Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumberdaya

manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional. Bahkan

dapat dikatakan masa depan bangsa bergantung pada keberadaan pendidikan yang

berkualitas yang berlangsung di masa kini. Pendidikan yang berkualitas hanya

akan muncul dari sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu, upaya peningkatan

kualitas sekolah merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang

berkualitas demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas pula. Dengan kata lain

upaya peningkatan kualitas sekolah adalah merupakan tindakan yang tidak pernah

terhenti, kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun.

Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, tenaga kependidikan yang

meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana mestinya

dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/guru yang

berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup, dan terampil dalam

melaksanakan tugasnya.

Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam

hal belajar. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan

pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat


evaluasi belajar siswa, baik sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran

berlangsung (Combs, 1984:11-13). Untuk memainkan peranan dan melaksanakan

tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan memiliki kemampuan professional yang

tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal siswa-siswanya dengan baik,

guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan diagnosis serta mengenal

dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk membantu siswa tumbuh sesuai

dengan potensinya masing-masing.

Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan keluasan

cakupannya, tetapi dalam konteks kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas

yang sama. Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan bahan

pelajaran, tetapi teaching is primarily and always the stimulation of learner

(Wetherington, 1986:131-136), dan mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan

hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah perkembangan

pribadi anak, sekalipun mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan

pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan

yang konstruktif.

Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dikatakan

bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar

mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evalusi dengan berbagai factor

yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat

keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan

persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus.


Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang

mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah

taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya ditinjau

kembali.

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam

rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam

persiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan

diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi

yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan

mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan

alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang

alat-alat evaluasi.

Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek

tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama

bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana

dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut,

setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non

formal apalagi tingkat Sekolah Dasar, haruslah berpusat pada kebutuhan

perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial,

dan sebagai calon manusia seutuhnya.


Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru

senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada

pembelajaran terstruktur dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta

didik atau siswa berbeda.

Khususnya dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial, agar siswa dapat

memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses

pembelajaran terstruktur, guru akan memulai membuka pelajaran dengan

menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan

diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka perlu diadakan penelitian

untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian tugas terhadap

prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Pembelajaran Terstruktur

Dengan Pemberian Tugas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Pada Siswa

Kelas V SDN ABC Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2008/2009”.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa

permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas berpengaruh

terhadap hasil belajar Pengetahuan Sosial siswa kelas V SDN ABC Jakarta

Pusat?

2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas

terhadap motivasi belajar siswa kelas V SDN ABC Jakarta Pusat?


C. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang

meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas V SDN ABC Jakarta Pusat.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun ajaran

2008/2009.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan kerajaan Hindu, Budha dan

Islam di Indonesia.

D. Tujuan Penelitian

Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran terstruktur dengan pemberian

tugas terhadap hasil belajar Pengetahuan Sosiall siswa kelas V SDN ABC

Jakarta Pusat.

2. Untuk mengungkap pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas

terhadap motivasi belajar Pengetahuan Sosial siswa kelas V SDN ABC

Jakarta Pusat.

E. Kegunaan Penelitian

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

pembelajaran terstruktur dan pemberian tugas dalam pembelajaran

Pengetahuan Sosial.
2. Guru-guru Pengetahuan Sosial perlu memanfaatkan teknik pembelajaran

terstruktur dan pemberian tugas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

baik dalam hal kualitas proses maupun kualitas hasil.

3. Memberikan tanggung jawab dan rasa keadilan bagi guru dalam hal proses

pembelajaran dengan tetap berpegang pada suatu pengertian bahwa siswa

memerlukan perhatian guru.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Pembelajaran Terstruktur, adalah suatu bentuk kegiatan kurikuler sebagai

sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran terstruktur dimulai dengan

menyampaikan tujuan dan juga kata kunci, diteruskan dengan pemberian

materi yang sesuai dengan tujuan, dan pemberian tugas berupa soal-soal yang

dikerjakan dirumah.

2. Pemberian Tugas, adalah catatan guru yang dicantumkan dalam lembar

jawaban siswa, setelah guru meneliti jawaban, yang dapat digunakan oleh

siswa di dalam memperdalam materi yang diberikan sesuai dengan materi

soal. Dalam pemberian tugas ini pekerajaan dikemtugas kepada siswa.

3. Hasil Belajar Pengetahuan Sosial, adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengerjakan soal atau tes dari guru setelah proses mengajar berlangsung

dalam satu pokok bahasan selesai.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Konsep Motivasi

Pengajaran tradisional menitik beratkan pada metode imposisi, yakni

pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru

bagi murid (Hamalik, 2002:157). Cara ini tidak mempertimbangkan apakah

bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau tidak dengan kesanggupan,

kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan, serta pemahaman murid. Tidak

pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu didasarkan atas

motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.

Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi

tentang kepribadian dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam

bidang ilmu pendidikan maka pandangan tersebut kemudian berubah. Faktor

siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya

pengajaran berdasarkan “pusat minat” anak makan, pakaian,

permainan/bekerja. Kemudian menyusul tokoh pendidikan lainnya seperti Dr.

John Dewey, yang terkenal dengan “pengajaran proyeknya”, yang

berdasarkan pada masalah yang menarik minat siswa, sistem perekolahan

lainnya. Sehingga sejak itu pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah laku

manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan perbuatan belajar akan


berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid. Murid dapat

dipaksa untuk mengikuti semua perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk

menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Seekor kuda dapat digiring

ke sungai tetapi tidak dapat dipaksa untuk minum. Demikian pula juga halnya

dengan murid, guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada mereka, akan

tetapi guru tidak mungkin dapat memaksanya untuk belajar belajar dalam arti

sesungguhnya. Inilah yng menjadi tugas yang paling berat yakni bagaimana

caranya berusaha agar murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk

belajar secara kontinyu.

2. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang

menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-

motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu (Usman, 2001:28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi

sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam


belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam

belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan

materi itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

B. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah

karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan

kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar

(Usman, 2001:29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik adalah

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari

luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu.

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1997:105) ada beberapa strategi

dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah

sebagai berikut:
a. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

b. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang

pokok.

c. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas

dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

d. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

e. Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah

motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam

dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi dari luar dirinya.

2. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga

dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau

belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya

agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2001:29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik adalah

kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.


Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang

tinggi, dan lain sebagainya.

C. Motivasi Siswa dalam Belajar

Seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang datang

dari dalam dirinya, atau oleh stimulus yang datang dari dalam dirinya, atau oleh

stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi

timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan

lingkungan (Bandura, 1977:11-12). Belajar merupakan perubahan perilaku

seseorang melalui latihan dan pengalaman, motivasi akan memberi hasil yang

lebih baik terhadap perbuatan yang dilakukan seseorang. Hasil belajar dapat

diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, perubahan

yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,

dari tidak santun menjadi santun.

D. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan,

dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang.

Rasulullah SAW., menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia harus

belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat. Orang tua wajib membelajarkan

anak-anaknya agar kelak dewasa ia mampu hidup mandiri dan mengembangan

dirinya, demikian juga sebah sya’ir Islam dalam baitnya berbunyi; “belajar
sewaktu kecil ibarat melukis di atas batu”. Neisser (1976) (dalam Yamin,

2005:97) menyebutkan bahwa anak-anak membutuhkan pengetahuan awal, dan

memiliki keyakinan, kepercayaan yang masih semu, di samping itu anak-anak

memiliki banyak pengharapan akan sesuatu, pada masa itu anak-anak

membutuhkan banyak belajar dan memungkinkan memberi pengetahuan

kepadanya.

Para ahli ilmu jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan perilaku

yang baik sudah dimulai membiasakan tidur lebih cepat, belajar renang, lari, olah

raga, membiasakan agar jangan meludah di tempat umum, jangan membelakangi

di mana ada orang lain, jangan berdusta, jangan suka bersumpah, baik benar

ataupun salah, menghormati kedua orang tua, menghormati orang yang lebih tua,

menyayangi adik-adik yang umur dibawanya. Kebiasaan sehat seperti ini lebih

tepat ditanam pada usia masih kecil, pepatah mengatakan “masa kecil terbiasa dan

dewasa terbawa-bawa”. Bagaimana bentuk seorang anak, begitulah hantinya

setelah dewasa. Ada suatu kewajiban bagi seorang guru sewaktu memberi

pelajaran untuk merubah perilaku dengan mengaitkan materi budi pekerti, moral,

akhlak, agar siswa terbiasa dengan yang baik dan benar, pada intinya

pembelajaran merubah perilaku siswa kepada yang baik dan benar.

Al Gazali dalam bukunya “Ihyaa ‘Ulumuddin”, Jilid III halaman 63

(dalam Yamin, 2005:98) menyebutkan anak-anak harus sejak kecilnya dibiasakan

kepada adat kebiasaan yang terpuji sehingga menjadi kebiasaan bila ia sudah

dewasa, demikian juga antara lain: Melatih anak-anak adalah suatu hal yang
terpenting dan perlu sekali. Anak-anak adalah suatu hal yang terpenting dan perlu

sekali. Anak-anak adalah amanah di tangan ibu-bapaknya, hatinya masih suci

ibarat permata yang mahal harganya, maka apabila ia dibiasakan pada suatu yang

baik dan dididik, maka ia akan besar dengan sifat-sifat baik serta akan berbahagia

dunia akhirat. Sebaliknya jika terbiasa dengan sifat-sifat buruk, tidak dipedulikan

seperti halnya hewan, ia akan hancur dan binasa. Pemeliharaan ayah dan ibu

terhadap anaknya ialah dengan jalan mendidik, mengasuh dan mengajarnya

dengan akhlak atau moral yang tinggi dan menyingkirkannya dari teman-teman

yang jahat. Di saming itu Al Gazali mengatakan meskipun pada anak-anak

menampakkan tanda-tanda kecerdasan, perlu penjagaan, pengawasan yang baik,

manakala ayah, ibunya lalai dalam memelihara bakat itu, kecerdasan yang

merupakan potensi, bakat tadi akan sirna (dalam Yamin: 2003:98).

Ahli ilmu jiwa anak mengatakan jangalah terlalu sering memaki, mencela

anak-anak setiap kali yang mengakibatkan ia menganggap enteng tiap-tiap celaan

dan tarus melakukan kejahatan-kejahatan, dan hilanglah pengaruh nasehat dalam

hatinya. Ayah, ibu harus memelihara janji-janji dengan anak, manakala janji

dilanggar akan membuatkan anak-anak tidak memiliki kepercayaan terhadap ayah

dan ibu.

Proses belajar telah dimulai sejak kecil, pada umur 1,6 s.d . 7 tahun. Masa

ini menurut Ph. A. Kohnstamm adalah masa estetika/masa keindahan, anak

memandang dan mengamati dunia sekelilingnya dengan suatu keindahan (dalam

Yamin, 2005:99). Ia asyik dan tenggelam dalam bermain, mendengar cerita yang
sesuai dengan fantasinya, dan mencoba mengenal benda-benda yang ada di

sekitarnya dan tertarik terhadap benda-benda yang warna mencolok, aneh

menurutnya, dan berusaha untuk mengenalinya.

Pada usia dini anak-anak banyak bertanya tetang apa yang ia lihat dan

belajar mengenali sesuatu melalui lingkungannya, seperti anak ingin tahu tentang

kelapa, ia bertanya kepada ibu, “ini apa, bu?”, tentu sang ibu menjawa; “ini

kelapa”, kemudian anak bertanya lagi, “itu apa?”, ibu menjawab “kelapa”, yang

tadi kelapa hijau, dan ini kelapa kuning”, pertanyaan anak anak berlanjut terus,

aya, ibu, dan orangtua memiliki peran besar dalam membimbing, mengarahkan

belajar anak pada usia ini (ayah, ibu, dan keluarga merupakan pendidik utama).

Jika pertanyaan anak tidak dijawab, pengalamannya tidak bertambah. Peran aktif

ayah, ibu, dan orang tua diharapkan sewaktu mengajak anak bermain-main, ayah,

ibu, kakak, kakek, dan nenek lebih banyak mengenalkan sesuatu kepada anak,

walaupun anak tidak bertanya, kita yang melempar pertanyaan kepadanya,

seperti; “itu apa?’, “itu ayam”, penjelasan tentang sesuatu sebaiknya diulang,

seperti; ayam, dan sebagainya.

Gagne (1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana

organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold

Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran,

membaca, dan meniru (dalamYamin: 2003:99).

Definisi belajar di atas ini mengandung pengertian bahwa belajar adalah

perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui


pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Manusia adalah makhluk yang

berbudaya, berfikiran moderen, cekatan, pandai, dan bijaksana diperdapat melalui

proses membaca, melihat, mendengar, dan meniru. Seseorang umpamanya belajar

dengan mengagumi suatu objek, figure melalui bacaan, pengamatan, dan

pendengaran yang kemudian disenangi dan dikaguminya seperti tertarik pada

keindahan, kerapian, kedamaian objek, demikian pula seorang figure atau tokoh

yang dikenal melalui pengamatan, bacaan, drama, sineron dan figure tadi

memiliki pengaruh terhadap masyarakat lain karena dia berkata benar, logis dan

nyata, maka pengamat yang tertari itu berupaya untuk meniru dan mengikutinya.

Kita dianjutkan lebih banyak membaca sebab membaca merupakan

kegiatan belajar seseorang. Kita harus mampu membaca informasi, membaca

pengetahuan, membaca situasi, membaca informasi, membaca pengetahuan,

membaca situasi tentang ketata negaraan, membaca norma-norma agama dan lain

sebagainya agar mampu hidup di dalam masyarakat. Membaca merupakan

kegiatan yang penting. Perintah pertama Allah SWT., kepada RasulNya adalah

perntah membaca. Membaca tidak hanya sekendar tulisan tetapi kita juga mampu

membaca hal-hal yang tidak tertulis, membaca gejala-gejala alam, membaca

situasi kenegaraan, membaca data-data, proposisi-proposisi yang ada agar kita

berpengatahuan tentang itu, dan tahu tentang infirmasi tersebut, Alvin Tofler

seorang tokoh komunikasi menyebutnya “Siapa yang menguasai informasi maka

dialah yang menguasai dunia” (dalam Yamin, 2005:99)


Belajar melalui meniru, mencontoh perilaku yang baik sangat dilanjutkan

oleh sebab itu sosok seorang guru adalah sosok yang dapat ditiru atau dicontoh

oleh siswa. Suatu masyarakat yang berbudaya tinggi, berfikir maju,

perkembangannya berlangsung dari proses meniru yang didapat dari

lingkungannya, perkembangan suatu ilmu pengetahuan diakibatkan oleh meniru,

ilmu manajemen berkembang di Perancis secara histories dari kandang kura,

istilah manajemen berasal darikata “manege” atau “manage” yang memiliki arti,

“tempat latihan kuda”, “tempat menjinakkan kuda” di mana ia berhasil mengelola

dan menjinakan kuda-kuda liar (Atmosudirdjo, 1982:33) (dalam Yamin,

2005:101).

Meniru untuk kemasalahatan umum sangat dibenarkan. Bahkan, semenjak

Nabi kita Adam, proses meniru telah dimulai, tatkala terjadi perkelaian antara

anak Nabi Adam bernama Kabil dan Habil. Habil adinya terbunuh, kabil

kebingungan bagaimana cara memeprlakukan adiknya yang telah meninggal.

Akhirnya ia melihat, mengamati seekor burung Gagak yang sedang menguburkan

rekannya yang telah mati ke dalam tanah. Setelah itu pula Kabil mencoba meniru

burung Gagak dan menguburkan Habil ke dalam tanah (Surat Al Maidah ayat 27-

31), akibiat dari proses meniru itu sampai sekarang sebagian umat manusia

menguburkan orang meninggal ke dalam tanah, dan masih banyak proses belajar

melalui meniru yang kita perdapat, perhatikan makhluk bertubuh kecil “semut”

yang mampu bersahabat dengan sejumlah semut-semut lain, setiap kali

berpapasan ia saling memberi informasi. Tatkala menemukan bangkai belalang


dan tidan mampu membawanya, ia pergi mencari teman-teman yang lain, tanpa

pernah tahu berapa besar bangkai belalang tersebut, setelah teman-temannya

banyak, mereka membawa bangkai tersebut ke sarangnya untuk dikonsumsi

bersama-sama, semut tercatat sebagai makhluk yang mampu menyiapkan makan

untuk beberapa hari , bulan, tahun, dalam mengantisipasi bahaya banjir dan

sebagainya. Dalam Al Qu’ran salah satu surat Tuhan menamakan “An Naml”,

yang berarti “semut”.

E. Belajar dan Proses Penerimaan Informasi

Pepatah seorang ulama kharismatik yang pernah dimiliki banga Indonesia,

Prof. Hamka; “Alam terkembang dapat menjadi guru”. Alam adalah dunia yang

ada di sekitar kita akan menyampaikan informasi, berupa gejala-gejala, dan tanda-

tanda yang dapat kita simpan di dalam otak kita, dan dapat dipergunakan dalam

kehidupan sehari-hari, banyak informasi yang berlalu begitu saja karena ketidak

kesadaran, dan tidak aktifnya memori kerja kita, hanya sebagian kecil informasi

yang dapat menjadi pengetahuan dan menyatu dengan pengetahuan sebelumnya

di dalam memori jangka panjang.

Memori kerja di atas, adalah memori jangka pendek yang berfungsi

sebagai pengolah informasi dari luar dan meneruskan atau hadir dalam kesadaran

seseorang, karena rangsangan dari pengetahuan yang ada dalam diri seseorang.

Contohnya; Mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah dengan dosen, seketika

mereka mendengar suara benturan di jalan raya, bahwa suatu itu adalah benturan

kendaraan bermotor, yang memberi kepastian suara tersebut adalah pengetahuan


yang sudah ada pada anda, bahwa bunyi seperti itu jelas benturan kendaraan,

manakala anda tidak memiliki pengetahuan sebelumnya, anda tidak akan

mengerti benturan apa yang terjadi di jalan raya tersebut. Dengan demikian

memori jangka pendek adalah memproses kerjasama informasi dari luar dengan

pengetahuan relevan yang ada.

Pengetahuan awal yang hadir dalam diri sseseorang berada dalam keadaan

siaga, apabila ada rangsangan informasi dari luar, rangsangan dari dalam

meresponnya, keduanya besentuhan dan terangkat ke memori kerja dan menjadi

alam kesadaran, aktivitas ini menjadi informasi baru dalam alam sadar. Seperti

mahasiswa yang mengikuti kuliah statisktik, mereka memiliki pengetahuan

menambah, mengurangi, membagi diaktifkan atau dihubungkan dengan materi

yang baru, proses seperti ini disebut proses kesadaran yang terjadi dalam

kesadaran kita.

Informasi baru yang membuat seseorang tertarik dengannya, adalah peran

aktif pengetahuan yang telah ada. Belajar adalah proses seseorang menerima

informasi baru. Perolehan pengetahaun baru merupakan dukungan atau aktivitas

pengetahuan yang telah da pada diri seseorang.

Menurut Ausubel (1968) dalam teori bermaknanya menjelaskan bahwa

belajar merupakan proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan

yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dimana kita tidak tahu

bagaimana mekanisme kita dapat tersimpan dalam otak, menurut ahli dalam

penyimpanan informasi melibat banyak sel. Dengan berlangsungnya belajar,


dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang

menyimpan informasi (Yamin, 2005:103).

Peristiwa psikologi tentang belajar bermakna menyangkut asimilasi

informasi baru pada pengetahaun yang telah ada dalam strutur kognitif seseorang.

Dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan dengan subsumber-

subsumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif, dan mengakibatkan

pertumbuhan dan modifikasi subsumber-subsumber yang ada, dan sesuai dengan

pengalaman yang telah diperdapat seseorang.

Menurut Gagne (1985) informasi dalam energi fisik (tulisan, bunyi,

ucapan, tekanan untuk sentuhan, dan lain-lain) diterima oleh reseptor yang peka

terhadap energi dalam bentuk tertentu. Reseptor-reseptor ini mengirimkan tanda-

tanda dalam bentuk impuls-impuls elektrokimia, ke otak. Kemudian impuls-

impuls saraf dari reseptor masuk ke suatu registor pengindera yang terdapat dalam

sistem saraf pusat. Informasi pengindera disimpan dalam sistem saraf pusat dalam

waktu yang singkat sekali. Selanjutnya sebagian kecil informasi tadi hilang dari

sistem. Proses selanjutnya melalui mekanisme persepsi selektif, ia akan

menyeleksi informasi-informasi sesuai dengan persepsi; pengetahuan awal,

keyakinan, dan pengharapan. Tatkala informasi dapat diterima dengan

pengkodean, kemudian tersimpan dalam memori jangka panjang. Memori jangka

panjang menyimpan informasi dalam jangka lama (Yamin, 2005:103).

Informasi yang tersimpan dalam memori panjang menurut Gagne akan

dapat dipanggil melalui generator respons, generator respons mengatur urutan


respon, dan membimbing efektor-efektor. Efektor-efektor meliputi semua otot

dan kelenjar kita, efektor-efektor dalam belajar di sekolah adalah tangan untuk

menulis dan suara untuk berbicara.

F. Prestasi Belajar

Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui suatu

proses belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan kemampuan

siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.

G. Pembelajaran Terstruktur

1. Pengertian

Pembelajaran tersetruktur, adalah bentuk pembelajaran sistematis.

Dalam pelaksanaan pembelajaran tersetruktur, guru menyampaikan tujuan

yang ingin dicapai dalam proses itu. Dapat juga pembelajaran terstruktur ini

disebutkan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada tujuan yang ingin

dicapai.

1. Tugas Terstruktur

Tugas terstruktur adalah salah satu bentuk kegiatan kurikuler sebagai

sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap proses kegiatan pasti ada

arah tujuan yang hendak dicapai, demikian halnya belajar mengajar yang

dilakukan guru. Guru diharapkan memiliki strategi tertentu dalam

melaksanakan pembelajaran, agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan

efisien.
2. Tujuan dan Lingkup Tugas Tersetruktur

Tugas terstruktur dapat diberikan kepada siswa di luar proses

pembelajaran. Tujuan pemberian tugas terstruktur adalah untuk menunjang

pelaksanaan program intrakurikuler. Tujuan tersebut juga agar siswa dapat

lebih menghayati bahan-bahan pelajaran yang telah dipelajarinya serta melatih

siswa untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.

Ruang lingkup kegiatan tugas terstruktur dapat dikelompokkan

menjadi 4 (empat), sebagai berikut:

a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam

pelajaran tatap muka (di rumah)

b. Tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separoh dari jam tatap

muka suatu pokok bahasan.

c. Siswa mengerjakan tugas tersebut secara individu maupun kelompok.

d. Pengumpulan tugas sekaligus dilakukan pemeriksaan, dan penilaian.

d. Azas Pelaksanaan

Kegiatan terstruktur dapat dilaksanakan di rumah, di perpustakaan atau

di tempat lain. Bentuknya juga dapat disesuaikan dengan materi pokok

bahasan yang sedang dipelajari. Misalnya dapat berupa membuat laporan,

mengarang, mengerjakan soal-soal, membaca buku, dan sebagainya.

Pelaksanaan kegiatan tugas terstruktur harus memperhatikan azas-azas

sebagai berikut:
a. Menunjang langsung kegiatan intrakurikuler.

b. Hubungannya jelas dengan pokok bahasan yang diajarkan.

c. Menunjang kebutuhan siswa memanfaatkan ilmunya untuk menghadapi

tantangan dalam kehidupannya.

d. Tidak menjadi beban yang berlebihan bagi siswa yang dapat

mengakibatkan gangguan fisik ataupun psikologis.

e. Tidak menimbulkan beban pembiayaan yang memberatkan siswa maupun

orang tua siswa.

f. Perlu pengadministrasian yang baik dan teratur.

Jadi pemberian tugas terstruktur yang tidak berdasarkan azas-azas

tersebut dapat berakibat pada beban fisik maupun psikologis pada siswa, oleh

sebab itu guru harus mempertimbangkan pelaksanaannya secara baik.

3. Bentuk Pelaksanaan Tugas Terstruktur

Kegiatan tugas terstruktur dapat dilaksanakan secara perorangan

maupun kelompok. Kerja kelompok mempunyai arti yang sangat penting

untuk mengembangkan sikap bergotong-royong, tenggang rasa, persaingan

sehat, kerjasama dalam kelompok dan kemampuan memimpin.

Jenis tugas hendaknya juga disesuaikan dengan jumlah anggota

kelompok, sehingga tugas benar-benar dapat dilakukan secara kelompok. Jadi

tugas yang tidak seharusnya diberikan secara kelompok dapat menimbulkan

kesulitan-kesulitan baru bagi siswa, sedangkan tugas perorangan mempunyai


makna untuk mengembangkan sikap mandiri dan memungkinkan penyesuaian

kegiatan belajar dan minat serta kemampuan siswa.

4. Langkah-langkah Pelaksanaan

Pelaksanaan tugas terstruktur meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu:

persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Persiapan dilakukan oleh guru dengan

cara menyiapkan, merencanakan bahan atau materi yang akan ditugaskan

kepada siswa. Kemudian menginformasikan tugas tersebut kepada siswa

disertai penjelasan yang menyangkut pelaksanaan tugas tersebut. Pelaksanaan

dilakukan oleh siswa, yaitu siswa mulai mengerjakan tugas tersebut secara

perorangan maupun kelompok seperti yang dikehendaki guru. Peyelesaian

tugas tersebut dapat dalam satu kali tatap muka (1 minggu) atau dalam

beberapa kali tatap muka (beberapa minggu).

Penilaian kegiatan terstruktur dilakukan terutama terhadap hasil

kegiatan terstruktur. Penilaian kegiatan terstruktur dilakukan setelah siswa

selesai mengerjakan tugas terstruktur, dan hasil penilaian tersebut

dipertimbangkan dalam menentukan nilai rapor.

H. Kerangka Teori

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebagkan siswa belajar

pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
2. Motivasi Belajar

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam

individu yang berfungsinnya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang

yang memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan

melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar

dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbbul dari luar

individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya

adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

3. Prestasi Belajar

Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui

suatu proses belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan

kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode adalah cara yang teratur dan terorganisir dengan baik yang hendak

ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode penelitian merupakan cara yang

ditempuh oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Jadi metode penelitian dapat

diartikan sebagai cara yang teratur dan terorganisasi dengan baik dalam

mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data untuk menentukan atau

mengembangkan dan menguji suatu teori secara alamiah.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Smulyan (dalam Sukidin, 2002:55) mengelompokkan

penelitian tindakan menjadi empat macam, yaitu (a) guru sebagai peneliti, (b)

penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan teritegratif, dan (d) administrasi sosial

eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif

dengan guru bidang studi dan di dalam proses belajar mengajar di kelas yang

bertindak sebagai pengajar adalah peneliti dengan dibantu dua orang guru yang

bertindak sebagai pengamat, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah

peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil
pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai

dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi,

kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengamat diberitahukan kepada

siswa. Dengan cara ini diharapkan adanya kerja sama dari seluruh siswa dan bisa

mendapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-

hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung

dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto 2002:82). Ciri

atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan

kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tidakan

adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata

dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang

terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip

sebagai berikut:

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi criteria, yaitu benar-

benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam

jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.


2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak

boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari

tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap

penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, 2002:82-83).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu

ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:


Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Rencana
yang direvisi

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Rencana
yang direvisi

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1) Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.


2) Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil

atau dampak dari diterapkannya metode pengajaran berbasis tugas proyek.

3) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4) Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rangcangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana

masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahasa satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki

sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di

SDN ABC Jakarta Pusat.


2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September semester ganjil 2008/2009.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN ABC Jakarta Pusat

tahun pelajaran 2008/2009 pada pokok bahasan kerajaan Hindu, Budha dan Islam

di Indonesia.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan Kelas Vni terdiri dari tiga siklus.

Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai,

seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui

permasalahan efektivitas pembelajaran matematika di SDN ABC Jakarta Pusat

dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru selain

itu diadakan diskusi antara guru sebagai peneliti dengan para pengamat sebagai

kolaborator dalam penelitian ini. Melalui langkah-langkah tersebut akan diapat

ditentukan bersama-sama antara guru dan pengamat untuk menetapkan tindakan

yang tepat dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil diskusi dengan para kolabotor, maka langkah yang

paling tepat untuk meningkatkan pembelajaran adalah dengan meningkatkan

motivasi, aktivitas dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka tindakan yang paling tepat adalah dengan

mengembangkan keterampilan intelektual siswa.

Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur

pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi dalam setiap siklus.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarkan dalam uraian

berikut ini.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini kegiatannya meliputi:

a. Peneliti dan pengamat menetapkan alternatif peningkatan efektivitas

pembelajaran matematika.

b. Peneliti bersama-sama kolaborator membuat perencanaan pengajaran yang

mengembangkan keterampilan intelektual.

c. Mendiskusikan tentang pembelajaran matematika yang mengembangkan

keterampilan intelektual siswa.

d. Menginventarisir media pembelajaran.

e. Membuat lembar observasi.

f. Mendesain alat evaluasi

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatanyaan adalah melaksanakan

kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.


3. Tahap Observasi

Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang

telah dipersiapkan.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi ini kegiatannya yaitu meliputi analisis data yang diperoleh

melalui observasi pengamatan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru

dapat merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui efektivitas kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat

diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus

selanjutnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses

pengumpulan data hasil kegiatan pemberian tugas.

4. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Pengetahuan

Sosial pada pokok bahasan kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Indonesia.

Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan

adalah pilihan guru (objektif).

F. Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu.

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar

bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari

atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

digunakan rumus sebagai berikut.


3. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif.

Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran

kooperatif digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana: P1 = pengamat 1

P2 = pengamat 2

b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan

rumus sebagai berikut.

dengan

Dimana: % = Persentase pengamatan

= Rata-rata

= Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-

alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar

observasi pengolaan pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 6 September 2008 di kelas V dengan jumlah siswa 45 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data

hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut

Tabel 4.1. Pengelolan Pembelajaran Pembelajaran Pada Siklus I


Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 2 2 2
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2 2 2
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama 3 3 3
siswa 3 3 3
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3 3 3
I 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 3 3 3
mempresentasikan hasil pembelajaran
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan 3 3 3
menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 3 3
2. Memberikan evaluasi 3 3 3
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 2 2 2
2. Guru Antusias 3 3 3
Jumlah 32 32 32

Keterangan : Nilai : Kriteria


1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria

kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan

pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek

yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan

yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi

dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti

pada tabel berikut.


Tabel 4.2. Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus I

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase


1 Menyampaikan tujuan 6,0
2 Memotivasi siswa 7,3
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 8,3
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 7,3
5 Menjelaskan materi yang sulit 13,3
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
LKS/menenukan konsep 21,7
7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 10,0
8 Memberikan umpan balik 18,3
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 7,7
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 22,5
2 Membaca buku siswa/mengerjakan LKS 11,5
3 Bekerja dengan anggota kelompoknya 18,8
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 14,4
5 Menujukkan hasil pembelajaran 2,9
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 5,2
7 Menulis yang relevan dengan KBM 8,9
8 Merangkum pembelajaran 6,9
9 Mengerjakan tes evaluasi/latihan 8,9

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang

paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa

dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep yaitu 21,7%.

Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu

masing-masing sebesar 18,3% danb 13,3%. Sedangkan aktivitas siswa

yang paling dominan adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru

yaitu 22,5%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah

bekerja dengan anggota kelompoknya, diskusi antar siswa/antara siswa


dengan guru, dan mengerjakan LKS yaitu masing-masing 18,8% dan

11,5%.

Pada siklus I, secara garis besar pembelajaran dengan metode

pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas sudah dilaksanakan

dengan baik, walaupun peran gurumasih cukup dominan untuk

memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih

dirasakan baru oleh siswa.

Hasil berikutnya adalah tes formatif siswa seperti terlihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 68,89
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 30
3 Persentase ketuntasan belajar 66,67

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 68,89 dan ketuntasan belajar mencapai

66,67% atau ada 30 siswa dari 45 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa

belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya

sebesar 66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki

yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih metode belajar
yang diterapkan masih baru dan sebagian anak masih belum bisa

menyesuaian diri dengan metode pembelajaran yang baru tersebut.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran

2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada

siklus berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan

informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa bisa lebih antusias.

2. Siklus II
a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 13 September 2008 di Kelas V dengan jumlah

siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan

pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II


Penilaian Rata-
No Aspek yang diamati
P1 P2 rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 3 3
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3 3
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan 3 3 3
bersama siswa 4 4 4
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
I 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil 4 4 4
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 4 4 4
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan 3 3 3
menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 3 3
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 2
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 4 4 4
2. Guru Antusias 4 4 4
Jumlah 42 42 42

Keterangan : Nilai : Kriteria


1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik

Dari tabel diatas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan

belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan

menggunakan metode pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas

mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari

seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian penilaian

tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa

aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan


penerapan pembelajaran terstruktur dengan pemberian balikan. Aspek-

aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan

metode pembelajaran apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan

pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang

telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa.

Tabel 4.5. Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus II

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase


1 Menyampaikan tujuan 5,7
2 Memotivasi siswa 7,7
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 6,7
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 10,7
5 Menjelaskan materi yang sulit 11,7
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
LKS/menenukan konsep 25,0
7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 8,2
8 Memberikan umpan balik 16,6
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 6,7
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 17,9
2 Membaca buku siswa/mengerjakan LKS 12,1
3 Bekerja dengan anggota kelompoknya 21,8
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 13,8
5 Menujukkan hasil pembelajaran 4,6
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 5,4
7 Menulis yang relevan dengan KBM 7,7
8 Merangkum pembelajaran 6,7
9 Mengerjakan tes evaluasi/latihan 10,8

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang

paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa


dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep yaitu 25%. Jika

dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan.

Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan

balik/evaluasi/Tanya jawab (16,6%), menjelaskan materi yang sulit

(11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan

(8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominant pada

siklus II adalah bekerja dengan anggota kelompoknya yaitu (21%). Jika

dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan.

Aktivitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/antara siswa

dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan

merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa yang

mengalami peningkatan adalah mengerjakan LKS (12,1%), menujukkan

hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide

(5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi/latihan (10,8%).

Hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Nilai rata-rata tes formatif 77,56
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 35
3 Persentase ketuntasan belajar 77,78

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 77,56 dan ketuntasan belajar mencapai 77,78% atau ada 35 siswa

dari 45 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena siswa sudah mulai beradaptasi dan mulai

mengerti dengan cara pembelalajaran baru tersebut. Disamping itu siswa

yang lebih pandai juga mulai mengajari temanya yang kurang mampu

dalam penguasan materi pelajaran.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut:

1) Memotivasi siswa

2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3) Pengelolaan waktu

d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain:

1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih

termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.

2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut

dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.

3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan


Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 20 September 2008 di Kelas V dengan jumlah

siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut

Tabel 4.7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III


No Aspek yang diamati Penilaian Rata
P1 P2 -rata
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 3 3
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4 4
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama
4 4 4
siswa
4 4 4
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasilkegiatan
4 4 4
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
4 4 4
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan
3 3 3
menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 4 4 4
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 3
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias 4 4 4
2. Guru Antusias 4 4 4
Jumlah 44 44 44

Keterangan : Nilai : Kriteria


1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada

kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan

menggunakan metode pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas

mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi

siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep,

dan pengelolaan waktu.


Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode

pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas diharapkan dapat

berhasil semaksimal mungkin.

Tabel 4.8. Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus III

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase


1 Menyampaikan tujuan 6,7
2 Memotivasi siswa 6,7
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 10,7
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 13,7
5 Menjelaskan materi yang sulit 10,7
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
LKS/menenukan konsep 21,0
7 Meminta siswa menyajikandan mendiskusikan hasil kegiatan 10,0
8 Memberikan umpan balik 11,7
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 10,0
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 20,8
2 Membaca buku siswa/mengerjakan LKS 13,1
3 Bekerja dengan anggota kelompoknya 22,1
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 15,0
5 Menujukkan hasil pembelajaran 2,9
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 4,2
7 Menulis yang relevan dengan KBM 6,0
8 Merangkum pembelajaran 7,3
9 Mengerjakan tes evaluasi/latihan 8,5

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang

paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa

dalam mengerjakan LKS/menemukan konsep yaitu 21,6%, sedangkan

aktivitas menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa/evaluasi/Tanya

jawab menurun masing-masing sebesar (10%) san (11,7%). Aktivitas lain

yang mengalami peningkatan adalah mengaitkan dengan pelajaran

sebelumnya (10%), menyampaikan materi/strategi /langkah-langkah


(13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan

(10%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun

aktivitas yang tidak mengalami perubaan adalah menyampaikan tujuan

(6,7%) dan memotivasi siswa (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus

III adalah bekerja dengan anggota kelompoknya yaitu (22,1%) dan

mendengarkan/menperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang

mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa/mengerjakan LKS

(13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%).

Sedangkah aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.

Hasil berikutnya adalah tes formatif siswa seperti terlihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.9. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III


1 Nilai rata-rata tes formatif 82,22
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 40
3 Persentase ketuntasan belajar 88,89

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 82,22 dan dari 45 siswa yang telah tuntas sebanyak 40 siswa dan

4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,89% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran yang telah diterapkan selama ini. Hal ini dipengaruhi oleh

kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan belajar aktif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat

duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik

dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan

proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak


diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk

tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa

yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar

mengajar selanjutnya penerapan belajar aktif dapat meningkatkan proses

belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

terstrutur dengan pemberian tugas memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah

disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II,

dan III) yaitu masing-masing 66,67%, 77,78%, dan 88,89%. Pada siklus III

ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap proses mengingat

kembali materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu dapat

ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang

terus mengalami peningkatan..


3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan pembelajaran terstrutur dengan

pemberian tugas yang paling dominan adalah mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat

dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah belajar aktif dengan baik. Hal ini terlihat dari

aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup

besar.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II

(77,78%), siklus III (88,89%).

2. Penerapan pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas mempunyai

pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang

ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa

tertarik dan berminat terhadap pembelajaran terstruktur dengan pemberian

tugassehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar Pengetahuan Sosial lebih efektif dan lebih memberikan hasil

yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas

memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu


menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan

pembelajaran terstruktur dengan pemberian balikan dalam proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang

sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SDN ABC Jakarta Pusat.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi. Banjarmasin.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung.
Remaja Rosda Karya.
Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan
Cendekia.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
Yamin, Martin, 2005. Strategi Pemebelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Persada Perss.
Lampiran 1

LEMBAR PENGAMATANPENGELOLAAN
STRATEGI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS

Nama Sekolah : ………………. Nama Guru : ………………...


Mata Pelajaran : ………………. Hari/tanggal : ………………...
Sub Konsep : ………………. Pukul : ………………...

Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.
Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan
bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan.
3. Membimbinga siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk mempresentasikan hasil
kegiatan.
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.
Keterangan Jakarta, ……….2008

1. Kurang baik Pengamat


2. Cukup baik
3. Baik
4. Sangat baik
(…………………………..)
Lampiran 2
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM

Nama Sekolah : Tanggal :


Kelas/semester : Waktu :
Bahan Kajian : Nama Guru :
Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian isilah
lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua
aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian 1
menit pengamat menuliskan kode kategori pengamatan.
3. Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu
tiga menit.
4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang
tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara
serempak.
Aktivitas guru Aktivitas siswa
1. Menyampaikan tujuan 1. Mendengarkan/
2. Memotivasi siswa/merumusan masalah. memperhatikan penjelasan guru.
3. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya. 2. Membaca buku.
4. Menyampaikan langkah-langkah/strategi 3. Bekerja dengan sesama
5. Menjelaskan materi yang sulit anggota kelompok
6. Memebimbing menemukan konsep.
4. Diskusi antar
7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
siswa/antara siswa dengan guru.
hasil kegiatan.
8. Memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab.
5. Menyajikan hasil
9. Membimbing siswa merangkum pelajaran. pembelajaran
6. Mengajukan/
menanggapi pertanyaan/ide.
7. Menulis yang relevan
dengan KBM.
8. Merangkum
pembelajaran.
9. Mengerjakan tes
evaluasi.

Nama Guru:

Nama Murid: Nama Murid:

Nama Murid: Nama Murid:

Nama Murid: Nama Murid:


Nama Murid: Nama Murid:

Jakarta, 2008
Pengamat

(…………………….)
Lampiran 3

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I

Nama (Guru-Siswa) RP I (90 menit)


P Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru P1 2 3 3 2 6 5 3 4 2 30
No.
P2 2 3 2 1 5 7 3 5 2 30
Rata-rata X 2 3 2.5 1.5 5.5 6 3 4.5 2 30
Prosentase % 6.67 10.00 8.33 5.00 18.33 20.00 10.00 15.00 6.67 100
P1 4 4 6 4 1 2 3 2 4 30
1 Nama Siswa
P2 8 2 5 5 0 2 4 2 2 30
P1 6 4 6 4 1 2 2 2 3 30
2 Nama Siswa
P2 8 2 7 5 0 1 3 2 2 30
P1 5 3 7 5 0 2 2 2 4 30
3 Nama Siswa
P2 10 4 4 4 0 1 3 2 2 30
P1 4 4 7 5 1 2 2 3 2 30
4 Nama Siswa
P2 10 4 4 3 0 1 4 2 2 30
P1 6 2 8 4 2 0 2 2 4 30
5 Nama Siswa
P2 8 3 4 5 2 2 2 2 2 30
P1 6 4 6 4 0 2 2 2 4 30
6 Nama Siswa
P2 8 4 3 5 0 2 4 2 2 30
P1 5 4 6 3 2 3 2 2 3 30
7 Nama Siswa
P2 5 4 4 5 3 2 3 2 2 30
P1 6 3 8 4 2 0 2 2 3 30
8 Nama Siswa
P2 9 4 5 4 0 1 3 2 2 30
P1 42 28 54 33 9 13 17 17 27 240
Jumlah
P2 66 27 36 36 5 12 26 16 16 240
Rata-rata X 54 27.5 45 34.5 7 12.5 21.5 16.5 21.5 240
Prosentase rata-rata % 22.50 11.46 18.75 14.38 2.92 5.21 8.96 6.86 8.96 100

Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)


Lampiran 4

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II

Nama (Guru-Siswa) RP I (90 menit)


P Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru P1 2 2 2 4 4 7 2 5 2 30
No.
P2 2 2 2 3 3 8 3 5 2 30
Rata-rata X 2 2 2 3.5 3.5 7.5 2.5 5 2 30
Prosentase % 6.67 6.67 6.67 11.67 11.67 25.00 8.33 16.67 6.67 100
P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
1 Nama Siswa
P2 6 3 5 5 1 3 2 2 3 30
P1 4 4 7 5 1 2 2 2 3 30
2 Nama Siswa
P2 7 3 5 4 2 2 2 2 3 30
P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
3 Nama Siswa
P2 5 4 7 4 1 1 3 2 3 30
P1 6 6 6 2 2 2 2 2 2 30
4 Nama Siswa
P2 5 4 7 4 1 1 3 2 3 30
P1 5 4 6 4 2 2 2 2 3 30
5 Nama Siswa
P2 8 2 6 4 1 2 2 2 3 30
P1 5 2 7 6 0 1 3 2 1 30
6 Nama Siswa
P2 6 3 7 6 0 1 2 2 3 30
P1 6 4 6 2 2 2 2 2 4 30
7 Nama Siswa
P2 4 3 9 4 1 0 4 2 3 30
P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
8 Nama Siswa
P2 7 4 5 4 2 1 2 2 3 30
P1 38 32 50 31 13 15 17 16 28 240
Jumlah
P2 48 26 51 35 9 11 20 16 24 240
Rata-rata X 43 29 50.5 33 11 13 18.5 16 26 240
Prosentase rata-rata % 17.92 12.08 21.04 13.75 4.58 5.42 7.71 6.67 10.83 100

Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)


Lampiran 5

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III

Nama (Guru-
RP I (90 menit)
Siswa) P Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9
No. Nama Guru P1 2 2 4 4 2 7 2 4 3 30
P2 2 2 2 4 4 6 4 3 3 30
Rata-rata X 2 2 3 4 3 6,5 3 3.5 3 30
Prosentase % 6.67 6.67 10.00 13.33 10.00 21.67 10.00 11.67 10.00 100
P1 5 2 7 5 2 2 2 2 3 30
1 Nama Siswa
P2 6 3 6 5 1 1 3 2 3 30
P1 6 5 6 4 2 1 2 2 2 30
2 Nama Siswa
P2 6 5 4 7 1 0 2 3 2 30
P1 5 4 10 2 0 3 1 2 3 30
3 Nama Siswa
P2 5 3 6 6 1 3 1 3 2 30
P1 6 4 6 5 1 2 1 2 2 30
4 Nama Siswa
P2 8 5 4 6 0 2 1 2 2 30
P1 7 4 7 4 1 0 2 2 3 30
5 Nama Siswa
P2 9 5 7 4 0 1 0 2 2 30
P1 6 4 8 4 1 1 2 2 2 30
6 Nama Siswa
P2 8 3 7 4 0 0 3 2 3 30
P1 4 5 7 3 2 2 2 2 3 30
7 Nama Siswa
P2 7 3 6 6 0 0 3 3 2 30
P1 5 5 7 2 1 2 2 2 4 30
8 Nama Siswa
P2 7 4 8 4 1 0 2 2 2 30
P1 44 33 58 29 10 13 14 16 23 240
Jumlah
P2 56 30 48 43 4 7 15 19 18 240
Rata-rata X 50 31.5 53 36 7 10 14.5 17.5 20.5 240
Prosentase rata-rata % 20.83 13.13 22.08 15.00 2.92 4.17 6.04 7.29 8.54 100

Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)


Lampiran 6
Nilai Tes Formatif Siklus I

Keterangan
No. Nama Nilai
T TT
1 Rinda Yulia 80 √
2 Alfian Prawira S 60 √
3 Felix Andrianto 80 √
4 Eka Novita Sari 50 √
5 M. Fiqi Rohman 40 √
6 Rahcma Dani 80 √
7 Cahya Pratama P 70 √
8 Moh. Rizai 50 √
9 Moch. Arif Setiawan 100 √
10 Sadam Giri 70 √
11 Ade Bags Rahcmad 70 √
12 Aylul Zam-Zam 50 √
13 Abdul Hamid 80 √
14 Aldo Oktanara 70 √
15 Asya Sucian 70 √
16 Badrus Soleh 70 √
17 Bagas Cahya P 70 √
18 Candra Dinata Budi 40 √
19 Dewi Hartika Sari 90 √
20 Dewi Ardindindah 70 √
21 Dimas Wiyasari 50 √
22 Faris Tri Ardan 60 √
23 Fatchul Rozi H 90 √
24 Hadiyyatur R 60 √
25 Merine Tamada 70 √
26 Mita Rahmawati 70 √
27 Mei Wulandari 100 √
28 Mia Aulia Trisnawati 50 √
29 M. Arifiranda P 70 √
30 Nurjannah 80 √
31 Nur Aini Aprilia 70 √
32 Nur Ziadah Amalia 70 √
33 Nor Fitri R 50 √
34 Niluh Prastiti D 90 √
35 Roudhatul F 70 √
36 Rizal Junimianto 60 √
37 Siti Hanifah 60 √
38 Selfi Susilowati 90 √
39 Sholikatin Nur A 50 √
40 Teguh Editya H 70 √
41 Vicky Subroto 70 √
42 Vicky Dwi Risky A 60 √
43 Widya Aprilia 80 √
44 Yulia Dian P 70 √
45 Putri Wening D.N 80 √
Jumlah 3100 30 15

Keterangan:

T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 30

Jumlah siswa yang belum tuntas : 15

Skor Maksimal Ideal : 4500

Skor Tercapai : 3100

Rata-Rata Skor Tercapai : 68,89

Persentase Ketuntasan : 66,67

Klasikal : Belum tuntas


Lampiran 7

Nilai Tes Formatif Siklus II

Keterangan
No. Nama Nilai
T TT
1 Rinda Yulia 80 √
2 Alfian Prawira S 70 √
3 Felix Andrianto 90 √
4 Eka Novita Sari 60 √
5 M. Fiqi Rohman 50 √
6 Rahcma Dani 80 √
7 Cahya Pratama P 70 √
8 Moh. Rizai 60 √
9 Moch. Arif Setiawan 100 √
10 Sadam Giri 80 √
11 Ade Bags Rahcmad 80 √
12 Aylul Zam-Zam 60 √
13 Abdul Hamid 80 √
14 Aldo Oktanara 80 √
15 Asya Sucian 80 √
16 Badrus Soleh 90 √
17 Bagas Cahya P 70 √
18 Candra Dinata Budi 50 √
19 Dewi Hartika Sari 100 √
20 Dewi Ardindindah 80 √
21 Dimas Wiyasari 60 √
22 Faris Tri Ardan 70 √
23 Fatchul Rozi H 100 √
24 Hadiyyatur R 70 √
25 Merine Tamada 80 √
26 Mita Rahmawati 90 √
27 Mei Wulandari 100 √
28 Mia Aulia Trisnawati 60 √
29 M. Arifiranda P 80 √
30 Nurjannah 90 √
31 Nur Aini Aprilia 80 √
32 Nur Ziadah Amalia 80 √
33 Nor Fitri R 60 √
34 Niluh Prastiti D 100 √
35 Roudhatul F 80 √
36 Rizal Junimianto 80 √
37 Siti Hanifah 60 √
38 Selfi Susilowati 100 √
39 Sholikatin Nur A 60 √
40 Teguh Editya H 80 √
41 Vicky Subroto 80 √
42 Vicky Dwi Risky A 70 √
43 Widya Aprilia 80 √
44 Yulia Dian P 90 √
45 Putri Wening D.N 80 √
Jumlah 3490 35 10

Keterangan:

T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 35

Jumlah siswa yang belum tuntas : 10

Skor Maksimal Ideal : 4500

Skor Tercapai : 3490

Rata-Rata Skor Tercapai : 77,56

Persentase Ketuntasan : 77,78

Klasikal : Belum tuntas


Lampiran 8

Nilai Tes Formatif Siklus III

Keterangan
No. Nama Nilai
T TT
1 Rinda Yulia 80 √
2 Alfian Prawira S 90 √
3 Felix Andrianto 90 √
4 Eka Novita Sari 70 √
5 M. Fiqi Rohman 60 √
6 Rahcma Dani 90 √
7 Cahya Pratama P 90 √
8 Moh. Rizai 80 √
9 Moch. Arif Setiawan 100 √
10 Sadam Giri 90 √
11 Ade Bags Rahcmad 90 √
12 Aylul Zam-Zam 60 √
13 Abdul Hamid 80 √
14 Aldo Oktanara 80 √
15 Asya Sucian 90 √
16 Badrus Soleh 80 √
17 Bagas Cahya P 70 √
18 Candra Dinata Budi 60 √
19 Dewi Hartika Sari 100 √
20 Dewi Ardindindah 80 √
21 Dimas Wiyasari 70 √
22 Faris Tri Ardan 80 √
23 Fatchul Rozi H 100 √
24 Hadiyyatur R 70 √
25 Merine Tamada 80 √
26 Mita Rahmawati 90 √
27 Mei Wulandari 100 √
28 Mia Aulia Trisnawati 60 √
29 M. Arifiranda P 80 √
30 Nurjannah 90 √
31 Nur Aini Aprilia 90 √
32 Nur Ziadah Amalia 80 √
33 Nor Fitri R 60 √
34 Niluh Prastiti D 100 √
35 Roudhatul F 80 √
36 Rizal Junimianto 80 √
37 Siti Hanifah 80 √
38 Selfi Susilowati 100 √
39 Sholikatin Nur A 80 √
40 Teguh Editya H 80 √
41 Vicky Subroto 90 √
42 Vicky Dwi Risky A 80 √
43 Widya Aprilia 80 √
44 Yulia Dian P 80 √
45 Putri Wening D.N 90 √
3700 40 5

Keterangan:

T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 40

Jumlah siswa yang belum tuntas :5

Skor Maksimal Ideal : 4500

Skor Tercapai : 3700

Rata-Rata Skor Tercapai : 82,22

Persentase Ketuntasan : 88,89

Klasikal : Tuntas
PEMBELAJARAN TERSTRUKTUR DENGAN PEMBERIAN
TUGAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V
SDN ABC JAKARTA PUSAT
TAHUN PELAJARAN 2008/2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh
NAMA GURU
NIP: 131 000 000

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SDN ABC JAKARTA PUSAT
2008
ABSTRAK

Nama Guru, 2008. Pembelajaran Terstruktur dengan Pemberian Tugas dalam


Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SDN ABC Jakarta
Pusat Tahun Pelajaran 2008/2009

Kata Kunci: belajar Pengetahuan Sosial, pembelajaran terstruktur, pemberian tugas

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka
melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan
itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode
mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena
itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus
memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes
dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.
Penelitian berdasarkan permasalahan, (a) Apakah pembelajaran terstruktur
dengan pemberian tugas berpengaruh terhadap hasil belajar Pengetahuan Sosial? b)
Bagaimanakah pengaruh pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas terhadap
motivasi belajar siswa?
Tujuan penelitian tindakan ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh
pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas terhadap hasil belajar Pengetahuan
Sosial. (b) Untuk mengungkap pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas
terhadap motivasi belajar Pengetahuan Sosial siswa kelas V SDN ABC Jakarta Pusat.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN
ABC Jakarta Pusat. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi
kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (77,78%),
siklus III (88,89%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran terstruktrur
dengan pemberian tugas dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa
SDN ABC Jakarta Pusat, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif pembelajaran Pengetahuan Sosial.
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .............................................................................................. i

Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................................. iii

Abstrak ............................................................................................................. iv

Daftar Isi .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................... 4

C. Batasan Masalah ................................................................ 5

D. Tujuan Penelitian ............................................................... 5

E. Kegunaan Penelitian ......................................................... 5

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ......................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar ................................................................. 7

B. Macam-macam Motivasi ................................................... 9

C. Motivasi Siswa dalam Belajar ........................................... 11


D. Pengertian Belajar .............................................................. 11

E. Belajar dan Proses Penerimaan Informasi ......................... 17

F. Prestasi Belajar .................................................................. 20

G. Pembelajaran Terstruktur ................................................... 20

H. Kerangka Teori ................................................................ 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ......................................................... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 29

C. Subyek Penelitian ............................................................. 30

D. Prosedur Penelitian............................................................. 30

E. Instrumen Penelitian ........................................................ 32

F. Analisis Data .................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisi Data Penelitian Persiklus ...................................... 36

B. Pembahasan ....................................................................... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 54

B. Saran .................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56

Anda mungkin juga menyukai