Anda di halaman 1dari 1

KEBIASAAN AWAL PEMBANGUN SEBUAH KEAHLIAN

Mungkin pernah terpikir dalam benak kita. Mengapa ada orang yang tanpa belajar sudah
mendapatkan hasil yang memuaskan, sementara kita yang belajar habis-habisanpun belum tentu
mendapat hasil yang baik. Akhirnya kebanyakan dari sebagian orang berfikir, bahwa keahlian seseorang
adalah bagian dari takdir yang telah di tentukan Allah.

Lebih parah lagi. Jika kita berfikir kebaikan dan keburukan itu dianggap sebagai bagian dari bakat
dan keturunan. Mengapa? Jika memang benar keahlian diwariskan lewat keturunan. Sekarang kita pasti
akan melihat monyet membudiyakan kebon pisang sendiri dan tak perlu memanjat pohon. Dengan kata
lain, bukan bakat yang berpengaruh dalam keahlian. Namun kebiasaan.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Ketika kita melihat seorang anak beruasia 9 tahun yang tinggal
dan dilahirkan di Indonesia. Namun ia mempunyai keahlian yang fasih dalam mengucapkan Bahasa Arab.
Apa yang kalian pikirikan?Apa kalian memikirkan sebuah ‘pujian’ dan perasaan ‘kagum’ terhadap anak
tersebut? Sebagian dari kita akan menjawab, “Ya”. Tetapi. ketika kita melihat seorang anak yang juga
berusia 9 tahun, ia juga fasih mengucapkan Bahasa Arab. Namun yang membedakan, sejak lahir ia sudah
menginjak tanah di Negri Arab. Lalu, apa yang akan kalian pikirkan selanjutnya? Apakah kata seacam
“Biasa saja lah, pantas saja ia bisa berhasa Arab dengan fasih. Ia juga tinggal di sekeliling orang yang
biasa menggunakan Bahasa Arab. Ya, kan?” Jika memang benar itu jawaban yang terlintas dalam pikiran
kalian, jawaban sepenuhnya adalah salah. “Kenapa salah?

Coba samakan kedua anak tersebut. Apa yang sama diantara mereka? Mereka memiliki
kesamaan umur dan keahlian kan? Tetapi, jika kita melihat kesamaan itu lebih dalam. Kita akan melihat
kesamaan kebiasaan diantara mereka. Kebiasaan yang membiasakan mereka menggunakan Bahasa Arab
dalam kehidupannya. Sehingga bahasa Arab yang awalnya tidak mereka ketahui satu katapun. Sulit
untuk dipelajari, menjadi mereka ketahui dengan berjalannya kebiasaan itu. Ini alasan mengapa saya
mengatakan bahwa bukan factor keturunan yang berpengaruh dalam keahlian.

Lalu. Mengapa dalam umur 9 tahun mereka bisa menggunakan Bahasa Arab dengan fasih?
Jawabannya akan kembali pada kebiasaan. Coba kalian bayangkan. Saat dalam suatu waktu kita dipaksa
menghafal sebuah dialog yang belum pernah kita pelajari sebelumnya dalam Bahasa Arab sebanyak 1
halaman. Dan disaat itu pula kita harus menyetorkannya dengan lancar. Apa kalian sanggup
melakukannya? Sebagian dari kita ‘mungkin’ tidak bisa melakukannya. Kecuali mereka yang biasa
menggunakan Bahasa Arab. Sehingga beberapa kalimat yang biasa mereka ucapkan, mudah untuk
mereka hafal dengan cepat. Bagi mereka yang tidak terbiasa mengucapkan kalimat dalah Bahasa Arab.
‘Mungkin’ walaupun kita menghafalnya dengan keras sekalipun. ‘Mungkin pula’ kalau kita tidak akan
menyetorkannya dengan fasih. Maka dari itu. Apabila kita tidak terbiasa melafalkannya. Itu akan
menjadi sesuatu yang sulit. Mulai hari ini. Lakukan perubahan yang nyata terhadap kebiasaanmu. Walau
sepahit apapun perubahan itu. Keberhasilan akan membuatnya menjadi indah.

Anda mungkin juga menyukai