


 GCS pertama kali diciptakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien yang mengalami trauma kepala.
Tetapi saat ini penilaian GCS dilakukan pada
sebagian besar kasus pasien dengan penurunan
kesadaran.

 Penilaian GCS terdiri dari 3 komponen, yaitu:


 Respon buka mata,

 Respon verbal, dan

 Respon motorik.
Exposure

 Minimalisir paparan yang membahayakan pasien.


 Buka baju pasien atau pakaian yang menyulitkan
penolong dalam menilai dan memberikan
pertolongan, dengan menjaga norma yang ada.
 Hati-hati terjadi hipotermia
Resusitasi

 Lakukan tindakan untuk gangguan yang terjadi


pada primary survey (airway, breathing,
circulation) yang telah dilakukan.
Secondary survey

 Pemeriksaan yang dilakukan secara rinci dari


kepala sampai ke kaki.
 Lakukan penilaian terhadap rencana yang akan
dilakukan pada pasien.
 Apabila tidak dapat ditangani dengan sumber
daya yang ada, maka pasien dipersiapkan untuk
dirujuk.
 Atau pasien dibeikan terapi definitif jika penolong
memiliki sumber daya untuk menyelamatkan
pasien.
 Pedoman dalam merujuk/transport pasien:

 Lakukan stabilisasi dan resusitasi sebelum merujuk

 Komunikasikan kepada tempat tujuan rujukan


SPGDT-S (Sistim Pelayanan Gawat Darurat Terpadu-Sehari2)
PENCEGAHAN PENANGGULANGAN
PELAKSANAAN SUMBER DAYA PELAKSANAAN
YANG MEMBERI PERTOLONGAN MULTI DISIPLIN
ANTARA LAIN MULTI PROFESI
- HELM MULTI SEKTOR: Polri, PMK,
- SABUK AWAM UMUM PETUGAS DOKTER DLLAJR, Dll
PENGAMAN AWAM KHUSUS AMBULANS PERAWAT
TUJUAN - KEMATIAN
MENCEGAH - KECACATAN
- PENDERITAAN
KOMUNIKASI
MASYARAKAT
TRANSPORTASI
AMAN – SEHAT
- SEJAHTERA
(SAFE COMMUNITY)
2010 +
PASIEN AMBULANS PUSKESMAS RS.KLAS C RS. KLAS A/B

PRA RS INTRA RS INTRA RS

ANTAR RS

PENDANAAN
TIME SAVING IS LIFE SAVING
RESPONSE TIME DIUPAYAKAN SEPENDEK MUNGKIN
MERUJUK THE RIGHT PATIENT, TO THE RIGHT PLACE AT THE RIGHT TIME
HAKEKAT SPGDT

Rantai Bantuan Hidup (Life Support Chain) (Rantai PPGD)

Masyarakat Dokter RS RS Klas


Umum Klas C A/B
Puskesmas

Kekuatan rantai ditentukan oleh mata rantai yang paling lemah

 Pembinaan SPGDT harus dilakukan menyeluruh

41
Penutup

Dengan makin sadarnya pasien atas hak-haknya,


perlu diingat hak pasien :

1. The right for safety

2. The right for respect

3. The right for information

4. The right to choose

5. The right to be heard

42
Ingat juga landasan etik tugas2 kita :

1. Do good
“Saya senantiasa mengutamakan
kesehatan penderita”

2. Do no harm

3. Veracity
Pemberian informasi yang benar, jelas &
lengkap dengan memperhatikan segi kejiwaan
pasien

4. Autonomy
Memberi pasien hak memilih

5. Justice
Menolong pasien dengan adil
43

Anda mungkin juga menyukai