Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH

PERKEMBANGAN
EKONOMI INDONESIA
DR. ERNI FEBRINA HARAHAP, SE., M. SI
PENDAHULUAN

• Tujuan perekonomian setiap negara adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang adil
(equity) dan makmur (growth)
• Perekonomian yang selalu meningkat (growth) sangat jarang diikuti oleh keadilan (equity),
bahkan yang sering terjadi adalah trade-off yaitu jika kemakmuran atau pertumbuhan ingin
dicapai, maka keadilan harus dikorbankan. Atau sebaliknya bila keadilan atau distribusi yang
merata ingin dicapai lebih dulu, maka tujuan pertumbuhan harus dikorbankan.
• Penganut teori pertumbuhan mengatakan dengan mengutamakan pertumbuhan ekonomi,
maka akan terjadi trickledown effect (tetesan ke bawah) sehingga kelompok berpenghasilan
rendah akan mendapat cipratan berpenghasilan tinggi melalui donasi atau pajak progresif yang
diikuti dengan subsidi.
LANJUTAN…..

• Sebaliknya Penganut teori keadilan menghendaki adanya pemerataan pendapatan terlebih


dahulu dengan memenuhi basic needs secara adil dan merata sehingga tidak akan muncul
kecemburuan social dan ekonomi, yang akan berdampak semua orang akan bangkit
bersama untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi.
• Namun ada kelompok yang menginginkan tercapainya kedua tujuan tersebut bersamaan,
yaitu perbaikan taraf hidup secara adil sekaligus (growth and equity), namun umumnya
pertumbuhan ekonomi menjadi lamban, tetapi disertai adanya keadilan atau pemerataan
penghasilan dan kesempatan yang lebih baik.
MASA ORDE BARU

• 1967 – Mei 1998 diawali dengan inflasi yang tinggi mencapai 600% di tahun 1966 yang
diikuti kemunduran ekonomi dan pengangguran yang tinggi yang merupakan warisan dari
pemerintahan sebelumnya (Sukarno). Namun di era ini pemerintah bekerja keras sehingga
pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% pertahun tapi karena adanya kesalahan manajemen
maka di tahun 1997 perekonomian terjerembab dan terimbas dengan resesi ekonomi,
moneter dan politik.
• Trilogi Pembangunan : Stabilitas, Pertumbuhan, dan Pemerataan. Pembangunan dilakukan
dengan Pelita (Pembangunan lima tahun) dengan tekanan berbeda setiap periodenya
dengan intinya mengacu kepada trilogi stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan.
• Namun tidak semua berjalan dengan mulus, ditandai dengan adanya kecurangan dari
beberapa oknum yang tidak amanah dan mengakibatkan timbulnya kecemburuan social
dan gap antara si kaya dan miskin. Pendapatan perkapita masyarakat Indonesia di tahun
1997 sebesar US $1.000 turun drastic menjadi hanya US$ 250 di tahun 1998, diikuti
dengan inflasi yang tinggi, pengangguran meningkat, suku bunga tinggi, dan neraca
pembayaran internasional deficit.
• Munculnya istilah KKN kolusi, korupsi, dan nepostisme untuk para pejabat yang tidak
amanah, dan pendidikan serta kualifikasi kurang begitu diperioritaskan karena begitu
kuatnya budaya menjilat, sistem kekerabatan, kolusi, dan korupsi.
ORDE REFORMASI

• Di awali dengan pertumbuhan ekonomi negative (-14%) dengan pengangguran dan inflasi
yang tinggi, kurs mencapai Rp. 18.000,-/US$, dan tingkat bunga deposito mencapai 67%
pertahun atas saran IMF dan berakibat negative spread di sector perbankan dan berujung
beberapa bank pailit dan dilikuidasi (beku operasi). Namun hal ini secara perlahan
diperbaiki dan kurs menguat menjadi Rp. 8.000,-/US$
• Diperkenalkanya UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, dan UU No. 25
tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
• Berkurangnya armada penerbangan Garuda dan Merpati karena tingginya harga suku
cadang, namun berdampak positif dengan meningkatnya transportasi kereta api.
ORDE OTONOMI DAERAH

• Mulai diberlakukannya otonomi daerah yang diperkenalkan di era Presiden BJ Habibi. Saat ini
Presiden Abdurrahman Wahid sempat memiliki dua susunan kabinet dalam masa 10 bulan
pertama di awal pemerintahannya.
• Di cabinet pertama dibentuk kantor menteri negara otonomi daerah. Di cabinet kedua,kantor
ini digabungkan dengan menteri dalam negeri. Di bidang perekonomian diangkat koordinator
bidang ekonomi Rizal Ramli dengan melaksanakan 10 program prioritas ekonomi, yaitu : (1)
Mengembangkan stabilitas sector finansial; (2) Peningkatan kesejahteraan rakyat pedesaan; (3)
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah; (4) Peningkatan produktivitas dan kesejahteraan
petani; (5) Pemulihan ekonomi berdasarkan investasi; (6) Peningkatan ekspor; (7) Privatisasi
BUMN dengan bernilai tambah; (8) Desentralisasi fiscal; (9) Optimalisasi pemanfaatan SDA;
(10) Restrukturisasi perbankan dan dunia usaha
KEBIJAKANNYA DIPRIORITASKAN KEPADA

• (1) Restrukturisasi ekonomi dan telekomunikasi


• (2) Membangun kembali transportasi
• (3) Memperbaiki system pengadilan dan regulator utama
• (4) Menuntaskan restrukturisasi perbankan dan reformasi pasar modal
• (5) Program kesehatan dasar, kebersihan dan nutrisi
• (6) Reformasi program pendidikan
• (7) Reformasi program mikro produktivitas
• (8) Pengelolaan utang usaha kecil dan menengah yang berorientasi pasar
• (10) Menyelesaikan utang konglomerat
LANJUTAN…

• Masa ekonomi kritis ternyata adanya peningkatan gaji PNS, anggota DPR, pejabat ekselon,
pemborosan biaya untuk jalan-jalan anggota MPR (90 orang) untuk sosialisasi ketetapan
MPR, yang akhirnya masyarakat apatis dan kurang mendukung kebijakan pemerintah
akibat berkurangnya kepercayaan kepada wakil rakyat dan pemerintah dan keengganan
untuk membayar pajak.
• Konsep otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,
berbeda dengan UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.
Secara garis besar perbedaan antara kedua undang-undang ini terletak pada konsep dan
latar belakang yang mendasarinya.
Berdasarkan konsepsinya, pelaksanaan otonomi daerah pada masa lalu dipahami sebagai kewajiban. Artinya
penyelenggaraan otonomi daerah lebih menitikberatkan pada peranan dan tanggung jawab pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat untuk menjalankan pembangunan nasional. Sebagai konsekuensi, pemerintah daerah lebih
mematuhi arahan dan instniksi pemerintah pusat daripada memperjuangkan aspirasi masyarakat daerah.

Hal tersebut mudah dipahami karena pada waktu itu tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk
meningkatkan koordinasi dan integrasi nasional, serta untuk memantabkan stabilitas dan pembangunan nasional.

Asas yang digunakan dalam penyelenggaraan otonomi daerah pada masa lalu adalah asas desentralisasi, dekonsentrasi
dan tugas pembantuan.

Dalam praktiknya hubungan pemerintah pusat dan daerah lebih cenderung pada pola sentralisasi dan dekonsentrasi
yang-menurut Umar (1999), asas dekonsentrasi tersebut pada dasamya merupakan bentuk halus dari pelaksanaan
sentralisasi. Perumusan kebijakan masih lebih banyak ditentukan dari pusat.

Hal tersebut diperkuat dengan ketergantungan pendanaan pemerintah daerah terhadap pemerintah, pusat, sehingga
semakin menyulitkan pemerintah daerah dalam menyerasikan kebijakan pemerintah pusat dengan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat di daerah.
Kecenderungan pada pola sentralisasi tersebut dapat disebabkan karena pemerintah daerah sebagai penentu kebijakan
kurang mampu menterjemahkan kebijakan pusat secara lebih tepat dan serasi.

Pemerintah daerah belum cukup antisipatif dan akomodatif terhadap perkembangan aspirasi masyarakat daerah yang
dilayaninya. Ini terjadi karena pejabat di daerah masih memegang teguh budaya paternalisti dan sentralistik/

Penyelenggaraan otonomi daerah pada masa sekarang lebih dipahami sebagai hak, yaitu hak masyarakat daerah untuk
mengatur dan mengelola kepentingannya sendiri, serta mengembangkan potensi dan sumber daya daerah.
Penyelenggaraan otonomi dimaksudkan agar dapat mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa
dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, serta mengembangkan peran dan fungsi DPRD.

Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber
daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Tujuan penyelenggaraan otonomi daerah pada era reformasi saat ini lebih menekankan kepada prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman
daerah. Pemberian otonomi luas kepada daerah memungkinkan daerah bersangkutan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sehingga dapat meningkadcan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Konsekuensinya kabupaten/kota tersebut memiliki intensitas
tinggi,untuk mengurus wilayahnya sendiri, dengan kata Iain urusan yang ditangani akan semakin banyak.
Aspek lain dalam otonomi daerah adalah adanya reformasi anggaran daerah yang perlu dilakukan untuk menghasilkan
anggaran daerah yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah setempat terhadap
pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien dan efektif, Paradigma anggaran daerah yang diperlukan
tersebut ialah
1. Anggaran Daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.
2. Anggaran Daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah (work better and cost less).
3. Anggaran Daerah harus mampu memberikan transparansi dan akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus
anggaran.
4. Anggaran Daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja (performance oriented) untuk seiuruh jenis pengeluaran
maupun pendapatan.
5. Anggaran Daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi yang terkait.
6. Anggaran Daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagj para pelaksananya untuk memaksimalkan pengelolaan
dananya dengan memperhatikan prinsip value for money
TANTANGAN MASA DEPAN

• Perlunya stabilitas politik dan ekonomi


• Berkembangnya tuntutan otonomi daerah
• Berkembangnya globalisasi
• Peran utang luar negeri Indonesia
PENUTUP

• Harapan masyarakat kepada pemerintah, DPR dan MPR adalah meningkatnya


pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan kesejahteraan dan pemerataan keadilan
dengan penghapusan kemiskinan di segala sisi, serta terbebasnya Indonesia dari lilitan
utang luar negeri, juga tidak dikendalikan atau dijajah oleh negara lain atau lembaga
internasional lainnya.

Anda mungkin juga menyukai