Anda di halaman 1dari 10

1.

Silahkan anda jelaskan secara teori yg diambil dari buku dan jurnal tentang :

a. Defisini dari Overdosis/ Keracunan

Keracunan adalah kondisi yang disebabkan oleh menelan, mencium, menyentuh, atau
menyuntikkan zat yang berbahaya bagi tubuh.

Sumber: https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/pertolongan-pertama-untuk-
keracunan/

Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk
ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru,
hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang

Sumber : Keracunan.2016. Perawatan Dini Penderita Keracunan. The Committe on


Toxic: American College of Surgeon. Di alihbahasakan Yayasan Essentia Medica,
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang mengikuti masuknya
suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi,
afek, perilaku, fungsi, dan respon psikofisiologis.

Sumber: WHO 2013

b. Etiologi dari Overdosis/ Keracunan

Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung


bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut
antara lain: (Raini, 2012)

1. Makanan
Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas
mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan
tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan
dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun,
terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan
kimia yang bersifat racun, di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang
sering mengakibatkan keracunan, antara lain:

a. Keracunan botulinum

b. Keracunan jamur

c. Keracunan jengkol

d. Keracunan ikan laut


e. Bahan Kimia

Sumber:

Raini,M.(2012).Toksikologi pestisida dan penanganan akibat keracunan


pestisida.Vol 17.

Etiologi Overdosis
Keadaan ini sering terjadi dan faktor penyebabnya adalah :

1. Usia

Lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering terjadi
kesalahan dosis karena lansia minum lagi

2. Merek dagang

Banyaknya merek dagang untuk obat yang sama, sehingga pasien bingung,
misalnya furosemide (antidiuretik) dikenal sebagai lasix, uremia dan unex.

3. Penyakit

Penyakit yang menurunkan metabolisme obat dihati atau sekresi obat melalui
ginjal akan meracuni darah.

4. Gangguan emosi dan mental

Menyebabkan ketagihan penggunaan obat untuk terapi penyakit (habituasi)


misalnya barbiturate, antidepresan dan tranquilizer.

5. Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba

Misalnya mengkonsumsi putau hamper bersamaan dengan alcohol atau obat


tidur seperti valium, megadom/ BK, dll.

6. Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya

Misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi


apabilah dia memakai lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya
kemungkinan besar terjadi OD.

7. Kualitas barang dikonsumsi berbeda

Sumber : Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:
http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-
kimiaberbahaya/ . Diakses tanggal 17 Agustus 2017
2. Setelah anda menjawab definisi dan etiology dari Overdosis/ Keracunan selanjutnya
jelaskan :

a. Patofisiology dari Overdosis/ Keracunan

Patofisiologi Overdosis dan Keracunan

Ketika seseorang mengalami overdosis obat ada beberapa saluran yang terganggu
yaitu saluran cerna dan saluran pernapasan. di saluran pencernaan akan menimbulkan
mual, muntah dan diare, sedangkan pada saluran pernapasan terjadi korosi di trakea
sehingga terjadi pembengkakan atau edema pada laring. Pembengkakan ini lah yang
akan menghambat jalan napas atau terjadilah obstruksi jalan napas. Di salauran
pencernaan dan saluaran pernapasan pembuluh darah terganggu karena darah
menyerap obat dalam jumlah yang banyak, terganggunya ini akan mengakibatkan
gangguan saraf otonom yang akan menyebabkan nyeri kepala, kelemahan dan
gangguan di pusat pernapasan. Di pusat pernapasan yang terganggu pernapasan
pasien akan cepat dan dalam yang akan mengakibatkan alkolisis respiratori.

b. Manifestasi klinis dari pasien tersebut

Manifestasi Klinis

1. Penurunan kesadaran

2. Nafas kurang dari 12 kali/menit

3. Sianosis dibagian kuku, bibir

4. Terdapat suara gemuru seperti ngorok sulit bernafas

5. Beberapa gejala umum yang terkait dengan keadaan overdosis adalah nyeri
dada yang parah, kejang, sakit kepala parah, kesulitan bernapas,mengigau,
agitasi ekstrem atau kecemasan.

Sumber :
Pamela. (2011). Pedoman Keperawatan Emergensi.jakarta:EGC
Brester Jay Micheal. (2007). Manual Kedokteran Darurat.Jakarta:EGC
enters for Disease control and Prevention. (2020). Overdose Death rates

Manifestasi Klinis Overdosis Umum

1. Penurunan kesadaran.

2. Frekuensi pernapasan kurang dari 12 kali/menit.

3. Adanya riwayat pemakaian obat- obat terlarang


4. Suhu tubuh menurun.

5. Kebiruan pada kuku dan mulut.

6. Adanya suara mengorok atau mendengkur yang berasal dari tenggorokkan yang
menandakan bahwa seseorang mengalami kesulitan bernafas .

7. Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor
pada lidah, kelopak mata,pupil miosis.

8. Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut,


hipersaliva, hiperhidrosis,fasikulasi otot dan bradikardi.

9. Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif,sesak nafas,
sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,koma, blokade
jantung akhirnya meningeal
Sumber: https://pdfcoffee.com/askep-overdosis-5-pdf-free.html

3. Jelakan

a. Pemeriksaan Penunjang untuk menegakkan diagnosa dari Overdosis/ Keracunan

1. Pemeriksaan laboratorium
Pasien dengan overdosis obat biasanya menjalani beberapa pemeriksaan penunjang.
Skrining obat sudah tersedia tetapi seringkali tidak mengubah
manajemen awal kasus langsung. Skrining obat bila dilakukan pada urin dan cukup
sensitif. Dalam kebanyakan kasus, hasil opiat positif akan muncul
bahkan 48 jam setelah terpapar. Pada pasien dengan toksisitas opiat atau overdosis,
pemeriksaan darah berikut biasanya dilakukan:
a. Jumlah sel darah lengkap
b. Panel metabolik yang komprehensif
c. Tingkat kreatin kinase
d. Penentuan gas darah arteri

2. Imaging
a. Jika ada cedera paru-paru yang dicurigai, X-ray dada harus dilakukan.
b. Jika pasien dicurigai sebagai body packer (menelan paket obat-obatan terlarang yang
dibungkus), maka harus dilakukan rontgen perut. Dalam
beberapa kasus, seseorang mungkin menelan paket untuk menyembunyikan bukti dari
penegak hukum. Dalam kasus seperti itu,
paket tidak disiapkan dengan baik, dan orang-orang ini berisiko mengalami keracunan
parah jika terjadi kebocoran di dalam usus.

3. Elektrokardiografi
EKG direkomendasikan pada semua pasien dengan dugaan overdosis opioid.
Coingestant seperti trisiklik berpotensi menyebabkan aritmia

Sumber :
Dharma. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta
(Schiller et al., 2020).

b. Penatalaksanaan medis dari kasus Overdosis/ Keracunan

Tata laksana yang secara umum dapat diberikan pada pasien dengan keracunan makanan:

1. rehidrasi

2. obat-obatan antidiare

3. antiemetic

Sumber: https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/keracunan-makanan/
penatalaksanaan

4. Sebutkan Diagnosa Keperawatan beserta Intervensi diurutkan berdasarkan prioritas


yg muncul pada kasus Overdosis/ Keracunan

Silahkan di kutip dari buku 3S (SDKI, SLKI, SIKI) yg di keluarkan oleh PPNI 2018

DIAGNOSA YANG SERING MUNCUL PADA KASUS OVERDOSIS/ KERACUNAN


D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
BERSIHAN JALAN NAPAS MENINGKAT (L.01001)
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. LATIHAN BATUK EFEKTIF (I.01006)
1. Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
d. Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
2. Terapeutik
a. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
b. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempat sputum
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama
8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
B. MANAJEMEN JALAN NAFAS (I. 01011)
1. Observasi
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma cervical)
b. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
g. Penghisapan endotrakeal
h. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
i. Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
b. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
C. PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
1. Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik)
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi napas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor nilai AGD
j. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

D.0003 Gangguan Pertukaran Gas


PERTUKARAN GAS MENINGKAT (L.01002)
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
1. Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik0
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi napas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor nilai AGD
j. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
B. TERAPI OKSIGEN (I.01026)
1. Observasi
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
d. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, analisa gas darah ), jika perlu
e. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
g. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
h. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
i. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
2. Terapeutik
a. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
d. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
e. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi pasien
3. Edukasi
a. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

D.0039 Resiko Syok


INTERVENSI KEPERAWATAN
A. PENCEGAHAN SYOK
1. Observasi:
a. Monitor status kardiopulmonal
b. Monitor status oksigenasi
c. Monitor status cairan
d. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
e. Periksa riwayat alergi
2. Terapeutik:
a. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
b. Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu
c. Pasang jalur IV, jika perlu
d. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
e. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
b. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
c. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala syok
d. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
e. Anjurkan menghindari alergen
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

D.0011 Risiko Penurunan Curah Jantung


INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Perawatan Jantung
1. Observasi:
a. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
b. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor intake dan output cairan
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor keluhan nyeri dada
g. Monitor EKG 12 Sandapan
2. Terapeutik:
a. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman
b. Berikan diet jantung yang sesuai
c. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memotivasi gaya hidup sehat
d. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
e. Berian dukungan emosional dan spiritual
f. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
3. Edukasi
a. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
b. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
c. Anjurkan berhenti merokok
d. Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat badan
e. Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
b. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

5. Jelaskan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeriksaan Fisik pada pasien


dengan Umbah Lambung

Pelaksanaan SOP Bilas Lambung / Lavage Lambung

Pertama yang perlu dilakukan adalah mengkaji ulang kondisi klien yang
memerlukan lavage lambung dan pastikan selang nasogastrik tube (SNG) terpasang
dengan benar. Lakukan persiapan klien, persiapan alat, persiapan lingkungan.
Persiapan Klien dalam Bilas Lambung / Lavage Lambung

 Menyampaikan salam
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada klien
 Melakukan kontrak waktu dan kesepakatan rencana tindakan yang akan
dilakukan tentang bilas lambung / lavage lambung

Persiapan Alat dalam Bilas Lambung / Lavage Lambung

 Sarung tangan satu pasang


 Spuit berujung kateter ukuran 60 cc satu buah
 Larutan normal salin 500 ml (NaCl)
 Stetoskop satu buah
 Beberapa lembar tisu dalam tempatnya
 Pengalas / handuk satu buah
 Senter kecil
 Klem satu buah (kalau perlu)
 Kassa secukupnya
 Selang nasogastrik sesuai dengan ukuran satu buah (untuk dewasa ukuran 14
- 18)
 Pelumas dalam tube
 Gunting verban 
 Bengkok
 Plester

Persiapan Lingkungan dalam Tindakan Bilas Lambung / Lavage Lambung

Usahakan untuk tetap menjaga privasi klien dan sebelum melakukan tindakan semua
peralatan diletakkan didekat klien.

Pelaksanaan Tindakan Bilas Lambung / Lavage Lambung

1. Cuci tangan sesuai SOP 


2. Letakkan pengalas diatas dada klien, kemudian siapkan 2 - 4 helai tisu di atas
pengalas
3. Letakkan bengkok di sisi klien
4. Pasang selang NGT sesuai dengan prosedur
5. Masukkan normal salin sebanyak 500 cc ke dalam lambung melalui NGT yang telah
terpasang tadi, lakukan secara bertahap
6. Klem selang selama lebih kurang 15 menit
7. Buka klem, sambungkan dengan kantung penampung
8. Amati warna dan jumlah cairan yang keluar
9. Evaluasi tindakan dan rencana tindak lanjut
10. Dokumentasikan hasil tindakan dan respon dari klien
11. Beritahukan kepada klien bahwa tindakan telah selesai dan alat dibereskan kembali.

Referensi : Buku Ajar KMB 2012

Anda mungkin juga menyukai