Anda di halaman 1dari 150

PERILAKU PENGGUNAAN KONDOM PADA LAKI-LAKI

SEKS DENGAN LAKI-LAKI (LSL) DALAM PENCEGAHAN


PENULARAN HIV/AIDS DI KOTA PALEMBANG

SKRIPSI

OLEH

EKA RAHAYU
NIM. 10011181520006

PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI (S1) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
PROMOSI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Skripsi, Oktober 2019

Eka Rahayu

Perilaku Penggunaan Kondom Pada Laki-Laki Seks Dengan Laki-


Laki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di Kota
Palembang

xv + 95 halaman, 17 tabel, 6 gambar, 12 lampiran

ABSTRAK
Laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) merupakan kelompok beresiko tinggi
tertular HIV/AIDS tercatat sebanyak 1.873 LSL tersebar di kota Palembang.
Permasalahan di kalangan LSL adalah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan kondom yang dapat mengakibatkan resiko penularan HIV/AIDS.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perilaku penggunaan kondom
pada LSL dalam pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bersifat
deskriptif analitik dengan menggunakan metode wawancara mendalam.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 15 terdiri dari 6 informan utama LSL,
6 informan kunci pasangan LSL, 3 informan kunci yaitu Dinas Kesehatan Kota
Palembang, KPA Provinsi Sumatera Selatan, dan JIP. Validasi data dilakukan
dengan triangulasi sumber, metode dan data. Dianalisis dengan content
analysis, disajikan dalam bentuk narasi dan di interpretasikan. Perilaku LSL
disebabkan berbagai hal mulai merasa tertarik dan merasa nyaman dengan
sesama jenis, pernah dilecehkan, mencoba-coba dan mendapat ejekan dari
teman. Pertama kali LSL melakukan hubungan seksual sejak dari sekolah SD,
SMP dan SMA, LSL sudah melakukan berbagai bentuk perilaku seksual yang
beresiko tanpa menggunakan kondom karena alasan kurang
kenikmatan/kenyamanan dan rasa sakit saat berhubungan seksual, berganti-
ganti pasangan, merasa pasanganya sehat dan bebas HIV. Rata-rata LSL
melakukan hubungan seksual 2 sampai 5 kali dalam satu bulan, semua LSL dan
pasangan biasa melakukan hubungan seksual di hotel dan kos-kosan. Seluruh LSL
yang diteliti tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks anal dan oral,
berganti-ganti pasangan, merasa pasangan seks sehat dan bebas HIV hal ini
menyebabkan risiko tinggi penularan HIV/AIDS pada LSL.

Kata Kunci : LSL, HIV/AIDS, Perilaku Penggunaan Kondom


Kepustakaan : 83 (1989-2018)

i
PROMOSI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Skripsi, September 2019

Eka Rahayu

Behavior Condom Use In Men Who Have Sex With Men (MSM) in the
Prevention of HIV / AIDS in Palembang

xv+ 95 pages, 17 tables, 6 images, 12 attachments

ABSTRACT
Men who have sex with men (MSM) is a high-risk group of contracting HIV /
AIDS, there were 1,873 LSL spread in the city of Palembang. Problems among
MSM is having sex without using a condom which can lead to the risk of
contracting HIV / AIDS. The purpose of this study to describe the behavior of
condom use among MSM in preventing transmission of HIV / AIDS. This is a
descriptive analytic study using in-depth interviews. Informants in this study
amounted to 15 consists of six main informant LSL, LSL pair 6 key
informants,3 key informants namely Health Agency of Palembang, South
Sumatra Province KPA, and MPS, Data validation is done by triangulation of
sources, methods and data. Analyzed by content analysis, presented in
narrative form and interpreted. MSM behavior due to various things start to
feel interested and comfortable with the same sex, abused, try and get a ribbing
from friends. LSL first sexual intercourse since the elementary school, junior
high and high school, MSM has been doing various forms of risky sexual
behavior without using a condom for reasons of lack of pleasure / comfort and
pain during sexual intercourse, Promiscuity, her partner feel healthy and HIV-
free. On average MSM sexual intercourse 2 to 5 times in one month, all MSM
and ordinary couple having sex in hotels and boarding houses. The entire
MSM study did not use condoms during anal and oral sex, promiscuity, sex
couples feel healthy and HIV-free this causes a high risk of transmission of
HIV / AIDS among MSM.

Keywords : MSM, HIV/AIDS, Behavior Condom Use


Literature : 83 (1989-2018)

ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini dibuat dengan sejujurnya dengan
mengikuti kaidah Etika Akademik FKM Unsri serta menjamin bebas
Plagiarisme. Bila kemudian diketahui saya melanggar Etika Akademik maka
saya bersedia dinyatakan tidak lulus/gagal.

Indralaya, Oktober 2019


Yang bersangkutan,

Eka Rahayu

NIM. 10011181520006

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini dengan judul “Perilaku Penggunaan Kondom Pada Laki-Laki Seks Dengan Laki-
Laki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di Kota Palembang” telah di pertahankan di
hadapan Panitia Sidang Ujian Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya pada
Tanggal Oktober 2019 dan telah diperbaiki, diperiksa serta disetujui sesuai dengan masukan
Panitia Sidang Ujian Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Indralaya, Oktober 2019

Panitia Sidang Ujian Skripsi


Ketua :

1. Yeni, S.K.M., M.K.M ( )


NIP. 198806282014012201

Anggota :

1. Widya Lionita, S.K.M., M.P.H ( )


NIP. 1671045904900002

2. Dr. Rico Januar Sitorus, S.K.M., M.Kes (Epid) ( )


NIP. 198101212003121002

3. Fenny Etrawati, S.K.M., M.K.M ( )


NIP. 198905242014042011

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

Iwan Stia Budi, S.K.M., M.Kes


NIP. 197712062003121003

iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Eka Rahayu
NIM : 10011181520006
Tempat/Tanggal Lahir : Banyuasin/ 25 Agustus 1997
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Sidomulyo Kec. Tungkal Ilir Kabupaten Banyuasin
No. Hp/email : 081367988580 / rahayueka0@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. S1 (2015-Sekarang) : Dept. Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya
2. SMA (2012-2015) : SMA Negeri 2 PLUS Banyuasin III
3. SMP (2009-2012) : SMP Negeri 01 Tungkal Ilir
4. SD (2003-2009) : SD Negeri 15 Tungkal Ilir

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, sang Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan beserta seperangkat
aturanNya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya
juga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perilaku Penggunaan
Kondom Pada Laki-Laki Seks Dengan Laki-Laki (LSL) Dalam Pencegahan
Penularan HIV/AIDS Di Kota Palembang”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu persyaratan untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sriwijaya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan
dengan baik, antara lain :
1. Bapak Iwan Stia Budi, S.K.M., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya
2. Ibu Fenny Etrawati, S.K.M., M.K.M, selaku pembimbing yang telah
mengarahkan dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi.
3. Para Dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya.
4. Bapak, Ibu, dan Adik yang selalu memberikan doa dan kasih sayang yang
tak pernah putus serta dukungan moral maupun materi selama ini.
5. Reza Ardian yang selalu mendengarkan keluh-kesah dan terus
memberikan saran, semangat serta waktunya selama skripsi ini dibuat.
6. Sahabatku Irani, Bunda, Nisa, Desta, Meta, Ayak, Mia, Moudy dan
Ramadhanti PJ yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dan dapat bermanfaat dimasa yang akan datang. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.
Indralaya, Oktober 2019

Penulis

vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sriwijaya, saya yang bertanda tangan


dibawah ini :
Nama : Eka Rahayu
NIM : 10011181520006
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya Ilmiah : Skripsi

Dengan ini menyatakan menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya Hak Bebas Royalti Non eksklusif
(Non-exlucive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PERILAKU PENGGUNAAN KONDOM PADA LAKI-LAKI


SEKS DENGAN LAKI-LAKI (LSL) DALAM
PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI KOTA
PALEMBANG

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Universitas Sriwijaya berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat : di Indralaya
PadaTanggal : 01 Oktober 2019
Yang menyatakan,

Eka Rahayu
NIM. 10011181520006

viii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan ................................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
1.4.1 Bagi Peneliti .................................................................................. 6
1.4.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ........................................... 6
1.4.3 Bagi Masyarakat............................................................................ 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6
1.5.1 Lingkup Tempat ............................................................................ 6
1.5.2 Lingkup Materi.............................................................................. 6
1.5.3 Lingkup Waktu.............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 7
2.1 Perilaku Penggunaan Kondom ............................................................. 7
2.1.1 Pengertian Perilaku ....................................................................... 7
2.1.2 Domain atau Ranah Perilaku ......................................................... 8
2.1.3 Pengertian Kondom ....................................................................... 9
2.1.4 Jenis-Jenis Kondom ...................................................................... 9
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penggunaan Kondom ...... 11
2.2 LSL (Lelaki Seks Lelaki) ................................................................... 14
2.2.1 Pengertian LSL (Lelaki Seks Lelaki) .......................................... 14
2.2.2 Etiologi LSL (Lelaki Seks Lelaki) .............................................. 15

ix
2.3 HIV/AIDS .......................................................................................... 20
2.3.1 Pengertian HIV/AIDS ................................................................. 20
2.3.2 Perjalanan Infeksi HIV ................................................................... 21
2.3.3 Transmisi infeksi HIV/AIDS ...................................................... 22
2.3.4 Cara Pencegahan Penularan HIV/AIDS...................................... 23
2.3.5 Cara Penanggulangan HIV/AIDS ............................................... 24
2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 25
2.5 Kerangka Teori ................................................................................... 29
2.5.1 Information-Motivation-Behavioral Skills Model (IMB Model)29
BAB II KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ........................... 32
3.1 Kerangka Pikir .................................................................................... 32
3.2 Definisi Istilah .................................................................................... 32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 34
4.1 Desain Penelitian ................................................................................ 34
4.2 Informan Penelitian ............................................................................ 34
4.3 Jenis, Cara Dan Alat Penelitian .......................................................... 38
4.3.1 Jenis Data .................................................................................... 38
4.3.2 Cara Pengumpulan Data .............................................................. 39
4.3.3 Alat Pengumpulan Data .............................................................. 39
4.4 Pengolahan Data ................................................................................. 39
4.4.1 Wawancara .................................................................................. 39
4.5 Keabsahan Data .................................................................................. 40
4.5.1 Triangulasi Sumber ..................................................................... 40
4.5.2 Triangulasi Metode ..................................................................... 41
4.5.3 Triangulasi Data .......................................................................... 41
4.6 Analisis dan Penyajian Data ............................................................... 41
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................... 43
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 43
5.1.1 Profil Kota Palembang ...................................................................... 43
5.1.2 Demografis Kota Palembang ............................................................ 43
5.1.3 Laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) .............................................. 44
5.1.4 Profil Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan ... 46

x
5.1.5 Struktur Organisasi KPA Provinsi Sumatera Selatan ....................... 46
5.2 Hasil Penelitian........................................................................................ 48
5.2.1 Karakteristik Informan ...................................................................... 48
5.2.2 Perilaku Penggunaan Kondom.......................................................... 50
5.2.3 Pengetahuan Tentang Penggunaan Kondom dan HIV/AIDS ........... 59
5.2.4 Sikap Terhadap Penggunaan Kondom .............................................. 64
5.2.5 Persepsi Penggunaan Kondom Pada Pasangan ................................. 67
5.2.6 Persepsi Risiko HIV/AIDS ............................................................... 68
5.2.7 Niat Menggunakan Kondom ............................................................. 71
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................ 73
6.1 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 73
6.2 Pembahasan ........................................................................................ 73
6.2.1 Perilaku Penggunaan Kondom.......................................................... 73
6.2.2 Pengetahuan Tentang Penggunaan Kondom dan HIV/AIDS ..... 77
6.2.3 Sikap Terhadap Penggunaan Kondom ........................................ 81
6.2.4 Persepsi Penggunaan Kondom Pada Pasangan ................................. 83
6.2.5 Persepsi Risiko HIV/AIDS ............................................................... 84
6.2.6 Niat Menggunakan Kondom ............................................................. 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 87
7.1 Kesimpulan ........................................................................................... 87
7.2 Saran ................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu..................................................................... 20

Tabel 4.1. Data Informan Jip, Kpap Dan Dinas Kesehatan............................29

Tabel 4.2. Data Informan Kunci Dan Informan..............................................30

Tabel 5.1. Karakteristik Informan (LSL)........................................................47

Tabel 5.2.Karakteristik Informan Kunci Pasangan LSL.................................47

Tabel 5.3. Karakteristik Informan Kunci Dinkes, KPAP, JIP....................... 48

Tabel 5.4. Latar Belakang LSL Menjadi Penyuka Sesama Jenis......................49

Tabel 5.5. Pertama Kali Lsl Melakukan Hubungan Seksual..........................50

Tabel 5.6. Hasil Observasi LSL Dan Pasangan............................................. 51

Tabel 5.7. Bentuk Perilaku LSL Dan Pasangan…..........................................52

Tabel 5.8. Penggunaan Kondom Pada LSL Dan Pasangan............................55

Tabel 5.9. Pengetahuan Penggunaan Kondom Pada LSL...............................58

Tabel 5.10. Jumlah Kondom Yang Diberikan Ke Klien.................................59

Tabel 5.11. Pengetahuan Gejala HIV/AIDS...................................................62

Tabel 5.12. Respon Penggunaan Kondom Pada LSL Dan Pasangan.............63

Tabel 5.13. Persepsi Penggunaan Kondom Pada LSL Dan Pasangan............66

Tabel 5.14. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Penggunaan Kondom Pada LSL


Dan Pasangan................................................................................................. 68

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka teori penelitian.......................................................... 24

Gambar 3.1. Kerangka pikir modifikasi dari kerangka teori...........................25

Gambar 4.1. Kerangka pengambilan informan LSL.......................................28

Gambar 4.2. Kerangka pengambilan informan pasangan LSL.......................29

Gambar 5.1. Data LSL di Tes HIV dan Hasil HIV Positif di Kota Palembang
Tahun 2018.....................................................................................................43

Gambar 5.2. Struktur Organisasi Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi


Sumatera Selatan.............................................................................................44

xiii
DAFTAR SINGKATAN

LSL : Laki-Laki Seks Dengan Laki-Laki


HIV : Human Immunodeficiency Virus
AIDS : Aquired Immuno Deficiency Syndrom
ARV : Antiretroviral
KPAP : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan
JIP : Jaringan Indonesia Positif
IMB : Information, Motifation, Behavioral Skill
WHO : World Helath Organization
DNA : Deoxyribose-Nucleic Acid
RNA : Ribonucleic Acid
STBP : Survei Terpadu Biologis dan Perilaku

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Ke Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Palembang


Lampiran 2. Surat Tembusan Dari Kesbangpol Ke Dinkes Kota Palembang
Lampiran 3. Surat Izin Pengambilan Data Di Dinas Kesehatan Kota Palembang
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Tanda Selesai Penelitian
Lampiran 6. Keterangan Lolos Etik
Lampiran 7. Naskah Penjelasan
Lampiran 8. Informed Consent
Lampiran 9. Pedoman Wawancara
Lampiran 10. Pedoman Observasi
Lampiran 11. Matrix Hasil Wawancara
Lampiran 12. Dokumentasi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beberapa masalah kesehatan di dunia yang hingga saat ini belum bisa
terselesaikan. Salah satu permasalahan kesehatan yang sekarang menjadi
Global Issues adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS
(Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Pada tahun 2017, sebanyak 940.000
orang meninggal karena penyebab terkait HIV secara global. Ada sekitar 36,9
juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2017 dengan 1,8 juta
orang menjadi terinfeksi baru secara global. Pada tahun 2016 Di Asia Tenggara
diperkirakan jumlah orang yang hidup dengan HIV ada 3500.000 jiwa
dibandingkan dengan wilayah lain di Asia Tenggara yang menempati peringkat
ke-2 setalah Afrika. Di Thailand diperkirakan jumlah orang yang hidup dengan
HIV ada 440.000 jiwa, sedangkan di Indonesia merupakan salah satu populasi
yang hidup dengan HIV/AIDS yang tertinggi diwilayah ini, diperkirakan
jumlah orang yang hidup dengan HIV ada 630.000 jiwa (WHO, 2018).
Sejak kasus pertama kali terjadi pada tahun 1987 sampai dengan bulan
Desember 2017, HIV dan AIDS di Indonesia tersebar di 421 (81,9%) dari 514
kabupaten atau kota di seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali
ditemukan adanya kasus HIV dan AIDS adalah di Provinsi Bali, sedangkan
yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2012.
Sumatera Selatan menempati peringkat ke-16 secara nasional sedangkan untuk
di Sumatera, provinsi Sumatera Selatan menempati urutan ke-2 untuk kasus
HIV/AIDS setelah Sumatera Utara dengan 2.810 kasus HIV dan 869 kasus
AIDS. Sedangkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Sumatera Selatan dari
tahun 1987 hingga Desember 2017 yang hidup dengan AIDS ada 792 kasus
dan meninggal karena AIDS ada 77 kasus dengan prevalensi penularannya
sebesar 5,49%. kasus dengan infeksi HIV tertinggi berada di DKI Jakarta
(51,981), kemudian disusul oleh Jawa Timur (39,633), Papua (29,083), Jawa
Barat (28,964), dan Jawa Tengah (22,292) (Ditjen P2P Kemenkes RI, 2017).

1
2

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai persentase lebih


tinggi terinfeksi virus HIV/AIDS di banding perempuan. Tingginya
persentase laki-laki mengidap HIV/AIDS dikarenakan pola perilaku seks laki-
laki yang suka membeli seks tanpa menggunakan kondom. Perbandingan
rasio antara laki-laki dan perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS adalah 2:1
(Ditjen P2P Kemenkes RI, 2017). Jumlah penderita HIV tertinggi di
Indonesia menurut jenis kelamin adalah pada jenis kelamin laki-laki sebesar
16.758 yang mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 57,7%.
Berdasarkan data dari Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP)
tahun 2015 ditemukan bahwa prevalensi HIV diantara populasi beresiko yaitu
pengguna napza suntik (penasun) 28,78%, LSL (lelaki seks dengan lelaki)
25,80%, waria 24,82%, WPSL (wanita penjaja seks langsung) 7,97%, dan
pasangan risti 0,82%.
LSL merupakan kelompok yang beresiko tinggi menularkan HIV,
secara global prevalensi HIV di antara LSL mengalami peningkatan tiap
tahunnya dan mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir
dibandingkan kelompok beresiko lainya. Prevalensi HIV pada LSL berkisar
dari <1% hingga 57% di dunia. LSL dikategorikan memiliki orientasi dan
perilaku seksual yang hanya tertuju kepada sesama jenis (laki-laki). Alasan
pencegahan HIV belum maksimal pada kelompok LSL adalah kurangnya
konsistensi penggunaan kondom dengan alasan rasa tidak enak karena
berkurangnya kenikamatan saat berhubungan seksual, adanya penolakan dari
pasangan, serta keyakinan bahwa pasangan seksualnya bebas penyakit, dan
adanya hambatan baik kebijakan dan teknis program adanya keterbatasan
perhatian dan sumber daya pada kelompok LSL yang mengakibatkan
peningkatan prevalensi HIV dan AIDS pada LSL (UNAIDS, 2012).
Prevalensi usia dewasa (15-49 tahun) mencapai 0,3% ditahun 2015
diperkirakan populasi LSL akan meningkat hingga tahun 2025, peningkatan
penemuan kasus HIV sebesar lima kali lipat sejak tahun 2011 untuk
kelompok populasi kunci lelaki seks dengan lelaki. Estimasi dan proyeksi
jumlah infeksi HIV baru menurut kelompok populasi kunci di Indonesia,
dimana kelompok Laki-laki Seks Laki-laki (LSL) menduduki jumlah kasus

Universitas Sriwijaya
3

tertinggi. Secara signifikan terjadi peningkatan jumlah kasus yaitu pada tahun
2011 sebesar 14.532 menjadi 28.640 di tahun 2015 (UNAIDS, 2015). Hasil
estimasi nasional terdapat 695.026 orang LSL di Indonesia, di antara LSL
yang melakukan anal seks dalam satu tahun terakhir, sebanyak 73 persen
melakukan hubungan anal seks satu kali dalam seminggu. Hasil dari
Surveilans Terpadu Biologis Perilaku (STBP) tahun 2011 yang menemukan
peningkatan prevalensi HIV pada kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL)
yaitu dari 5% pada tahun 2007 menjadi 12% pada tahun 2011. Persentase
faktor tertinggi HIV-AIDS melalui jalur penularan hubungan seks beresiko
pada heteroseksual sebesar (71%), homoseksual sebesar (20%), perinatal
sebesar (3%), dan IDU sebesar (2%).
Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (2011),
sekitar 77% penularan HIV dan AIDS terjadi melalui hubungan seks. Tidak
dapat dipungkiri perilaku seksual di kelompok risiko tinggi, komunitas
homoseksual memberikan kontribusi penularan HIV dan AIDS yang
signifikan yang disebabkanya tidak menggunakan pengaman atau kondom
saat transaksi seksual didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Demartoto (2013), dan Tiva (2009). menemukan bahwa, mengenai perilaku
LSL menunjukkan bahwa LSL belum sadar akan pentingnya kondom dan
pelicin bagi pencegahan dan penularan HIV dan AIDS, disebabkan karena
seringnya berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom dan
pelicin seteleh mengetahui statusnya HIV namun, sebagian besar pelanggan
tidak bersedia untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks karena
merasa tidak nyaman dan tidak puas jika menggunakan kondom, 88% gaya
seksual pada gay tidak aman seperti oral seks, anal seks, maupun ketidak
konsistensian dalam pemakaian kondom dan pelicin. Pencegahan transmisi
HIV akan berjalan efektif jika LSL menggunakan kondom pada setiap
berhubungan seks (Morineua et al, 2011). Chow (2012) menyatakan bahwa
apabila kondom digunakan secara benar dan konsisten dapat menurunkan dan
mencegah transmisi HIV hingga 90% dan menjadi landasan untuk
pencegahan HIV didunia.

Universitas Sriwijaya
4

Peningkatan jumlah kasus HIV dan AIDS ini dihubungkan dengan


minimnya tingkat pencegahan dari para pelaku seks, misalnya keterbatasan
informasi yang didapat seputar tindakan pencegahan HIV dan AIDS
(khususnya bagi LSL mengingat stigma yang melekat pada mereka sebagai
kelompok yang agak berbeda dari masyarakat pada umumnya), penggunaan
kondom juga dipengaruhi oleh persepsi pengguna sebagian besar pelanggan
tidak bersedia untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks karena
merasa tidak nyaman dan tidak puas jika menggunakan kondom (Muntaen,
2015). Didukung dengan teori IMB oleh Fisher dan Fisher (1992) dimana
seseorang atau individu akan mengubah perilaku beresiko yang dapat
menyebabkan penularan HIV/AIDS, didasarkan pada tiga elemen seseorang,
yaitu informasi yang berhubungan dengan pengetahuan dasar mengenai
penyakit baik kondisi kesehatanya maupun perilaku pencegahan yang
dianjurkan, sementara itu motivasi dipengaruhi oleh motivasi individu dan
motivasi sosial, keterampilan berperilaku untuk melakukan tindakan
pencegahan yang didasarkan pada keyakinan.
Estimasi jumlah populasi kunci terdampak HIV tahun 2012 di kota
Palembang ada 5.540 LSL. Berdasarkan data terakhir dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan secara kumulatif penemuan kasus HIV/AIDS pada
Januari sampai Desember 2018 jumlah penderita HIV di kota Palembang
berjumlah 435, sedangkan penderita AIDS berjumlah 238, dibandingkan
dengan kabupaten lain kasus HIV/AIDS dikota Palembang lebih tinggi
dikarenakan kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan yag
juga merupakan daerah transit Sumatera yang mempunyai tingkat mobilitas
tinggi, ditambah juga dengan tempat hiburan dan hotel yang banyak. Cara
penularan melalui homoseksual sebesar 118 kasus HIV dan 57 kasus AIDS.
Jumlah HIV Positif pada kelompok LSL Per Layanan yang dilaporkan Tahun
2017 di kota Palembang sebanyak 132 orang (KPAP Sumsel, 2018).

Universitas Sriwijaya
5

1.2 Rumusan Masalah


Pada tahun 2013 sampai 2018 penemuan infeksi baru HIV/AIDS
cenderung mengalami kenaikan, pengidap HIV menurut jenis kelamin di
Sumatera Selatan lebih banyak ditemukan pada laki-laki, hal ini menunjukkan
bahwa laki-laki lebih beresiko tertular HIV karena pola perilaku seks laki-laki
yang suka membeli seks tanpa menggunakan kondom. Kasus penularan yang
dilaporkan berdasarkan cara penularanya pada homoseksual berjumlah 118
kasus HIV dan 57 kasus AIDS. Berdasarkan masalah yang telah ditetapkan
diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut, “Bagaimana
Perilaku Penggunaan Kondom Pada LSL Dalam Pencegahan Penularan
HIV/AIDS Di Kota Palembang”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perilaku Penggunaan
Kondom Pada LSL Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di Kota
Palembang.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi perilaku LSL dalam penggunaan kondom untuk
pencegahan penularan HIV/AIDS.
2. Mengidentifikasi pengetahuan tentang penggunaan kondom dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS.
3. Mengidentifikasi sikap terhadap penggunaan kondom dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS.
4. Mengidentifikasi persepsi penggunaan kondom pada pasangan LSL
dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.
5. Mengidentifikasi persepsi resiko tertular HIV/AIDS.
6. Mengidentifikasi niat penggunaan kondom dalam pencegahan
penularan HIV/AIDS.

Universitas Sriwijaya
6

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
1. Menambah wawasan keilmuan di bidang ilmu perilaku kesehatan
khususnya mengenai perilaku penggunaan kondom pada LSL dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS.
2. Menambah keterampilan peneliti dalam melakukan pendekatan kepada
orang-orang baru seperti informan penelitian demi mendapatkan
informasi yang sebenar-benarnya.

1.4.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat


1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau
tambahan literatur baik bagi dosen maupun mahasiswa terutama yang
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Mahasiswa kesehatan masyarakat dapat melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai perilaku penggunaan kondom pada LSL dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS dan menjadikan penelitian ini sebagai
referensi.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat dapat memberikan gambaran, masukan dan informasi
mengenai perilaku penggunaan kondom tentang upaya pencegahan
penyebaran HIV/AIDS sangat diperlukan dalam mendukung upaya
pencegahan HIV/AIDS.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


1.5.1 Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palembang.

1.5.2 Lingkup Materi


Lingkup materi penelitian ini meliputi ilmu perilaku kesehatan
khususnya mengenai perilaku penggunaan kondom pada LSL dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS.

1.5.3 Lingkup Waktu


Penelitian ini akan di lakukan pada bulan Juni-Juli 2019.

Universitas Sriwijaya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Penggunaan Kondom


2.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku manusia pada hakekatnya merupakan tindakan atau aktivitas
dari manusia itu sendiri yang mempunyai hubungan sangat luas antara lain
berjalan, berbicara, menangis,tertawa, bekerja dan sebagainya. Sehingga yang
dimaksud dengan perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yamg tidak diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2007). Menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi dalam
teori Stimulus Organisme Respons seperti yang dikutip Notoatmodjo (2007)
menyatakan bahwa perilaku terjadi melalui proses atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar) terhadap organisme yang kemudian
organisme tersebut merespon. Teori Skinner ini menjelaskan adanya dua jenis
respon, yaitu Respondent respons atau revlexive yaitu respon yang ditimbulkan
oleh stimulus (rangsangan) tertentu yang dinamakan eliciting stimulus, karena
menimbulkan respons-respons yang relatif tetap misalnya cahaya terang yang
menyebabkan mata tertutup. Selanjutnya adalah Operant Response atau
Instrumental Respons yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian
dikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Stimulus yang terakhir
dinamakan reinforcing stimuli atau reinforce karena berfungsi dalam
memperkuat respons, misalnya jika seorang petugas kesehatan melaksanakan
tugasnya dengan baik dan benar sehingga petugas kesehatan tersebut
memperoleh penghargaan dari atasannya maka untuk selanjutnya petugas
kesehatan tersebut akan melaksanakan tugasnya dengan baik lagi dari
sebelumnya (Notoatmodjo, 2007). Skinner (1938) memutuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar
(stimulus). Ditinjau dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dibedakan
menjadi dua :

7
8

1. Perilaku tertutup (covert behavior), yaitu respon seseorang terhadap


stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup dan terjadi bila respon
terhadap stimulus tersebut belum dapat diamati secara jelas dari luar oleh
orang lain. Respon masih terbatas pada perhatian, pesepsi, pengetahuan
atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Dalam
kasus penggunaan kondom dapat di ukur dari pengetahuan mengenai
perilaku penggunaan kondom dan faktor yang mempengaruhi
penggunaan kondom.
2. Perilaku terbuka (overt behavior), yaitu respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon ini sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat
dilihat orang lain. Dalam kasus penggunaan kondom perilaku terbuka
ditunjukkan dengan munculnya tindakan/praktik penggunaan kondom
yang dilakukan pada LSL serta konsistensi dalam penggunaanya.
Proses terjadinya perilaku menurut Notoadmojo (2007), terjadinya
proses yang berurutan untuk membentuk perilaku :
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus atau objek terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi
dirinya
4. Trial, orang sudah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2 Domain atau Ranah Perilaku


Bloom (1908) membagi perilaku menjadi 2 area, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor. Berdasarkan domain tersebut maka perilaku dikembangkan
menjadi 3 ranah yaitu:
1. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia terhadap objek melalui
indra yang dimilikinya. Pengetahuan seseorang memiliki tingkat yang
berbeda-beda dan pengetahuan dibagi kedalam enam tingkatan, yaitu

Universitas Sriwijaya
9

tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),


analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
2. Sikap merupakan respon yang tertutup terhadap objek atau stimulus
pertama adalah menerima (receiving), menaggapi (responding),
menghargai (valuing), serta bertanggung jawab (responsible).

2.1.3 Pengertian Kondom


Kondom merupakan selubung atau sarung karet tipis (lateks), plastik
(vinil) atau bahan alami yang dipasang pada alat kelamin laki-laki sebagai alat
kontrasepsi pria yang paling mudah dipakai sebagai tempat penampungan
sperma yang dikeluarkan pria saat senggama. Kondom mempunyai fungsi yaitu
sebagai alat KB, mecegah IMS termasuk HIV/AIDS jika dilakukan secara baik
dan benar merupakan cara paling efektif untuk pencegahan penularan
HIV/AIDS pada kelompok berisiko terutama pada LSL (BKKBN, 2008).
Penggunaan kondom harus memperhatikan petunjuk praktis cara
penggunaanya agar dapat efektif. Agar perlindungan kondom efektif kondom
tersebut harus digunakan secara benar dan konsisten. Penggunaan yang kurang
tepat dapat mengakibatkan lepasnya atau bocornya kondom, sehingga menjadi
tidak efektif. Dari kegiatan workshop yang dilaksanakan di Virginia pada tahun
2000 tentang efektifitas kondom laki-laki yang terbuat dari bahan lateks dalam
mencegah penyakit seksual antara lain menyimpulkan bahwa penggunaan
kondom dapat menurunkan penularan HIV/AIDS sebanyak 85% dibanding
dengan yang tidak menggunakan Di Kamboja pada tahun 2001 mulai
dilaksanaan program 100% penggunaan kondom, sebuah distrik yang banyak
pekerja seksnya. Program ini berhasil menurunkan prevalensi HIV dan IMS di
kalangan pekerja seks dan klien. Program ini juga dilaksanakan di beberapa
negara asia lainnya, seperti Filipina dan Vietnam (KPAN, 2010).

2.1.4 Jenis-Jenis Kondom


Menurut Hartanto (2010) jenis-jenis kondom terdapat berbagai macam
yaitu:
1. Kulit
a. Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum)
b. Tidak merenggang atau mengkerut

Universitas Sriwijaya
10

c. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi


sensitivitas selama senggama
d. Lebih mahal
e. Jumlahnya kurang dari 1% dari semua jenis kondom
2. Lateks
a. Paling banyak dipakai
b. Murah
c. Elastis
d. Kebanyakan kondom latex mempunyai ketebalan antara 0,01 mm –
0,09 mm
3. Plastik
a. Sangat tipis (0,025-0,035 mm)
b. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi
sensitivitas selama senggama
c. Lebih mahal dari kondom lateks

Untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan fisiologis calon akseptor,


kondom dibuat dalam aneka-ragam model kondom dibuat oleh pabrik
mempunyai bentuk, tekstur, warna, ketebalan, lebar dan panjang yang
berbeda. Beberapa kondom mempunyai permukaan yang lembut dan ada
juga yang mempunyai tekstur. Kebanyakan dari kondom berwarna pudar
yang buram tetapi ada juga yang berwarna dan beberapa kondom dibuat
mempunyai bau wangi-wangian, rasa (strawberry, mint). Pada umumnya
ada 2 bentuk kondom yang sering dijumpai yaitu mempunyai pinggang
yang lurus (straight-sided), mempunyai diameter yang sama pada kedua
ujung dan bentuk yang mengepas (contoured), mempunyai bentuk yang
hampir sama dengan straight-sided tetapi lebar untuk kepala dari penis
lebih kecil. Bentuk yang ketiga yaitu meruncing dari ujung yang tertutup
dengan diameter yang lebih kecil dari bagian yang terbuka. Bentuk yang
keempat yaitu adanya bulatan pada ujung dari bagian yang tertutup
Kondom ada yang mempunyai lubrikasi tetapi ada juga beberapa kondom
tidak mengandung lubrikasi sama sekali. Kebanyakan lubrikasi pada
kondom berupa bahan silikon ataupun lubrikasi dengan dasar air.

Universitas Sriwijaya
11

Lubrikasi pada kondom berfungsi untuk memudahkan ketika


memasangnya dan lebih nyaman ketika digunakan. Beberapa lubrikasi
pada kondom mempunyai tambahan yang mengandung spermacide dan
banyak digunakan adalah Nonoxynol 9. Nonoxynol 9 dapat membunuh
sperma, bakteri dan beberapa virus, sehingga dapat menambahkan level
perlindungan jika semen keluar dari kondom dan dapat mengurangi
kemungkinan terjadi kehamilan (Hartanto, 2010).

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penggunaan Kondom


Penggunaan kondom terjadi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor
saja tetapi banyak sekali faktor yang mempengaruhi. Setiap bagian yang ada di
sekitar turut memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung dalam
munculnya perilaku penggunaan kondom.
Menurut penelitian yang dilakukan Musthofa, Istiart, & Limasale
(2017) faktor yang berhubungan dengan praktik penggunaan kondom tersebut
antara lain:
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah salah satu faktor yang mendorong LSL untuk
melakukan praktik penggunaan kondom. LSL yang memiliki
pengetahuan yang baik maka akan tahu resiko yang akan terjadi jika
tidak menggunakan kondom. Apabila LSL mendapatkan edukasi
tentang pentingnya penggunaan kondom serta bahayanya HIV, LSL
akan sadar bahwa penggunaan kondom adalah hal yang penting untuk
dilakukan.
Menurut Notoatmodjo, (2007) Lebih lanjut menyebutkan ada 6
tingkatan pengetahuan, yaitu :
a. Tahu (know). Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat
kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau
rangsangan yang telah diterima dengan cara menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention). Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

Universitas Sriwijaya
12

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara


benar.
c. Aplikasi (Application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis). Analisis merupakan suatu kemampuan untuk
menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada
kaitannya antara satu dengan yang lain dapat ditunjukan dengan
menggambarkan, membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis). Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi
yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation). Berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah
ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang
materi yang akan diukur dari objek penelitian. Di dalam diri
manusia terdapat sifat kodrat kecenderungan ingin tahu. Dalam hal
ini adanya pengetahuan ditentukan oleh faktor internal yaitu dari
dalam diri manusia, dan faktor eksternal yaitu dorongan dari luar
berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan.
2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup


terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam penggunaan kondom yang
konsisten dipengaruhi oleh pengetahuan jika LSL memiliki pengetahuan
yang baik maka sikap menggunakan kondom akan mendorong LSL untuk
mempunyai persepsi bahwa menggunakan kondom memiliki manfaat
terhindarnya dari HIV dengan menggunakan secara baik, benar dan
konsisten kemudian mendorong niat untuk melakukan perilaku tersebut.

Universitas Sriwijaya
13

Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup, secara nyata menunjukkan konstansi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan
reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat di tafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, secara nyata menunjukkan
konstansi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.
(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo, (2007) sikap mempunyai 4 tingkat dalam


intensitasnya, yaitu:
a. Menerima (receiving) diartikan bahwa seseorang (subjek) mau
menerima stimulus yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding) diartikan apabila seseorang menjawab ketika
diberikan pertanyaan, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible) adalah bertanggung jawab apa yang
telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, harus berani mengambil risiko bila ada
orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.
3. Praktik atau Tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh LSL dalam penggunaan kondom harus
didasarkan pada kemampuan dirinya untuk menerapkan manfaat yang
dirasakan, kepercayaan diri dalam praktik perilaku penggunaan kondom
secara konsisten, dan self eficacy. Tingkatan praktik atau tindakan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil
b. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

Universitas Sriwijaya
14

c. Mekanisme (mecanisin)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesutu itu sudah menjadi kebiasaan.
d. Adaptasi (adaptation)
Mengadaptasi tindakan yang sudah berkembang secara baik dan
memotifasinya untuk melakukan tindakan tersebut.

2.2 LSL (Lelaki Seks Lelaki)


2.2.1 Pengertian LSL (Lelaki Seks Lelaki)
Definisi LSL tersebut juga ditegaskan dalam Atwater & Duffy (2005)
yakni lelaki yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama lelaki.
Homoseksual sendiri adalah hasrat atau aktivitas yang ditujukan terhadap
orang yang memiliki jenis kelamin yang sama. Secara identitas gender seorang
LSL (Lelaki Seks Lelaki) bisa jadi seorang yang maskulin, feminim, dan
keduanya sekaligun (Androgin). Artinya, LSL (Lelaki Seks Lelaki) tidak selalu
ditandai gesture tubuh laki-laki yang feminime, kemayu, fashionable,
berlenggak lenggok, cara bicara seperti perempuan dan perasaan yang
melankolis. Terdapat sifat cair dari istilah LSL (Lelaki Seks Lelaki) ini dengan
unsur sentralnya adalah perilaku seks antar lelaki. Istilah ini digunakan sebagai
istilah penggantian “homoseks atau gay” yang dalam banyak konteks sosial-
budaya tidak dikenal, tidak berarti, sulit diterjemahkan dan dalam lapangan
HIV dan AIDS cenderung menstigma kelompok tertentu. Sejak tahun 1990
para epidemiolog menciptakan terminologi men who have sex with men (MSM)
dalam rangka mempelajari penyebaran penyakit menular diantara MSM
terlepas dari apa identitasnya. Terminologi ini mampu menangkap lebih
banyak ekspresi perilaku seksual antar lelaki yang tidak hanya sebatas
homoseks atau gay. Sejak saat itu frase MSM yang diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia menjadi LSL lebih populer digunakan sebagai cara
membicarakan perilaku seks antar lelaki dari pada istilah homoseksual atau
gay.

Universitas Sriwijaya
15

2.2.2 Etiologi LSL (Lelaki Seks Lelaki)

Ada beberapa Faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi LSL,


yakni :
1. Faktor internal
a. Faktor genetik
Faktor bawaan dari awal pembentukan zygot atau pertemuan sel
sperma dan sel telur, sampai pada saat kehamilan dan kelahiran. Anak
yang lahir dengan kelainan genetik dan hormonal, selanjutnya akan
tumbuh dan berkembang menjadi remaja dan dewasa berdasarkan kelainan
yang dimilikinya. Misalnya anak perempuan yang lahir dengan kelainan
genetik dan hormonal, maka anak perempuan bisa tumbuh dan
berkembang dengan fisik dan kepribadian cenderung seperti anak laki-laki.
Begitu pula sebaliknya, anak laki-laki dengan kelainan genetik dan
hormonal akan tumbuh dan berkembang dengan fisik dan kepribadian
yang cenderung seperti perempuan. Ada pula penelitian yang menyatakan
bahwa gay kemungkinan besar diturunkan melalui garis keturunan ibu
karena berkaitan dengan kromosom X yang diwariskan oleh Ibu (Kelly,
2001).
b. Faktor Hormon

Ketidak seimbangan hormon diperkirakan menjadi salah satu penyebab


seseorang menjadi homoseks. Orientasi seksual bergantung pada tingkat
level testoteron selama periode sensitif dalam perkembangan otak
manusia (Ellis & Ames dalam Kalat, 2007). Hormon testoteron pada pria
gay lebih rendah dibandingkan dengan pria heteroseksual (Adkins-Regan
dalam Kalat, 2007). Seorang pria memiliki hormon testosteron, tetapi juga
memiliki hormon yang dimiliki wanita yaitu estrogen dan progesteron.
Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit. Namun apabila pria
memiliki kadar hormon estrogen dan progesteron yang cukup tinggi pada
tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual pria
mendekati karakteristik wanita (Azhari & Putra, 2008). Anatomi otak juga
turut dipengaruhi hormon yang kemudian memiliki andil dalam penentuan
orientasi seksual seseorang (Kelly, 2001). Anterior commissure merupakan

Universitas Sriwijaya
16

sekumpulan urat-urat saraf yang menghubungkan dua bagian hemispheres


otak, pada gay 34% lebih besar daripada pria heteroseksual (Kelly, 2001).
Struktur otak pada straight female dan straight male serta gay female dan
gay male terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight
males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas.
Straight females, otak bagian kiri dan kanan tidak begitu jelas dan tegas.
Dan pada gay males sturktur otaknya sama dengan straight females, serta
pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay
females ini bisa disebut lesbian (Azhari & Putra, 2008).

2. Faktor eksternal
a. Teori Psikoanalisa
Menurut Freud, seks merupakan motivasi utama dalam tingkah laku
manusia. Pada homoseksual, terjadi kondisi negative oedipus complex. Pada
tahap Oedipal, anak mencintai orang tua yang memiliki gender yang sama
dengannya dan mengidentifikasi dirinya dengan orang tua yang berbeda
gender, dan ketika dewasa individu tersebut gagal melakukan represi dan
tetap terfiksasi pada tahap tersebut. Freud juga meyakini akan adanya
kecenderungan homoseksual pada setiap orang (Hyde, 1990).
Menurut teori psikodinamika, situasi kehidupan awal yang dapat
menyebabkan perilaku homoseksual laki-laki adalah fiksasi yang kuat
dengan ibu, tidak adanya pengasuhan ayah yang efektif, inhibisi
perkembangan maskulin oleh orang tua, fiksasi atau regresi pada stadium
narsistik dari perkembangan, dan hilangnya kompetisi dengan saudara laki-
laki atau perempuan. Beberapa sifat feminisme juga dapat disebabkan oleh
identifikasi dengan ibu atau pengganti ibu. Karakteristik tersebut biasanya
berkembang sebagai cara yang serupa dengan cara anak laki-laki
heteroseksual mempolakan dirinya sendiri mengikuti ayahnya untuk
mendapatkan perhatian ibu. Hasil penelitian Niernoventy dkk (2014)
informan mengatakan bahwa dalam membentuk dirinya adalah ibunya.
Pengasuhan atau peran ayah kurang atau tidak efektif, banyak bertengkar,
tidak sepaham dan kurang kasih sayang. Peran ayah kurang perhatian,
kurang support. berasal dari keluarga broken home, ayah menikah lagi,

Universitas Sriwijaya
17

mendapat kekerasan dari ayah dan merasa terdiskriminasi. Responden ada


yang merasakan orang tua terlalu longgar, tidak pernah dikasari,
dimanjakan.
b. Pola Asuh Orang Tua
Bahwa pola asuh sendiri memiliki definisi bagaimana orang tua
memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta
melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya
cara mengasuh seorang anak juga dapat mempengaruhi terbentuknya
homoseksual. Sejak dini seorang anak telah dikenalkan pada identitas
mereka sebagai seorang pria atau wanita. Pengenalan identitas diri tidak
hanya sebatas pada sebutan namun juga pada makna dibalik sebutan pria
dan wanita. Cara orang tua memperlakukan penampilan fisik seorang anak
dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Orang tua yang
menginginkan anak perempuan memperlakukan anaknya sejak kecil dengan
pola pengasuhan perempuan, dari segi pakaian, pekerjaan, permainan. Anak
sudah terbiasa dengan identitas diri perempuan sehingga berperilaku seperti
perempuan dan menyukai laki-laki (Darmayanti & Sumitri, 2018).
Sama dengan hasil penelitian Niernoventy dkk (2014) dimana sebagian
besar pola asuh orang tua berdasarkan kriteria penampilan fisik adalah
menginginkan anaknya tampil layaknya mengasuh anak perempuan, karena
keinginan mempunyai anak perempuan yang tidak terkabulkan begitu juga
hasil penelitian Rokhmah Dewi (2015) sebagian kecil responden menjadi
homoseksual disebabkan lingkungan dari pola asuh ibu dominan yang
memperlakukan anak lakilakinya seperti anak perempuan. Pada pola asuh
yang hiperprotektif, tidak harmonis atau sebaliknya yang sangat keras dalam
mendidik anak pada usia dini berdampak pada hilangnya rasa dikasih
sayangi bagi si anak. Ia merasa kehilangan figur ayah sehingga awalnya
mencari kasih sayang seorang pengganti ayah. Disaat menemukan sosok
yang lebih tua yang memberikan perhatian lebih, maka disana akan terbuka
peluang untuk terjadinya pelecehan. Apapun bentuk kasih sayang yang
didapatkannya akan dia rangkul. Ketika mendapatkan perlindungan dan
menurut mereka adalah kasih sayang dari pelaku LSL maka jadilah mereka

Universitas Sriwijaya
18

awalnya sebagai korban. Awalnya yang dibujuk atau dipaksa, namun


akhirnya mulai menyukai apa yang mereka lakukan. Awalnya sebagai
korban akhirnya menjadi pelaku.
c. Pengaruh teman atau lingkungan
Menurut penelitian yang dilakukan Darmayanti & Sumitri (2018).
Informan menyampaikan bahwa faktor teman, pergaulan dan lingkungan
mempunyai peranan dalam prilakunya, yang dirasakan sejak SMP. Teman
sekolah, teman sama kerja, teman bergaul dapat menyebabkan perilaku
lelaki suka seks laki-laki, merasa ingin sama-sama dengan teman, rasa setia
kawan, rasa ingin mencoba, lingkungan bergaul dapat mempengaruhi
perilaku. Dukungan dari lingkungan memberikan penguatan bagi subjek.
Adanya imbalan positif dari lingkungan berupa dukungan dari pasangan,
dukungan komunitas sebagai teman senasib, dukungan material yang
didapat dari pasangan, dan dukungan informasi dari peer membuat subjek
merasa semakin menikmati orientasi seksualnya.
Faktor lingkungan (sosiogenetik) asrama saat masih bersekolah yang
menjadi awal dirinya menjadi gay. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh
(Kartono, 1989) bahwa lingkungan (sosiogenetik) sebagai penyebab
munculnya homoseks atau gay. Terjadinya perilaku homoseks karena
hubungan antar manusia yang tidak serasi sehingga mereka tidak dekat
dengan lawan jenis melainkan lebih dekat dengan sesama jenis (Irawan,
2016). Peran Teman sebaya berpengaruh pada perilaku seks yang aman
dengan pemakaian kondom secara konsisten terlebih lagi jika teman tersebut
memaparkan pengalamannya kepada teman di komunitas untuk tetap
menggunakan kondom. Menurut Santrock (2005) menyatakan teman sebaya
berfungsi sebagai tempat berbagi dan biasanya perubahan perilaku
disebabkan oleh transfer perilaku sesama teman sebaya. Teman sebaya
sebagai kelompok acuan untuk berhubungan dengan lingkungan sosial,
dimana seseorang menyerap norma dan nilai-nilai yang menjadi standar
nilai yang mempengaruhi pribadi remaja Hal ini sesuai dengan hasil studi
Wardhani (2015) yang menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya sangat
kuat, seseorang yang memiliki teman sebaya berperilaku berisiko

Universitas Sriwijaya
19

HIV/AIDS lebih tinggi daripada yang tidak memilki teman sebaya


berperilaku berisiko HIV/AIDS. Saat ini media sosial juga menjadi sangat
berpengaruh pada perubahan perilaku seks berisiko. Apalagi sudah ada
aplikasi khusus untuk komunitas yang akan memperbanyak jejaring mereka
dan mendukung sikap/perilaku menjadi lebih baik atau bahkan tidak. Seperti
halnya pada temuan penelitian, bahwa saat ini gay yang masih sekolah
(pelajar), baik masih SMP atau SMA banyak yang ikut bergabung dalam
media sosial baik itu Facebook, BBM, Grindr, Hornet atau aplikasi lain
khusus komunitas mereka. Padahal selama ini anak sekolah cenderung lebih
tertutup/ hidden karena tidak ingin identitasnya diketahui masyarakat, hal
tersebut membantu PL (Petugas Lapangan) atau LSM memudahkan
penyampaian informasi mengenai pencegahan HIV/AIDS pada media sosial
yang sering digunakan gay masih pelajar.
d. Pengalaman Seksual (kekerasan/pelecehan seksual)
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang yang tidak
bertanggungjawab kepada orang lain yang berjenis kelamin sama adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Mereka
awalnya adalah korban dari pelaku dewasa yang mengenalnya dapat
dijadikan korban. Awalnya mereka yang dipaksa, akhirnya justru berlanjut
menjadi pasangan sejenis suka sama suka. Kondisi seperti ini terjadi pada
korban-korban pelecehan yang sudah remaja, dan awalnya meraka menjadi
korban dengan orang dewasa yang mempunyai kedudukan sosial lebih
tinggi dari mereka, seperti guru atau atasan mereka dalam pekerjaan banyak
hal yang dapat membuat seseorang melakukan kekerasan seksual semacam
ini antara lain: hasrat seksual/ hawa nafsu, pelampiasan kemarahan/ dendam
dan ajang mengerjai orang lain seperti perploncoan senior kepada junior,
ngebully teman yang culun dan sejenisnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Niernoventy dkk (2014) bentuk pengalaman seksual yang disampaikan
informan adalah pelecehan seksual dan kekerasan seksual. Bentuk
pelecehan atau kekerasan seksual adalah yang dialaminya antara lain adalah
dipaksa memegang alat kelamin pelaku, mengoral alat kelamin, bahkan

Universitas Sriwijaya
20

sampai disetubuhi, seperti menggesek-gesekan alat kelamin pelaku diperut


informan.

2.3 HIV/AIDS
2.3.1 Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan sebuah retrovirus
yang menginfeksi sel sistem kekebalan manusia terutama CD4+T cell dan
macrophage, komponen vital dari sistem-sistem kekebalan tubuh dan
menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan
pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan kekurangan
imun. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom kurang
daya tahan melawan penyakit atau suatu kumpulan gejala penyakit akibat
kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari
hasil penularan yang disebabkan oleh HIV (Widoyono, 2011).
Virus HIV merupakan retrovirus yang termasuk dalam famili lenrivirus.
Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA
pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi
yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan
periode inkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan
munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan
system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam
proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam,
2007). AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit yang didapat karena
imunitas atas kekebalan turun temurun. Akibatnya, timbullah berbagai
penyakit, dan penyakit-penyakit inilah yang menyebabkan kematian
penderitanya.

Universitas Sriwijaya
21

2.3.2 Perjalanan Infeksi HIV


Perjalanan klinis infeksi HIV merupakan gejala dan tanda akibat HIV.
Dari tahap HIV sampai tahap AIDS, penurunan imunitas biasanya di ikuti
dengan adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik
serta penyakit keganasan (Depkes RI, 2003).
Pada orang yang telah terinfeksi HIV tidak bisa langsung terlihat secara
fisik. Terdapat tahap-tahap seseorang terkena HIV, yaitu :
1. Tahap jendela (window period)
Merupakan tahap infeksi dari masuknya virus sampai ketika dilakukan
tes, hasilnya positif. Window period atau masa jendela pada beberapa
penderita berbeda-beda, bervariasi antara 2 minggu sampai 6 bulan.
Pada masa jendela ini meskipun hasil tes negatif, apabila seseorang
terinfeksi HIV, maka ia dapat menularkan HIV pada orang lain
(Noviana, 2016).
2. Tahap Asimptomatik (tanpa gejala)
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi
tubuh tidak menunjukkan gejala. Tahap ini berlangsung selama 5-10
tahun. Cairan tubuh penderita HIV/AIDS yang tampak sehat sudah
dapat menularkan HIV kepada orang lain (Nursalam, 2007).
3. Masa pembesaran kelenjar limfe (dengan gejala penyakit)
Pada tahap ini penderita dipastikan positif HIV dengan sistem
kekebalan tubuh yang semakin menurun. Mulai muncul tanda-tanda
infeksi oportunistik, misalnya pembengkakan kelenjar limf dan diare
terus-menerus. Umumnya tahap ini berlangsung selama 1 bulan,
tergantung pada daya tahan tubuh penderita ( Najmah, 2015).
4. Tahap AIDS
Tahap akhir atau yang sering disebut full blown AIDS, pada umumnya
muncul gejala yang khas, yaitu adanya gejala mayor dan minor. Demam
berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 1 bulan
dan diare kronis yang berulang dan terus-menerus dapat menandakan
adanya gejala mayor pada tubuh penderita. Sedangkan batuk kronis,
pembekakan kelenjar getah bening yang menetap, infeksi jamur oada

Universitas Sriwijaya
22

mulut dan tenggorokan, kanker khususnya kanker kulit yang disebut


sarkoma kaposi, munculnya herpes zoster menandakan penderita
mengalami gejala minor pada tahap AIDS (Noviana, 2016).

2.3.3 Transmisi infeksi HIV/AIDS


Transmisi HIV masuk ke dalam tubuh menusia melalui tiga cara, yaitu:
(Noviana, 2016).
1. Secara vertikal dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak. Secara
intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI). Angka transmisi
mencapai 20-50%. Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari
sepertiga. Laporan lain menyatakan resiko penularan melalui ASI
adalah 11-29%. Anak-anak terinfeksi HIV dari ibunya yang terinfeksi
HIV kepada janinnya sewaktu hamil, sewaktu persalinan dan setelah
melahirkan melalui pemberian air susu ibu (ASI). Angka penularan
selama kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan 10-20%, dan saat
pemberian ASI 10-20%. Virus dapat ditemukan dalam ASI sehingga
ASI merupakan perantara penularan HIV dari ibu ke bayi pascanatal.
Bila mungkin pemberian air susu oleh ibu yang terinfeksi sebaiknya
dihindari.
2. Secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual). Prevalensi
70-80%. Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV
diberbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan
semen, cairan vagina, cairan serviks. Virus akan terkonsentrasi dalam
cairan semen, terutama bila terjadi peningkatan jumlah limfosit dalam
cairan, seperti pada keadaan peradangan genetalia misalnya uretritis,
epididimitis, dan kelainan lain yang berhubungan dengan penyakit
menular seksual. Hubungan seksual lewat anus merupakan transmisi
infeksi HIV yang lebih mudah karena pada anus hanya terdapat
membran mukosa rectum yang tipis dan mudah robek, sehingga anus
mudah terjadi lesi, bila terjadi lesi maka akan memudahkan masuknya
virus sehingga memudahkan untuk terjadinya infeksi.

Universitas Sriwijaya
23

3. Secara horizontal yaitu kontak antar darah atau produk darah yang
terinfeksi. Darah dan produk darah adalah media yang sangat baik
untuk transmisi HIV. Resiko penularan sebesar 90%. Prevalensi 3-5%.
Untuk bisa menular, cairan tubuh harus masuk secara langsung ke
dalam peredaran darah. HIV pernah ditemukan di dalam air liur atau
ludah, namun hingga saat ini belum ada bukti bahwa HIV bisa menular
melalui air ludah. HIV juga tidak terdapat dalam air kencing, tinja dan
muntahan.

2.3.4 Cara Pencegahan Penularan HIV/AIDS


Berdasarkan strategi nasional penganggulangan HIV dan AIDS tahun
2007-2010, penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko kelompok-
kelompok masyarakat. Pencegahan dilakukan kepada kelompok-kelompok
masyarakat sesuai dengan perilaku kelompok dan potensi ancaman yang
dihadapi. Kegiatan-kegiatan dari pencegahan dalam bentuk penyuluhan,
promosi hidup sehat, pendidikan sampai kepada cara penggunaan alat
pencegahan yang efektif dikemas sesuai dengan sasaran upaya pencegahan.
Program-program pencegahan pada kelompok sasaran meliputi:
1. Kelompok Tertular (Infection People)
Kelompok tertular adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV.
Pencegahan ditujukan untuk menghambat lajunya perkembangan HIV,
memelihara produktifitas individu dan meningkatkan kualitas hidup.
2. Kelompok Berisiko Tertular atau Rawan Tertular (High-Risk People)
Kelompok berisiko tertular adalah mereka yang berperilaku sedemikian
rupa sehingga sangat berisiko untuk tertular HIV. Dalam kelompok ini
termasuk penjaja seks baik perempuan maupun laki-laki, pelanggan
penjaja seks, penyalahguna napza suntik dan pasangannya, waria,
penjaja seks dan pelanggannya, serta lelaki suka lelaki. Karena
kekhususannya, narapidana termasuk dalam kelompok ini. Pencegahan
untuk kelompok ini ditujukan untuk mengubah perilaku berisiko
menjadi perilaku aman.
3. Kelompok Rentan (Vulnerable People)
Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang karena lingkup

Universitas Sriwijaya
24

pekerjaan, lingkungan, ketahanan dan atau kesejahteraan keluarga yang


rendah dan status kesehatan yang labil, sehingga rentan terhadap
penularan HIV. Termasuk dalam kelompok rentan adalah orang dengan
mobilitas tinggi baik sipil maupun militer, perempuan, remaja, anak
jalanan, pengungsi, ibu hamil, penerima transfuse darah dan petugas
pelayanan kesehatan. Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan agar
tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko tertular HIV
(menghambat menuju kelompok berisiko).
4. Masyarakat Umum (General Population)
Masyarakat umum adalah mereka yang tidak termasuk dalam ketiga
kelompok terdahulu. Pencegahan ditujukan untuk peningkatkan
kewaspadaan, kepedulian dan keterlibatan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS di lingkungannya.

2.3.5 Cara Penanggulangan HIV/AIDS


Infeksi HIV menyebabkan menurunnya sistem imun secara progresif
sehingga muncul berbagai infeksi oportunistik yang akhirnya dapat berakhir
pada kematian. Sementara itu, hingga saat ini belum ditemukan obat maupun
vaksin yang efektif, sehingga pengobatan HIV dan AIDS dapat dibagi dalam
tiga kelompok sebagai berikut (Kemenkes RI, 2012):
1. Terapi Antiretroviral
ARV bekerja langsung menghambat perkembangbiakan HIV. ARV
bekerja langsung menghambat enzim reverse transcriptase atau
menghambat enzim protease. Kendala dalam pemberian ARV antara
lain kesukaran ODHA untuk minum obat secara langsung, dan
resistensi HIV terhadap obat ARV. Untuk mengobati HIV, tidak boleh
memakai satu jenis obat ini sendiri agar terapi ini dapat efektif untuk
jangka waktu yang lama, kita harus memakai kombinasi tiga macam
obat ARV yang berbeda. Terapi ini disebut sebagai terapi antiretroviral
atau ARV. ARV dulu sangat mahal, tetapi sekarang tersedia gratis
untuk semua orang di Indonesia dengan subsidi sepenuhnya oleh
pemerintah, melalui sejumlah rumah sakit yang ditetapkan sebagai
rumah sakit rujukan ARV. Saat ini ada sedikitnya satu rumah sakit

Universitas Sriwijaya
25

rujukan di setiap provinsi. Departemen Kesehatan (Depkes) mempunyai


rencana untuk menetapkan rumah sakit rujukan di setiap
kabupaten/kota. ARV hanya berhasil jika dipakai secara patuh, sesuai
dengan jadwal, biasanya dua kali sehari, setiap hari. Kalau dosis
terlupa, keefektifan terapi akan cepat hilang. Beberapa orang
mengalami efek samping ketika memakai ARV, terutama pada minggu-
minggu pertama penggunaannya. Penting sekali pengguna ARV
diawasi oleh dokter yang berpengalaman dengan terapi ini.

2. Terapi Penunjang
Terapi penunjang atau sering disebut terapi tradisional adalah terapi
tanpa obat-obatan kimiawi. Tujuan terapi ini adalah untuk
meningkatkan mutu hidup, dan menjaga diri agar tetap sehat. Terapi ini
juga dapat melengkapi terapi antiretroviral, terutama untuk menghindari
efek samping. Dapat juga menjadi pilihan jika kita tidak ingin atau tidak
dapat memperoleh ARV. Yang termasuk terapi penunjang antara lain
adalah penggunaan ramuan tradisional, tumbuh-tumbuhan, jamu-
jamuan, pengaturan gizi pada makanan, dan penggunaan vitamin serta
suplemen zat mineral. Juga termasuk dalam terapi ini adalah yoga,
akupunktur, pijat, refleksi, olahraga, dan musik. Terapi secara
psikologis, spiritual atau agama, dan emosional juga dapat membantu.
Termasuk di sini antara lain konseling, dukungan sebaya, dan meditasi.

3. Pengobatan Infeksi Oportunistik


Merupakan pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan
kanker yang menyertai infeksi HIV dan AIDS. Penanganan terhadap
infeksi oportunistik ini disesuaikan dengan jenis mikroorganisme
penyebabnya dan diberikan terus menerus dilakukan secara empiris.

2.4 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu mengenai perilaku penggunaan kondom pada LSL
dalam pencegahan penularan HIV/AIDS bisa dilihat dari tabel di
bawah ini:

Universitas Sriwijaya
26

Tabel. 2.1 Penelitian Terdahulu


Judul Pengarang Tahun Hasil
“I consider being gay a Tamar 2016 Hasil penelitian menunjukkan
very high risk factor”: Goldenberg, bahwa beberapa subjek
How Perceptions of a Catherine berhubungan seks tidak
Partner’s Sexual Finneran, menggunakan kondom, subjek
Identity Influence Stephen P. merasa memiliki resiko yang
Perceptions of HIV Sullivan, Karen lebih rendah terhadap penyakit
Risk Among Gay and L. Andes & Rob HIV setelah dilakukanya
Bisexual Men Stephenson intervensi berdasarkan pada
keyakinan mereka.
Barrier To Condom Use Geofrey 2015 Hasil penelitian ini
Among High Risk Men Musinguzi, menunjukkan bahwa terdapat
Who Have Sex With Hilde Bastiaens, enam hambatan dalam
Men In Uganda : A Joseph K. B. penggunaan kondom yaitu
Qualitatif Study Matovu, Freed kesulitan menggunakan
Nuwaha, kondom, tantangan dalam akses
Geofrey kondom, kurangnya
Mujisha, Juliet pengetahuan dan informasi yang
Kiguli, Jim salah tentang penggunaan
Arinaitwe, Jean kondom, masalah hubungan dan
Pierre Van pasangan, keuangan dan
Geertruyden, kerentanan sosial ekonomi dan
and Rhoda K. konsumsi alkohol.
Wanyenze
Condom Use And Tcha Abalo 2016 Praktek seksual LSL dengan
Associated Factors Bakai, Didier pasanganya melakukan seks
Among Men Who Have Koumavi anal insertif (62,2%), seks anal
Sex With Men In Togo, Ekouevi, Boris resepstif (56,6%), seks oral
West Africa Kevin Tcounga, (33,8%), dan seks anak oral
Eric Balestre, (8,6%). Satu dari lima LSL
Kossivi tidak menggunakan kondom
Agbelenko selama pratek anal seksual
Afanvi, terakhir dengan pasangan pria.
Kariyare
Benjamin
Goilibe, Yao
Kassankogno,
and Viencent
Palokinam
Pitche

Universitas Sriwijaya
27

Judul Pengarang Tahun Hasil


Condom Use And HIV Henrique 2014 Hanya 7,2% dari subjek yang
Related Behavior In Pereira dilaporkan positif HIV dan
Portuguese Men Who sekitar 26% melaporkan tidak
Have Sex With Men : A mengetahui status mereka.
Study Of Sexual Semua subjek (LSL)
Behavior And Sexual menunjukkan bahwa akan
Pleasure merasakan tingkat kenikmatan
seksual yang lebih tinggi jika
mereka tidak menggunakan
kondom selama interaksi
seksual mereka.
Condom Use Dawn K. Smith, 2015 Diantara LSL yang melaporkan
Effectiveness For HIV MD, MS, MPH, seks anal dengan pasangan laki-
Prevention By Jeffrey H. laki yang HIV positif hanya
Consistency Of Use Herbst, PhD, 16% LSL yang melaporkan
Among Men Who Have Xinjiang Zhang, menggunakan kondom secara
Sex With Men In The PhD, and konsisten selama hubungan seks
United States Charles E, Rose, anal dengan pasangan laki-laki
PhD dari status HIV.
Gambaran Perilaku Nirmala 2016 Perilaku Seksual berisiko tinggi
Seksual Berisiko HIV Herlani, Emmy yang dilakukan pasangan gay
AIDS Pada Pasangan Riyanti, dan antara lain diindikasikan oleh
Gay Bagoes beberapa hal yaitu riwayat
Widjanarko berhubungan dengan partner
sebelumnya, tidak pernah
menggunakan kondom,
tingginya frekuensi melakukan
hubungan dengan pasangan,
merasa dirinya dan pasangannya
sehat, walaupun kesehatan
mereka sebenanya tidak
sepenuhnya terjamin.
Perilaku Penggunaan Putri Kusuma 2015 Perilaku penggunaan kondom
Kondom Dan Pelicin Wardhani, dan pelicin pada LSL di kota
Pada LSL Di Kota Zahroh surakarta pada umumnya
Surakarta Shaluhiyah, Dan kurang konsisten yaitu 70.2%
Argyo dan yang konsisten 29.8%.
Demartoto faktor yang paling dominan
adalah sikap dengan OR 2.502.

Universitas Sriwijaya
28

Judul Pengarang Tahun Hasil


Faktor- Faktor Yang Yustina 2017 70,2% responden responden
Berhubungan Dengan Hartiana memiliki praktik penggunaan
Praktik Limasale, VG kondom dan pelicin yang tidak
Penggunaan Kondom Tinuk IstiartI, konsisten.
Dan Pelicin Pada Syamsulhuda
Kelompok Gay dan Budi
Dalam Upaya Musthofa
Pencegahan HIV/AIDS
Di Kota Semarang
Respon Remaja Lelaki Fauziyah, 2018 Respon terhadap pencegahan
Suka Lelaki (LSL) Zahroh HIV dengan kondom sebagian
dengan Status HIV Shaluhiyah, dan kecil masih belum konsisten
Positif Priyadi Nugraha dan ganti-ganti pasangan serta
terhadap Pencegahan P sebagian besar infoman
Penularan HIV kepada menerima stigma dan
Pasangan diskriminasi dari keluarga dan
lingkungan.
Lelaki Seks Lelaki, Forman 2017 Faktor risiko HIV/AIDS yang
HIV/AIDS Dan Novrindo terbukti adalah pertama
Perilaku Seksualnya Di Sidjabat, Henry berhubungan seksual pada usia
Semarang Setyawan, muda (≤ 16 tahun), perilaku
Muchlis AU hubungan seksual risiko tinggi,
Sofro, dan tidak konsisten menggunakan
Suharyo kondom, dan jumlah pasangan
Hadisaputro seksual lebih 1 orang. Alasan
LSL melakukan perilaku
seksual tidak aman ialah
mencari sensasi saat
berhubungan seksual,
mendapatkan godaan dan
bayaran

Universitas Sriwijaya
29

2.5 Kerangka Teori


2.5.1 Information-Motivation-Behavioral Skills Model (IMB Model)
IMB model diperkenalkan oleh Fisher dan Fisher tahun 1992, model ini
dirancang untuk mengubah perilaku beresiko yang dapat menyebabkan
penularan HIV-AIDS. IMB model berpendapat bahwa informasi, motivasi, dan
keterampilan berperilaku merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi
risiko penularan, perilaku pencegahan terhadap penyakit juga mudah terwujud.
Model ini beranggapan bahwa informasi dan informasi masing-masing
dapat memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
perilaku seseorang. Pengaruh tidak langsung yaitu melalui kerja sma antara
informasi dan motivasi dengan keterampilan berperilaku. Model ini juga
berpendapat bahwa informasi dapat mempengaruhi motivasi seseorang begitu
juga sebaliknya.
1. Information
Merupakan pengetahuan dasar mengenai penyakit, kondisi kesehatan,
maupun perilaku pencegahan yang dianjurkan. Informasi ini meliputi
tentang penggunaan kondom secara konsisten, kepatuhan dan metode
perlindungan yang digunakan dengan menggunakan kondom (Fisher,
2006).
2. Motivation
Merupakan motivasi yang dipengaruhi oleh motivasi individu dan
motivasi sosial. Motivasi individu didasarkan pada sikap terhadap
perilaku pencegahan, norma subjektif, persepsi mengenai kerentanan
terhadap penyakit, hambatan dari perilaku pencegahan, sedangkan
motivasi sosial didasarkan pada norma sosial, persepsi individu
mengenai dukungan sosial, serta adanya saran dari orang lain. Motivasi
meliputi sikap tentang dampak dari perilaku kepatuhan dan
ketidakpatuhan dan evaluasi hasil perilaku tersebut serta persepsi
dukungan dari orang lain untuk patuh dalam menggunakan kondom dan
motivasi dari orang lain (Fisher, 2006).

Universitas Sriwijaya
30

3. Behavioral skills
Merupakan kemampuan individu untuk melakukan tindakan
pencegahan seperti kemampuan merundingkan untuk menggunakan
kondom, mempunyai keterampilan dan strategi untuk berperilaku yang
didasarkan pada keyakinanya dan perasaan bahwa sesorang dapat
mempengaruhi keadaan atau situasi (perceived behvioral control) untuk
melakukan perilaku tersebut (Fisher, 2006).

Berikut ini adalah aplikasi teori IMB dalam penelitian ini:

Information

Behavioral Behavior
skills

Motivation

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian


Sumber : Teori Information-Motivation-Behavioral Skills Model (IMB)
(Fisher dan Fisher, 1992).

Universitas Sriwijaya
32

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir


Kerangka teori yang digunakan adalah Theory Information-Motivation-
Behavioral Skills Model (IMB) (Fisher dan Fisher, 1992).

Pengetahuan
Tentang
Penggunaan Information
Kondom dan
HIV/AIDS

Perilaku
Sikap Terhadap Behavioral Penggunaan
Penggunaan skills Kondom
Kondom
pada LSL

Persepsi
Penggunaan Motivation
Kondom Pada
Pasangan Niat
Menggunakan
Kondom
Persepsi Risiko
HIV

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Modifikasi Dari Kerangka Teori


Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

3.2 Definisi Istilah


1. Pengetahuan merupakan pengetahuan mengenai pengertian,
penyebab, cara penularan, dan pencegahan HIV/AIDS, kondisi
kesehatan, maupun perilaku pencegahan yang dianjurkan khususnya
tentang kondom dan penggunaannya.

Universitas Sriwijaya
33

2. Sikap merupakan penilaian emosional terhadap senang atau tidak


dalam penggunaan kondom baik respon evaluasi yang positif atau
negatif
3. Persepsi Penggunaan Kondom Pada Pasangan merupakan proses
untuk menerjemahkan segala informasi yang didapat dari
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, dan
perasaan bahwa tidak menggunakan kondom secara konsisten akan
membuatnya sangat mungkin terinfeksi HIV dan pengaruh langsung
atau tidak langsung dari pasangan (pacar) dalam penggunaan
kondom.

4. Persepsi Risiko HIV merupakan proses untuk menerjemahkan segala


informasi yang didapat dari lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, dan perasaan bahwa dirinya rentan
terinfeksi HIV dan dampak buruk yang akan terjadi jika tidak
menggunakan kondom.

5. Niat Menggunakan Kondom merupakan niat untuk menggunakan


kondom secara konsisten. Niat adalah fungsi dari sikap, norma
subjektif, dan keyakinan bahwa dirinya memiliki kontrol atau tidak
terhadap perilaku menggunakan atau tidak menggunakan kondom
secara konsisten.

6. Perilaku Penggunaan Kondom pada LSL merupakan suatu tindakan


yang dilakukan seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan
seperti kemampuan merundingkan untuk menggunakan kondom,
mempunyai keterampilan dan strategi untuk berperilaku yang
didasarkan pada kepercayaan diri dan rasa mampu melakukan
perilaku seks pada LSL, perilaku penggunaan kondom secara
konsisten, dan frekuensi penggunaan kondom pada LSL dan
pasanganya, LSL yang berstatus sebagai top adalah yang memiliki
peran sebagai laki-laki dan pasangan LSL yang berstatus bottom
adalah yang memiliki peran sebagai perempuan.

Universitas Sriwijaya
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perilaku penggunaan


kondom pada LSL dalam pencegahanan penularan HIV/AIDS. Berdasarkan
tujuan ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.. Hal ini
sesuai dengan ungkapan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misal perilaku, persepsi, tindakan, dan lain sebagainya. Secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah (Moleong, 2010).

4.2 Informan Penelitian


Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling karena
disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan latar belakang fenomena yang
diangkat dan tujuan penelitian yang ingin di ungkap, sehingga memudahkan
peneliti dalam menjelajahi situasi yang sedang diteliti. Kriteria informan
dikategorikan menjadi dua, yaitu informan kunci dan informan. Dimana
informan inilah yang digali penjelasannya mengenai informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Informan kunci ialah orang yang mengetahui
secara rinci dan keseluruhan mengenai lingkungan penelitian yang ingin diteliti
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi. Sedangkan informan
merupakan orang yang digali informasinya tentang penelitian yang diangkat
serta mau secara sukarela menjadi informan dalam penelitian (Moleong, 2010).

34
35

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :


1. Subjek merupakan para LSL yang tidak HIV.
2. Subjek LSL usia remaja dengan rentang usia (12-16 tahun), usia produktif
dengan rentang usia (15-25 tahun), dan usia dewasa dengan rentang usia
(26-36 tahun).
3. Berdasarkan status pekerjaan LSL yang bekerja dan tidak bekerja.
4. Berhubungan seks dengan lelaki dalam satu tahun terakhir.
5. Subjek yang siap dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Kerangka pengambilan jumlah informan tergambar dalam bagan sebagai
berikut :

a. Infroman
Bekerja

Usia remaja Tidak bekerja

Bekerja
LSL Usia produktif
Tidak bekerja

Usia dewasa Bekerja

Jumlah 6
Tidak bekerja

Gambar 4.1 Kerangka Pengambilan Informan LSL


Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

Universitas Sriwijaya
36

Informan kunci adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi


tentang situasi dan kondisi latar penelitian, mempunyai banyak pengalaman,
dan secara sukarela menjadi anggota penelitian (Moleong, 2010).
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Bersedia diwawancarai
2. Orang di bagian penjangkau atau turun ke lapangan yang berhubungan
langsung dengan informan penelitian.
3. Bertanggung jawab atas kasus HIV/AIDS di kota Palembang
4. Pernah menangani kasus yang terjadi di kota Palembang
b. JIP, KPAP, dan Dinas Kesehatan
Tabel 4.1 Data informan JIP, KPAP dan Dinas Kesehatan
No Jumlah
Informan Deskripsi karakteristik
Informan
1. JIP (Jaringan Indonesia Positif) Penjangkau di lapangan 1

2. KPAP Sumatera Selatan (Komisi Penanggulangan 1


Penanggulangan Aids Provinsi HIV/AIDS
Sumatera Selatan)

3. Dinas Kesehatan Kota Palembang Penanggulangan 1


HIV/AIDS

Total 3

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019


c. Pasangan LSL
1. Bersedia diwawancarai
2. Orang yang dinilai informan sebagai orang yang paling dekat dengan
informan dan berhubungan langsung dengan informan penelitian
3. Berjenis kelamin laki-laki sebagai pasangan atau pacar dari LSL dan pernah
berhubungan seks dengan LSL

Universitas Sriwijaya
37

Kerangka pengambilan jumlah informan tergambar dalam bagan sebagai


berikut:
Pacar Laki-laki

Pacar Laki-laki

Pasangan LSL Pacar Laki-laki Jumlah 6

Pacar Laki-laki

Pacar Laki-laki

Pacar Laki-laki

Gambar 4.2 Kerangka Pengambilan Informan Pasangan LSL


Sumber : Data Primer Penelitian tahun 2019

Secara keseluruhan, orang-orang yang menjadi informan kunci dan


informan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Data Informan Kunci dan Informan

Informan Jumlah Cara Variabel yang ditanyakan


Informan pengumpulan
data
JIP 1 Wawancara 1. Pengetahuan tentang
mendalam penggunaan kondom
2. Perilaku penggunaan
kondom
3. Program HIV/AIDS
KPAP 1 Wawancara 1. Pengetahuan tentang
mendalam penggunaan kondom
2. Perilaku penggunaan
kondom
3. Program HIV/AIDS

Dinas Kesehatan 1 Wawancara 1. Pengetahuan tentang


mendalam penggunaan kondom
2. Perilaku penggunaan
kondom
3. Program HIV/AIDS

Universitas Sriwijaya
38

Informan Jumlah Cara Variabel yang ditanyakan


Informan pengumpulan
data

Pasangan LSL 6 Wawancara 1. Perilaku LSL


mendalam 2. Pengetahuan tentang
penggunaan kondom
3. Sikap terhadap penggunaan
kondom
4. Persepsi penggunaan
kondom pasangan
5. Persepsi risiko HIV
6. Niat menggunakan kondom
LSL 6 Wawancara 1. Perilaku LSL
mendalam dan 2. Pengetahuan tentang
penggunaan kondom
observasi
3. Sikap terhadap penggunaan
kondom
4. Persepsi penggunaan
kondom pada pasangan
5. Persepsi risiko HIV
6. Niat menggunakan kondom

Jumlah Seluruh 15 Orang


Responden

Sumber : Data Primer Penelitian tahun 2019

4.3 Jenis, Cara Dan Alat Penelitian


4.3.1 Jenis Data
Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai data primer
dan data sekunder. Data primer atau data yang diperoleh langsung dari subjek
merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari hasil
wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi sebagai sumber
informasi yang dicari. Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang
diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek
penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data
laporan yang telah tersedia (Saifuddin, 2016).

Universitas Sriwijaya
39

4.3.2 Cara Pengumpulan Data


1. Data primer
Data primer, yaitu data yang di dapat langsung dari subjek penelitian
dengan menggunakan pengambilan data langsung pada subjek sebagai
sumber informasi yang dicari. Hal ini sesuai dengan ungkapan Lofland dan
Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata
dan tindakan selebihnya merupakan sumber data yang diperoleh dari
lapangan dengan mengamati (observasi) dan wawancara kepada informan dan
informan kunci.
a. Wawancara mendalam dilakukan kepada JIP, KPAP, Dinas Kesehatan,
LSL dan pasangan LSL yang menjadi informan dalam penelitian ini.

b. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dalam 3 kali. Dalam


penelitian ini melakukan observasi nonpartisipan, tidak terlibat secara
langsung melainkan pengamatan jarak jauh.

2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu berupa data yang diperoleh dari pihak lain tidak
secara langsung diperoleh dari subjek penelitianya. Dalam penelitian ini
data sekunder didapat yaitu dari Dinas kesehatan dan KPAP Sumatera
Selatan.

4.3.3 Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam
suara, kamera, dan alat tulis, serta buku.

4.4 Pengolahan Data


Pengolahan data yang diperoleh akan diolah dengan cara sebagai
berikut:

4.4.1 Wawancara
wawancara adala sejumlah pertanyaan yang dipersiapkan oleh peneliti
untuk diajukan kepada subjek peneliti. Wawancara dilakukan kepada
informan kunci yaitu dari LSL, pasangan LSL, JIP, KPAP dan Dinas

Universitas Sriwijaya
40

Kesehatan yang menjadi responden penelitian. Pengolahan data hasil


wawancara mendalam sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Semua data dari wawancara mendalam dikumpulkan kemudian diketik
menjadi transkrip penelitian.
2. Reduksi data
Laporan yang sudah diketik menjadi transkrip penelitian kemudian
dilakukan pengreduksian kata dengan memilih hal-hal pokok,
merangkum, dan memfokuskan pada hal yang berhubungan dengan
variabel penelitian.
3. Display data atau Penyajian data
Data yang sudah dipilih dikelompokkan dalam kategori permasalahan
dalam bentuk matriks untuk mempermudah peneliti.

4.5 Keabsahan Data


Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber (yaitu penggunaan multiple teori atau
beberapa perspektif untuk menginterprestasi sejumlah data) dengan berbagai
cara. Tujuan dari triangulasi pada penelitian ini untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada saat melakukan
pengumpulan data dengan melihat berbagai kejadian dan berbagai pandangan.
Triangulasi dapat dilakukan dengan cara menunjukkan berbagai macam
variasi pertanyaan mengecek dengan berbagai sumber data serta
memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan dapat
dilakukan. Adapun metode triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

4.5.1 Triangulasi Sumber


Triangulasi sumber yaitu membandingkan atau mengkroscek
informasi dari sumber yang berbeda. Pada rancangan penelitian ini triangulasi
sumber dalam pemilihan informan terdiri dari informan wawancara
mendalam yakni LSL, pasangan LSL, JIP, KPAP dan Dinas Kesehatan Kota
Palembang.

Universitas Sriwijaya
41

4.5.2 Triangulasi Metode


Triangulasi metode berupa penggabungan metode pengumpulan data.
Dalam penelitian ini triangulasi metode yang digunakan berupa observasi dan
wawancara mendalam.

4.5.3 Triangulasi Data


Triangulasi data dilakukan dengan menganalisis data yang didapat dari
berbagai sumber yaitu data yang di dapat dari LSL, pasangan LSL, JIP,
KPAP, dan Dinas Kesehatan Kota Palembang.

4.6 Analisis dan Penyajian Data


Analisis data dilakukan dengan menggunakan matrix/tabel yang berisi
data ringkasan hasil wawancara mendalam dan transkip wawancara. Data
tersebut di analisis dengan metode content analysis dan disajikan dalam
bentuk narasi dan di interpretasikan. Pembahasan dilakukan dengan
membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori pada tinjauan pustaka dan
hasil penelitian dengan topik yang serupa yang pernah dilakukan oleh peneliti
lain.
Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul dan kemudian
diolah. Analisis data sangan berkaitan dengan reduksi kata serta interpretasi
data. Reduksi kata dalah memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi
lebih tertur dengan mengkoding, menyusunya menjadi kategori dan
merangkumnya menjadi pola serta susunan yang sederhana. Interpretasi data
merupakan kegiatan mendapatkan makna dan pemahaman terhadap data dari
partisipan dengan memunculkan konsep dan teori (Saryono, 2011).

Universitas Sriwijaya
43

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


5.1.1 Profil Kota Palembang
Kota Palembang adalah ibukota Provinsi Sumatera Selatan yang
mempunyai luas wilayah 99.825,675 Ha dengan jumlah penduduk
1.601.071 jiwa, yang berarti setiap Ha dihuni oleh 2.737,637 jiwa. Kota
Palembang dibelah oleh sungai musi menjadi dua daerah yaitu seberang ilir
dan seberang ulu. Sungai musi ini bermuara di selat bangka dengan jarak
105 Km. Oleh karena itu, perilaku air laut sangat berpengaruh yang dapat
dilihat dari adanya pasang surut antara 3-5 meter.
Kota Palembang berbatasan dengan daerah-daerah berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pangkalan Benteng, desa Gasing,
dan Kenten Laut Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Bakung Kecamatan Indralaya
Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kecamatan Gelumbang Kabupaten
Muara Enim.
3. Sebelah Timur Berbatasan dengan desa Balai Makmur Kecamatan
Banyuasin I Kabupaten Banyuasin.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Sukajadi Kecamatan Talang
Kelapa Kabupaten Banyuasin.

5.1.2 Demografis Kota Palembang


Jumlah penduduk kota Palembang pada tahun 2017 berjumlah 1.602.071
jiwa yang berarti tiap km² dihuni oleh 1605 jiwa penduduk, bila
dibandingkan dengan tahun lalu dimana angka kepadatan penduduk adalah
3.99 jiwa tiap km². Berdasarkan hasil estimasi kependudukan dari
Kemenkes RI, maka terjadi sedikit peningkatan jumlah penduduk bila
dibandingkan dengan tahun 2017. Penyebaran penduduk di wilayah Kota
Palembang tidak begitu merata, bila dilihat dari jumlah penduduk per
kecamatan dimana kecamatan yang terbanyak penduduknya adalah

43
Universitas Sriwijaya
44

Kecamatan Sukarame dengan jumlah penduduk 44,408 jiwa, sedangkan


yang terendah adalah Kecamatan Bukit Kecil dengan jumlah penduduk
44.567 jiwa.
Distribusi penduduk menurut golongan umur dan sex ratio di Kota
Palembang Pada kelompok umur 0-4 tahun yang laki-laki 74.408 dan
perempuan 70.667 orang, sedangkan kelompok umur 5-14 tahun yang laki-
laki 142.334 orang dan perempuan 133.191 orang. Dengan demikian untuk
kelompok umur dibawah 15 tahun jumlah laki-laki 14% dan perempuan
13% dari jumlah seluruh penduduk. Untuk kelompok umur 45-64 tahun
jumlah laki- laki adalah 150.674 atau sebesar 9% dan perempuan 153.320
orang atau sebesar 10% dari jumlah penduduk. Sedangkan untuk kelompok
umur lebih dari 65 tahun jumlah laki- laki 29.129 orang atau sebesar 2% dan
perempuan 36.990 orang atau sebesar 2% dari jumlah seluruh penduduk.
Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur tingkat
pembangunan manusia dalam suatu negara. Tingkat pendidikan penduduk,
dalam hal ini adalah penduduk usia 15 tahun ke atas dapat baca tulis di kota
Palembang per 31 Desember 2017, Jumlah penduduk kota Palembang usia
15 sampai dengan ˃75 tahun sebanyak 1.415.458 jiwa, dan penduduk kota
Palembang usia 15 sampai dengan ˃75 tahun yang dapat baca tulis sebanyak
1.393.680 sehingga persentase penduduk baca tulis usia 15 sampai dengan
˃75 tahun sebanyak 98,46%. Berdasarkan data yang di perolah dari Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan tahun 2016 jumlah LSL
di kota Palembang berjumlah 700 jiwa dan diperkirakan akan terus
bertambah.

5.1.3 Laki-laki seks dengan laki-laki (LSL)

LSL adalah lelaki yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama


lelaki yang memiliki hasrat atau aktivitas yang ditujukan terhadap orang
yang memiliki jenis kelamin yang sama. Laki-laki yang berhubungan seks
dengan laki-laki merupakan populasi yang berisiko tinggi terkena HIV dan
AIDS. Kejadian kasus LSL yang tes HIV di kota Palembang dalam kurun
waktu Januari sampai Desember tahun 2018 terdapat jumlah LSL yang di
tes HIV tertinggi terjadi pada bulan September sebanyak 225 LSL dan

Universitas Sriwijaya
45

Oktober sebanyak 248 LSL. Hal ini disebabkan karena perilaku seksual
mereka yang tergolong beresiko dengan melakukan anal seks yang
dilakukan oleh LSL akan memungkinkan terjadinya luka pada rectum
disebabkanya tidak ada cairan lubrican tersebut dapat mengakibatkan risiko
yang tinggi terhadap penularan dan setiap melakukan hubungan seks tanpa
menggunakan kondom. LSL di kota Palembang memiliki mobilitas yang
tinggi. Sebagian besar dari LSL ini memiliki orang tua yang tidak
mengetahui tentang kehidupan dan perilaku yang di lakukan serta kehidupan
bebas yang tinggal dikos-kosan yang membuat bebas tanpa adanya
pengawasan untuk melakukan tindakan apapun. LSL hidup dengan
membentuk sebuah komunitas atau kelompok-kelompok yang terdiri dari
berbagai kelompok usia. Berikut ini data LSL di tes HIV dan hasil HIV
positif di kota Palembang tahun 2018:

Gambar 5.1 Data LSL di Tes HIV dan Hasil HIV Positif di Kota
Palembang Tahun 2018

Sumber : Laporan Tahunan HIV/AIDS Dinas Kesehatan Kota Palembang

Berdasarkan tabel tersebut, prevalensi LSL yang tes HIV di Kota


Palembang selama tahun 2018 mengalami fluktuasi, dengan jumlah LSL
yang tes HIV tertinggi terjadi pada bulan September dan Oktober dan
kejadian HIV yang positif pada LSL selama tahun 2018 mengalami
fluktuasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Juli dan September.

Universitas Sriwijaya
46

5.1.4 Profil Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan

Komisi penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan yang beralamat


di Jalan Kapten Sastro No.106, Sei Pangeran, Ilir Timur I, Sungai Pangeran
Ilir Timur I, Kota Palembang, Sumatera Selatan, merupakan lini utama
dalam penanggulangan penyakit HIV/AIDS di Sumatera Selatan. Pada
Peraturan Presiden No. 75 tahun 2006 pasal 9 dijelaskan bahwa Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi dan Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten/ Kota mempunyai tugas merumuskan kebijakan, strategi dan
langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka penanggulangan AIDS di
wilayahnya sesuai kebijakan, strategi dan pedoman yang ditetapkan oleh
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.

5.1.5 Struktur Organisasi KPA Provinsi Sumatera Selatan

Berikut ini struktur Organisasi dan Tata Kerja Komisi Penanggulangan


AIDS Provinsi Sumatera Selatan sebagai Berikut:

Gambar 5.2 Struktur Organisasi Komisi Penanggulangan AIDS


Provinsi Sumatera Selatan
Sumber : Profil Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan

Universitas Sriwijaya
47

1. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi


Sekretaris mempunyai tugas untuk memimpin sekretariat KPAP, kemudian
menyiapkan rencana strategi dan program aksi penanggulangan,
melakukan koordinasi, pengawasan, monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan rencana strategi dan program aksi penanggulangan AIDS di
wilayah provinsi.
2. Pengelola Program pada Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS
Provinsi
Pengelola progran mempunyai tugas sebagai pembantu sekretaris dalam
menjalankan kinerja KPAP di bidang program yang mepunyai tugas
mengamati, mengawasi dan memeriksa, kemudian melakukan koordinasi,
monitoring dan evaluasi dengan masyarakat.
3. Pengelola Administrasi pada Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS
Provinsi
Pengelola administrasi mempunyai tugas untuk melakukan pencatatan dan
penyimpanan semua bukti pengeluaran keuangan, melakukan pelaporan
dan monitoring serta evaluasi. Bersama pengelola program melaksanakan
semua kegiatan sekretariat termasuk rumah tangga, sekretariat kebersihan
dan kerapihan.
4. Pengelola Keuangan pada Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS
Provinsi
Pengelola keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
sekretaris KPA yang berkaitan dengan pelaksanaan untuk pengelolaan
keuangan.
5. Kelompok Kerja (Pokja)
Secara garis besar tugas pokja membantu KPA di daerah yang berkaitan
dengan pelaksanaan kebijakan operasional, kemudian mengembangkan,
memonitoring, evaluasi program dan menyampaikan laporan kerja kepada
ketua KPA di daerah melalui sekretaris KPA.
6. Tim Asistensi Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi
Asitesten komisi penanggulangan AIDS mempunyai tugas memberikan
advokasi untuk menggerakkan KPAP termasuk kelompok kerja,

Universitas Sriwijaya
48

melakukan supervisi, mentoring, menyelidiki dan mengusulkan alternatif


pemecahan masalah yang timbul di daerah.

5.2 Hasil Penelitian


5.2.1 Karakteristik Informan

Data dari informan penelitian ini diperoleh dengan melakukan


wawancara mendalam kepada Laki-laki seks dengan Laki-laki (LSL) di kota
Palembang sumber Informasi dalam penelitian ini dengan karakteristik yang
menjadi informan dipilih secara purposive sampling dengan kriteria yang
sudah ditetapkan. Informan LSL yang berstatus top adalah yang memiliki
peran sebagai laki-laki kemudian pasangan LSL yang berstatus sebagai bottom
adalah yang memiliki peran sebagai perempuan. Kemudian latar belakang
keluarga yang masih memiliki kedua orang tua hanya 1 yang memiliki ibu,
berdasarkan status pekerjaan LSL 3 informan memiliki pekerjaan dan bekerja
sebagai pegawai di restoran, sebagai sales, dan pegawai di counter Hp dan 3
informan menyatakan tidak bekerja kemudian LSL dengan status perikahan
belum menikah dan aktivitas saat ini yang dilakukan mulai dari masih sekolah
SMA, kuliah, bekerja, dan ada yang membantu manajemen endorse teman di
instagram. Untuk validasi data dilakukan triangulasi sumber yaitu informasi
dari Dinas Kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera
Selatan, Jaringan Indonesia Positif (JIP) dan pasangan seksual dari laki-laki
seks dengan laki-laki (LSL). Karakteristik informan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

Universitas Sriwijaya
49

Tabel 5.1
Karakteristik Informan yang Menjadi Informan Laki-laki seks dengan
Laki-laki (LSL) di Kota Palembang
No Inisial Umur Status Status Status Latar Belakang
Pernikahan Pekerjaan Keluarga
Tidak Bekerja Memiliki ibu dan
1 L 16 Tahun Top Belum menikah
(Sekolah SMA) ayah
Pegawai
Memiliki ibu dan
2 HS 16 Tahun Top Belum menikah restoran
ayah
(Sekolah SMA)
Tidak Bekerja
3 RH 22 Tahun Top Belum menikah Memiliki ibu
(Kuliah)
Memiliki ibu dan
4 MF 21 Tahun Top Belum menikah Bekerja (Sales)
ayah
Tidak Bekerja
(Manajemen Memiliki ibu dan
5 RO 28 Tahun Top Belum menikah
endorse teman ayah
di IG)
Bekerja
Memiliki ibu dan
6 A 27 Tahun Top Belum menikah (Counter Hp)
ayah
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Karakteristik yang menjadi informan kunci ialah yang menjadi
pasangan dari LSL dengan usia 19 sampai 22 tahun, memiliki latar belakang
keluarga yang memiliki ayah dan ibu, ada yang hanya memiliki ayah,
dengan status sebagai bottom atau yang memiliki peran sebagai perempuan.
Memiliki pekerjaan mulai dari sebagai pegawai restoran, salon, counter HP
dan 3 informan lainya tidak bekerja, status pernikah belum menikah dan
aktivitas saat ini yang dilakukan mulai dari baru lulus sekolah SMA, kuliah
dan bekerja. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.2
Karakteristik Informan yang Menjadi Informan Pasangan LSL
No Inisial Umur Status Status Status Pekerjaan Latar Belakang
Pernikahan Keluarga
19 Belum Baru lulus SMA
1 MR Bottom Memiliki ayah
Tahun menikah (Pegawai restoran)

19 Belum Tidak bekerja Memiliki ibu dan


2 V Bottom
Tahun menikah (Baru lulus SMA) ayah
21 Belum Memiliki ibu dan
3 M Bottom Tidak bekerja (Kuliah)
Tahun menikah ayah

20 Belum Memiliki ibu dan


4 RS Bottom Tidak bekerja (Kuliah)
Tahun menikah ayah
22 Belum Bekerja Memiliki ibu dan
5 AY Bottom
Tahun menikah (Counter Hp) ayah
21 Belum Bekerja Memiliki ibu dan
6 TK Bottom
Tahun menikah (Salon) ayah
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

Universitas Sriwijaya
50

Selain itu, peneliti juga memperoleh sumber informasi pendukung


penelitian diperoleh dari beberapa informan lain. Dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.3
Karakteristik Informan yang Menjadi Informan Dinas Kesehatan Kota
Palembang, Komisi Penanggulangan AIDS Prov. Sumatera Selatan,
Jaringan Indonesia Positif (JIP)
No Instansi Inisial Umur Jenis Pendidika Pekerjaan Metode
kelamin n terakhir /jabatan
Dinas Kesehatan 32 PNS/Pegawai
1. Y Perempuan S2 WM
Kota Palembang Tahun P2P
Komisi
Penanggulangan 65 PNS/Pegawai
2. R Perempuan S1 WM
AIDS Provinsi tahun P2P
Sumatera Selatan
Jaringan 23
3. T Laki-laki S1 Penjangkau WM
Indonesia Positif tahun
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Sumber informasi pendukung lainnya di dapat dari Dinas Kesehatan
Kota Palembang, Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan,
Jaringan Indonesia Positif (JIP). Terdiri dari Dinas Kesehatan Kota
Palembang 1 orang dibagian P2P bagian HIV dan AIDS, Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan 1 orang sebagai
sekretaris, dan Jaringan Indonesia Positif (JIP) 1 orang sebagai penjangkau.
Informan mempunyai pendidikan terakhir berpendidikan sarjana dan
diploma, dengan pekerjaan sebagai pegawai dan penjangkau.

5.2.2 Perilaku Penggunaan Kondom

Perilaku merupakan suatu tindakan yang timbul dari seseorang.


Berdasarkan asumsi dari Dinas Kesehatan Kota Palembang dan Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan di dapatkan hasil gambaran
LSL di kota Palembang lebih tertutup dan kebanyakan dari mereka sulit untuk
di deteksi keberadaanya. Berikut hasil wawancara dengan informan kunci:
“...mereka tu kan tertutup susah bakalan kalo nak tau tapi mereka tu dan
banyak di palembang ini” (DINKES)
“....gay itu kalo untuk di kota palembang ini memang banyak tapi mereka itu
susah untuk di deteksi karena mereka itu tertutup kami bae melacaknyo itu
susah gay itu” (KPA)

Latar belakang informan LSL dan hal ini juga dilakukan dengan
pasangan LSL berdasarkan hasil wawancara informan di dapatkan penyebab
awal menjadi penyuka dengan sesama jenis terdapat banyak penyebab

Universitas Sriwijaya
51

sehingga mendorong untuk berperilaku menyukai sesama. Berikut hasil


wawancara dengan informan LSL:
“...sebenernyo akuni awalnyo normal tapi waktu itu diejek-ejek kawan dikatoi
galak samo lanang padahal kawan lanang akutulah nah disitu mulai kaya
tertarik karena enak” (L)
“...pernah dilecehke waktu SMP karena dak berani ngomong samo wong tuo
jadi aku diem bae karena enak jugo ado jadi bingung lamo-lamo keterusan”
(MF)
Tabel 5.4
Latar Belakang LSL Dan Pasangan Menjadi Penyuka Sesama Jenis
Peran Penyebab Menjadi Penyuka Sesama Jenis
Informan dalam LSL Umur Ejekan Lebih tertarik Dileceh Mencoba-
teman dengan laki-laki kan coba
L Top 16 tahun √
HS Top 16 tahun √
RH Top 22 tahun √
MF Top 21 tahun √
RO Top 28 tahun √
A Top 27 tahun √
MR Bottom 19 tahun √
V Bottom 19 tahun √
M Bottom 21 tahun √
RS Bottom 20 tahun √
AY Bottom 22 tahun √
TK Bottom 21 tahun √
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa LSL dan pasanganya
menjadi penyuka sesama jenis karena penyebabnya bermacam-macam mulai
dari 5 informan menyatakan mendapatkan ejekan dari teman,3 informan
menyatakan merasa lebih tertarik kepada laki-laki, 2 informan menyatakan
pernah mengalami pelecehan, dan 2 informan menyatakan rasa ingin mencoba-
coba.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa rata-rata informan
LSL pertama kali melakukan hubungan seksual saat masih sekolah SMP
dan SMA. Berikut hasil wawancara dengan informan LSL:
“...pertamo kali itu pas SMP samo kawan itu jadi sering jugo (L)
“...aku pernah dulu di lecehke pas smp” (RH)
Di dukung dengan informan kunci pasangan LSL yang menyatakan
bahwa rat-rata informan melakukan hubungan seksual pertama kali saat
duduk di sekolah SD, SMP, dan SMA. Berikut hasil wawancara dengan
informan LSL:
“...Awalnyo dulu aku pas SD” (V)

Universitas Sriwijaya
52

“...dari semenjak SMP” (AY)


Tabel 5.5
Pertama Kali LSL dan pasangan Melakukan Hubungan Seksual
Peran dalam Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual
Informan LSL Umur
SD SMP SMA
L Top 16 tahun √
HS Top 16 tahun √
RH Top 22 tahun √
MF Top 21 tahun √
RO Top 28 tahun √
A Top 27 tahun √
MR Bottom 19 tahun √
V Bottom 19 tahun √
M Bottom 21 tahun √
RS Bottom 20 tahun √
AY Bottom 22 tahun √
TK Bottom 21 tahun √
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan tabel di atas informan pertamakali melakukan hubungan
seksual 1 informan menyatakan dari SD, 6 informan menyatakan dari SMP,
dan 5 informan menyatakan dari SMA.
Hasil observasi yang di lakukan saat melakukan wawancara dan beberapa
kali bertemu dapat di lihat bahwa dari postur tubuh informan LSL beragam
gemuk dan ada yang kurus, ada yang tinggi dan ada yang pendek. Dilihat dari
kondisi fisik subjek sehat dan tidak cacat, berpenampilan rapi dengan
menggunakan baju kaos dan kemeja, dan berkumis. Dari gaya berbicara
informan LSL memiliki suara yang keras normal seperti laki-laki, 12
informan LSL merokok. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
pasangan LSL ketika sedang melakukan wawancara informan gaya berbicara
lembut seperti perempuan, menggunakan kutek kuku dan saat berjalan seperti
perempuan, Kemudian ada 1 informan yang menggunakan maskara dan
Biasanya LSL dan pasangan mendapatkan pasangan dengan cara bertukar no
handphone kemudian dari media sosial ataupun grup LSL. Berikut ini tabel
observasi yang di lakukan pada pasangan LSL:

Universitas Sriwijaya
53

Tabel 5.6
Hasil observasi LSL dan pasangan LSL
Aspek yang di observasi

No Inisial Status
Berpakaian Memakai Memakai Menggunakan Rambut Cara Gaya Berkumis Merokok
seperti aksesoris kutek tatto panjang berjalan berbicara
perempuan perempuan kuku seperti seperti
perempuan perempuan
1. L Top - - - - - - - √ √

2. HS Top - - - - - - - √ √
3. RH Top - - - √ - - - √ √
4. MF Top - - - - - - - √ √
5. RO Top - - - - - - - √ √
6. A Top - - - - - - √ √ √
7. MR Bottom - - - √ - - √ √ √
8. V Bottom - - √ - - √ √ - √
9. M Bottom - - √ - - √ √ √ √
10. RS Bottom - - - - - √ √ √ √
11. AY Bottom - - - - - √ √ - √
12. TK Bottom - - √ - - √ √ √ √
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019

Universitas Sriwijaya
54

Berikut ini bentuk perilaku seksual yang di lakukan LSL dan pasanganya
terkait dengan perannya sebagai laki-laki dan perempuan, jumlah pasangan
selama menjadi LSL, frekuensi melakukan hubungan seksual dalam satu
bulan dan kapan terakhir melakukan hubungan seksual dengan pasanganya.
Adapun hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.7
Bentuk perilaku seksual LSL dan Pasangannya
Jumlah Jenis perilaku
pasangan Fekuensi seskual
Peran Terakhir
dari awal berhubungan
Inisial dalam Umur melakukan
menjadi seks dalam 1
LSL seks Anal Oral
LSL sampai bulan
saat ini
L Top 16 tahun 10 3 Minggu 2 kali √ √
HS Top 16 tahun 5 1 minggu 3 kali √ √
RH Top 22 tahun 3 1 minggu 3 kali √ √
MF Top 21 tahun 4 1 minggu 4 kali √ √
RO Top 28 tahun 6 2 minggu 2 kali √ √
A Top 27 tahun 10 1 minggu 4-5 kali √ √
MR Bottom 19 tahun 5 3 Minggu 2 kali √ √
V Bottom 19 tahun 20 1 minggu 3 kali √ √
M Bottom 21 tahun 10 1 minggu 3 kali √ √
RS Bottom 20 tahun 10 2 minggu 3-4 kali √ √
AY Bottom 22 tahun 5 2 minggu 2 kali √ √
TK Bottom 21 tahun 20 1 minggu 4 kali √ √
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019
Bentuk perilaku seksual yang pernah dilakukan oleh LSL berdasarkan
data yang didapatkan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa LSL ada
yang memiliki peran sebagai laki-laki dan pasanganya berperan sebagai
perempuan, rata-rata LSL dan pasangan memiliki jumlah pasangan yang
bervariasi mulai dari paling sedikit 3 pasangan dan yang paling terbanyak
memiliki 20 pasangan, LSL dan pasangan terakhir melakukan hubungan
seksual yang di lakukan di dapatkan dari hasil wawancara bahwa 7 dari 12
informan menyatakan bahwa terakhir melakukan hubungan seksual rata-rata
satu minggu yang lalu dengan frekuensi berhubungan dalam satu bulan mulai
dari 2 sampai 5 kali dalam satu bulan dan semua LSL menyatakan pernah
melakukan aktivitas seksual anal dan oral rata-rata bersama-sama dalam
menentukan hubungan seksual dengan pasangan.
Peran dalam berhubungan seks menurut hasil wawancara yang
didapatkan bahwa LSL menyatakan sebagai top. Berikut hasil wawancara

Universitas Sriwijaya
55

dengan informan:
“...aku jadi lanangnyo” (L)
“...sebagai top” (HS)

Didukung dengan hasil penelitian pasangan informan LSL yang


menyatakan bahawa memiliki peran sebagai bottom atau sebagai wanita.
“...aku jadi bottom” (M)

Perilaku seks yang sering dilakukan oleh informan LSL menunjukkan


bahwa seluruh informan pernah melakukan aktivitas seksual anal dan oral.
Berikut hasil wawancara dengan informan LSL:
“...Berhubungan yo kaya biaso tula kaya suami istri, anal oral jugo”(MF)
“...Anal, oral intimlah pokoknyo”(L)
Hasil wawancara yang dilakukan dengan pasangan LSL juga
menunjukkan bahwa perilaku seksual yang sering di lakukan seperti anal dan
oral merupakan hal yang lumrah di lakukan saat berpacaran rata-rata
menentukan hubungan seksual bersama-sama.
“..Banyak kak e biso kayak hubungan intim oral demtu anal”(AY)
“...kalo aku samo pasangan galak anal, oral biasonyo”(MR)
Didukung dengan hasil wawancara yang didapatkan dari penjangkau
menyatakan bahwa LSL memiliki risiko yang sangat besar untuk tertular HIV
karena dengan perilaku seks anal yang dilakukan. Berikut hasil wawancara
mendalam dengan informan kunci:
“....mereka memiliki resiko yang sangat besar dikarenakan mereka melakukan
hubungan seks ini melalui anal bukan melalui vaginal, dari segi penularan jika
kelamin laki-laki itu luka atau lecet dan yang bagian anal pasangannya itu lecet
ataupun terluka otomatis itu juga akan terjadi pertukaran darah”
(penjangkau)

Terakhir melakukan hubungan seksual yang di lakukan LSL di dapatkan


dari hasil wawancara bahwa 4 dari 6 informan terakhir melakukan hubungan
seksual rata-rata satu minggu yang lalu.
“...Terakhir seminggu yang lalu”(HS)
“...Kalo aku minggu kemaren terakhir ngelakukenyo”(RH)

Didukung dengan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan


informan 3 dari 6 pasangan LSL bahwa melakukan hubungan seksual terakhir
satu minggu yang lalu.

Universitas Sriwijaya
56

“...terakhir seminggu yang lalu lah” (V)

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa kebanyakan LSL


memiliki jumlah pasangan yang bervariasi mulai dari 3 orang dan yang paling
terbanyak memiliki 20 pasangan. Berikut hasil wawancara dengan informan
LSL:
“...selamo ngejalani hubungan baru 3 pasang karena aku tipe wong setia”
(RH)

Didukung dengan hasil penelitian informan pasangan LSL yang


menyatakan bahwa memiliki pasangan terbanyak 20. Berikut hasil
wawancara dengan informan LSL:
“...ado kali e 20 kali” (V)

Hal ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti,
dimana informan secara keseluruhan cenderung merespon setiap pertanyaan
yang membahas tentang aktivitas seksual (melakukan seks anal, dan oral)
secara santai, tanpa ada rasa malu dan biasa saja karena memang aktivitas
tersebut sudah biasa di lakukan dikalangan LSL dan bukan menjadi sesuatu
hal yang tabu untuk dibicarakan.
Sebagian besar informan LSL dan pasangan menyatakan pernah
menggunakan kondom, 2 orang informan menyatakan tidak pernah
menggunakan kondom karena alasan ketidak sukaan terhadap kondom
dengan pengalaman yang di dengar dari teman, tetapi dalam penggunaannya
sebelum melakukan hubungan seksual sebagian besar informan penelitian
menyatakan tidak memakai kondom saat berhubungan seks, 1 informan
menyatakan menggunakan kondom. 4 informan menyatakan bahwa jarang
menggunakan kondom saat berhubungan seks dan seluruh informan
menyatakan bahwa kondom yang sering di pakai adalah kondom yang
berjenis latex. Hal ini kemudian didukung dari hasil wawancara dengan
informan pasangan LSL yang menyatakan bahwa sebagian besar informan
menyatakan tidak memakai kondom saat berhubungan seks. dan seluruh
informan menyatakan bahwa kondom yang sering di pakai adalah kondom
yang berjenis latex. Adapun hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Universitas Sriwijaya
57

Tabel 5.8
Penggunaan Kondom Pada LSL Dan Pasangan
Peran Sebelum Jenis
dalam Penggunaan Frekuensi melakukan kondom
LSL kondom Penggunaan kondom hubungan yang
Informan Umur seksual dipakai
Tidak
Tidak Jarang Sering
Pernah menggunakan Latex
pernah memakai memakai
kondom
L Top 16 tahun √ √ √ √
HS Top 16 tahun √ √ √ √
RH Top 22 tahun √ √ √ √
MF Top 21 tahun √ √ √ √
RO Top 28 tahun √ √ √ √
A Top 27 tahun √ - - √ -
MR Bottom 19 tahun √ - - -
V Bottom 19 tahun √ - - -
M Bottom 21 tahun √ - - -
RS Bottom 20 tahun √ - - -
AY Bottom 22 tahun √ - - -
TK Bottom 21 tahun √ - - - -
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sebelum melakukan
hubungan seksual seluruh informan LSL tidak menggunakan kondom.
Berikut wawancara dengan informan LSL:
“...sebelumnyo tu dak ado ngapo-ngapo langsung bae kalo nak seks” (HS)
“..biasonyo kalo sebelum dak pernah gunoke kondom” (MF)

Hal ini di dukung oleh informan penjangkau yang menyatakan bahwa


LSL kebanyakan masih tidak menggunakan kondom dengan hambatan atau
kesulitan karena merasa tidak nyaman, ribet ketika akan menggunakan dan
merasa tidak nikmat menggunakan kondom saat berhubungan seks.
“...nah sebenarnya dari pihak KPA itu sendiri selalu memberikan edukasi dan
pemahaman kepada mereka pentingnya menggunakan kondom pada hubungan
seks, tetapi dari mereka kebanyakan tidak menggunakan kondom saat
berhubungan seks” (Penjangkau)

Frekuensi penggunaan kondom pada LSL diketahui dari hasil


wawancara bahwa sebagian besar LSL jarang menggunakan kondom hanya 1
orang informan menyatakan sering menggunakan kondom.
“jarang dak pernah pakek kondom” (A)
“...sering tapi jugo kadang idak” (RH)

Didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan pasangan LSL


sebagian besar informan menyatakan bahwa jarang dalam frekuensi
penggunaan kondom dan hanya 1 informan yang menyatakan sering
menggunakan kondom.

Universitas Sriwijaya
58

“....jarang sih malah dak pernah makek kondom” (TK)

Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa jenis kondom


yang sering dipakai adalah kondom berjenis latex Berikut wawancara dengan
informan LSL:
“...yang biaso tula galak di jual kaya S***a” (A)
“...pake D***x, s***a, F***a” (RH)

Didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan pasangan LSL


sebagian besar informan menyatakan bahwa jenis kondom yang sering
dipakai berjenis lateks.
“...yang karet cakitu kaya sutra itupun dak enak sakit kalo makeknyo kan itu
adopelicinnyo kalo la abis pelicinyo sakit jadi dak enak” (TK)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan penjangkau menyatakan


bahwa Perilaku penggunaan kondom pada LSL kebanyakan masih tidak
menggunakan kondom dengan hambatan atau kesulitan karena merasa tidak
nyaman dan merasa tidak nikmat menggunakan kondom saat berhubungan
seks.
“...kalau sejauh ini sih mereka ketika ingin meminta kondom untuk melakukan
hubungan seks itu tidak ada hambatan, tetapi ada juga tetap rutin
memberikan satu kotak kondom dan kita mengecek dan menanyakan mereka
itu melakukan hubungan seks 1 bulan itu berapa kali karena memang dari
pihak KPA itu pernah mendapat kabar bahwa yang setiap kali habis itu hanya
pelicinnya saja kondomnya hanya berkurang beberapa dan bertanya kepada
mereka kenapa tidak menggunakan kondom hanya mengguakan pelicinya saja
dan mereka beranggapan bahwa LSL itu ketika menggunakan kondom itu
risih, tidak nyaman, tidak nikmat dan itulah yang menjadi kesulitan mereka
dalam berhubungan seks” (Penjangkau)

Dilihat dari pendistribusian kondom di dapatkan dari pihak KPAP


kemudian di sebarkan melewati penjangkau ke Dinas Kesehatan, LSM, dan
ke komunitas LSL.
“...banyak si dari KPA jugo masih galak nganteri langsung, karena KPA
layanan aktif yang nganter-nganter kondom galak di kasih ke LSM melalui
penjangkau” (Dinkes)

Dari hasil wawancara mendalam dengan LSL dan pasanganya,


didukung informan ahli kunci penjangkau, KPA dan Dinas Kesehatan, dan
didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan
bahwa perilaku penggunaan kondom pada LSL masih tidak menggunakan

Universitas Sriwijaya
59

kondom saat berhubungan seks seluruh informan LSL menyatakan pernah


menggunakan kondom tetapi penyebab LSL tidak menggunakan kondom
karena hambatan yang dirasakan saat menggunakan kondom.

5.2.3 Pengetahuan Tentang Penggunaan Kondom dan HIV/AIDS


Pengetahuan informan penelitian dan di dukung dengan pasangan LSL
tentang penggunaan kondom didapatkan bahwa, sebagian besar informan
menyatakan pernah mendengar tentang kondom hanya ada 1 informan yang
tidak mengetahui tentang kondom. Sebagian besar informan menyatakan
dapat menyebutkan arti kondom, walaupun belum memiliki pemahaman yang
memadai tentang penggunaan kondom.
“....kondom itu pengaman untuk seks” (MF)
“...alat untuk melindungi biar dak keno penyakit pas seks” (TK)

Berdasarkan hasil wawancara Informan kunci penjangkau menyatakan


bahwa LSL belum mengerti penggunaan kondom. Komisi penanggulangan
AIDS juga selalu rutin memberikan wawasan dan edukasi terkait penggunaan
kondom dan bahaya seks bebas kepada LSL. Berikut hasil wawancara dengan
informan kunci:
“...kalo untuk program KPA ini mempercayakan program ke LSM di kota
palembang ini ada YIM dan SP nah mereka selalu mengadakan pertemuan tiap
bulan pada komunitas baik LSL atau komunitas yang lainya, memberikan
edukasi kemudian wawasan tentang penggunaan kondom, bahaya seks bebas
dan hal-hal pada perilaku seks mereka dan itu selalu rutin dilakukan pada
LSL” (Penjangkau)

Selain itu informan penelitian menyatakan bahwa manfaat dan


kerugian menggunakan kondom di ketahui berdasarkan hasil wawancara
dengan informan bahwa mengetahui manfaat dari menggunakan agar tidak
tertular HIV tetapi 3 dari 6 informan menyatakan bahwa kekurangan dalam
menggunakan kondom karena merasa tidak nyaman, diantaranya menyatakan
bahwa ribet dan mempunyai rasa yang berbeda di banding tidak menggunakan
kondom. Informan tidak menyadari bahaya yang akan terjadi jika merasa
bahwa menggunakan kondom tidak nyaman dan mengganggu.
“..manfaatnyo supaya kito dak tertular penyakit HIV apo yang menularlah,
kerugianyo galak dak nyaman”(RH)
“...biar dak ketularan HIV apo penyakit lain terus ribet jugo si”(HS)
Berikut ini hal-hal terkait penggunaan kondom pada LSL dan pasangan.

Universitas Sriwijaya
60

Adapun hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 5.9
Pengetahuan Penggunaan Kondom Pada LSL Dan Pasangan
Inisial Peran Umur Pengetahuan Kondom
dalam Akibat
LSL Cara tidak
Manfaat Cara menggunakan
memperoleh mengg
unakan
Di beri Langsung Perlahan Terkena
Tidak
Beli oleh dipakai agar tidak penyakit
tertular HIV
teman agak ribet robek HIV
L Top 16 tahun √ √ √ √
HS Top 16 tahun √ √ √ √
RH Top 22 tahun √ √ √ √
MF Top 21 tahun √ √ √ √
RO Top 28 tahun √ √ √ √
A Top 27 tahun √ √ √ √
MR Bottom 19 tahun √ √ √ √
V Bottom 19 tahun √ √ √ √
M Bottom 21 tahun √ √ √ √
RS Bottom 20 tahun √ √ √
AY Bottom 22 tahun √ √ √ √
TK Bottom 21 tahun √ √ √ √
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019
Selain itu informan penelitian dan di dukung pasangan LSL
menyatakan bahwa manfaat dan kerugian menggunakan kondom di
ketahui berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa informan
mengetahui manfaat dari menggunakan agar tidak tertular HIV tetapi 5 dari 6
informan menyatakan bahwa kekurangan dalam menggunakan kondom
karena merasa tidak nyaman, diantaranya menyatakan bahwa ribet dan
mempunyai rasa yang berbeda di banding tidak menggunakan kondom.
Informan tidak menyadari bahaya yang akan terjadi jika merasa bahwa
menggunakan kondom tidak nyaman dan mengganggu. Informan LSL dan
pasangan mengetahui akibat yang dirasakan jika tidak menggunakan kondom
seluruh informan menyatakan bahwa jika tidak menggunakan kondom akan
tertular penyakit HIV kemudian LSL dan pasangan memperoleh kondom 9
informan mendapatkan kondom dengan cara membeli , 2 informan di beri
oleh teman dan 1 informan diberi oleh pasangan.
Informan penelitian menyatakan bahwa cara memperoleh kondom
sebagian besar informan menyatakn bahwa mendapatkan kondom dengan cara
membeli dan 1 informan menyatakan bahwa di beri oleh teman.
“...aku galak beli” (L)
“..kawan galak ngasih” (HS)

Universitas Sriwijaya
61

Pihak Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan


menyatakan bahwa pendistribusian kondom selalu dibagikan dan di stok oleh
penjangkau ke LSL.
“....masih galak di bagike di stok terus samo penjangkau-penjangkau itu”
(KPA)

Hal ini didukung dengan hasil telaah dokumen laporan tahunan Dinas
Kesehatan Kota Palembang tahun 2018 yang dilakukan oleh informan
penelitian. Di dapatkan data rekap jumlah kondom yang di berikan ke klien
seperti berikut.
Tabel 5.10
Jumlah kondom yang di berikan ke klien
Jumlah kondom yang diberikan
No Bulan
Laki-laki Perempuan
1. Januari 504 838
2. Februari 578 660
3. Maret 886 1700
4. April 373 2030
5. Mei 1445 1761
6. Juni 779 1117
7. Juli 1034 1480
8. Agustus 434 1142
9. September 905 1989
10. Oktober 703 1395
11. November 1032 937
12. Desember 755 1786
Sumber : Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Palembang Tahun 2018

Informan penelitian menyatakan bahwa cara menggunakan kondom


Berdasarkan hasil wawancara yang di dapat langsung dipakai dan infroman
merasa ribet menggunakan kondom. Berdasarkan hasil wawancara Informan
kurang mengetahui cara menggunakan kondom yang benar karena asal saja
menggunakan kondom dan merasa bahwa menggunakan kondom itu ribet.
“...gunokenyo menurut aku sih agak susah pas masukinyo ituna”(L)
“...pakek bae langsungan agak ribet sih” (RO)

Didukung dengan informan pasangan LSL yang menyatakan bahwa


tidak mengetahui cara menggunakan kondom.
“...tinggal pake bae si agak ribet”(MR)
“...diotula yang makek kak langsung bae pakek”(AY)

Universitas Sriwijaya
62

Menurut Dinas Kesehatan Kota Palembang penggunaan kondom pada


LSL belum konsisten dan merasa ribet saat menggunakan kondom kemudian
dari cara pemakain asal-asalan tidak mengetahui kondom itu rusak atau tidak.
“...galak dak konsisten pastinyo karena ngeraso makek kondom tu ribet kan
jadi galak baseng makeknyo ntah kondom tu koyak atau cakmano” (Dinkes)

Akibat tidak menggunakan kondom didapatkan berdasarkan wawancara


bahwa akibat dari tidak menggunakan kondom akan terkena penyakit HIV.
Berikut wawancara dengan informan LSL:
“...penyakit HIV yo yang nular lah apo lagi kalo dak bersih” (HS)
“...keno HIV terus penyakit lainyo” (MF)

Mengenai pengetahuan informan LSL tentang HIV/AIDS didapatkan


bahwa, sebagian besar informan menyatakan pernah mendengar tentang
HIV/AIDS. Seluruh informan menyatakan dapat menyebutkan arti
HIV/AIDS, walaupun belum memiliki pemahaman yang memadai tentang
HIV/AIDS.
“...kurang tau kak cuma yo penyakit menular itu dan ujinyo jugo dak biso
disembuhi” (L)
“...penyakit menular karena dak pakek kondom”(A)
“....HIV tu penyakit menular dari seks”(RH)

Selain itu cara penularan HIV/AIDS berdasarkan wawancara sebagian


besar menyatakan bahwa cara penularan melewati hubungan seksual, terkena
cairan kelamin, terkena darah, melalui suntikan dan bersentuhan dengan luka.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sebagian besar informan
telah mengetahui cara penularan HIV/AIDS.
“...lewat hubungan, terus keno cairan kelamin jugo biso”(L)
“..dari cairan, darah samo hubungan seks” (A)

Didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan pasangan LSL


sebagian besar informan menyatakan cara penularan HIV/AIDS dapat melalui
hubungan seksual, terkena cairan kelamin, terkena darah, melalui suntikan
dan bersentuhan dengan luka, dari pakaian, air ludah, bibir, keringat dan
hanya 1 informan yang menyatakan tidak mengetahui cara penularan.
“....penularan lewat air liur, air mani bisa juga, dari bibir, dan jarum suntik”
(MR)
“...setau aku si dari gen dari DNA, keno sperma karena setiap gesekan tu ado

Universitas Sriwijaya
63

luko jadi kalo sperma tu keno di anus kito yang lecet tu biso jadi ketularan,
dari darah jugo biso”(RS)

Tabel 5.11
Pengetahuan Gejala HIV/AIDS
Gejala HIV/AIDS
Peran Demam dan Tidak
No Inisial dalam Umur mudah Sakit tahu
Batuk
LSL berkeingat di kepala
malam hari
1. L Top 16 tahun √
2. HS Top 16 tahun √
3. RH Top 22 tahun √
4. MF Top 21 tahun √
5. RO Top 28 tahun √
6. A Top 27 tahun √
7. MR Bottom 19 tahun √
8. V Bottom 19 tahun √
9. M Bottom 21 tahun √
10. RS Bottom 20 tahun √
11. AY Bottom 22 tahun √
12. TK Bottom 21 tahun √
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa LSL menyatakan gejala yang
timbul akibat infeksi HIV disebabkan berbagai hal 2 informan menyatakan
gejala yang timbul batuk, 4 informan menyatakan demam dan mudah
berkeingat di malam hari, 3 informan menyatakan sakit kepala dan 3
informan menyatakan tidak mengetahui gejala infeksi HIV.
Berdasarkan hasil wawancara informan mengetahui bahwa cara
pencegahan penularan HIV/AIDS dengan menggunakan kondom.
“...gunoke kondom terus jangan berhubungan samo yang la HIV” (A)
“...pake kondom tula taunyo” (HS)

Didukung dengan hasil wawancara KPAP menyatakan bahwa


pencegahan penulran HIV/AIDS dapat dicegah dengan cara menggunakan
kondom karena kondom efektif untuk mencegah penyakit menular seks.
“...mereka tu dak galak makek kondom susah mendeteksinyo kadang-kadang
mereka ngomong pakek tapi daktau masih dak paham dengan manfaatnyo
kalo pakek kondom padahal kondom tu alat pencegahan yang sampai
sekarang paling efektif untuk mencegah penyakit menular karena seks” (KPA)

Cara pengobatan yang di lakukan untuk penyakit HIV/AIDS sebagian


besar informan tidak mengetahui cara pengobatanya. Berdasarkan hasil
wawancara didapatkan bahwa 3 dari 6 informan mengatakan bahwa cara

Universitas Sriwijaya
64

pencegahan dengan meminum obat dan pergi ke dokter, 2 diantaranya


mengatakan bahwa HIV/AIDS tidak memiliki obat.
“...pake obat untuk mencegah kematian itu ado karena dak biso di sembuhi
kan”(MF)
“...kurang tau kak kayanyo dak ado obatnyo”(A)

Didukung dengan informan pasangan LSL yang menyatakan bahwa


pengobatan HIV/AIDS dilakukan dengan cara ke dokter dan meminum obat.
Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan bahwa pasangan LSL tidak
mengetahui cara pengobatan HIV/AIDS.
“...untuk pengobatanyo palingan ke dokter” (AY)
“...daktau minum obat palingan”(M)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas kesehatan menyatakan


bahwa pengobatan HIV/AIDS dengan memberikan obat ARV.
“....kalo untuk populasi kunci kaya LSL itu kerjasama samo LSM karena LSM
yang langsung bawak orang-orang itu,kalo untuk pengobatan pake obat
namonyo ARV” (Dinkes)

Hasil wawancara mendalam informan LSL dan pasangan, didukung


informan penjangkau dan di dukung oleh telaah dokumen Dinas Kesehatan
Kota Palembang penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang
penggunaan kondom pada LSL sudah mengetahui tetapi belum memiliki
pemahaman yang memadai dan begitupun dengan pengetahuan tentang
HIV/AIDS pada LSL mengetahui tetapi belum memilki pemahaman yang
memadai ada beberapa hal yang belum di mengerti oleh LSL seperti jalur
penularan dan pengobatan HIV/AIDS.

5.2.4 Sikap Terhadap Penggunaan Kondom

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan informan LSL didapatkan


bahwa sikap LSL terhadap penggunaan kondom pada setiap berhubungan
seks seluruh informan menyatakan bahwa tidak menyukai untuk
menggunakan kondom saat berhubungan seks. Adapun hasil wawancara
dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“...dak seneng kareno jugo hampir dak pernah gunoke kondom”(RO)
“...kurang seneng kareno diotula galak minta tapi karena aku dak nyaman tadi
jadi dak pakek” (L)
“...biaso bae karena seringla dak pakek kondom jugokalo menurut aku kurang

Universitas Sriwijaya
65

nikmat cakituna” (MF)

Hasil wawancara yang dilakukan dengan pasangan LSL juga


menunjukkan bahwa respon ataupun sikap pasangan LSL ketika
menggunakan kondom setiap berhubungan seksual, seluruh informan
menyatakan bahwa merasa tidak nyaman menggunakan kondom saat
berhubungan seks tetapi 3 informan ada yang meminta pasangan untuk
menggunakan kondom. Berikut hasil wawancara dengan informan:
“...seneng dak seneng si kalo kato dio keset kalo pake kondom tu kurang beraso
jadi dio dak pulo seneng aku jugo ngeraso memang lebih nyaman kalo dak pake
kondom karena memang kaya kurang bae kenikmatanyo tu” (V)
“...dionyo galak nolak kalo aku minta nak ngelakuke kurang lemak bae makek
kondom tu oleh la tau bedanyo makek samo dak pakek” (M)

Hambatan yang dihadapi dalam membiasakan diri menggunakan kondom


dapat di ketahui berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa
sebagian besar informan merasa tidak nyaman karena merasa sakit dan ribet
menggunakan kondom saat behubungan seksual. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa informan belum memahami
tentang akibat jika tidak menggunakan kondom.
“.....dak ado si hambatanyo kadang tapi ngeraso kurang puas dan pasangan
aku galak kurang nyaman bae jugo katonyo sakit”(RH)
“....dak nyaman kalo pakek kondom tu”(MF)

Universitas Sriwijaya
66

Tabel 5.12
Respon pengggunaan kondom pada LSL dan pasangan
Respon/ Sikap terhadap Hambatan menggunakan kondom
Peran penggunaan kondom
Inisial dalam Umur Tidak Meminta Tidak Kurang Sakit Susah
LSL menyukai mggunakan nyaman puas memakai
kondom dan ribet
L Top 16 tahun √ √
HS Top 16 tahun √ √
RH Top 22 tahun √ √
MF Top 21 tahun √ √ √ √
RO Top 28 tahun √ √
A Top 27 tahun √ √
MR Bottom 19 tahun √ √ √
V Bottom 19 tahun √ √
M Bottom 21 tahun √ √
RS Bottom 20 tahun √ √
AY Bottom 22 tahun √ √ √
TK Bottom 21 tahun √ √

Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019


Berdasarkan hasil penelitian dari respon atau sikap penggunaan kondom
diketahui 11 informan LSL menyatakan tidak menyukai untuk menggunakan
kondom, dan 3 informan pasangan LSL menyatakan meminta untuk
menggunakan kondom dan hambatan informan LSL dalam penggunaan
kondom 11 informan menyatakan tidak nyaman dan ribet, 1 informan
menyatakan kurang puas, 1 informan menyatakan sakit, 1 informan
menyatakan susah memakai kondom.
Sikap yang ditunjukkan dari informan LSL menunjukkan bahwa respon
ketika lupa menggunakan kondom saat berhubungan seksual merupakan hal
yang dianggap biasa saja tetapi 1 orang diantaranya informan menyatakan
cemas saat lupa menggunakan kondom. Hal ini dapat dilihat pada kutipan
dibawah ini:
“...kadang ngeraso cemas galakan tapi yosudahlah karena la terjadi” (RH)
“...kalo aku biaso bae karena seringla dak pakek kondom” (A)

Didukung oleh informasi yang didapatkan dari hasil wawancara informan


kunci pasangan LSL yang menunjukkan bahwa respon ketika lupa
menggunakan kondom saat berhubungan seksual merupakan hal yang
dianggap biasa saja tetapi 2 orang diantaranya menyatakan cemas saat lupa
menggunakan kondom. Hal ini dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“...galak cemas kepikiran jugo takut gek keno penyakit tapi yosudahlah la
terlanjur jugo” (RS)

Universitas Sriwijaya
67

“...biaso bae sih karena memang gunoke kondom tu jarang” (AY)


“...cemas si akutu langsung searching gejala-gejala HIV” (MR)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan LSL dan


pasanganya, maka dapat disimpulkan bahwa sikap pasangan LSL
menggunakan kondom saat berhubungan seks merasa tidak menyukai dengan
penggunaan kondom, kemudian respon LSL menggunakan kondom setiap
melakukan hubungan seksual merasa tidak nyaman dan sikap atau respon
LSL ketika lupa menggunakan kondom menunjukkan respon biasa saja dan
tidak perduli.

5.2.5 Persepsi Penggunaan Kondom Pada Pasangan

Persepsi pemahaman pasangan dalam menggunakan kondom saat


berhubungan seks berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan dengan
informan didapatkan bahwa sebagian besar informan menyatakan bahwa
pasangan tidak memahami dalam menggunakan kondom saat berhubungan
seks.
“...kurang paham kayaknyo si untuk penggunaan kondom ini soalnyo masih
sering dak pakek kondom” (RO)
“...kayanyo dio belum paham samolah cak aku”(A)

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan
pasangan LSL bahwa pasangan tidak memahami dalam menggunakan
kondom.
“...biaso bae si mungkin dio paham tapi karena rasonyo beda kalo pake
kondom tu jadi galak dak makek” (RS)
“...daktau soalnyo dionyo dak mau gunoke kondom kalo dak di paksoi dulu”
(MR)

Didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan


KPA yang menyatakan bahwa belum paham dengan manfaat yang akan
dirasakan jika menggunakan kondom.
“...mereka tu dak galak makek kondom susah mendeteksinyo kadang-kadang
mereka ngomong pakek tapi daktau masih dak paham dengan manfaatnyo kalo
pakek kondom padahal kondom tu alat pencegahan yang sampai sekarang
paling efektif untuk mencegah penyakit menular karena seks” (KPAP)

Persepsi Jika pasangan menolak menggunakan kondom berdasarkan hasil


wawancara yang dilakukan dengan informan menyatakan bahwa Sebagaian

Universitas Sriwijaya
68

besar informan menyatakan bahwa biasa saja saat pasangan menolak untuk
menggunakan kondom dan 1 diantaranya merasa kesal ketika pasangan
menolak menggunakan kondom. Adapun hasil wawancara dapat dilihat pada
kutipan dibawah ini:
“...kalo dio nolak iyo biaso bae sih karena kan kesepakatan bersama”(RO)
“...pernah si kalo dio nolak yo dak papo biaso bae”(L)

Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan


informan pasangan LSL persepsi Jika pasangan menolak menggunakan
kondom Sebagaian besar informan menyatakan bahwa menerima saat
pasangan menolak untuk menggunakan kondom. Adapun hasil wawancara
dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“...biaso bae si bebaskarena aku jugo dak di bayar dio dan dio jugak bayar
aku, aku ngelakuke seks itu yo karena nak fun bae” (TK)
“...awalnyo akunyo maksoi tapi dionyo nolak terus jadi yosudahlah dak papo”
(MR)
“...dak papo karena aku ngikut bae kak” (M)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan LSL dan


pasanganya, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi pemahaman
penggunaan kondom pada pasangan tidak memahami tentang pengunaan
kondom, kemudian jika pasangan menolak untuk menggunakan kondom
informan merasa biasa saja dan menerima tetapi 1 informan merasa kesal saat
pasangan menolak menggunakan kondom.

5.2.6 Persepsi Risiko HIV/AIDS

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan penelitian


didapatkan bahwa persepsi jika LSL dan pasangan tidak menggunakan
kondom efek yang akan dirasakan dikemudian hari seluruh informan LSL
menyatakan efek yang akan dirasakan akan tertular penyakit HIV.
“...kalo dak gunoke kondom tu agek ketularan penyakit HIV” (M)

Di dukung dengan informasi yang diperoleh dari pasangan LSL yang


menyatakan bahwa persepsi jika tidak menggunakan kondom saat berhubungan
seks efek yang akan timbul di kemudian hari akan tertularpenyakit HIV.
Adapun hasil wawancara dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“..takut ketularan penyakit bahkan setelah melakukan seks tepikiran terus

Universitas Sriwijaya
69

bahkan aku batuk bae takut kalo HIV” (MR)


“....iyo pernah tebayang ngeri takut keno HIV kan karena banyak kan yang
keno HIV sekarang ni” (HS)

Persepsi risiko HIV yang di rasakan oleh LSL jika hanya salah satu tidak
menggunakan kondom di dapatkan informasi bahwa efek yang akan di rasakan
kemudian hari aman dari penyakit tetapi 1 informan diantaranya menyatakan
bahwa terkena penyakit jika tidak menggunakan kondom. Adapun hasil
wawancara dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“..dak papo aman kan aku yang jadi top jadi aku yang harus pakek dio dak”
(RH)

Didukung dengan hasil wawancara pasanggan LSL sebagian besar yang


menyatakan bahwa merasa aman dan 1 orang informan yang menyatakan
masih akan terkena penyakit HIV jika hanya salah satu yang menggunakan
kondom saat berhubungan seks.
“...aku dak pakek tapi kalo dio pakek yo aman pasti dari HIV” (V)
“...takut jugo olehnyo yo gek masih keno penyakit HIV” (TK)

Persepsi risiko HIV yang di rasakan oleh LSL jika menggunakan


kondom di dapatkan informasi bahwa seluruh informan menyatakan efek yang
akan di rasakan kemudian hari akan aman dari penyakit. Adapun hasil
wawancara dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“...iyo efeknyo kalo makek pasti aman” (A)

Didukung dengan hasil wawancara pasanggan LSL yang menyatakan


bahwa akan aman jika keduanya menggunakan kondom saat berhubungan seks.

“..pasti aman soalnyo kan kondom tu biso melindungi dari penyakit HIV itu”
(MF)

Dari hasil wawancara informan kunci pasangan LSL maka didapatkan


informasi bahwa persepsi LSL dan pasangan jika tidak menggunakan
kondom efek yang akan timbul di kemudian hari akan tertular penyakit HIV,
kemudian persepsi resiko HIV yang di rasakan oleh LSL jika hanya salah satu
tidak menggunakan kondom di dapatkan informasi bahwa efek yang akan di
rasakan kemudian hari aman dari penyakit tetapi 1 informan diantaranya
menyatakan bahwa terkena penyakit jika tidak menggunakan kondom,

Universitas Sriwijaya
70

kemudian persepsi resiko HIV yang di rasakan oleh LSL jika menggunakan
kondom di dapatkan informasi bahwa seluruh informan menyatakan efek
yang akan di rasakan kemudian hari akan aman dari penyakit . Adapun hasil
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.13
Persepsi Penggunaan Kondom Pada LSL Dan Pasangan
Keduanya Salah satu Keduanya
tidak menggunakan menggunakan
Peran menggunakan kondom kondom
Informan dalam Umur kondom
LSL Aman Terkena Aman
Tertular
penyakit
penyakit HIV
HIV
L Top 16 tahun √ √ √
HS Top 16 tahun √ √ √
RH Top 22 tahun √ √ √
MF Top 21 tahun √ √ √
RO Top 28 tahun √ √ √
A Top 27 tahun √ √ √
MR Bottom 19 tahun √ √ √
V Bottom 19 tahun √ √ √
M Bottom 21 tahun √ √ √
RS Bottom 20 tahun √ √ √
AY Bottom 22 tahun √ √ √
TK Bottom 21 tahun √ √ √
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019
Hal ini juga di dukung oleh informan KPAP yang menyatakan bahwa
LSL memiliki risiko yang sangat besar untuk terjadi penularan HIV dengan
perilaku seks yang melalui anal tanpa menggunakan kondom. Adapun hasil
wawancara dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“...gay itu kemungkinan besak tekenonyo HIV itu besak karena dak gunoke
kondom jadi rato-rato gay ini dak gunoke kondom Cuma pakek pelicin doang,
mereka kurang seneng pake kondom karena perilaku seksnyo yang lewat dubur
itu yang biso menularke HIV” (KPAP)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan LSL


dan informan kunci pasangan LSL, di dukung dengan informan penjangkau
dan KPAP dapat disimpulkan bahwa persepsi risiko HIV/AIDS pada LSL
memiliki risiko tinggi tertular HIV/AIDS dengan persepi LSL dan pasangan
bahwa aman jika hanya dengan salah satu mengunakan kondom saat
berhubungan seksual.

Universitas Sriwijaya
71

5.2.7 Niat Menggunakan Kondom

Rencana yang akan dilakukan kedepan terkait penggunaan kondom pada


LSL berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan di
dapatkan bahwa sebagian besar informan menyatakan bahwa berencana akan
memakai kondom kedepanya saat berhubungan seks tetapi belum untuk
sekarang.
“...ado rencano nak pakek terus” (MF)
“...pengenyo si pake terus tapi belum tau” (HS)

Di dukung dengan informasi oleh informan pasangan LSL yang


menyatakan bahwa rencana yang akan dilakukan kedepan terkait penggunaan
kondom sebagian besar informan menyatakan bahwa berencana akan
memakai kondom kedepanya saat berhubungan seks tetapi belum untuk
sekarang.
“...yo nak pengenyo gunoke terus kalo biso pasangan tu selalu pakek lah
pokoknyo” (AY)
“...pasti ado aku rencano nak pake kondom terus kedepanyo”(MR)

Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi niat untuk selalu


menggunakan kondom pada LSL di ketahui bahwa 2 orang informan
menyatakan hal-hal yang dapat mempengaruhi niat untuk selalu
menggunakan kondom adalah dari berita, 3 diantaranya teman dan pasangan
yang mempengaruhi niat menggunakan kondom, dan 1 diantaranya dari diri
sendiri yang dapat mempengaruhi niat menggunakan kondom.
“...dari kawan galak ngomongi ngasih tau jugo” (A)

Di dukung dengan informasi yang di dapatkan dari pasangan LSL di


ketahui bahwa 2 orang informan menyatakan bahwa hal-hal yang dapat
mempengaruhi niat untuk selalu menggunakan kondom adalah dari teman, 2
orang diantaranya menyatakan bahwa dari internet yang mempengaruhi niat
menggunakan kondom, dan 1 orang diantaranya menyatakan tidak ada yang
mempengaruhi niat menggunakan kondom.
“...dari kawan galak ngomongi untuk makek kondom karena aku cek cek di
yutube mereka jugo menyarankan untuk pake kondom” (MR)

Universitas Sriwijaya
72

Tabel 5.14
Penggunaan Kondom Pada LSL Dan Pasangan
Peran Hal-hal yang dapat mempengaruhi niat
Informan dalam Umur Sosial Diri Tidak
Berita Iklan Pasangan Teman
LSL media sendiri ada
L Top 16 tahun √
HS Top 16 tahun √
RH Top 22 tahun √
MF Top 21 tahun √ √
RO Top 28 tahun √ √
A Top 27 tahun √
MR Bottom 19 tahun √ √
V Bottom 19 tahun √
M Bottom 21 tahun √
RS Bottom 20 tahun √ √
AY Bottom 22 tahun √
TK Bottom 21 tahun √
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan tabel diatas bahwa hal-hal yang dapat mempengaruhi niat
untuk selalu menggunakan kondom pada seluruh informan LSL dan
pasanganya menyatakan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi 2
informan menyatakan dari berita, 2 informan menyatakan dari sosial media, 1
informan menyatakan dari iklan, 2 informan menyatakan dari diri sendiri, 1
informan menyatakan dari pasangan, 7 informan menyatakan dari teman dan
1 informan menyatakan tidak ada yang mempengaruhi untuk emnggunakan
kondom.

Dari hasil wawancara mendalam dengan LSL dan pasanganya, dapat


disimpulkan bahwa LSL memiliki niat untuk menggunakan kondom
kedepanya dalam setiap berhubungan seksual niat tersebut di pengaruhi dari
berbagai hal diantaranya dari berita, dorongan dan ajakan teman, pasangan,
dan keinginan diri sendiri.

Universitas Sriwijaya
73

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian merupakan ketidakmaksimalan peneliti pada saat


melaksanakan penelitian. Penelitian yang berjudul “Perilaku Penggunaan
Kondom Pada Laki-Laki Seks Dengan Laki-Laki Dalam Pencegahan Penularan
HIV/AIDS Di Kota Palembang” ini terdapat beberapa keterbatasan selama
proses penelitian berlangsung. Berikut keterbatasan dalam penelitian ini, adalah
waktu bertemu dengan informan yang harus dimalam hari, kurang maksimalnya
observasi yang dilakukan tidak mencapai 24 jam karena keterbatasan waktu.
Dan beberapa subjek penelitian tidak bersedia untuk di dokumentasikan karena
alasan privasi.

6.2 Pembahasan
6.2.1 Perilaku Penggunaan Kondom

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa menurut dugaan Komisi


Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan LSL di kota Palembang lebih
tertutup dan kebanyakan sulit untuk di deteksi keberadaanya. Salah satu bentuk
perilaku seksual beresiko tinggi adalah aktifitas lelaki seks dengan lelaki (LSL).
LSL menurut Depkes (2009) adalah setiap laki-laki yang memiliki perilaku
berhubungan seks dengan laki-laki, tidak dibatasi pada orientasi tertentu. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Yulfira (2014) bahwa kesulitan
menjangkau penjaringan kasus baru disebabkan LSL yang cenderung tertutup dan
relatif sulit dilakukan pendekatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Dermatoto (2015) bahwa perilaku seksual berisiko tinggi dan rentan terinfeksi
HIV dipengaruhi oleh sikap yang menstigmasi homosekualitas, mereka sering
menyembunyikan orientasi seksualnya, tidak mengakses pencegahan HIV dan
berperilaku seksual berisiko tinggi.

Universitas Sriwijaya
74

Dari hasil penelitian didapatkan penyebab LSL menjadi penyuka sesama


jenis disebabkan banyak hal yang melatarbelakinya mulai dari merasa menyukai
dan nyaman dengan sesama laki-laki, sering mengalami ejekan dari teman, pernah
di lecehkan dengan orang yang lebih dewasa darinya, mendapat pengaruh dari
teman sepergaulan, rasa ingin mencoba-coba, dan merasa berbeda sex dari sejak
kecil. LSL mulai berperilaku menjadi penyuka sesama jenis pertama kali di
lakukan sejak dari SD dan ada yang memulai berperilaku menjadi penyuka
sesama jenis sejak dari SMP dan sejak SMA. LSL mulai berperilaku menyukai
sesama jenis saat usia remaja bahkan pada saat anak-anak. Namun, mereka tidak
pernah membicarakan hal ini pada orang-orang terdekat seperti keluarga mereka
karena berbagai alasan. Hal ini mengacu pada pandangan individu tentang
identitas pribadinya yang dirasa berbeda dari orang lain. LSL mulai berperilaku
menjadi penyuka sesama jenis pertama kali di lakukan sejak dari SD dan ada yang
memulai berperilaku menjadi penyuka sesama jenis sejak dari SMP dan sejak
SMA. LSL mulai berperilaku menyukai sesama jenis saat usia remaja bahkan
pada saat anak-anak.
Menurut hasil penelitian Shaluhiyah (2017) mayoritas LSL mengaku
pertamakali melakukan hubungan seks dengan sesama jenis pada usia muda, dari
usianya mulai 8 tahun hingga 14 tahun. Didukung dengan penelitian Latief (2018)
bahwa munculnya perasaan dari sejak kecil suka terhadap sesama jenis tersebut
timbul pada usia yang berbeda-beda pada tiap responden yaitu antara usia 12-15
tahun pada masa sekolah SLTP-SLTA hal ini menunjukkan bahwa perilaku LSL
adalah mereka yang sangat aktif hormon seksual atau secara biologis
menunjukkan bahwa libido seksual yang tinggi tanpa kontrol diri dan sosial
menyebabkan mereka mencoba-coba melakukanya.. Namun, mereka tidak pernah
membicarakan hal ini pada orang-orang terdekat seperti keluarga mereka karena
berbagai alasan. Hal ini mengacu pada pandangan individu tentang identitas
pribadinya yang dirasa berbeda dari orang lain. Dari perilaku seks yang dilakukan
seluruh LSL dan pasangan melakukan hubungan seksual yang beresiko meliputi
seks anal dan oral tanpa menggunakan kondom, LSL tidak memiliki pasangan
tetap sehingga dapat bergonta-ganti pasangan setelah melakukan hubungan seks

Universitas Sriwijaya
75

dan juga disebabkan LSL hanya menilai pasanganya bersih dari penyakit HIV
melalui penilain fisik saja. Didukung oleh Herlani (2016) perilaku seksual
beresiko timggi yang dilakukan pasangan gay diidnikasikan oleh beberapa hal
yaitu tidak pernah menggunakan kondom, tingginya frekuensi melakukan
hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti, merasa dirinya dan
pasanganya sehat walapun kesehatan mereka sebenarnya tidak sepenuhnya
terjamin. Hal ini menunjukkan bahwa LSL sangat rentan untuk tertular HIV/AIDS
karena perilakunya dan tidak ada pencegahan yang dilakukan oleh LSL utuk
mencegah risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks yang berisko yang
dilakukanya. Didukung oleh penelitian Sidjabat (2017) mereka yang berorientasi
homoseksual mengaku sejak SMA telah memiliki ketertarikan dengan sesama
jenis dan mulai berani melakukan ketika pergi merantau atau jauh dari rumah dan
berada pada lingkungan dengan keberadaan gay yang cukup banyak.
Sebagian besar LSL masih mempunyai ayah dan ibu tetapi hal ini tidak
mempengaruhi LSL untuk merubah perilaku seksual nya yang menyimpang hasil
penelitian yang dilakukan Paryati (2010) Perilaku homoseksual dapat berawal
pada masa kanak-kanak karena gangguan perkembangan seksual seseorang
(psikoseksual pada masa anak-anak atau kerap disodomi) ditambah pengaruh
orang tua yang tidak baik. Selain itu, dalam perkembangannya homoseksual
bukan lagi dianggap sebagai gangguan kejiwaan yang timbul dari pola asuh orang
tua dalam keluarga, namun lebih kepada faktor lingkungan yang mendorong
seseorang untuk berperilaku homoseksual. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Darmayanti (2018) tentang faktor penyebab perilaku laki-laki suka
berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) adalah pola asuh orang tua terhadap
penampilan fisik, dampak pola asuh orang tua, sering curhat dengan teman laki-
laki, lari dari rumah dan menginap dikosan teman, aspek dinamika psikologis,
pernah mengalami kekerasan seksual dengan jenis kelamin saat waktu sekolah
SMP, SMA, mendapat pelecehan seksual, dan dampak yang dirasakan setelah
mengalami pelecehan seksual. Didukung dengan hasil penelitian Rokhmah (2015)
menunjukkan sebagian besar menjadi homoseksual karena pola asuh yang otoriter
(keras) sehingga responden cenderung trauma dengan kekerasan dan memilih
hidup sebagai homoseksual.

Universitas Sriwijaya
76

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa seluruh LSL bertemu dengan


pasangannya setiap hari, namun hal itu tidak membuat mereka lebih sering
melakukan hubungan seksual berisiko, rata-rata mereka melakukan hubungan
seksual 2 sampai 5 kali dalam satu bulan. Semua subjek biasa melakukan
hubungan seksual di hotel dan kos-kosan. Tidak ada kriteria tertentu dalam
menentukan tempat berhubungan. Semua subjek mengaku melakukan hubungan
seksual tidak atas dorongan teman komunitas walaupun menurut mereka teman
komunitas telah mengetahui perilakunya. Jumlah pasangan yang dimiliki dari
mulai menjadi LSL sampai sekarang, paling sedikit mulai dari 3 orang dan yang
paling banyak 20 orang pasangan, LSL tidak memiliki pasangan tetap mereka
cenderung berganti-ganti pasangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sidjabat
(2017) rata-rata LSL berganti pasangan seksual laki-laki dalam empat minggu
terakhir adalah enam orang, semakin banyak pasangan seksual maka tindakan
berhubungan seks secara acak akan meningkat dan mengakibatkan infeksi HIV.
Perilaku yang biasa dilakukan LSL meliputi oral seks dan anal seks. Hal ini
juga didukung dengan hasil observasi bahwa LSL merasa santai, tanpa ada rasa
malu dan biasa saja saat membahas tentang aktivitas seksual anal dan oral karena
memang aktivitas tersebut sudah biasa di lakukan di kalangan LSL dan bukan
menjadi sesuatu hal yang tabu untuk dibicarakan. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan Dwilaksono dan Wahyu (2013) Perilaku seksual dari kaum permisif
LSL akan mudah terkena HIV akibat perilaku hubungan seksual yang tidak aman,
baik yang dilakukan secara anal maupun oral. Hubungan seksual melalui anal
(anal intercouse) yang banyak dilakukan oleh LSL merupakan teknik hubungan
seks yang paling beresiko menular HIV/AIDS. Didukung dengan hasil penelitian
Herlani (2016) bahwa perilaku yang biasa dilakukan subjek meliputi kissing,
necking, petting, intercouse yang meliputi oral seks dan anal seks. Juga berbagai
sebutan seperti es gosrok, jepit paha, gaya 69, gaya monyet, dan lilin cair.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar LSL tidak memakai
kondom sebelum melakukan hubungan seksual seluruh LSL dan pasangan tidak
menggunakan kondom. Frekuensi dalam menggunakan kondom sebagian besar
LSL jarang menggunakan kondom saat berhubungan seks dan seluruh LSL
menyatakan bahwa kondom yang sering di pakai adalah kondom yang berjenis

Universitas Sriwijaya
77

latex. Hal ini dikatakan oleh Nugroho (2012) bahwa responden yang melakukan
perilaku seksual berisiko dalam penularan HIV/AIDS seringkali tidak dibarengi
dengan konsistensi penggunaan kondom dan pelicin. Menurut penelitian yang
dilakukan Limasale (2017) diketahui 70,2% responden tidak menggunakan
kondom dan pelicin secara konsisten dari pertama kali responden melakukan seks
anal hingga wawancara dilakukan. Responden seringkali melalaikan penggunaan
kondom atau pelicin jika dengan pasangan tetap yang diyakini bebas dari
penyakit. Sebagian besar gay memiliki pola hubungan multipartnership dan tidak
dibarengi dengan penggunaan kondom dan pelicin secara konsisten.

6.2.2 Pengetahuan Tentang Penggunaan Kondom dan HIV/AIDS

Pengetahuan tentang penggunaan kondom pada LSL dari hasil penelitian


bahwa seluruh LSL dapat menyebutkan arti kondom, walaupun belum memiliki
pemahaman yang memadai tentang penggunaan kondom. Teori Lawrence Green
menyatakan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan dalam hal ini tindakan
terhadap penggunaan kondom pria salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan
faktor predisposisi (Fauziyah, 2018). Didukung pula dengan penjelasan menurut
Notoatmodjo bahwa pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting
terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku didasari oleh pengetahuan, maka apa yang dipelajari antara lain perilaku
tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan maka tidak akan berlangsung lama. Hal ini berarti jika semakin baik
pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS, maka mempengaruhi tindakan
untuk selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks (Notoatmojo, S. 2010).
Sesuai berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Wardhani (2015) ada
hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kondom dan pelicin dengan perilaku
penggunaan kondom dan pelicin. Hal ini tidak sejalan dengan hasil peneliti
Rokhmah (2015) bahwa tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan kondom
tidak begitu mempengaruhi LSL menggunakan kondom secara konsisten.
Pengalaman seseorang berperan pada tingkat pengetahuanya tetapi tidak banyak
berpengaruh pada sikap dan perilakunya menggunakan kondom secara konsisten,
sehingga walau LSL sudah terpapar informasi terkait HIV hal ini belum bisa

Universitas Sriwijaya
78

menurunkan angka prevalensi HIV khususnya pada LSL. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan yang dapat dikatakan penting, namun tidak berdampak
signifikan pada tindakan mereka.
Dari hasil penelitian LSL mengetahui manfaat dan kerugian menggunakan
kondom agar tidak tertular penyakit HIV tetapi sebagian besar LSL menyatakan
bahwa kekurangan dalam menggunakan kondom yaitu karena merasa tidak
nyaman, rumit dalam menggunakan kondom dan mempunyai rasa yang berbeda
di bandingkan jika tidak menggunakan kondom. Informan tidak menyadari
bahaya yang akan terjadi jika merasa bahwa tidak nyaman dan mengganggu
merupakan kekurangan dari menggunakan kondom. Menurut Rosenstock jika
seseorang mendapat manfaat atau keuntungan terhadap suatu hal maka orang
tersebut akan cenderung mengaplikasikan hal tersebut di dalam kehidupanya, dan
sebaliknya jika suatu hal tersebut tidak memiliki manfaat atau keuntungan bagi
diri seseorang maka orang tersebut tidak akan mengaplikasinya. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian Faulina (2012) mengungkapkan gay atau waria tahu
tentang manfaat kondom, tetapi dalam prateknya mereka tidak berperilaku
demikian hal ini disebabkan karena kondom akan mengurangi kepuasan, sensasi
seks dan pasangan berpendapat bahwa kondom tersebut menyulitkan atau
membuat tidak nyaman pada saat berhubungan seks. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan terkait penggunaan kondom oleh Shaluhiyah (2018) bahwa LSL
pada dasarnya memiliki pengetahuan tentang manfaat kondom, tetapi tidak semua
LSL sudah menggunakan kondom secara konsisten dengan alasan kenikmatan
seksual.
Terkait cara memperoleh kondom dari hasil penelitian ditemukan bahwa
dengan cara membeli dan mendapat pemberian dari teman tetapi hal ini tidak
mempengaruhi LSL untuk selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks.
Pendistribusian dan pemberian kondom oleh KPA dan LSM sampai saat ini terus
dilakukan. Hasil temuan menyatakan peran KPA dan LSM dalam pendistribusian
kondom sudah baik dan selalu mendukung kegiatan penyuluhan pada LSL, tetapi
pelaksaan masih banyak membutuhkan sumberdaya untuk menjangkau LSL.
WHO menyatakan sumber daya yang tersedia merupakan pendukung terjadinya
perilaku. Pada dasarnya program pemerintah terkait kebijakan pemberian kondom

Universitas Sriwijaya
79

gratis telah dilaksankan pada kelompok beresiko melalui KPA dan LSM. Hal ini
tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh teori Lawrence Green yang
menyatakan bahwa rendahnya pemakaian kondom tergantung dari penyediaan
kondom (Fauziyah, 2018). Didukung dengan Shaluhiyah (2018) yang menyatakan
bahwa orang yang mendapatkan kondom secara gratis akan malas untuk
menggunakanya dan kondom hasil membeli kesadaranya untuk menggunakan
sangat tinggi.
Cara menggunakan kondom berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak ada
keterampilan yang dilakukan oleh LSL untuk menggunakan kondom dan LSL
merasa rumit saat akan menggunakan kondom. Goodall et al. (2012) dalam studi
cross-sectional-nya pada MSM di Skotlandia menemukan bahwa keterampilan
penggunaan kondom sangat mempengaruhi tingkat penggunaan kondom.
Responden yang melaporkan mempunyai keterampilan tinggi menggunakan
kondom sedikit memiliki gejala IMS yang dirasakan dimana hal ini merupakan
pertanda digunakannya kondom pada hubungan seks anal berisiko. Dari hasil
penelitiain dari Wardhani (2015) kompenen pengetahuan ada sebagian responden
yang masih belum mengetahui bagaimana cara penggunaan kondom itu sendiri
yaitu memasang kondom sebelum penis ereksi ada 21 orang (10,1%) responden
yang masih belum tahu cara memasangnya. Dan 21,7% responden belum tahu
bahwa saat hubungan seks secara anal perlu menggunakan kondom. Menurut hasil
penelitian Kana (2016) efektivitas kondom sebagai alat pencegah HIV menurut
beberapa studi mencapai 98,7%. Namun cara penyimpanan yang tidak tepat,
kegagalan negosiasi dengan partner seks dan cara penggunaan yang tidak benar
dapat mengurangi efektivitas kondom sebagai alat pencegah penularan HIV.
Pengetahuan LSL tentang HIV/AIDS didapatkan bahwa LSL dapat
menyebutkan arti HIV/AIDS, walaupun belum memiliki pemahaman yang
memadai tentang HIV/AIDS. Informasi tentang HIV dan AIDS diperoleh para
LSL melalui sosialisasi-sosialisasi dari KPA. Sosialisasi-sosialisasi tentang
penggunaan kondom, perilaku seksual beresiko HIV dan AIDS dari KPAP,
diungkapkan LSL merupakan informasi yang dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mereka untuk melakukan pencegahan HIV dan AIDS. Sosialisasi ini
bukan hanya dilakukan satu kali saja oleh KPA tetapi berulang-ulang sehingga

Universitas Sriwijaya
80

pemahaman tentang HIV dan AIDS. Informasi merupakan kekuatan seseorang


untuk melakukan sesuatu. Tanpa informasi, seseorang akan kebingungan
menentukan apa yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi sesuatu. Begitu
pula dengan informasi tentang HIV dan AIDS bagi teman-teman LSL. Menurut
Wang et al (2010) semakin baik pengetahuan tentang HIV akan semakin
memampukan seseorang untuk menilai perilakunya apakah berisiko untuk
terinfeksi HIV atau tidak. Hasil penelitian Ugarte (2013) juga menunjukkan
bahwa pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi kejadian HIV.
Selain itu berdasarkan hasil penelitian sebagian besar mengetahui gejala
HIV/AIDS yaitu nyeri kepala, demam dan batuk yang berkepanjangan. Menurut
pusat data dan informasi Departemen Kesehatan RI infeksi HIV ditandai dengan
gejala-gejala infeksi primer secara umum yaitu demam, nyeri otot, nyeri sendi,
rasa lemah, gejala neurologi seperti sakit kepala, nyeri belakang kepala dan
gangguan saluran cerna. Adapun cara penularan HIV/AIDS sebagian besar LSL
belum mengetahui cara penularan HIV/AIDS berdasarkan hasil penelitian bahwa
cara penularan melewati hubungan seksual, terkena cairan kelamin, terkena darah,
melalui suntikan, dari DNA, dari pakaian, terkena air liur, terkena keringat dan
bersentuhan dengan luka. Menurut Nasronuddin (2012) bahwa cara penularan
HIV/AIDS adalah dengan melalukan hubungan seksual yang tidak aman dengan
orang terinfeksi HIV, dengan menggunakan jarum suntik yang tidak steril, tranfusi
darah yang terinfeksi HIV, melalui ibu hamil yang terinfeksi HIV menularkan ke
bayi sewaktu hamil, melahirkan dan menyusui. Penelitian Zeth et al (2010)
menyebutkan bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang tentang
HIV/AIDS meiliki risiko 4,75 kali untuk terinfeksi HIV/AIDS dibandingkan
dengan masyarakat yang berpengetahuan baik.
Dari hasil penelitian bahwa sebagian besar LSL mengetahui cara
pencegahan penularan HIV/AIDS dengan menggunakan kondom. Pengetahuan
harus mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar untuk melakukan tindakan
pencegahan HIV/AIDS. Peraturan Daerah Kota Palembang No. 16 Tahun 2007
Pasal 5 ayat 2 tentang peningkatan kesadaran kepada kelompok berisiko tinggi
tertular dan menularkan HIV/AIDS untuk mrnggunakan kondom pada setiap
melakukan hubungan seksual tetapi untuk PERDA di tahun 2011 hanya

Universitas Sriwijaya
81

menyatakan pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dihindari dari penggunaan


alat medis dan jarum suntik bersamaan. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Morineua et al (2009) tentang perilaku pencegahan HIV pada LSL di
indonesia, Moruineua menegaskan bahwa pengetahuan tekait HIV dan kondom
yang tinggi tidak memberikan dampak berarti dan langsung pada perilaku
penggunaan kondom responden. Didukung dengan hasil penelitian yang
dilakukan Kana (2016) bahwa LSL ada beberapa alasan yang mempengaruh
tindakan pencegahan antara lain berbekal pengetahuan yang dimiliki, orang yang
menjadi partner seks menjadi pertimbangan untuk pengambilan keputusan
apakah pakai kondom atau tidak, kondisi diri saat hendak melakukan hubungan
seks juga mempengaruhi keputusan untuk memakai kondom atau tidak.
Cara pengobatan yang di lakukan untuk pengobatan penyakit HIV/AIDS
sebagian besar LSL belum mengetahui cara pengobatanya. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa cara pengobatan HIV/AIDS dengan cara meminum
obat kemudian pergi ke dokter, dan LSL juga mengatakan bahwa HIV/AIDS tidak
memiliki obat. Menurut Nasronuddin (2012) sampai saat ini HIV dan AIDS
belum bisa disembuhkan namun infeksi dan replikasi HIV bisa dicegah dengan
obat, pengobatan tersebut dikenal dengan terapi pengobatan antiretroviral.
Pengobatan antiretroviral merupakan terapi yang dijalankan orang dengan
HIV/AIDS dengan cara mengkonsumsi obat seumur hidup.

6.2.3 Sikap Terhadap Penggunaan Kondom

Dari hasil penelitian sikap LSL dan pasangan tidak menyukai untuk
menggunakan kondom beberapa pasangan ada yang meminta untuk menggunakan
kondom tetapi sering menerima penolakan dari LSL. Menurut Azwar (2013) sikap
dikatakan sebagai suatu respon evaluasi. Respon hanya akan timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluasi berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-
negatif, menyenangkan dan tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal
sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap. Teori tersebut menjadi dasar untuk

Universitas Sriwijaya
82

menjelaskan bahwa LSL yang memiliki sikap yang positif terhadap kondom dan
pelicin cenderung berperilaku yang konsisten terhadap perilaku pemakaian
kondom dan pelicin. Melalui penelitian yang dilakukan Laurensius (2015), dapat
disimpulkan pula bahwa pasangan tetap akan cenderung mempengaruhi
penggunaan kondom informan secara positif jika: sifat hubungannya egaliter,
tidak ada yang merasa lebih “berkuasa” atau “dominan” dibanding yang lain,
terutama secara psikologis, kemudian informan terbuka dengan pekerjaannya atau
pasangan tetap dengan cara tertentu mengetahui pekerjaan informan yang
sesungguhnya sebagai informan, pasangan tetapnya laki-laki. Informan dengan
pasangan tetap perempuan cenderung lebih berhati-hati dalam menawarkan
penggunaan kondom, hubungan telah berlangsung cukup lama, paling tidak lebih
dari 3 tahun, dan pasangan tetap “lebih mencintai” informan daripada sebaliknya.
Hasil penelitian yang di lakukan Sugiarto (2011) menunjukkan sikap terkait
penggunaan kondom pada pasangan menyatakan konsistensi penggunaan kondom
2 kali lebih besar yang memiliki pasangan yang bersikap setuju terhadap
penggunaan kondom. Hasil penelitian Wardhani (2015) ada hubungan antara
sikap dengan perilaku penggunaan kondom dan pelicin.
Respon ataupun sikap LSL yang ditunjukkan ketika menggunakan kondom
pada setiap berhubungan seksual, seluruh LSL merasa tidak nyaman
menggunakan kondom saat berhubungan seks sehingga respon ketika LSL lupa
menggunakan kondom merupakan hal yang biasa saja dan tidak perduli jika
lupa menggunakan kondom saat berhubungan. The Casual Model Of Condom
Use yang merupakan modifikasi model IMB menunjukkan sikap memiliki
pengaruh terhadap penggunaan kondom baik secara langsung atau secara tidak
langsung melalui efikasi diri dan melalui keterampilan penggunaan kondom pada
LSL (Htay et al, 2013). Sejalan dengan penelitian Dermatoto (2013) yang
dilakukan bahwa tidak ada perlindungan yang signifikan ketika
membandingkan kadang-kadang menggunakan kondom alasan yang sering
disebut-sebut diantara LSL untuk penggunaan kondom adalah ketidaksukaan
kondom, kenikmatan kuli ke kulit, perasaan dan kekhawatiran kesenangan
berkurang.
Hambatan yang dihadapi LSL dan pasangan dalam membiasakan diri

Universitas Sriwijaya
83

menggunakan kondom merupakan alasan LSL untuk tidak menggunakan kondom


LSL merasa tidak nyaman, terasa sakit, ribet dan mengurangi kepuasan dalam
berhubungan seks. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan
bahwa informan belum memahami akibat jika tidak menggunakan kondom. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rokhmah (2015) menunjukkan bahwa berbagai
alasan pada LSL menyatakan bahwa kendala kenikmatan dan kenyamanan
seksual. Hal ini sejalan dengan teori Helath Belief Model yan mengatakan bahwa
hambatan yang dirasakan mungkin bertindak sebagai penghambat untuk
menjalankan perilaku yang di rekomendasikan. Semakin besar hambatan syang
dirasakan makan akan semakin menghambat eseorang untuk mengadopsi perilaku
tertentu. didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Demartoto (2013), dan
Tiva (2009) sebagian besar pelanggan tidak bersedia untuk menggunakan kondom
saat berhubungan seks karena merasa tidak nyaman dan tidak puas jika
menggunakan kondom. Didukung dengan hasil penelitian Sidjabat (2017)
bahwa LSL beralasan merasa tidak nyaman atau tidak mendapat kepuasaan
ketika memakai kondom karena merasa panas dan keset.

6.2.4 Persepsi Penggunaan Kondom Pada Pasangan

Hasil penelitian menunjukkan persepsi pemahaman yang negatif dan merasa


biasa saja jika pasangan menolak menggunakan kondom. Hal tersebut dapat
dimungkinkan seseorang yang memandang sesuatu hal dengan perasaan atau
pandangan yang negatif akan memberikan hambatan dalam bertindak positif dan
lebih cenderung bertindak negatif. Pemikiran yang salah tentang penggunaan
kondom untuk tindakan pencegahan HIV/AIDS membuat seseorang mengabaikan
keselamatanya dengan berperilaku yang berbahaya seperti tidak menggunakan
kondom saat berhubungan seksual dan selalu berganti-ganti pasangan. LSL
cenderung menganggap remeh efek yang akan terjadi dikemudian hari sehingga
LSL tidak akan berupaya melakukan pencegahan agar tidak tertular HIV/AIDS.
Menurut Walgito (2010) persepsi merupakan bagian dari seluruh proses yang
menghasilkan respon atau tanggapan yang dimana setelah rangsangan diterapkan
kepada manusia. Subprosesnya adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran.
Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Rasa dan nalar

Universitas Sriwijaya
84

bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan, tanggapan,
sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu
rangsangan, dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atua kedua-duanya.
Dari hasil penelitian dari Kristianti (2012) responden yang memiliki
persepsi kerentanan tinggi melakukan praktek menggunakan kondom secara
konsisten saat melakukan hubungan seks beresiko, sebaliknya responden yang
mempunyai persepsi kerentanan yang rendah akan tidak konsisten dalam ptaktek
penggunaan kondom. Hasil penelitian dari Dermatoto (2015) temuan kualitatif
pada LSL terhadap penggunaan kondom dipengaruhi oleh persepsi subjektif
informan tentang keuntungan dan kerugian menggunakan kondom. Hasil
penelitian (Faulina, 2012) menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan
antara persepsi kerentanan terkena HIV/AIDS dengan perilaku seks dalam
melayani pacar ataupun pelanggan. Dengan demikian bisa digambarkan bahwa
persepsi tentang kerentanan dirinya terkena HIV akan mempengaruhi terjadinya
perilaku seks yang aman dengan memakai kondom. Hal tersebut berarti sesuai
dengan pendapat Becker dalam teori HBM yang menyatakan bahwa seseorang
akan bertindak untuk melakukan pencegahan atau pengobatan penyakitnya
apabila dirinya merasa rentan terhadap serangan penyakit tersebut.

6.2.5 Persepsi Risiko HIV/AIDS

Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa pihak Komisi Penanggulangan


AIDS Provinsi Sumatera Selatan menyatakan LSL memiliki risiko yang sangat
besar untuk tertular HIV karena dengan perilaku seks anal yang dilakukan.
Persepsi individu terhadap kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit. Dalam
menghadapi suatu kondisi memperburuk kesehatanya, setiap individu memiliki
persepsi yang berbeda. Individu yang memiliki rasa kerentanan yang rendah akan
menyangkal bahwa dirinya beresiko untuk terkena penyakit, namun individu yang
memiliki rasa kerentanan yang tinggi akan merasa adanya ancaman yang besar
bagi dirinya untuk terkena penyakit (Faulina, 2012). Menurut Dermatoto (2010)
50% LSL berpendapat bahwa faktor risiko infeksi HIV hanya dapat menular bila
melakukan hubungan seks berganti-ganti pasangan. Padahal HIV/AIDS juga
dapat menular melalui jarum suntik, cairan tubuh seperti darah Menurut hasil

Universitas Sriwijaya
85

penelitian yang dilakukan data terbaru AIDS, faktor risiko pada kelompok gay
menyumbang 2,9% kasus. Menurut penelitian yang dilakukan Dermatoto (2015)
LSL mengerti bila menggunakan kondom saat oral seks tidak dapat mengurangi
risiko penularan HIV dan merasa penggunaan kondom saat oral seks mengurangi
kenikmatan daat berhubungan seksual, padahal oral seks juga memberikan risiko
penularan HIV/AIDS.
Persepsi LSL terhadap efek yang akan timbul di kemudian hari dengan
penggunaan kondom seluruh LSL menyatakan akan tertular penyakit HIV jika
tidak menggunakan kondom, merasa aman jika hanya salah satu menggunakan
kondom dan hanya satu LSL yang mengatakan bahwa akan tertular penyakit HIV,
dan merasa aman jika keduanya menggunakan kondom. Menurut teori Health
Belief Model, persepsi individu terhadap kerentanan mereka terkena suatu
penyakit akan mempengaruhi perilaku mereka untuk melakukan pencegahan atau
mencari pengobatan. Individu akan mempertimbangkan seberapa besar
konsekuensinya yang mungkin terjadi jika individu membiarkanya. Semakin
serius mereka percaya pengaruhnya, semakin besar kemungkinan mereka
menganggapnya sebagai ancaman dan melakukan tindakan pencegahan. Hal ini
sejalan dengan penelitian Abebe (2009), yang mendapatkan bahwa terdapat 37,3%
LSL tidak merasa rentan tertular HIV karena alasan hanya memiliki satu pasangan
seksual dan mereka sangat percaya pada pasanganya. Hasil penelitian
McDonough (2012) yang menyatakan persepsi tertular HIV berhubungan dengan
perilaku seksual yang aman. Terkait persepsi risiko, Koumagnanou et al. (2009)
dalam studi kualitatif pada LSL di Togo mengidentifikasi beberapa determinan
psikososial penggunaan kondom. Studi ini menemukan bahwa penggunaan
kondom dipengaruhi motivasi dan kemampuan diri, diantaranya berupa persepsi
risiko terinfeksi HIV.

6.2.6 Niat Menggunakan Kondom

Niat perilaku menggunakan kondom merupakan kecenderungan seseorang


untuk memilih melakukan atau tidak melakukan suatu pekerjaan atau tindakan.
Niat ditentukan sejauh mana individu memiliki sikap permisif pada perilaku
tertentu, dan sejauh bila dia memilih untuk melakukan perilaku itu dia mendapat

Universitas Sriwijaya
86

dukungan dari orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupanya. Pada hasil


penelitian ini didapatkan dari informan penelitian bahwa informan mempunyai
rencana yang akan dilakukan kedepan terkait penggunaan kondom menyatakan
bahwa berencana akan memakai kondom kedepanya saat berhuubungan seks.
Menurut Snehandu B. Kar dalam Notoatmodjo (2010) perilaku itu merupakan
fungsi dari niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatannya
(behavior intention), adanya dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social
support), ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accessibility information), adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk
mengambil keputusan (personal autonomy), dan adanya kondisi dan situasi yang
memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (actionsituation). Penjelasan
tersebut didukung oleh hasil penelitian Khalid (2011) Upaya yang dilakukan
adalah menyediakan kondom, berkomitmen dengan diri sendiri untuk memakai
kondom secara konsisten, serta terus memotivasi diri dengan segala kenyakinan
yang mereka miliki. Dukungan dari pasangan dan lingkungan sekitar juga
mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan HIV dan AIDS.
Ada banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi niat untuk selalu
menggunakan kondom baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Adapun
hal-hal yang dapat mempengaruhi niat untuk selalu menggunakan kondom pada
LSL adalah dari berita, dari teman, pasangan dan dari diri sendiri yang dapat
mempengaruhi niat menggunakan kondom. Menurut fishebein dan Ajzen tingkat
kekuatan niat sama dengan kemungkinan sama dengan seseorang akan
melaksanakan perilaku yang terkait dengan niat tersebut. Menurut Santrock
(2014) menyatakan teman sebaya berfungsi sebagai tempat berbagi dan biasanya
perubahan perilaku disebabkan oleh transfer perilaku sesama teman sebaya. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Wardhani (2015) yang
menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya sangat kuat, seseorang yang
memiliki teman sebaya berperilaku berisiko HIV/AIDS lebih tinggi daripada yang
tidak memiliki teman sebaya berperilaku berisiko HIV/AIDS. Pengaruh teman
sebaya yang dianggap mendukung antara lain memberikan kondom dan pelicin
jika persediaan habis, memberitahu dimana kondom bisa didapatkan,
mengingatkan selalu menggunakan kondom dan pelicin saat melakukan seks.

Universitas Sriwijaya
87

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dalam penelitian ini diketahui bahwa LSL yang diteliti memiliki perilaku
seks dengan sesama jenis disebabkan oleh berbagai hal yaitu mulai merasa tertarik
dan merasa nyaman dengan sesama jenis, pernah mengalami pelecehan yang
dilakukan oleh orang yang lebih dewasa, rasa ingin mencoba-coba dan mendapat
ejekan dari teman. Perilaku menyukai sesama jenis dimulai pada anak-anak
hingga remaja pertama kali melakukan hubungan seksual sejak dari sekolah SD,
SMP dan SMA. Seluruh LSL sudah melakukan berbagai bentuk aktvitas seksual
berisiko yang dilakukan meliputi anal dan oral seks perilaku seksual yang
beresiko yang dilakukan dengan sesama jenis tanpa menggunakan kondom dengan
hambatan yang dirasakan karena kendala kenikmatan, kenyamanan seksual, dan
merasa sakit menggunakan kondom saat berhubungan seksual, kemudian
berganti-ganti pasangan atau tidak memiliki pasangan tetap jumlah pasangan yang
dimiliki dari mulai menjadi LSL hingga saat ini paling sedikit mulai dari 3 dan
paling banyak 20 pasangan dan merasa bahwa pasanganya sehat dari penyakit
HIV/AIDS yang hanya dilihat dari fisik. Rata-rata LSL melakukan hubungan seksual
2 sampai 5 kali dalam satu bulan, semua LSL dan pasangan biasa melakukan hubungan
seksual di hotel dan kos-kosan. Perilaku seks sesama jenis memiliki risiko tinggi
untuk tertular HIV, hubungan seksual yang dilakukan melalui anus merupakan
transmisi infeksi HIV yang lebih mudah karena pada anus hanya terdapat
membran mukosa rectum yang tipis dan mudah sobek sehingga anus mudah
terjadi perlukaan, bila terjadi luka maka akan masuknya virus sehingga
memudahkan untuk terjadinya infeksi.

7.2 Saran

1. Petugas kesehatan bersama LSM perlu melakukan edukasi, konseling dan


pendampingan sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan pemberdayaan

87
88

kepada anak usia remaja, dan kelompok LSL mengenai orientasi seksual,
dampak perilaku laki-laki yang menyukai sesama jenis dan gejala yang
ditimbulkan akibat melakukan hubunga seks dengan sesama jenis tanpa
menggunakan kondom.
2. Dinas Kesehatan bekerjasama melakukan pembinaan untuk membawa dan
memakai kondom kapanpun dan dimanapun saat berhubungan seksual,
mengurangi perilaku seksual beresiko pada LSL dan menyediakan media
informasi dalam bentuk centak seperti poster, leaflet, dan lembar balik.
3. Civitas akademika terkhusus Fakultas Kesehatan Masyarakat perlu
melakukan upaya intervensi melalui media audio visual kepada LSL
mengenai penggunaan kondom, dampak dan gejala yang ditimbulkan
akibat melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis tanpa
menggunakan kondom.

88
DAFTAR PUSTAKA

Abebe A, Mitikie G. 2009. Perception Of High School Students Towards


Voluntary HIV Counseling And Testing, Using Health Belief Model In
Butajira, SNNPR. Ethiop J Health Dev, vol 23, no.2, pp. 148-153.
Azwar S. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Azwar S. 2016. Metode Penleitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Bakai AT et al. 2016. Condom Use And Associated Factors Among Men Who
Have Sex With Men In Togo, West Africa. Pan African Medical Journal,
vol. 23, no.1, pp. 131-142.
BKKBN. 2008. Kesehatan Reproduksi. BKKBN, Jakarta.
Chow E, Wilson D, Zang L. 2012. Patterns Of Condom Use Among Men Who
Have Sex With Men In China. A Systematic Review And Meta-Analysis.
AIDS Behavior, vol.16, no.3, pp. 653-663.
Darmayanti S. 2018. Faktor Penyebab Perilaku Laki-Laki Suka Berhubungan
Seks Dengan Laki-Laki (LSL) Di Kota Bukit Tinggi. Jurnal Endurance,
vol.3, no.3, pp. 213-225.
Demartoto A. 2010. Perilaku LakiLaki yang Berhubungan Seks dengan Laki-Laki
(LSL) untuk Melakukan Test HIV di Kota Surakarta. Laporan Penelitian,
Surakarta.
Dermatoto A, Zahroh S, Heni EPL. 2015. Pengaruh Pengetahuan Dan Perceived
Behavior Control Terhadap Niat Laki-Laki Yang Berhubungan Seksual
Dengan Lakii-Laki (LSL) Untuk Melakukan VCT Di Kabupaten Madiun.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, vol. 10, no.1, pp. 73-88.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan Dan
Pengobatan ODHA. Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan
Petugas Lainya. Ditjen PPM dan PL Depkes, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Buku Pegangan Pendidikan Kelompok Sebaya
Dalam Penanggulangan HIV/AIDS dan PMS Lainnya Di Kalangan
Resiko Tinggi. Ditjen PPM dan PL Depkes, Jakarta.

89
90

Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI. 2017. Laporan Perkembangan HIV-


AIDS dan IMS di Indoensia Triwulan IV 2017. Ditjen P2P Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. 2017. Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan. Pusat Data Kesehatan, Sumsel.
Dinas Kesehatan kota Palembang. 2017. Profil Dinas Kesehatan kota Palembang.
Pusat Data Kesehatan, Sumsel.
Duffy KG, Atwer E. 2005. Psychology For Living: Adjusmen, Growth, And
Behavior Today.Prentice Hall, New Jersey.
Faulina R, Priyadi, N, & Prabamurti. 2012. Perilaku Seks Waria di Kota Tarakan
Provinsi Kalimantan Timur. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia,
vol.11, no.1, pp. 86-93.
Fauziyah, ZR, Priyadi NP. 2018. Respon Remaja Lelaki Suka Lelaki (LSL) dengan
Status HIV Positif terhadap Pencegahan Penularan HIV kepada
Pasangan. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, vol.13, no.1, pp.17-31.
Fisher. 2006. An Information-Motivation-Behavioral Skilss Model Of Adherence
To Antiretroviral Therapy. Health Psyhology, vol.25, no.4, pp. 79-93.
Fisher JD, Fisher WA. 1992. Changing AIDS-risk behavior. Psychological
Bulletin, vol.111, no.3, pp. 455-474.
Goodall L, Clutterbuck D, Flowers P. 2012. Towards Condom Skill: A Cross-
Sectional Study Of The Asosiation Between Condom Proficiency,
Condom Problems And STI Risk Amongst MSM. BMC Public Health,
vol.12, no.2, pp. 747-755.
Goldenberg T et al. 2016. I Consider Being Gay A Very High Risk Factor: How
Perceptions Of A Partner’s Sexual Identity Influence Perceptions Of HIV
Risk Among Gay And Bisexual Men. Sex Res Soc Policy, vol.14, no.1,
pp. 1868-9884.
Hartanto H. 2010. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Herlani N, Emmy R, Bagoes, W. 2016. Gambaran Perilaku Seksual Berisiko Hiv
Aids Pada Pasangan Gay (Studi Kualitatif di Kota Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (E-Journal), vol. 4, no. 3, pp.1059-1066.

Universitas Sriwijaya
91

Htay NN et al . 2013. A Causal Model Of Condom Use Among People Living


With Hiv/Aids In Myanmar. Pasific Rim Int J Nurs Res, vol.17, no.3,
pp. 234-248.
Hyde JS. 1990. Understanding Human Sexuality. The Mcgraw Hill, New York.
Irawan H. 2016. Faktor-Faktor Mempengaruhi Menjadi Gay Di Kota Samarinda.
eJournal Sosiatri-Sosiologi, vol. 4, no.3, pp.235-248.
Kalat JW. 2007. Biological Psychology. Thomson Wadsworth, Canada.
Kana IMP, Christina RN, Ribka L. 2016. Gambaran Perilaku Pencegahan Hiv
Dan Aids Pada Lelaki Suka Lelaki (Lsl) Di Kota Kupang Tahun 2014.
Unnes Journal of Public Health, vol.5, no.3, pp. 252-263.
Kartono K. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Mandar Maju,
Bandung.
Kelly GF. 2001. Sexuality Today: The Human Perspective. Mc Graw Hill
Companies, New York.
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Perkembangan HIV-AIDS Di Indonesia
Triwulan III. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Surveilans terpadu biologis perilaku pada
kelompok beresiko tinggi LSL di Indonesia (STBP). Kemenkes RI,
Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Surveilans Terpadu Biologis Perilaku Pada
Kelompok Beresiko Tinggi LSL Di Indonesia (STBP). Kemenkes RI,
Jakarta.
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2010. Info HIV dan AIDS. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2011. Rangkuman Eksekutif Upaya
Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia 2006-2011. Laporan 5
Tahun Pelaksanaan Peraturan Presiden No.75/2006 tentang Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional.
Koumagnanou G et al. 2009. Hiv Prevalence And Behavior Studies Among
Female Seks Workers In Togo. Bulletin De La Societe De Pathologie
Exotique Spingerlink, vol.110, no.4, pp. 270-275.

Universitas Sriwijaya
92

Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan. 2018. Analisis Situasi


HIV & AIDS Di Provinsi Sumatera Selatan Sampai Juni 2018. KPAP,
Sumsel.
Khalid I. 2011. Pengaruh Self Esteem Dan Dukungan Sosial Terhadap Optimisme
Hidup Penderita HIV/AIDS. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.
Kristianti S, Zahroh S, Piyadi N. 2012. Perilaku Pengguaan Kondom Pada
Pelanggan WPS Di Semampir Kediri. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia, vol.7, no.1, pp. 41-52.
Laurensius NLT. 2015. Analisis Pengaruh Pengetahuan Tentang HIV, Efektivitas
Kondom Dan Kemudahan Memperoleh Kondom Terhadap Penggunaan
Dalam Pencegahan HIV. Jurnal Ilmu Manajemen, vol.12, no.1, pp. 51-
70.
Limasale HY, Tinuk IVG, Syamsulhuda BM. 2017. Faktor- Faktor Yang
Berhubungan Dengan Praktik Penggunaan Kondom Dan Pelicin Pada
Kelompok Gay Dalam Upaya Pencegahan Hiv/Aids Di Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol.5, no.5, pp.1132-1138.
McDonough N. 2012. Factors Influencing Sexual Behavior Among HIV Positive
MSM. Georgia State University, Atlanta.
Miles BM, Michael H. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. UIP, Jakarta.
Musinguzi G et al. 2015. Barriers To Condom Use Among High Risk Men Who
Have Sex With Men In Uganda: A Qualitative Study. PLOS ONE, vol.10,
no.7, pp. 1371-1384.
Muntaen N. et al. 2015. Addressing the Sexual and Reproductive Health Needs
People in Ethiopia: An Analysis of the Current Situation. African Journal
of Reproductive Health, vol.19, no.3, pp. 87-99.
Moleong LJ. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Morineua G, Nugrahini et al. 2011. Sexual Risk Taking, STI And HIV Prevalence
Among Men Whi Have Sex Men In Six Indonesia Cities. AIDS behavior,
vol.15, no.5, pp. 1033-1044.
Najmah. 2015. Epidemiologi Penyakit Menular. Trans Info Media, Jakarta.

Universitas Sriwijaya
93

Nana N. 2016. Konsep HIV/AIDS Seksualitas Dan Kesehatan Reproduksi. Trans


Info Media, Jakarta.
Nasronuddin. 2012 . HIV dan AIDS : Pendekatanbiologi Molekuler, Klinis,
Sosial. Airlangga university, Surabaya.
Niernoventy, Siyoto S, Sari DK. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Homo Sexual (Gay ) Di Kota Kediri. Surya Mitra
Husada, vol. 14, no.1, pp. 68-75.
Nugroho A. 2012. Peran Faktor Harga Diri dan Pusat Pengendalian Diri
Terhadap Perilaku Seksual Lelaki Seks dengan Lelaki di Jakarta Timur.
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan; Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Nursalam, Kurniawati ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmojo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka cipta, Jakarta.
Paryati T, Raksanagara SA. 2010. Gambaran Gaya Hidup (Life Style) Berisiko di
Kalangan Kaum Homoseksual (Gay) di Kota Medan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, vol.1, no.2, pp. 103-113.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKIS Pelangi
Aksara, Yogyakarta.
Pereira H et al. 2014. Condom Use and HIV Related Behaviors And Portuguese
Men Who Have Sex With Men. A Study Of Sexual Behavior And Sexual
Pleasure. Journal of AIDS And Clinical Research, vol.5, no.4, pp. 294-
299.
Rama A, Putra K. 2008. Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum
Homoseksual. Hujjah Press, Jakarta.
Rokhmah D. 2015. Pola asuh dan pembentukan perilaku seksual beresiko
terhadap HIV/AIDS pada waria. Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol.8,
no.2, pp. 153-160.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendikia Press,
Yogyakarta.

Universitas Sriwijaya
94

Santrock JW. 2005. Adolecent, Perkembangan Remaja. The McGraw


Hill.Co.Inc, New York.
Santrock JW. 2014. Psikologi Pendidikan. Salemba Humanika, Jakarta.
Sidjabat FN et al. 2017. Lelaki Seks Lelaki, Hiv/Aids Dan Perilaku Seksualnya Di
Semarang. Jurnal Kesehatan Reproduksi, vol.8, no.2, pp. 131-142.
Skinner. 1983. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.
Slamet S. 2004. Dinamika Kelompok Sosial. Bumi Aksara, Jakarta.
Smith KD et al. 2015. Condom Use Effectiveness For HIV Prevention By
Consistency Of Use Among Men Who Have Sex With Men In The United
States. Acquir Immune Syndr, vol. 68, no.3, pp. 337-344.
Shaluhiyah Z, Dian A, Antono S. 2018. Analisis Hubungan Persepsi Manfaat
Yang Dirasakan Terhadap Konsistensi Penggunaan Kondom Pada
Waria Pekerja Seks Dalam Pencegahan Hiv Aids Di Kota Makassar. Al-
Sihah : Public Health Science Journal, vol.10, no.2, pp.791-799.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Sugiarto N. 2011. Penyebaran HIV/AIDS Pada Pasangan Tetap ODHA Di
Indonesia. Cermin dunia kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Syamsu Y. 2002. Psikologi Perkembangan Anak Remaja. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Tiva MA. 2009. Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Laki-laki Menjadi
Homoseksual dan Risiko Terhadap Penularan IMS dan HIV/AIDS
(Studi Survei di Komunitas Homoseksual di Kabupaten Jember).
Skripsi. Universitas Jember.
UNAIDS. 2012. UNAIDS Report On The Global AIDS Epidemic. Geneva.
UNAIDS. 2015. Report On The Global AIDS Epidemic. Geneva.
Ugarte WJ et al. 2013. Measuring Hivand AIDS-Related Stigma And
Discrimination In Nicaragua: Results From A Community-Based Study.
AIDS Education and Prevention, vol.25, no.2, pp.791-799.
Walgito B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Wahyu S, Taufik A. 2013. Konsep Diri Dan Masalah Yang Dialami Orang
Terinfeksi HIV/AIDS. Jurnal ilmiah konseling, vol.1, no.1.

Universitas Sriwijaya
95

Wang Y et al. 2011. Factors Associated With Utilization Of A Free HIV VCT
Clinic By Female Ses Workers In Jinan City. Northern china. Aids
behacior vol.15, no.4, pp. 702-710.
Wardhani PK, Zahroh S, Argyo D. 2015. Perilaku Penggunaan Kondom dan
Pelicin pada LSL di Kota Surakarta. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia, vol.10, no.1, pp.89-101.
WHO. 2018. Fact Sheet HIV / AIDS. diterbitkan pada tanggal 19 juli 2018.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Erlangga, Jakarta.
Yulfira M. 2014. Pengemabagan Strategi Dalam Upaya Penanggulangan
HIV/AIDS Melalui Pendekatan Sosial Budaya (Studi Di Kota Bukit
Tinggi Sumatera Barat). Jurnal Endurance, vol.5, no.1, pp. 1-14.
Zeth A et al. 2010. Perilaku Dan Risiko Penyakit HIV-AIDS Di Masyarakat
Papua Studi Pengembangan Model Lokal Kebijakan HIV-AIDS. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, vol.13, no.4, pp. 206 – 219.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 1

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 2

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 3

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 4

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 5

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 6

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 7
PERILAKU PENGGUNAAN KONDOM PADA LAKI-LAKI SEKS
DENGAN LAKI-LAKI (LSL) DALAM PENCEGAHAN PENULARAN
HIV/AIDS DI KOTA PALEMBANG

NASKAH PENJELASAN
Bapak/Ibu yang terhormat, serta teman-teman, saya dari mahasiswi
peminatan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sriwijaya akan melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Penggunaan
Kondom Pada Laki-Laki Seks Dengan Laki-Laki (LSL) Dalam Pencegahan
Penularan HIV/AIDS Di Kota Palembang”. Adapun tujuan ataupun manfaat
penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku
penggunaan kondom pada LSL dalam pencegahan penularan HIV/AIDS .

Sebelum melaksanakan penelitian, kami ingin meminta kesediaan teman-


teman, Bapak/Ibu untuk menjadi informan kami dengan bersedia diwawancarai
oleh peneliti dengan membutuhkan waktu wawancara sekitar 60 menit. Adapun
kerahasiaan identitas informan sebagai pemberi informasi dipastikan akan tetap
terjaga.

Semua informasi yang peneliti terima, akan kami jamin kerahasiannya dan
akan olah untuk kemudian digunakan sebagai bahan penelitian kami dalam
menyusun skripsi penelitian sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Apabila
Bapak/Ibu membutuhkan keterangan lebih lanjut mengenai penelitian ini, dapat
menghubungi:

Nama : Eka Rahayu


Alamat : Jl. Nusantara Lrg. Bhayangkara Gang Buntu Kel. Timbangan Kec.
Indralaya Utara Kota Ogan Ilir 30862 Sumatera Selatan
Telepon : 081367988580

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 8

PERILAKU PENGGUNAAN KONDOM PADA LAKI-LAKI SEKS


DENGAN LAKI-LAKI (LSL) DALAM PENCEGAHAN PENULARAN
HIV/AIDS DI KOTA PALEMBANG

(INFORMED CONSENT)

Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengetahui maksud dan
tujuan penelitian tentang “Perilaku Penggunaan Kondom Pada Laki-Laki Seks
Dengan Laki-Laki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di Kota
Palembang” yang dilaksanakan oleh peneliti dari Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas Sriwijaya. Saya
memutuskan setuju jika saya ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela
tanpa paksaan. Bila saya menginginkan, maka saya dapat mengundurkan diri
sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Palembang,.......................2019

Saksi Responden

(....................................) (....................................)

Peneliti

(....................................)

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 9
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
PERILAKU PENGGUNAAN KONDOM PADA LAKI-LAKI SEKS DENGAN
LAKI-LAKI (LSL) DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI
KOTA PALEMBANG
Informan :
Hari/tanggal :
Tempat :
Waktu :
A. Petunjuk Umum
1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan informan.
2. Sebelum melakukan wawancara dilakukan pengenalan dua arah.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam secara singkat.
4. Minta izin kepada informan tentang penggunaan alat elektronik selama
wawancara seperti alat perekam, HP, buku catatan, dll.
5. Pewawancara mencatat suasana wawancara: gambaran umum, tingkah
laku, dan ekspresi informan secara tepat dan benar.
6. Informan bebas menyampaikan pendapat.
7. Jawaban dan tanggapan informan tidak ada yang salah atau benar.
8. Identitas pribadi sebagai informan akan dijamin kerahasiaannya dan
semua informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya.
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Pekerjaan :
3. Jenis kelamin :
4. Umur :
5. Alamat :
6. No hp :
C. Pertanyaan

Universitas Sriwijaya
Pedoman wawancara LSL
No Aspek yang ditanyakan Bentuk pertanyaan
1. Perilaku penggunaan kondom 1. Bagaimana anda bisa menjadi penyuka sesama
pada LSL jenis?
Probing : kapan pertama kali melakukan hubungan
seks
2. Bagaimana dengan status LSL anda? (sebagai
cewek/cowok)
3. Berapa jumlah pasangan anda dari awal menjadi
LSL?
4. Kapan anda terakhir melakukan hubungan seksual
dengan LSL?
5. Bentuk perilaku seks seperti apa yang sering
dilakukan dalam satu tahun terkahir?
Probing : siapakah yang menentukan pilihan seks
yang dilakukan?
6. Biasanya bagaiamana anda dan pasangan anda
sebelum melakukan hubungan seksual?
Probing:
- siapa yang menggunakan kondom saat anda dan
pasangan berhubungan seks?
- seberapa sering anda menggunakan kondom?
- kondom seperti apa yang sering anda gunakan?
2. Pengetahuan terhadap 7. Apa yang anda ketahui tentang kondom?
penggunaan kondom dan Probing: manfaat dan kerugian menggunakan
kondom?
HIV/AIDS
8. Bagaimana cara anda memperoleh kondom?
9. Bagaiamana cara anda menggunakan kondom?
10. Apa saja yang ditimbulkan karena tidak
menggunakan kondom?
11. Apa saja hambatan yang anda hadapi dalam
membiasakan diri memakai kondom?
12. Apa yang anda ketahui tentang HIV?
13. Bagaimana cara penularan HIV?
14. Bagaimana cara pencegahan HIV?
15. Bagaimana pengobatan HIV?
3. Sikap terhadap penggunaan 16. Bagaimana sikap pasangan Anda terhadap
kondom penggunaan kondom pada setiap berhubungan
seks?
17. Bagaimana respon anda terkait penggunan
kondom setiap hubungan seks?
Probing:
- Respon anda ketika lupa menggunakan kondom?
4. Sikap terhadap penggunaan 18. Menurut anda sejauh mana pemahaman pasangan
kondom anda dalam menggunakan kondom saat
berhubungan seksual?
19. Jika pasangan anda menolak untuk menggunakan
kondom, bagaiamana menurut anda?

Universitas Sriwijaya
5. Persepsi risiko HIV 20. Jika anda dan pasangan anda melakukan
hubungan seksual tanpa menggunakan kondom
apa efek dikemudian hari?
21. Bagaimana menurut anda jika anda menggunakan
kondom tetapi pasangan anda tidak menggunakan
kondom saat oral dan anal seks apa efek
dikemudian hari?
22. Bagaiamana menurut anda jika anda dan pasangan
anda melakukan hubungan seksual dengan
menggunakan kondom apa efek dikemudian hari?
6. Niat dalam menggunakan 23. Apa saja rencana yang Anda lakukan ke depan
kondom terkait penggunaan kondom?
24. Hal-hal apa saja yang bisa mempengaruhi niat
Anda untuk selalu menggunakan kondom?

Pedoman wawancara pasangan LSL


No Aspek yang ditanyakan Bentuk pertanyaan

1. Perilaku LSL 1. Bagaimana anda bisa menjadi penyuka sesama


jenis?
2. Bagaimana dengan status LSL anda? (sebagai
cewek/cowok)
3. Berapa jumlah pasangan anda dari awal menjadi
LSL?
4. Kapan anda terakhir melakukan hubungan
seksual dengan LSL?
5. Bentuk perilaku seks seperti apa yang sering
dilakukan dalam satu tahun terakhir?
Probing : siapakah yang menentukan pilihan
seks yang dilakukan?
6. Biasanya bagaiamana anda dan pasangan anda
sebelum melakukan hubungan seksual?
Probing:
- Seberapa sering anda menggunakan kondom?
- Kondom seperti apa yang sering anda gunakan?
7. Siapa yang mendukung atau mempengaruhi
keputusan dalam menggunakan kondom?
2. Pengetahuan terhadap 8. Apa yang anda ketahui tentang kondom?
penggunaan kondom dan Probing: apa saja manfaat dan kerugian
menggunakan kondom?
HIV/AIDS
9. Bagaimana cara anda memperoleh kondom?
10. Bagaiamana cara anda menggunakan kondom?
11. Apasaja yang ditimbulkan karena tidak
menggunakan kondom?
12. Apa saja hambatan yang anda hadapi dalam
membiasakan diri memakai kondom?
13. Apa yang anda ketahui tentang HIV?
14. Bagaimana cara penularan HIV?
15. Bagaimana cara pencegahan HIV?

Universitas Sriwijaya
16. Bagaimana pengobatan HIV?
3. Sikap terhadap penggunaan 17. Bagaimana sikap pasangan Anda terhadap
kondom penggunaan kondom pada setiap berhubungan
seks?
18. Bagaimana respon anda terkait penggunan
kondom setiap hubungan seks?
Probing:
- Respon anda ketika lupa menggunakan
kondom?
19. Bagaimana keyakinan anda mengenai
penggunaan kondom saat berhubungan seks?
4. Persepsi terhadap penggunaan 20. Menurut anda sejauh mana pemahaman
kondom pada pasangan pasangan anda dalam menggunakan kondom
saat berhubungan seksual?
21. Jika pasangan anda menolak untuk
menggunakan kondom, bagaiamana menurut
anda?
5. Persepsi risiko HIV 22. Jika anda dan pasangan anda melakukan
hubungan seksual tanpa menggunakan
kondom apa efek dikemudian hari?
23. Bagaimana menurut anda jika anda
menggunakan kondom tetapi pasangan anda
tidak menggunakan kondom saat oral dan anal
seks apa efek dikemudian hari?
24. Bagaiamana menurut anda jika anda dan
pasangan anda melakukan hubungan seksual
dengan menggunakan kondom apa efek
dikemudian hari?
6. Niat menggunakan kondom 25. Apa saja rencana yang Anda lakukan ke
depan terkait penggunaan kondom?
26. Hal-hal apa saja yang bisa mempengaruhi
niat Anda untuk selalu menggunakan
kondom?

Universitas Sriwijaya
Pedoman wawancara JIP
No Aspek yang ditanyakan Bentuk pertanyaan
1. Pengetahuan, Perilaku LSL dan 1. Sejauh ini bagaimana gambaran LSL di kota
Palembang?
program
2. Seberapa besar resiko HIV pada LSL?
3. Bagaimana perilaku penggunaan kondom pada
LSL saat ini?
4. Apa saja hambatan yang dirasakan dalam
penggunaan kondom pada LSL?
5. Bagaimana pendistribusian kondom saat ini?
6. Program apa yang telah dilakukan oleh JIP terkait
penggunaan kondom pada LSL?
7. Bagaiaman pencapaian program yang telah
dilakukan?
8. Apa saja hambatan yang dihadapi terkait program
yang telah dilakukan?
Pedoman wawancara KPAP
No Aspek yang ditanyakan Bentuk pertanyaan
1. Pengetahuan, Perilaku LSL dan 1. Sejauh ini bagaimana gambaran LSL di kota
Palembang?
program
2. Seberapa besar resiko HIV pada LSL?
3. Bagaimana perilaku penggunaan kondom pada
LSL?
4. Apa saja hambatan yang dirasakan dalam
penggunaan kondom pada LSL?
5. Bagaimana pendistribusian kondom saat ini?
6. Program apa yang telah dilakukan oleh KPAP
terkait penggunaan kondom pada LSL?
7. Bagaiaman pencapaian program yang telah
dilakukan?
8. Apa saja hambatan yang dihadapi terkait program
yang telah dilakukan?

Pedoman wawancara Dinas Kesehatan


No Aspek yang ditanyakan Bentuk pertanyaan
1. Pengetahuan, Perilaku LSL dan 1. Sejauh ini bagaimana gambaran LSL di kota
Palembang?
program
2. Seberapa besar resiko HIV pada LSL?
3. Bagaimana perilaku penggunaan kondom pada
LSL?
4. Apa saja hambatan yang dirasakan dalam
penggunaan kondom pada LSL?
5. Bagaimana pendistribusian kondom saat ini?
6. Program apa yang telah dilakukan oleh Dinas
Kesehatan terkait penggunaan kondom pada
LSL?
7. Bagaiaman pencapaian program yang telah
dilakukan?
8. Apa saja hambatan yang dihadapi terkait program
yang telah dilakukan?

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 10
PEDOMAN OBSERVASI

PERILAKU PENGGUNAAN KONDOM PADA LAKI-LAKI SEKS DENGAN


LAKI-LAKI (LSL) DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI
KOTA PALEMBANG

No Aspek yang diamati Pernyataan Keterangan


Ya Tidak

1. Berpakaian Seperti Perempuan

Memakai Aksesoris Perempuan


2.

Memakai Kutek Kuku


3.

Menggunakan Tatto
4.
Penampilan Dengan Rambut
5. Panjang

6. Cara Berjalan Seperti Perempuan

7. Gaya Berbicara Seperti Perempuan

8. Berkumis

9. Merokok

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN 11

‘’MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI (LAKI-LAKI SEKS DENGAN LAKI-LAKI)
No Pertanyaan Informan
L (16) HS (16) RH (25) MF (21) RO (28) A (27)
1. Perilaku LSL dalam menggunakan kondom
a. Latar belakang menjadi penyuka “...awalnyo aku “...aku tu lebih “...sebenernyo “...awalnyo akutu “...akutu punyo “...coba-coba samo
sesama jenis dari SMP aku tu tertarik samo akuni awalnyo karena sering di kawan akrab cowok kawan kan lamo-
seneng kalo aku liat lanang kalo nengok normal tapi waktu oloki samo kawan dan akutu ngeraso lamo jadi nianan
cowok ganteng cewek tu kaya dak itu karena kareno aku lebih nyaman bae samo kalo liat cowok tu
putih, nah pas la menarik terus aku penasaran jadi akrab samo kawan cowok itu belanjut beda cakituna lebih
SMA aku cari tau jugo pernah mandi pengen nyoba samo aku lanang tu” sampe pengen samo menarik bae ado
ngapo aku lebih bareng samo cewek kawan nah disitu dio dan timbul lah kawan aku yang aku
suko cowok nah jugo aku biaso bae mulai kaya tertarik perasaan samo dio” galaki dulu tapi
disitu aku baru tau malah jijik” karena enak” kayanyo dio
kalo aku tu gay” normal”
Probing “...pertamo sekali “...dari aku SMP “...ngelakui “...dulu pas aku “...pas lulus SMA” “...awalnyo tu pas
- Kapan pertama kali melakukan itu pas SMP samo aku tu lebih tertarik hubungan pertamo SMP” masuk SMA”
hubungan seks kawan itu jadi samo lanang” kali pas aku la
sering jugo” tamat SMA”
Coding 1 Seneng kalau lihat Lebih tertarik Mencoba-coba Ejekan teman, Pas Merasa nyaman Coba-coba dengan
cowok ganteng, dengan laki-laki, dengan teman, SMP sama cowok ,pas teman , Awal SMA
putih, pertama kali dari SMP melakukan lulus SMA
SMP hubungan pertama
kali pas tamat SMA
Coding 2 Suka dengan laki- Suka dengan laki- Coba-coba, lulus Ejakan teman, SMP Nyaman dengan Mencoba-coba, awal
laki, SMP laki , SMP SMA laki-laki, lulus SMA SMA

Interpretasi Informan yang memiliki latar belakang menjadi penyuka sesama jenis mengaku bahwa 3 dari 6 diantaranya lebih menyukai dan nyaman
dengan laki-laki, 1 diantaranya menyatakan bahwa pernah mengalami ejekan teman. Dan 2 diantaranya menyatakan mencoba-coba. 3 dari
6 diantara informan menyatakan pertama kali melakukan hubungan seksual saat SMP dan 3 diantaranya menyatakan pertama kali
melakukan hubungan seks saat SMA
b. Peran anda dalam berhubungan seks “...aku jadi “...sebagai top” “...aku jadi top” “...top aku” “...jadi top” “...top”
lanangnyo”

Coding 1 Jadi laki- lakinya Sebagai top Jadi top top Jadi top Top

Universitas Sriwijaya
Coding 2 Sebagai laki- Bagian atas Bagian atas Bagian atas Bagian atas Bagian atas
lakinya

Interpretasi Seluruh informan mengaku mempunyai peran dalam berhubungan seks adalah bagian atas atau sebagai laki-lakinya

c. Jumlah pasangan anda dari awal “...pasangan aku “...kiro-kiro 5an la “...selamo ngejalani “...sekitar 4an la” “...kalo aku si “...lupo soalnyo dak
menjadi lsl selamo ini 10an” dak ngitung” hubungan baru 3 pasangan 6 samo ngitung palingan
pasang karena aku yang ini” 10an”
tipe wong setia”
Coding 1 Pasangan selama Kira-kira 5 Selama menjalani Kira-kira 4 pasangannya 6 Palingan 10
ini 10 baru 3

Coding 2 10 5 3 4 6 10

Interpretasi 2 dari 6 informan menyatakan memiliki jumlah pasangan dari awal berhubungan seks 10 pasangan dan 4 diantaranya mengaku memiliki
jumlah pasangan yang berbeda-beda mulai dari 3,4,5, dan 6
d. Terakhir melakukan hubungan seksual “...3 minggu yang “...terakhir “...kalo aku minggu “...4 apo 5 hari “...2 minggu yang “...aku seminggu
lalu lah” seminggu yang kemaren terakhir yang lalu lalu berhubungan” yang lalu”
lalu” ngelakukenyo” kayaknyo”
Probing “....kiro-kiro 2 “..kalo aku si galak “...biasonyo galak 3 “...dak tentu berapo “...galak dak tentu 2 “...daktau yo dak
- Berapa kali dalam satu bulan kalian lah” dak tentu berapo kali galak jugo kali tapi sering yo kali galakan” ngitung tapi kiro-
melakukan hubungan seksual kali palingan 3an lebih” palingan 4 an” kiro 4 apo 5an lah”
lah”
Coding 1 3 minggu yang lalu, Seminggu yang lalu, Minggu lalu, 3 kali 4 atau 5 hari yang 2 minggu yang lalu, Seminggu yang lalu,
2 kali 3 kali lalu, 4 kali 2 kali 4-5 kali
Coding 2 3 minggu lalu, 2 Seminggu lalu, 3 seminggu lalu, 3 seminggu lalu, 4 2 minggu lalu, 2 Seminggu lalu, 4-5
kali kali kali kali kali kali
Interpretasi 4 dari 6 informan mengaku bahwa terakhir melakukan hubungan seksual seminggu yang lalu, 1 diantaranya menyatakan melakukan
hubungan seksual 3 minggu yang lalu dan 1 diantaranya mengaku melakukan hubungan seksual 2 minggu yang lalu. Berdasarkan
frekuensi hubungan seks dalam satu bulan 2 informan menyatakan 2 kali dalam sebulan, 2 diantaranya melakukan 3 kali dalam satu bulan
dan 2 diantaranya menyatakan 4-5 kali dalam 1 bulan
e. Perilaku seks yang sering dilakukan “...anal, oral “...anal, oral yang “...kaya kissing, “...berhubungan yo “...beruhubungan “...seks anal oral
intimlah pokoknyo” cak itulah” oral samo anal” kaya biaso tula kaya cakitulah anal” jugo”
suami istri, anal

Universitas Sriwijaya
oral jugo”
Probing “...aku galak “...bareng-bareng “...aku si biasonyo “...samo-samo “...kalo nentuke tu “...galak aku galak
- Siapakah yang menentukan minta” biasonyo” yang minta” nentukenyo” dak langsung bae dio jugo”
pilihan seks yang dilakukan? samo-samo”
Coding 1 -Anal, oral, intim - Anal ,oral -seperti -berhubungan -berhubungan Anal - seks Anal,oral
- minta -sama-sama Kissing,oral, anal seperti Anal,Oral -sama- sama -Sama-sama
biasanya -biasanya minta -Sama sama
menentukannya

Coding 2 -Anal, oral -anal, oral -kissing, oral -anal, oral -anal -anal, oral
- meminta - bersama-sama -meminta -bersama-sama -bersama-sama -bersama-sama
Interpretasi Sebagian besar informan mengaku bahwa bentuk perilaku seks yang sering dilakukan adalah anal dan oral. 2 dari 6 mengaku meminta
saat menentukan bentuk perilaku seks yang akan di lakukan, 4 diantaranya mengaku menentukan bersama-sama bentuk perilaku seks
yang dilakukan
f. Sebelum melakukan hubungan “...dak ado si kak” “...sebelumnyo tu “...pake kondom “..biasonyo kalo “...forplay awalnyo “....dak katek ”
seksual dak ado ngapo- dulu biasonyo” sebelum dak pernah kan terus yo
ngapo langsung bae gunoke kondom” langsung bae”
kalo nak seks”
Probing “...kalo aku si “...jarang pakek “...sering tapi jugo “...jarang pakek” “....jarang galak “jarang dak pernah
- Seberapa sering anda jarang pakek” kondom” kadang idak” pakek galak dak” pakek kondom”
menggunakan kondom?
Probing “...durex, sutra” “..sutra galak “...pake durex, “....yang sutra” “...fiesta” “...yang biaso tula
- Kondom seperti apa yang sering pakek” sutra, viesta” galak di jual kaya
digunakan? sutra”
Coding 1 -Tidak ada - tidak ada langsung -pakai kondom -tidak pernah -foreplay langsung -tidak ada
-jarang pakai seks -sering tapi kadang
menggunakan seks -jarang tidak pernah
-durex, sutra -jarang pakai tidak kondom -jarang pakai pakai kondom
-sutra -durex,sutra -jarang pakai -fiesta -yang biasa dijual
-sutra
Coding 2 -Tidak memakai -tidak memakai -memakai kondom -tidak memakai -tidak memakai -tidak memakai
- jarang memakai -jarang memakai -sering memakai -jarang memakai -jarang memakai -jarang memakai
-latex -latex -latex -latex -latex -latex
Interpretasi Sebagian besar informan menyatakan tidak memakai kondom saat berhubungan seks. 5 dari 6 informan menyatakan bahwa jarang
menggunakan kondom saat berhubungan seks dan seluruh informan menyatakan bahwa kondom yang sering di pakai adalah kondom
yang berjenis latex
2. Pengetahuan terhadap penggunaan kondom dan HIV/AIDS

Universitas Sriwijaya
a. Pengetahuan tentang kondom “...kondom itu “...pengaman untuk “..yo pengamanlah” “kondom itu “...karet untuk “...untuk melindungi
pengaman yo untuk seks” pengaman untuk pelindung pas seks” biar dak ketularan
biar dak tertular seks” penyakit”
penyakit”
Probing “...manfaatnyo biar “...biar dak “..manfaatnyo “...aman kalo pake “...manfaatnyo “...untuk dak
- Manfaat dan kerugian dak keno HIV, kesat ketularan HIV apo supaya kito dak kondom dak keno untuk melindungi ketularan penyakit
menggunakan kondom tapi terus rasonyo penyakit lain terus tertular penyakit tetular penyakit dak biar dak keno kaya HIV, tapi buat
beda bae kalo pake ribet jugo si” HIV apo yang lemaknyo itu galak penyakit mungkin galak dak nyaman”
kondom tu” menularlah, dak nyaman rasonyo yang
kerugianyo galak dipake” kurang teraso”
dak nyaman”
- Cara anda memperoleh kondom “...aku galak beli” “..kawan galak “..dio beli galak aku “..beli” “...beli di indomaret “beli galakan”
ngasih” beli” ado”

- Cara anda menggunakan kondom “...gunokenyo “...pakek bae “...langsung di “...iyo cakitula “...langsung di “...bukak dulu
menurut aku sih langsungan agak pakek pelan-pelan langsung di pakek” pasang bae” bungkusnyo itu
agak susah pas ribet sih” biar dak sobek” langsung bae di
masukinyo ituna” pakek”

- Yang dapat di timbulkan karena “...dapat “...penyakit HIV yo “...biso keno “...keno HIV “...biso keno aids “...keno penyakit
tidak menggunakan kondom menimbulkan yang nular lah apo penyakit menular palingan” atau penyakit lainyo kalo dak ado
penyakit menular” lagi kalo dak lah” yang menular” pengaman tu”
bersih”
- Hambatan yang anda hadapi “...hambatanyo “...ribet dak “dak ado si “....dak nyaman “...enakla dak pakek “...hambatanyo
dalam membiasakan diri memakai karena dak nyaman nyaman pulok” hambatanyo kadang kalo pakek kondom kondom jugo menurut aku si
kondom itu terus ribet jugo tapi ngeraso kurang tu” memang dak pernah karena la tau
makek” puas dan pasangan pakek” bedanyo antara
aku galak kurang makek samo dak itu
nyaman bae jugo enakla dak makek
katonyo sakit” jadi galak dak
makek”
Coding 1 -pengaman agar -Pengaman seks -Pengaman, -Pengaman seks, -Karet pelindung -Pelindung dari
tidak tertular -agar tidak HIV, -Agar tidak - agar tidak tertular -agar tidak terkena tertular penyakit
penyakit Ribet pakai kondom HIV,tidak nyaman penyakit,tidak penyakit,kurang -agar tiak tertular
-agar tidak - diberi -beli nyaman dipakai terasa HIV Sering
HIV,beda rasa jika - Langsung pakai - Perlahan agar -beli -beli membuat tidak
pakai kondom tapi ribet tidak robek - Langsung dipakai -Langsung dipasang nyaman
- Beli - Penyakit HIV - Penyakit menular - Terkena HIV - Terkena AIDS - beli

Universitas Sriwijaya
- susah dalam menular -Kurang -Tidak nyaman -Tidak pakai - Langsung dipakai
memasukkannya -Ribet, tidak puas,kurang kondom - Terkena penyakit
- Menimbulkan nyaman nyaman,sakit -Enak tidak pakai
penyakit menular
-Tidak nyaman,
ribet
Coding 2 Mengetahui tetapi Mengetahui tetapi Mengetahui tetapi Mengetahui tetapi Mengetahui tetapi Mengetahui tetapi
Tidak menyadari Tidak menyadari Tidak menyadari Tidak menyadari Tidak menyadari Tidak menyadari

Interpretasi Seluruh Informan menyatakan bahwa mengetahui tentang kondom, manfaat serta kerugianya, cara memperoleh, cara menggunakan, dan
hambatanya dalam menggunakan kondom tetapi seluruh informan tidak menyadari bahaya yang akan timbul akibat tidak menggunakan
kondom karena merasa tidak nyaman jika menggunakan kondom

b. Pengetahuan tentang HIV/AIDS “...kurang tau kak “..penyakit “....HIV tu penyakit “...panyakit seks” “... HIV yu penyakit “...penyakit menular
Cuma yo penyakit menular” menular dari seks” menular” karena dak pakek
menular itu dan kondom”
ujinyo jugo dak
biso disembuhi”
- Cara penularan “...lewat hubungan, “...lewat darah, “.. dari seks, “...dari hubungan “...nularnyo kalo “..dari cairan,
terus keno cairan hubungan seks biso hubungan darah, seks terus suntikan bersentuhan keno darah samo
kelamin jugo biso” jugo nular” suntikan” jugo biso” luko biso jugo terus hubungan seks”
seks”
- Cara pencegahan “...dicegah pake “...pake kondom “...selalu “....pake kondom” “...biso pake “...gunoke kondom
pengaman” tula taunyo” menggunakan pengaman” terus jangan
kondom” berhubungan samo
yang la HIV”
- Cara pengobatan “...kalo “..minum obat “..setau aku si dak “...pake obat untuk “...minum obat “...kurang tau kak
pengobatanyo kalo palingan untuk HIV ado obatnyo Cuma mencegah kematian palingan kak” kayanyo dak ado
ke dokter palingan” itu” ado untuk cegah itu ado karena dak obatnyo”
kematian bae biso di sembuhi
cakituna” kan”
Coding 1 -Penyakit menular -Penyakit menular -Penyakit menular -Penyakit seks -Penyakit menular -Penyakit menular
-Lewat hubungan -lewat -seks,darah,suntikan -Hubungan -Besentuhan luka, -cairan, darah,
,kena cairan darah,hugungan -menggunakan seks,suntikan seks hubungan seks
kelamin seks kondom -pakai kondom -Pakai pengaman -Mengunakan
-Pakai pengaman -pakai kondom -tidak ada obatnya -Obat mencegah -Minum obat kondom
-pengobatan -minum obat kematian -Tidak ada obatnya
kedokter

Universitas Sriwijaya
Coding 2 Menyadari dan Menyadari dan Menyadari dan Menyadari dan Menyadari dan Menyadari dan
mengetahui mengetahui mengetahui mengetahui mengetahui mengetahui
Interpretasi Informan menyatakan bahwa menyadari akan bahaya penyakit menular yang dapat di timbulkan oleh HIV dan sebagian besar informan
menyatakan bahwa mengetahui penularan HIV yang disebabkan lewat berhubungan seks dan cara pencegahan yang di lakukan dengan
menggunakan kondom
3. Sikap terhadap penggunaan kondom

a. Sikap pasangan Anda terhadap “...kurang seneng “...biaso bae dionyo “...kurang seneng “...biaso bae karena “...dak seneng “..biaso bae si
penggunaan kondom pada setiap kareno diotula nurut tula samo karena katonyo seringla dak pakek biasonyo galak karena dak pernah
berhubungan seks galak minta tapi aku” galak sakit” kondom jugo” nolak” pakek kondom”
karena aku dak
nyaman tadi jadi
dak pakek”
Coding 1 kurang senang, biasa saja, nurut kurang senang, suka biasa saja tidak senang biasa saja
tidak nyaman sakit
Coding 2 Tidak menyukai Biasa saja Tidak menyukai Biasa saja Tidak menyukai Biasa saja

Interpretasi 3 dari 6 informan menyatakan bahwa tidak menyukai menggunakan kondom saat berhubungan seks, 3 diantaranya menyatakan biasa saja
saat menggunakan kondom saat berhubungan seks
b. Respon terkait penggunaan kondom “...dak nyaman “...kurang beraso “...dak papo si “...dak nyaman bae “...kurang suko “...dak enak pakek
setiap berhubungan seks kalo pakek karena ado karena biar aman sih karena tau ngeraso dak kondom dak
kondom” pelindungnyo itu tapi galak buat dak bedanyo” nyaman bae nyaman”
jadi rasonyo beda teraso” cakituna kalo pakek
bae kadang keset” tu”
Probing “...biaso bae “..biaso bae sih “...kadang ngeraso “...kalo lupo tu yo “...dak papo sii “...kalo aku biaso
- Respon ketika lupa karena jarang jugo galak memang dak cemas galakan tapi biaso bae galak dak biaso bae” bae karena seringla
menggunakan kondom pakek kan” pakek” yosudahlah karena pakek jugo” dak pakek kondom”
la terjadi”
Coding 1 -tidak nyaman -kurang terasa, keset -membuat tidak -tidak nyaman -tidak nyaman -tidak enak, tidak
-biasa saja -biasa saja terasa -biasa saja -biasa saja nyaman
-cemas -biasa saja

Coding 2 -tidak nyaman -tidak nyaman -tidak nyaman -tidak nyaman -tidak nyaman -tidak nyaman
-tidak perduli -tidak perduli -cemas -tidak perduli -tidak perduli -tidak perduli

Interpretasi Seluruh informan menyatakan bahwa merasa tidak nyaman menggunakan kondom saat berhubungan seks dan 5 dari 6 informan mengaku
tidak perduli ketika lupa menggunakan kondom saat berhubungan seks, 1 diantaranya cemas ketika lupa menggunakan kondom saat
berhubungan seks

Universitas Sriwijaya
4. Persepsi terhadap penggunaan kondom pada pasangan

a. Persepsi pemahaman pasangan dalam “...daktau aku “...dak tau aku dio “...diotu ngerti tapi “...kayanyo dio “...kurang paham “...kayanyo dio
menggunakan kondom saat paham apo dak paham apo dak itula galak dak paham” kayaknyo si untuk belum paham
berhubungan seks dio” soalnyo yo samo nyaman” penggunaan samolah cak aku”
cak aku nila” kondom ini”
- Jika pasangan anda menolak “...kalo dio nolak “...kalau dio nolak “...kesel si tapi “...iyo dak papo “...kalo dio nolak “...dak papo biaso
menggunakan kondom bagaimana yo dak papo biaso iyo dak papo ” galak aku omongi karena seringla dak iyo biaso bae sih bae”
menurut anda? bae ” biar diotu ngerti” pakek” karena kan
kesepakatan
bersama”
Coding 1 -Tidak tahu -Tidak tahu -ngerti -sepertinya paham -kurang paham -belum paham
-biasa saja -biasa saja -kesel -tidak apa-apa -biasa saja -tidak apa-apa
Coding 2 Tidak memahami -Tidak memahami -memahami -memahami -kurang memahami -tidak memahami
-biasa saja -biasa saja -kesal -tidak apa-apa -biasa saja -tidak apa-apa
Interpretasi 4 dari 6 informan menyatakan bahwa pasangan tidak memahami dalam menggunakan kondom saat berhubungan seks, 2 diantaranya
menyatakan memahami. Sebagaian besar informan menyatakan bahwa biasa saja saat pasangan menolak untuk menggunakan kondom
dan 1 diantaranya merasa kesal ketika pasangan menolak menggunakan kondom
5. Persepsi risiko HIV

a. Persepsi jika tidak menggunakan “...efeknyo pasti “..takut keno “..takut gek keno “...keno penyakit “...cemas efeknyo “...gek keno
kondom kalo ganti penyakit yang cak HIV” menular gek kalo gek malah jadi penyakit takutlah
pasangan terus biso HIV itu” dak pakek kondom penyakit aids” kalo dak pakek
keno penyakit jugo terus” kondom”
si”
Coding 1 Terkena penyakit Terkena penyakit Terkena hiv Terkena penyakit Jadi penyakit aids Terkena penyakit
hiv menular

Coding 2 Tertular penyakit Tertular penyakit Tertular penyakit Tertular penyakit Tertular penyakit Tertular penyakit
HIV HIV menular AIDS
Interpretasi Seluruh informan menyatakan bahwa jika tidak menggunaka kondom saat berhubungan seks efek yang akan di rasakan kemudian hari
akan tertular penyakit
b. Persepsi jika salah satu tidak “...kalo aku gunoke “...aman pasti kan “..dak papo aman “...efeknyo kalo aku “...aku yang pakek “...kalo aku pakek
menggunakan kondom kondom terus pasti gunoke kondom” kan aku yang jadi gunoke terus pasti jadi dak akan kondom terus pasti
aman dari top jadi aku yang aman” tertular penyakit aman”
penyakit” harus pakek dio aman lah”
dak”

Universitas Sriwijaya
Coding 1 Aman dari Pasti aman Aman Aman Tidak akan tertular Aman menggunakan
penyakit menggunakan penyakit, aman kondom
kondom
Coding 2 Aman Aman Aman Aman Aman Aman

Interpretasi Seluruh informan menyatakan bahwa jika salah satu tidak menggunaka kondom saat berhubungan seks efek yang akan di rasakan
kemudian hari akan aman dari penyakit
c. Persepsi jika menggunakan kondom “...efeknyo yo biar “...samo bae aman “...iyo aman kalo “... iyo amanlah “...efeknyo dak ado “...iyo efeknyo kalo
dak ketularan HIV” dari penyakit pake kondom tu” kalo pakek pasti aman dari makek pasti aman”
jugolah” pengaman” penyakit”
Coding 1 Tidak tertular HIV Aman dari penyakit Aman - aman -aman dari penyakit Pasti aman
menggunakan menggunakan
kondom kondom

Coding 2 Aman Aman Aman Aman Aman Aman

Interpretasi Seluruh informan menyatakan bahwa jika menggunaka kondom saat berhubungan seks efek yang akan di rasakan kemudian hari akan
aman dari penyakit

6. Niat menggunakan kondom

a. Rencana yang di lakukan kedepan “...rencanonyo “...pengenyo si pake “...kalo biso si “...ado rencano nak “...pengenyo pakek “...nak gunoke
terkait penggunaan kondom pake terus tapi terus” selalu konsisten pakek terus” terus nak di terus”
daktau lah” untuk gunoke usahailah”
kondom terus”
Coding 1 Pakai terus Pakai terus Konsisten Rencana pakai terus Pakai terus Pakai terus
menggunakan
kondom
Coding 2 Memakai kondom Memakai kondom Memakai kondom Memakai kondom Memakai kondom Memakai kondom

Interpretasi Seluruh informan menyatakan bahwa berencana akan memakai kondom kedepanya saat berhuubungan seks

b. Hal-hal yang dapat mempengaruhi “...kan sekarang “...galak ado berita “...dari diri sendiri “...dari kawan tula “...ado iklan jugo “...dari kawan galak
niat untuk selalu menggunakan banyak yang keno di internet kan jadi tulah yang galak pasangan galak ngaruh kawan ngomongi ngasih
kondom HIV di berita jadi yo pengen selalu harusbiso jugo si” jugo sering ngasih tau jugo”
itulah takut apolagi pake” ngebiasoke” tau”
itu dak biso
disembuhi”

Universitas Sriwijaya
Coding 1 Banyak terkena Berita di internet Dari diri sendiri Dari teman dan Iklan dan pengaruh Dari teman
HIV di berita pasangan teman
Coding 2 Berita Berita Diri sendiri Teman dan Iklan dan teman Teman
pasangan
Interpretasi 2 dari 4 informan menyatakan bahwa hal-hal yang dapat mempengaruhi niat untuk selalu menggunakan kondom adalah dari berita, 3
diantaranya teman dan pasangan yang mempengaruhi niat menggunakan kondom, dan 1 diantaranya dari diri sendiri yang dapat
mempengaruhi niat menggunakan kondom

‘’MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI (PASANGAN LAKI-LAKI SEKS DENGAN LAKI-LAKI)
No Pertanyaan Informan
MR (19) V (19) M (21) RS (20) AY (22) TK (21)
1. Perilaku LSL dalam menggunakan kondom
a. Latar belakang menjadi penyuka “...pertamonyo tu “...pernah di anuke “...pernah dilecehke “...punyo kawan “...awal mulanyo “...Dari kecik tu la
sesama jenis kaya candaan dari samo kakak kelas di waktu SMP karena akrab cowok sering sih Cuma cubo- ngeraso beda sex
temen samo temen lecehkan di gesek- dak berani ketemu pokoknyo cubo be dari cubo- bae terus pas SMP
sebenernyo awalnyo geski, dari situ ngomong samo akrab nian dan cubo itulah jadi dijek-ejeki samo
normal banyak karena ngeraso wong tuo jadi aku akutu terus di oloki raso penasaran na kawan aku la
canda-candaan samo kelemakan jadi diem bae karena samo kawan kawan terus di dalemi- tertarik melakukan
kawan cowok lamo- cakini” enak jugo takut jugo aku ngeraso dalemi jadilah sekspertamo kali
lamo jadi nianan itu ado jadi bingung nyaman bae samo terperangkap di samo kawan
pas aku awal” lamo-lamo yo dio belanjut sampe dunia yang cak ini ngelakukenyo dan
keterusan” pengen samo dio itu” itu laju sering samo
dan timbul lah dio”
perasaan”
Probing “...pas aku awal SMA “...awalnyo dulu “...pas SMA” “...awalnyo pas “...dari semenjak “...pas SMP”
- Kapan melakukan hubungan kelas satu lah” pas aku SD” lulus SMA” SMP”
seks?
Coding 1 -Candaan dari teman -Dilecehkan kakak -dilecehkan -ejekan teman -diolok-olok teman -Dari kecil diejek
-Awal SMA kelas -SMA -Lulus SMA -SMP teman
-SD -SMP
Coding 2 diejek teman,SMA Dilecehkan,SD dilecehkan, SMA diejek teman, SMA Diejek teman, SMP Diejek teman,SMP

Universitas Sriwijaya
Interpretasi Informan yang memiliki latar belakang menjadi penyuka sesama jenis mengaku bahwa 4 dari 6 diantaranya karena pengaruh teman , dan 2
diantaranya menyatakan dilecehkan,. 2 dari 6 informan menyatakan pertama kali melakukan hubungan seksual saat SMP, 2diantaranya
menyatakan pertama kali melakukan hubungan seks saat SMA dan 1 diantaranya pertama kali melakukan hubungan saat SD
b. Peran anda dalam berhubungan “...aku sebagai “...bottom” “...aku jadi bottom” “...jadi bottom” “... jadi bottom” “...boti”
seks wanitanya”
Coding 1 Sebaai wanita Posisi Bawah Posisi Bawah Posisi Bawah Posisi Bawah Posisi Bawah
Coding 2 Wanita Bawah Bawah Bawah Bawah Bawah
Interpretasi Seluruh informan mengaku mempunyai peran dalam berhubungan seks adalah bagian bawah, informan merasa bahwa dirinya
memposisikan sebagai wanita

c. Jumlah pasangan anda dari awal “...sekitar ada 5” “...ado kali e 20 “...10an mungkin “...biso di bilang “...kalo akusih “... dak tau lagi 20n
menjadi lsl kali” dak ngitung” dibawah 10 lah pasangan dikit e kalu”
karena akutu jugo biso di itung kayak
tipe wong pemilih 5 atau lebih lah”
lah”
Coding 1 Kira –kira 5 Kira-kira 20 Kira-kira 10 Dibawah 10 5 atau lebih 20
Coding 2 5 20 10 10 5 20
Interpretasi 2 dari 6 informan menyatakan memiliki jumlah pasangan dari awal berhubungan seks 20 pasangan, 2 diantaranya mengaku memiliki
jumlah pasangan 10 pasangan dari awal menjadi LSL

d. Terakhir melakukan hubungan “....3 minggu yang “...terakhir “...minggu “....terakhir samo “....2 minggu yang “...minggu
seksual dengan LSL lalu lah” seminggu yang lalu kemaren” dio tanggal 17 lalu” kemaren”
lah” kemaren kiro-kiro 2
migguanla”
Probing “....dak tentu si “....kalau “....kiro-kiro 3 kali “....kadangan 3 “....palingan 2 kali “...kalo aku sering
- Berapa kali dalam satu bulan tergantung mood jugo melakukan seks itu biasonyo karena sampai 4 kali la karena jarang sekitar 4 kalian tapi
melakukan hubungan seksual palingan 2 kali” kadang-kadang jadi dak tentu” sesuai dengan ketemu” galak dak tentu
sekitar 3 kalian la” pasangan jugo” jugo”
Coding 1 3 minggu yang lalu, 2 Seminggu yang lalu, Minggu yang lalu, 3 kira-kira 2 minggu 2 minggu yang lalu, Minggu yang lalu, 4
kali 3 kali kali yang lalu, 3-4 kali 2 kali kali
Coding 2 3 minggu lalu, 2 kali Seminggu lalu, 3 Seminggu lalu, 3 2 minggu lalu, 3-4 2 minggu lalu, 2 Seminggu lalu, 4
kali kali kali kali kali
Interpretasi 3 dari 6 informan mengaku bahwa terakhir melakukan hubungan seksual seminggu yang lalu, 2 diantaranya menyatakan melakukan
hubungan seksual 2 minggu yang lalu dan 1 diantaranya mengaku melakukan hubungan seksual 3 minggu yang lalu dan rata-rata frekuensi
melakukan hubungan seksual dalam satu bulan 2 informan menyatakan 2 kali dalam sebulan, 3 diantaranya menyatakan 3 kali dalam
sebulan dan 1 informan menyatakan 4 kali dalam sebulan

Universitas Sriwijaya
e. Perilaku seks yang sering dilakukan “...anal, oral “.. oral palingan “...galak pelukan, “...lebih ke hugging, “..banyak kak e biso “...cak suami istri
biasonyo” ckituna” anal” kissing, anal” kayak hubungan anal samo oral”
intim anal”
Probing “..dianya yang milih” “...samo-samo dio “...dio galakan yang “...galak dio galak “..samo-samo “... Bersama -
- Siapakah yang menentukan sih” minta” aku” biasonyo” sama”
pilihan seks yang dilakukan?

Coding 1 -Anal,oral -Oral -Pelukan,anal -Pelukan -Hubungan -Anal,oral


-Pasangan yang -Bersama-sama -Pasangan yang ,ciuman,anal intim,anal -Bersama-sama
memilih meminta -Bersama-sama -Bersama-sama
Coding 2 Anal,oral,pasangan Oral ,Bersama Berpelukan, anal, Berpelukan, Anal, bersama Anal, Oral, bersama
pasangan Berciuman, anal,
bersama
Interpretasi Sebagian besar informan mengaku bahwa bentuk perilaku seks yang sering dilakukan adalah anal dan oral. 2 dari 6 mengaku pasangan yang
memilih saat menentukan bentuk perilaku seks yang akan di lakukan, 4 diantaranya mengaku menentukan bersama-sama bentuk perilaku
seks yang dilakukan
f. Sebelum melakukan hubungan “...dak ado si “...forplay dulu kak “...galak pake “...biasonyo “...awalnyo “... dak katek si kalo
seksual biasonyo yo langsung galakan demtu kondom dulu” langsung bae idak pemanasan lah sebelumnyo yo
bae” langsung” pake kondom” terus yo langsung langsung bae
bae si” palingan”
Probing “...sering gunoke tapi “...jarang si” “...idak sering, “...sering si idak” “.. jarang si Cuma “....jarang sih
- Seberapa sering anda pernah jugo idak seringla dak pakek” beberapa kali” malah dak pernah
menggunakan kondom? menggunakan” makek kondom”
Probing “...durex itu” “...kondom yang “...sutra galakan “...yang sutra” “...paling fiesta” “...yang karet cakitu
- Kondom seperti apa yang kotaknyo merah” macem-macem” kaya sutra itupun
sering digunakan? dak enak sakit kalo
makeknyo kan itu
adopelicinnyo kalo
la abis pelicinyo
sakit jadi dak enak”

Coding 1 -tidak ada - forplay, tidak ada -pakai kondom -tidak pakai -pemanasan -tidak ada
-sering menggunakan -jarang -jarang kondom -jarang hanya -jarang
-latex -latex -latex -jarang beberapa kali menggunakan
-latex -latex hampir tidak pernah
-latex
Coding 2 -tidak memakai -tidak memakai - memakai kondom -tidak memakai -tidak memakai -tidak memakai

Universitas Sriwijaya
-sering menggunakan -jarang -jarang -jarang -jarang -jarang
-latex menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
-latex -latex -latex -latex -latex
Interpretasi Sebagian besar informan menyatakan tidak memakai kondom saat berhubungan seks. 5 dari 6 informan menyatakan bahwa jarang
menggunakan kondom saat berhubungan seks dan seluruh informan menyatakan bahwa kondom yang sering di pakai adalah kondom yang
berjenis latex

2. Pengetahuan terhadap penggunaan kondom dan HIV/AIDS


a Pengetahuan terhadap kondom “.. untuk penahan “...untuk mencegah “...pencegah “...untuk “..kalo aku si “...alat untuk
penyakit” penyakit kan HIV penyaki penular” melindungi kito kurang tau tentang melindungi biar dak
cakituna” dewek” kondom” keno penyakit pas
seks”
Probing “...biar dak ketularan “...gek ketularan “...biar dak “....untuk “..terhindar dari “...kalo manfaatnyo
- Manfaat dan kerugian penyakit kalo HIV tapi dak enak ketularan penyakit, melindungi dari penyakit aids dan yo untuk melindungi
menggunakan kondom kekuranganyo dak kalo bekondom galak dak lemak penularan penyakit kalo kerugianyo dari penyakit yang
nyaman si” karena galak keset pakeknyo” seksual terus bagi aku si sakit dak lemaknyo tu
walaupun la pake ruginyo tu karena dan dak nyaman” galak ado pelicinyo
pelicin, enakla dak dak nyaman” jugo jadi kalo
bekondom” pelicintu la ilang
jadi sakit jadi dak
enak”
- Cara anda memperoleh “..dio yang beli “...dari kawan “...dikasih kawan” “..pasangan yang “...beli di apotik di “...biasonyo beli si
kondom kadang yo aku yang galak ngasih” galak beli” alfamart” galak beli di
beli” indomaret apo
alfamart”
- Cara anda menggunakan “...tinggal pake bae si “..langsung bae kak “...langsung “....iyo cakitu “...diotula yang “...daktau biasonyo
kondom agak ribet” dipakek” dipakek kak” dipasangi” makek kak langsung makek makek bae”
bae pakek”
- Yang dapat di timbulkan “..gek biso keno “...keno HIV gek “...gek ketularan “...biso jadi kito tu “....penyakit “...was-was jugo si
karena tidak menggunakan penyakit kan kalo dak menular” penyakit HIV yang keno penyakit yang menular cakitu kak kalo dak pake
kondom ado pengaman itu” dak kito inginkan” dak kito inginkan” aids” kondom soalnyo
banyak wong mati
karena HIV”
- Hambatan yang di hadapi “...susah si galakan “...dak nyaman” “...kurang lemak “..kurang yaman “...katek hambatan “....dak enak karena
dalam membiasakan diri makeknyo, terus dak kalo pakek kondom bae” sih karena jarang sakit”
memakai kondom nyaman rasonyo beda dak nyaman” jugo aku makek
nyamanan pas dak kondom karena jugo

Universitas Sriwijaya
pake” dak nyaman dan
pasangan jugo
mendukung”
Coding 1 -Penahan penyakit -Mencegah penyakit -Mencegah penyakit -Melindungi diri -Kurang tahu -Alat untuk
-Agar tidak tertular HIV menular -Melindungi dari -Terhindar dari melindungi agar
penyakit, tidak -Tertular HIV, suka -Agar tidak penularan penyakit penyakit AIDS, tidak terkena
nyaman kesat ketularan penyakit seksual, tidak sakit, tidak nyaman penyakit seks
-Dia dan saya yang -Diberi teman -Tidak enak nyaman -Membeli -Melindungi dari
membeli -Langsung dpakai memakainya -Pasangan yang -Langsung dipakai penyakit, sakit,
-Tinggal pakai, agak -Terkena HIV nanti -Diberi teman membeli -Penyakit menular tidak enak
ribet menular -langsung dipaka -Dipasangkan -Tidak nyaman, dan -Biasanya membeli
-Terkena penyakit -Tidak nyaman -Tertular penyakit -Terkena penyakit pasangan -Tidak tahu
-Susah memakai HIV yang tidak mendukung biasanya langsung
,Tidak nyaman saat -Kuran enak, tidak diinginkan pakai
dipakai nyaman -Kurang nyaman -Kematian akibat
HIV
-Tidak enak karena
sakit
Coding 2 Menyadari dan Menyadari dan Menyadari dan Menyadari dan Tidak mengetahui Menyadari dan
mengetahui mengetahui mengetahui mengetahui tetapi menyadari mengetahui

Interpretasi Seluruh Informan menyatakan bahwa mengetahui tentang kondom, manfaat serta kerugianya, cara memperoleh, cara menggunakan, akibat
yang akan timbul dan hambatanya dalam menggunakan kondom tetapi seluruh informan tidak menyadari bahaya yang akan timbul akibat
tidak menggunakan kondom karena merasa tidak nyaman jika menggunakan kondom
b. Pengetahuan tentang HIV/AIDS “..penyakit yang dak “...penyakit “...penyakit itu yang “..penyakit yang “...kalo HIV si aku “...dak pulo tau si
biso di sembuhin dan menular” dak biso sembuh” menular” belum banyak tau tentang HIV tu apo
menular” tula aku galak takut dari caropenularan
kalo sebasengan dan sebagainyo tu
pasangan” dak tau jugo si”
- Cara penularan HIV? “....penularan lewat “...dari darah, dari “...dari hubungan “...setau aku si dari “..caro penularan “..daktau si”
air liur, air mani bisa kurangnyo pakek seks” gen dari DNA, keno HIV paling dari
juga, dari bibir, dan pengaman” sperma karena hubungan, dari
jarum suntik” setiap gesekan tu keringet jugo biso
ado luko jadi kalo nularkan, dari
sperma tu keno di pakean biso, dari
anus kito yang lecet air liur jugo biso”
tu biso jadi
ketularan, dari

Universitas Sriwijaya
darah jugo biso”

- Pencegahan HIV? “....pake kondom lah” “...dari pengaman “...gunoke kondom “..gunoke “...palingan kito tu “... kalo untuk seks
itula” pas lagi seks” pengamanla setiap harus lebih hati-hati pake kondom biar
berhubungan” bae sih” aman”
- Pengobatan HIV? “...pengobatanya “..ke dokter kali” “...daktau minum “...dak biso si di “...untuk “..daktau”
kayanya Cuma bisa obat palingan” obati Cuma biso pengobatanyo
untuk nahan rasa bae ado obatnyo palingan ke dokter”
sakit kalo untuk untuk mencegah
ngobati gak bisa” kematian”
Coding 1 -penyakit yang tidak -Penyakit menular -Penyakit yang -Penyakit yang -Belum tahu -Tidak tahu
bisa di sembuhkan -Dari darah , tidak bisa menular -Hubungan, -Tidak tahu
dan menular kurangnya memakai disembuhkan -Dari DNA keringat, pakaian -Pakai kondom
-lewat air liur, air pengaman -Hubungan seks -Terkena sperma, ,air liur -Tidak tahu
mani, dari bibir dan -Pengaman -Menggunakan luka, darah -Lebih berhati-hati
jarum suntik -Kedokter kondom -Menggunakan -Pengobatan
-memakai kondom -Minum obat pengaman kedokter
-Pengobatan hanya -Tidak bisa diobati
untuk mengurangi Cuma untuk
rasa sakit mencegah kematian
Coding 2 Kurang mengetahui Kurang mengetahui Kurang mengetahui Tidak mengetahui Tidak mengetahui Tidak mengetahui
tetapi menyadari tetapi menyadari tetapi menyadari tetapi menyadari tetapi menyadari dan tidak menyadari
Interpretasi Informan menyatakan bahwa menyadari akan bahaya penyakit menular yang dapat di timbulkan oleh HIV dan 3 dari 6 informan
menyatakan bahwa kurang mengetahui penularan HIV , 3 darinya menyatakan bahwa tidak mengetahui cara penularan dan cara pencegahan
yang di lakukan dengan menggunakan kondom

3. Sikap terhadap penggunaan kondom


a. Sikap pasangan terhadap “...dionyo galak dak “...seneng dak “...dionyo galak “..biaso bae si kalo “...tergantung “...kalo selamo ini
penggunaan kondom pada setiap seneng padahal aku seneng si kalo kato nolak kalo nak pake yo pake kalo dionyo si kak si fine-fine bae sih”
berhubungan seks sering mintak untuk dio keset kalo pake ngelakuke kalo dak yo dak” kadang seneng
pake” kondom tu kurang kurang lemak bae kadang dak”
beraso jadi dio dak makek kondom tu
pulo seneng” oleh la tau bedanyo
makek samo dak
pakek”
Coding 1 Tidak senang Kurang senang Menolak Biasa saja Tergantung Biasa saja
pasangan

Universitas Sriwijaya
Coding 2 Tidak menyukai Kurang menyukai Menolak Biasa saja Tergantung Biasa saja

Interpretasi 2 dari 6 informan menyatakan bahwa biasa saja saat menggunakan kondom saat berhubungan seks, 2 diantaranya menyatakan tidak
menyukai saat menggunakan kondom saat berhubungan seks, 1 diantaranya menyatakan menolak untuk menggunakan kondom dan 1
diantaranya menyatakan tergantung dengan pasangan untuk menggunakan kondom
b. Respon terkait penggunaan “...dak suko tapi dak “...aku nurut samo “...karena kalo “...aku si nurut “...kurang suko “...kurang suko si
kondom setiap berhubungan papo si biar aman pasangan aku tula dibandingi gunoke bae” karena dak nyaman karena dak enak”
seksual jugo pake kondom” tapi memang kondom apo dak tula makonyo
kurang beraso kalo enakla idak gunoke jarang pake
pake kondom tu” kondom” kondom”
Probing “...cemas si akutu “...biaso bae karena “...biaso bae karena “...galak cemas “...biaso bae sih “....dak papo si
- Respon anda ketika lupa langsung searching galak dak pake jarang gunoke kepikiran jugo takut karena memang biaso bae “
menggunakan kondom? gejala-gejala HIV” kondom jugo” kondom” gek keno penyakit gunoke kondom tu
tapi yosudahlah la jarang”
terlanjur jugo”
Coding 1 - tidak menyukai, -Atas kemauan -Tidak menyukai -Atas kemauan -Kurang menyukai, -Kurang menyukai,
aman menggunakan pasangan penggunaan pasangan tidak nyaman tidak enak
kondom -Biasa saja kondom -Cemas , takut -Biasa saja -Tidak apa apa ,
-Cemas -biasa saja biasa saja
Coding 2 Tidak menyukai, Terpaksa , biasa Tidak menyukai, Terpaksa ,cemas Tidak menyukai, Tidak menyukai,
cemas saja biasa saja biasa saja biasa saja
Interpretasi 3 dari 6 informan menyatakan bahwa kurang menyukai menggunakan kondom saat berhubungan seks, 3 diantaranya menerima saat
pasangan menggunakan kondom saat berhubungan seks dan 4 dari 6 informan mengaku biasa saja ketika lupa menggunakan kondom saat
berhubungan seks, 2 diantaranya cemas ketika lupa menggunakan kondom saat berhubungan seks.
4. Persepsi terhadap penggunaan kondom pada pasangan
a. Persepsi pemahaman pasangan anda “...daktau soalnyo “...daktau jugo si “...daktau paham “...biaso bae si “...kurang tau aku “...dak tau soalnyo
dalam menggunakan kondom saat dionyo dak mau kak” apo idak yo cak aku mungkin dio paham kak” tergantung si galak
berhubungan seks? gunoke kondom kalo nila palingan kak” tapi karena rasonyo makek galak dak “
dak di paksoi dulu” beda kalo pake
kondom tu jadi
galak dak makek”
- Jika pasangan anda menolak “...awalnyo akunyo “...terimo bae kak” “...dak papo karena “...kadang nerimo “...yosudah dak “...biaso bae si
menggunakan kondom maksoi tapi dionyo aku ngikut bae kak” bete terus kesel dan papo karena itu bebaskarena aku
baagaimana menurut anda? nolak terus jadi pasti langsung idak dijadikan jugo dak di bayar
yosudahlah dak berenti galak aku masalah” dio dan dio jugak
papo” tinggali balek” bayar aku, aku
ngelakuke seks itu

Universitas Sriwijaya
yo karena nak fun
bae”
Coding 1 -Tidak tahu -Tidak tahu -Tidak tahu -Paham -Kurang tahu -Tidak tahu
-Memaksa tetapi -Menerima -Menerima -Menerima, bete, -Menerima -Bebas
ditolak kesel, tinggal pergi
Coding 2 Tidak megetahui, dan Tidak megetahui, Tidak megetahui, Megetahui, dan Tidak megetahui, Tidak megetahui,
menerima dan menerima dan menerima menerima dan menerima dan menerima
Interpretasi Sebagian besar informan menyatakan bahwa pasangan tidak memahami dalam menggunakan kondom saat berhubungan seks, dan
Sebagaian besar informan menyatakan bahwa menerima saat pasangan menolak untuk menggunakan kondom
5. Persepsi risiko HIV
a. Persepsi jika tidak menggunakan “..takut ketularan “....iyo pernah “...kalo dak gunoke “..cemas pasti si “...gek takutnyo “...iyo pasti takut la
kondom penyakit bahkan tebayang ngeri kondom tu agek gek ketularan HIV” keno aids” was-was jugokalo
setelah melakukan takut keno HIV kan ketularan penyakit dak gunoke kondom
seks tepikiran karena banyak kan HIV” gek keno penyakit”
terusbahkan aku yang keno HIV
batuk bae takut kalo sekarang ni”
HIV”
Coding 1 Tertular penyakit Takut terkena HIV Tertular penyakit Cemas tertular HIV Takut terkena Takut terkena
HIV, takut HIV AIDS penyakit
Coding 2 Tertular penyakit HIV Tertular HIV Tertular HIV Tertular HIV Tertular AIDS Tertular penyakit

Interpretasi Seluruh informan menyatakan bahwa jika tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks efek yang akan di rasakan kemudian hari
akan tertular penyakit HIV
b. Persepsi jika salah satu tidak “..aman kalo dio “...aku dak pakek “...kalo dio gunoke “...memang aku dak “...iyo kalo gunoke “...takut jugo
menggunakan kondom pakek kondom” tapi kalo dio pakek kondom aman pernah pake jadi kondom aman” olehnyo yo gek
yo aman pasti dari pasti” kalo dio pake yo masih keno penyakit
HIV” aman” HIV”
Coding 1 Aman kalau memakai Aman dari HIV Aman jka Aman jika Aman jika Takut terkena
kondom menggunkan menggunaakan menggunaakan penyakit
kondom kondom kondom
Coding 2 Aman Aman Aman Aman Aman Terkena Penyakit

Interpretasi Sebagian besar informan menyatakan bahwa jika salah satu tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks efek yang akan di rasakan
kemudian hari aman dari penyakit
c. Persepsi jika menggunakan kondom “...kalo pake kondom “...aman kak idak “...aman karena “..pasti aman “...pastinyo “...iyo kalo gunoke
yo aman idak tertular tertular penyakit” pakek kondom jadi soalnyo kan kondom terhindar dari kondom tu pasti yo
penyakit” dak keno HIV” tu biso melindungi penyakit dan selalu aman cakituna”

Universitas Sriwijaya
dari penyakit HIV aman kak”
itu”
Coding 1 Aman tidak tertular Aman tidak tertular Aman karena Aman karena Terhindr dari Aman karena
penykakit penykakit memakai kondom memakai kondom penyakit dan selalu menggunakan
aman kondom
Coding 2 Aman Aman Aman Aman Aman Aman

Interpretasi Sebagian besar informan menyatakan bahwa jika menggunakan kondom saat berhubungan seks efek yang akan di rasakan kemudian hari
aman dari penyakit
6. Niat menggunakan kondom
a. Rencana yang akan dilakukan “...pasti ado aku “....ado rencano “...nak pakek “...sejauh ini si aku “...yo nak pengenyo “...tergantung
kedepan terkait penggunaan rencano nak pake untuk pasangan kondom terus lah masih nyaman tapi gunoke terus kalo pasanganyo si kalo
kondom kondom terus akutu gunoke dionyo pengenyo” memang dak biso pasangan tu dio makek kondom
kedepanyo” kondom terus” senyaman kalo dak selalu pakek lah yo pakek jugo terus
makek kondom pokoknyo” kalo kalo kato dio
ckituna tapi yo idak pake kondom
harus pakek” yo dak papo tapi
kalo aku si
pengenyo
kedepanyo yo
gunoke kondom
terus karena
sekarang ni banyak
wong homo yang
nyebarin penyakit”
Coding 1 Ada rencana untuk Ada rencana untuk Selalu ingin terus Masih belum Selalu ingin terus Ada keinginan
memakai kondom selalu menggunakan nyaman menggunakan untuk terus
menggunakan kondom menggunakan kondom menggunakan
kondom kondom kondom
Coding 2 Memakai kondom Memakai kondom Memakai kondom Mencoba memakai Memakai kondom Memakai kondom
kondom
Interpretasi Sebagian besar informan menyatakan bahwa berencana akan memakai kondom kedepanya saat berhuubungan seks

b. Hal-hal yang dapat mempengaruhi “...dari kawan galak “...kadang liat di “...dukungan dari “...diri aku dewek “...ado dari kawan “...dak katek si
niat untuk selalu menggunakan ngomongi untuk goggle, facebook kawan galak ngasih masih galak untuk galak ngomongi karena memang
kondom makek kondom tentang penyakit- tau ngingeti” gunoke kondom untuk gunoke kawan-kawan aku
karena aku cek cek di penyakit HIV untuk terus kawan aku kondom cakitu si jugo dak ado yang

Universitas Sriwijaya
yutube mereka jugo gunoke kondom jadi jugo support makek kak karena bnyak gunoke kondom”
menyarankan untuk galak ngeri tepikir kondom jugo” kawan deket”
pake kondom” jugo untuk gunoke
kondom terus”
Coding 1 Dari teman, youtube Lihat di google, Dukungan dari Dari diri sendiri, Dari teman Tidak ada, teman-
facebook tentang teman teman juga teman tidak
HIV mensupport memakai
Coding 2 Teman, Youtube Internet Teman Diri sendiri, teman Teman Tidak ada

Interpretasi 2 dari 4 informan menyatakan bahwa hal-hal yang dapat mempengaruhi niat untuk selalu menggunakan kondom adalah dari teman, 2
diantaranya menyatakan bahwa dari internet yang mempengaruhi niat menggunakan kondom, dan 1 diantaranya menyatakan tidak ada
yang mempengaruhi niat menggunakan kondom

‘’MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI PENJANGKAU)


No Pertanyaan
Penjangkau
1. Gambaran LSL di kota Palembang? “...Kalau sejauh ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya mereka ini sudah mulai terbuka dengan
identitas mereka sendiri walaupun mereka masih memandang dan melihat tempat hanya di tempat-tempat
tertentu, mereka ini kalau bertempu memang memiliki tempat atau camp tertentu bisa di mall bisa juga di
cafe ataupun temat-tempat nongki para remaja dan juga mereka sering berkumpul di kos-kosan atau hotel”

Coding 1 Sejauh ini LSL mulai terbuka dengan identitas tetapi ditempat tempat tertentu seperti mall , cafe, kos-kosan
ataupun hotel

Coding 2 LSL mulai terbuka dengan identitasnya di tempat-tempat tertentu


Interpretasi Informan pejangkau menyatakan bahwan gambaran LSL di kota palembang mulai terbuka dengan
identitasnya tetapi hanya di tempat-tempat tertentu
2. Seberapa besar risiko HIV pada LSL “....mereka memiliki resiko yang sangat besar dikarenakan mereka melakukan hubungan seks ini melalui
anal bukan melalui vaginal, dari segi penularan jika kelamin laki-laki itu luka atau lecen dan yang bagian
anal pasangannya itu lecen ataupun terluka otomatis itu juga akan terjadi pertukaran darah”
Coding 1 Memiliki resiko yang sangat besar karena melakukan hubungan seksual melalui anal kemungkinan besar
tertular karena terjadi pertukaran darah
Coding 2 Memiliki resiko yang sangat besar dengan perilaku seks melalui anal
Interpretasi Informan menyatakan bahwa LSL memiliki resiko yang sangat besar untuk terjadi penularan HIV dengan
perilaku seks yang melalui anal

Universitas Sriwijaya
3. Perilaku penggunaan kondom pada LSL “...nah sebenarnya dari pihak KPA itu sendiri selalu memberikan edukasi dan pemahaman kepada mereka
pentingnya menggunakan kondom pada hubungan seks, tetapi dari mereka kebanyakan tidak menggunakan
kondom saat berhubungan seks”
4. Hambatan yang dirasakan dalam penggunaan kondom pada lsl ‘...kalau sejauh ini sih mereka ketika ingin meminta kondom untuk melakukan hubungan seks itu tidak ada
hambatan, tetapi ada juga tetap rutin memberikan satu kotak kondom dan kita mengecek dan mennayakan
mereka itu melakukan hubungan seks 1 bulan itu berapa kali karena memang dari pihak KPA itu pernah
mendapat kabar bahwa yang setiap kali habis itu hanya pelicinnya saja kondomnya hanya berkurang
beberapa dan bertanya kepada mereka kenapa tidak menggunakan kondom hanya mengguakan pelicinya
saja dan mereka beranggapan bahwa LSL itu ketika menggunakan kondom itu risih, tidak nyaman, tidak
nikmat dan itulah yang menjadi kesulitan mereka dalam berhubungan seks”
Coding 1 -Dari pihak KPA selalu memberikan edukasi dan pemahaman tentang pentingnya menggunakan kondom
tetapi LSL kebanyakan tidak menggunakan kondom
-LSL beranggapan bahawa ketika menggunakan kondom itu risih, tidak nyaman, tidak nikmat.
Coding 2 Kebanyakan LSL tidak menggunakan kondom, risih, tidak nyaman dan tidak nikmat
Interpretasi Perilaku penggunaan kondom pada LSL kebanyakan masih tidak menggunakan kondom dengan hambatan
atau kesulitan karena merasa tidak nyaman dan merasa tidak nikmat menggunakan kondom saat
berhubungan seks
5. Pendistribusian kondom saat ini “...untuk saat sekarang pihak KPA ini terkendala di finansial tetapi dari KPA ini selalu membagikan
kondom untuk LSL dan komunitas lain selalu ada”
Coding 1 Dari pihak KPA selalu membagikan kondom untuk LSL
Coding 2 KPA membagikan kondom untuk LSL
Interpretasi Informan menyatakan bahwa pendistribusian kondom di dapat dari KPA dan penjangkau yang selalu
membagikan ke LSL
6. Program yang telah dilakukan terkait penggunaan kondom pada “...kalo untuk program KPA ini mempercayakan program ke LSM di kota palembang ini ada YIM dan SP
LSL nah mereka selalu mengadakan pertemuan tiap bulan pada komunitas baik LSL atau komunitas yang lainya,
memberikan edukasi kemudian wawasan tentang penggunaan kondom, bahaya seks bebas dan hal-hal pada
perilaku seks mereka dan itu selalu rutin dilakukan pada LSL”
Coding 1 KPA mempercayakan program ke LSM dikota Palembang, LSM yang selalu megadakan pertemuan setiap
bulan pada komunitas LSL untukmemberikan edukasi, wawasan tentang penggunaan kondom, bahaya seks
bebas.
Coding 2 LSM memberikan Edukasi, wawasan penggunaan kondom, bahaya seks bebas
Interpretasi Informan menyatakan bahwa program yang dilakukan oleh LSM terkait penggunaan kondom pada LSL
dengan memberikan edukasi, wawasan penggunaan kondom dan bahaya seks bebas
7. Pencapaian program yang telah di lakukan “...dari segi pencapaian program tidak bisa di lihat secara signifikan karena ada beberapa LSL yang
mereka itu ada yang sudah berhenti melakukan hubungan seks pada sesama jenis, tetapi kami tidak
langsung lepas tangan karena kami harus tetap mengontrol mereka tetap mengawasi dan menjalin
komunikasi dengan mereka dan jangan sampai mreka mengulang perilaku itu lagi”

Universitas Sriwijaya
Coding 1 Pencapaian program tidak bisa di lihat secara signifikan
Coding 2 Pencapaian program tidak bisa di lihat secara signifikan
Interpretasi Informan menyatakan bahwa Pencapaian program yang telah di lakukan tidak bisa di lihat secara signifikan
8. Hambatan yang dihadapi terkait program yang telah dilakukan “...hambatannya itu masalah finansial karena dibagian keuangan memang di putus oleh pemerintah seluruh
jajaran KPA benar-benar bekerja penuh agara semua proram tetap berjalan”
Coding 1 Masalah finansial dibagian keuangan yang telah stop oleh pemerintah
Coding 2 Masalah finansial karena telah di stop oleh pemerintah
Interpretasi Informan menyatakan bahwa hambatan dalam melanjankan program terdapat masalah di finansial karena
telah di berhentikan oleh pemerintah

‘’MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI (KOMISI PENANGGULANGAN AIDS)


No Pertanyaan Informan
1. Gambaran LSL di kota Palembang? “....gay itu kalo untuk di kota palembang ini memang banyak tapi mereka itu susah untuk di deteksi karena
mereka itu tertutup kami bae melacaknyo itu susah gay itu”

Coding 1 Gay dikota palembang banyak tetapi mereka tertututp dan susah di deteksi
Coding 2 Gay banyak tertutup di Palembang dan sulit dideteksi
Interpretasi Informan menyatakan bahwa gambaran LSL di kota Palembang saat ini masih banyak LSL yang tertutup
dan kebanyakan dari LSL sulit unutk di deteksi keberadaanya
2. Seberapa besar resiko HIV pada LSL “...gay itu kemungkinan besak tekenonyo HIV itu besak karena dak gunoke kondom jadi rato-rato gay ini
dak gunoke kondom Cuma pakek pelicin doang, mereka kurang seneng pake kondom karena perilaku
seksnyo yang lewat dubur itu yang biso menularke HIV”
Coding 1 Besar terkenanya HIV karena tidak menggunakan kondom dan perilaku seks yang lewat dubur dapat
menularkan HIV
Coding 2 Memiliki resiko yang sangat besar dengan perilaku seks anal
Interpretasi Informan menyatakan bahwa LSL memiliki resiko yang sangat besar untuk tertular HIV karena dengan
perilaku seks anal yang dilakukan
3. Perilaku penggunaan kondom pada LSL “...mereka tu dak galak makek kondom susah mendeteksinyo kadang-kadang mereka ngomong pakek tapi
daktau masih dak paham dengan manfaatnyo kalo pakek kondom padahal kondom tu alat pencegahan yang
sampai sekarang paling efektif untuk mencegah penyakit menular karena seks”
4. Hambatan yang dirasakan dalam penggunaan kondom pada lsl “...kurang nyaman mereka makeknyo katonyo dak enak sakit jadi makek pelicinnyo bae terus repot
makeknyo”

Universitas Sriwijaya
Coding 1 -LSL tidak mau menggunakan kondom dan susah mendeteksi LSL dalam menggunakan kondom
-Kurang nyaman memakainya, tidak enak, sakit jadi hanya memakai pelicinnya saja dan repot
Coding 2 LSL tidak menggunakan kondom, kurang nyaman, tidak enak, sakit, dan repot
Interpretasi Informan menyatakan bahwa LSL masih tidak menggunakan kondom dengan hambatan atau kesulitan yang
dirasakan kurang nyaman, merasa tidak enak, sakit saat menggunakan kondom, dan repot saat
menggunakannya
5. Pendistribusian kondom saat ini “....masih galak di bagike di stok terus samo penjangkau-penjangkau itu”
Coding 1 Di bagikan dan di stok terus dengan penjangkau
Coding 2 Dibagikan dan di stok oleh penjangkau
Interpretasi Informan menyatakan bahwa pendistribusian kondom selalu dibagikan dan di stok oleh penjangkau ke LSL
6. Program yang telah dilakukan terkait penggunaan kondom pada “...palingan penyuluhan untuk gunoke kondom itu kaya k pertemuan-pertemuan samo LSM itu”
LSL
Coding 1 Penyuluhan untuk menggunakan kondom dengan pertemuan – pertemuan dengan LSM
Coding 2 Penyuluhan dan pertemuan oleh LSM
Interpretasi Program yang dilakukan terkait penggunaan kondom oleh KPA dengan mengadakan penyuluhan dan
pertemuan dengan LSM
7. Pencapaian program yang telah di lakukan “...pencapaian program dilihat dari peningkatan kejadian penderita HIV tiap tahunyo setiap tahunyo itu
selalu naik dikota palembang ini”
Coding 1 Dilihat dari peningkatan kejadian penderita HIV tiap tahunya mengalami kenaikan
Coding 2 Peningkatan kejadian penderita HIV setiap tahunya mengalami kenaikan
Interpretasi Informan menyatakan bahwa pencapain program yang telah di lakukan hanya di lihat dari peningkatan
kejadian penderita HIV setiap tahunya dan penderita HIV setiap tahunya mengalami kenaikan
8. Hambatan yang dihadapi terkait program yang telah dilakukan? “....hambatanyo itu masalah duit karena sekarang KPA ni dak pernah ado anggaranyo lagi jadi diputus
dari pemerintah”
Coding 1 Masalah finansial karena KPA tidak ada anggaran dari pemerintah
Coding 2 Masalah finansial karena KPA tidak ada anggaran dari pemerintah
Interpretasi Informan menyatakan bahwa hambatan yang di hadapi terkait program yang dilakukan terkendala pada
masalah finansial karena KPA tidak ada anggaran dari pemerintah

Universitas Sriwijaya
‘’MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI (DINAS KESEHATAN)

No Pertanyaan Informan

1. Gambaran LSL di kota Palembang? “...mereka tu kan tertutup susah bakalan kalo nak tau tapi mereka tu dan banyak di palembang ini”
Coding 1 Gay itu tertutup sulit mengetahuinya dan jumlah gay di Palembang banyak
Coding 2 Gay banyak tertutup di Palembang dan sulit dideteksi
Interpretasi Informan menyatakan bahwa LSL di kota Palembang ini banyak tetapi mereka tertutup dan kebanyakan dari
mereka sulit untuk di deteksi keberadaanya
2. Seberapa besar resiko HIV pada LSL “..kan populasi kunci tu yang berisiko termasuk LSL jugo jadi dioni jugo tinggi resiko HIVnyo karena dari
perilakunyo tadi”

Coding 1 Populasi kunci yang beresiko tinggi HIV termasuk LSL karena perilakunya
Coding 2 Memiliki resiko yang sangat besar karena perilakunya
Interpretasi Informan menyatakan bahwa LSL memiliki resiko yang sangat besar untuk tertular HIV karena perilakunya
yang menyimpang
3. Perilaku penggunaan kondom pada LSL “...galak dak konsisten pastinyo karena ngeraso makek kondom tu ribet kan jadi galak baseng makeknyo
ntah kondom tu koyak atau cakmano”
4. Hambatan yang dirasakan dalam penggunaan kondom pada lsl “...mungkin dak nyaman terus rasonyo beda dan dak puas jadi mereka males makeknyo”
Coding 1 -Suka tidak konsisten, memakai kondom dengan asal-asalan
-Tidak nyaman, rasanya berbeda, dan tidak puas
Coding 2 Tidak konsisten, tidak nyaman, rasa yang berbeda dan tidak puas
Interpretasi Informan menyatakan bahwa perilaku penggunaan kondom pada LSL masih tidak konsisten karena
hambatan atau kesulitan yang dirasakan tidak nyaman, memiliki rasa yang berbeda jika dibandingkan
dengan tidak menggunakan kondom dan merasa tidak puas menggunakan konodm saat berhubungan seks
5. Pendistribusian kondom saat ini “...banyak si dari KPA jugo masih galak nganteri langsung, karena KPA layanan aktif yang nganter-
nganter kondom galak di kasih ke LSM melalui penjangkau”

Coding 1 Dari KPA masih suka mengantarkan langsung karena layanan KPA aktif membagikan kondom
Coding 2 KPA mengantar langsung karena layanan aktif membagikan kondom
Interpretasi Informan menyatakan bahwa pendistribusian kondom saat ini di lakukan oleh KPA yang masih mengantar
kondom karena layanan yang aktif membagikan kondom secara langsung
6. Program yang telah dilakukan terkait penggunaan kondom pada “...kalo untuk gunoke kondom si dak ado Cuma program dari dinas ni untuk tes HIV VCT itu semua
LSL populasi kunci terutama LSL jugo kalo untuk LSL untuk test VCT tu tercapai”
Coding 1 Program dari dinas kesehatan hanya untuk tes HIV kesemua populasi kunci terutama LSL, untuk tes HIV

Universitas Sriwijaya
LSL tercapai target
Coding 2 Program dinas kesehatan untuk tes HIV , LSL mencapai target
Interpretasi Program yang di lakukan terkait penggunaan kondom tidak ada hanya program dari dinas kesehatan untuk
tes HIV dan untuk program tes HIV pada LSL mencapai target
7. Pencapaian program yang telah di lakukan “....kalo untuk populasi kunci kaya LSL itu kerjasama samo LSM karena LSM yang langsung bawak orang-
orang itu,kalo untuk pengobatan pake obat namonyo ARV”
Coding 1 Program VCT ini tercapai untuk LSL
Coding 2 Program tercapai untuk LSL
Interpretasi Informan menyatakan bahwa pencapaian program yang dilakukan oleh dinas kesehatan terkait tes HIV
mencapai target untuk populasi kunci LSL
8. Hambatan yang dihadapi terkait program yang telah dilakukan? “...hambatanyo tu pasti ado, nah dari SDM ni orang yang la sudah di latih pindah gonta-ganti cakituna nah
itu jugo kebijakan program semakin berkembang dan program HIV ni termasuk hal yang sensitif susah nak
nemuke wong-wong yang cakitu dak biso di sebar luaske, terus hambatanyo mereka takut karena la tau
perilakunyo tu la berisiko jadi dak galak dateng nak tes VCT”
Coding 1 Dari SDM dinkes yang selalu berganti dan perilaku berisiko LSL membuat mereka takut untuk tes VCT
Coding 2 SDM berganti-ganti dan perilaku berisiko LSL membuat takut untuk tes VCT
Interpretasi Informan menyatakan bahwa hambatan yang di hadapi terkait program yang telah di lakukan karena adanya
sumber daya manusia yang telah terlatih tetapi berganti-ganti dan perilaku LSL yang berisiko membuat
mereka takut untuk tes VCT

Universitas Sriwijaya
DOKUMENTASI LAMPIRAN 12

Informan Kunci pasnagan LSL

Informan Kunci LSL

Universitas Sriwijaya
Informan Kunci Pasangan LSL

Informan Kunci LSL

Universitas Sriwijaya
Informan Kunci LSL dan Pasangan

Informan Dinas Kesehatan Kota Palembang

Universitas Sriwijaya
Informan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Selatan

Informan Penjangkau

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai