Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. IX/No.

3/Jul-Sep/2020

UNSUR MELAWAN HUKUM YANG SUBJEKTIF denda paling banyak sembilan ratus rupiah“.5 .
DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN PASAL Pasal 362 KUHP ini memiliki sejumlah unsur
362 KUHP1 yaitu:
Oleh: Rony A. Walandouw2 1. Barangsiapa;
Pangemanan Diana. R3 2. Mengambil
Hendrik Pondaag4 3. Barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain;
ABSTRAK 4. Dengan maksud untuk dimiliki secara
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melawan hukum.
mengetahui bagaimana pengaturan tindak Salah satu unsur dari tindak pidana pencurian
pidana pencurian dengan unsur melawan (Pasal 362 KUHP) ini yaitu unsur secara
hukum di dalamnya dan bagaimana pengertian melawan melawan hukum (wederrechtelijk).
unsur melawan hukum yang subjektif dalam Para ahli hukum pidana banyak yang
Pasal 362 KUHP. Dengan menggunakan metode membahas unsur-unsur tindak pidana dengan
peneltian yuridis normatif, disimpulkan: 1. pertama-tama membagi unsur-unsur tindak
Pengaturan tindak pidana pencurian dalam pidana atas unsur yang objektif dan unsur yang
Pasal 362 KUHP dengan unsur melawan hukum subjektif. Antara lain yaitu Bambang Poernomo
di dalamnya yaitu mencatumkan unsur yang mengemukakan bahwa unsur-unsur
melawan hukum sebagai bagian dari kalimat tindak pidana dapat dibedakan atas dua bagian,
“dengan maksud untuk dimiliki secara melawan yaitu:
hukum”, di mana unsur “dengan maksud” (met 1. bagian yang obyektif yang menunjuk
het oogmerk) mencakup unsur “melawan bahwa delict/strafbaar feit terdiri dari
hukum” (wederrechtelijk), sehingga dikenal suatu perbuatan (een doen of nalaten)
sebagai unsur melawan hukum yang subjektif. dan akibat yang bertentangan dengan
2. Pengertian unsur melawan hukum yang hukum positip sebagai perbuatan yang
subjektif dalam Pasal 362 KUHP yaitu bahwa melawan hukum (onrechtmatig) yang
pelaku mengetahui bahwa kepemilikan atas menyebabkan diancam dengan pidana
barang yang diambilnya itu bersifat melawan oleh peraturan hukum, dan
hukum. 2. bagian yang subyektif yang merupakan
Kata kunci: Unsur Melawan Hukum, Yang anasir kesalahan daripada delict/
Subjektif, Tindak Pidana, Pencurian, Pasal 362 strafbaar feit (V. Apeldoorn 1952 : 252-
KUHP 253).6
Menurut Bambang Poernomo, bagian objektif
PENDAHULUAN dari tindak pidana yakni berupa adanya suatu
A. Latar Belakang kelakuan yang bertentangan dengan hukum
Setiap tindak pidana memiliki unsur atau (onrechtmatig atau wederrechtelijk) dan bagian
unsur-unsur yang membentuk tindak pidana subjektif yang berupa adanya seorang
yang bersangkutan. Sebagai contoh yaitu Pasal pembuat/dader yang mampu
362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bertanggungjawab atau dapat dipersalahkan
(KUHP) yang menentukan bahwa, “barangsiapa (toerekeningsvatbaarheid) atas kelakuan yang
mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya bertentangan dengan hukum itu. Bagian
atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan objektif atau bagian yang berkenaan dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, perbuatan, mencakup adanya kelakuan dan
diancam karena pencurian, dengan pidana kelakuan itu bersifat melawan hukum,
penjara paling lama lima tahun atau pidana sedangkan bagian subjektif atau bagian yang
berkenaan dengan sikap batin atau bagian

5
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional
1
Artikel Skripsi (BPHN), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Harapan, Jakarta, 1983, hlm. 141.
6
14071101358 Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia
3
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Indonesia, Jakarta-Surabaya-Semarang-Yogya-Bandung,
4
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 1978, hlm. 99.

249
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

tentang kesalahan. Jadi, unsur bersifat Subjektif Dalam Tindak Pidana Pencurian Pasal
melawan hukum itu termasuk ke dalam bagian 362 KUHP”.
objektif atau bagian yang berkenaan dengan
perbuatan dari suatu tindak pidana. B. Rumusan Masalah
Tetapi, menurut Moeljatno, unsur 1. Bagaimana pengaturan tindak pidana
perbuatan pidana pidana, yaitu bagian objektif pencurian dengan unsur melawan hukum
untuk dapat dipidananya seseorang adalah: di dalamnya?
a. kelakuan dan akibat (=perbuatan) 2. Bagaimana pengertian unsur melawan
b. hal ikhwal atau keadaan yang menyertai hukum yang subjektif dalam Pasal 362
perbuatan KUHP?
c. keadaan tambahan yang memberatkan
pidana C. Metode Penelitian
d. unsur melawan hukum yang objektif Penelitian yang dilakukan untuk penulisan
e. unsur melawan hukum yang subjektif.7 skripsi ini merupakan penelitian yang
Jadi, sekalipun melawan hukum pada menggunakan metode penelitian hukum
umumnya merupakan bagian objektif tetapi normatif. Penelitian hukum normatif, merurut
ada kalanya dalam hal tertentu disebut ada pendapat dari Soerjono Soekanto dan Sri
unsur melawan hukum yang subjektif. Hal ini Mamudji, adalah “penelitian hukum yang
sebagaimana dikemukaka oleh Moeljatno, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
berkenaan dengan Pasal 362 KUHP menulis, atau data sekunder belaka, dapat dinamakan
bahwa, “adakalanya sifat melawan hukumnya penelitian hukum normatif atau penelitian
perbuatan tidak terletak pada keadaan objektif, hukum kepustakaan”.9 Jadi, penelitian hukum
tetapi pada keadaan subjektif, yaitu terletak normatif merupakan penelitian yang dilakukan
dalam hati sanubari terdakwa sendiri. Misalnya dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka;
dalam Pasal 362 KUHP”.8 Jadi, kata melawan sehingga oleh karenanya disebut juga sebagai
hukum dalam Pasal 362 KUHP oleh Moeljatno penelitian hukum kepustakaan (library
disebut sebagai unsur melawan hukum yang research). Istilah lain dari penelitian hukum
subjektif. normatif atau penelitian hukum kepustakaan
Apa yang dikemukakan sebelumnya dalam ini yaitu apa yang oleh Suteki dan Galang
kenyataan akan menyebabkan munculnya Taufani disebut dengan istilah “penelitian
pertanyaan tentang pengaturan tindak pidana hukum doktrinal”.10
pencurian (Pasal 362) di mana terkandung
unsur melawan hukum di dalamuya dan apa PEMBAHASAN
pengertian dari unsur melawan hukum yang A. Pengaturan Tindak Pidana Pencurian
subjektif, sebab kepastian mengenai hal-hal Dengan Unsur Melawan Hukum Di
tersebut diperlukan untuk kepentingan Dalamnya
pembuktian terhadap tindak pidana pencurian Unsur melawan hukum (wederrechtelijk)
dalam Pasal 362 KUHP. Karenanya, perlu dilihat dalam kaitannya dengan unsur-
terdapatnya pandangan dalam ilmu hukum unsur lainnya dari Pasal 362 KUHP, agar dapat
pidana tentang unsur melawan hukum yang diperoleh pandangan yang menyeluruh tentang
subjektif merupakan hal yang perlu dan urgen unsur melawan hukum tersebut, karenanya
untuk dibahas sebab berkenaan dengan perlu dilakukan uraian dan bahasan terhadap
pembuktian tindak pidana yang bersangkutan. semua unsur-unsur dari Pasal 362 KUHP yang
Berdasarkan apa yang dikemukakan mencakup juga unsur melawan hukum. Teks
sebelumnya maka dalam rangka kewajiban berbahasa Belanda dari Pasal 362 KUHP,
untuk menulis suatu skripsi, maka pokok sebagaimana yang ada dalam Staatsblad 1915
tersebut telah dipilih untuk dibahas lebih lanjut
di bawah judul “Unsur Melawan Hukum Yang
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16, Rajawali Pers,
Jakarta, 2014, hlm. 13-14.
7 10
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, cet.2, Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian
Jakarta, 1984, hlm. 63. Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik), Rajawali Pers, Depok,
8
Ibid., hlm. 62. 2018, hlm. 255.

250
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

No.732, memberikan ketentuan bahwa, “Hij die dalam Pasal 362 menjadi Rp900,00 x 1.000 =
eenig goed dat geheel often deele aan een Rp900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah).
ander toebehoort, wegneemt, met het oogmerk Berkenaan dengan Pasal 362 KUHP ada
om het zich wederrechtelijk toe te eigenen, beberapa terjemahan yang dapat dikemukakan
wordt, als schuldig aan diefstal, gestraft met antara lain sebagai berikut. Tim Penerjemah
gevangenisstraf van ten hoogste vijf jaren of BPHN menerjemahkan Pasal 362 KUHP,
geldboete van ten hoogste zestig gulden”.11 “barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang
Terhadap Pasal 362 KUHP telah beberapa seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
kali diadakan perubahan sehingga telah lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
merubah bagian tertentu dari Pasal 362 melawan hukum, diancam karena pencurian,
tersebut, yaitu yang berkenaan dengan dengan pidana penjara paling lama lima tahun
ancaman pidana denda. Pasal 352 memberikan atau pidana denda paling banyak sembilan
ancaman pidana terhadap pencurian selain ratus rupiah“.14
dengan pidana penjara (gevangenisstraf) juga S.R. Sianturi menerjemahkan Pasal 362
dengan pidana denda yang disebutnya KUHP, “barangsiapa mengambil sesuatu
“geldboete van ten hoogste zestig gulden” atau barang, yang seluruhnya atau sebagian
denda paling banyak enam puluh gulden”. kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
Perubahan telah dibuat oleh Peraturan memilikinya secara melawan hukum, diancam
Pemerintah Pengtganti Undang-Undang karena pencurian dengan pidana penjara
(Perppu) Nomor 18 Tahun 1960 yang pada maksimum lima tahun atau pidana denda
Pasal 1 ayat (1) menentukan antara lain bahwa maksimum enam puluh rupiah (x 15)”.15
“tiap jumlah hukuman denda yang diancamkan, P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir
baik dalam Kitab Undang-Undang Hukum menerjemahkan Pasal 362 KUHP, “barangsiapa
Pidana … maupun dalam ketentuan-ketentuan mengambil sesuatu benda yang seluruhnya
pidana lainnya …, harus dibaca dalam mata atau sebahagian adalah kepunyaan orang lain,
uang rupiah dan dilipatkan lima belas kali”.12 dengan maksud untuk menguasai benda
Berdasarkan Perppu ini maka ancaman denda tersebut secara melawan hukum, karena salah
Pasal 362 KUHP menjadi paling banyak telah melakukan pencurian, dihukum dengan
sembilan ratus rupiah (Rp900,00). hukuman penjara selama-lamanya lima tahun
Perubahan lainnya tentang denda diadakan atau dengan hukuman denda setinggi-tingginya
oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 02 sembilan ratus rupiah”.16
Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Berdasarkan beberapa terjemahan yang
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam dikutipkan sebelumnya, dapat dikemukakan
KUHP, di mana dalam Pasal 3 ditentukan bahwa sebagai unsur-unsur dari Pasal 362
bahwa: “Tiap jumlah maksimum hukuman KUHP, yakni sebagai berikut:
denda yang diancamkan dalam KUHP kecuali 1. Barangsiapa;
pasal 303 ayat 1 dan ayat 2, 303 bis ayat 1 dan 2. Mengambil;
ayat 2, dilipatgandakan menjadi 1.000 (seribu) 3. Sesuatu barang, yang seluruhnya atau
kali”.13 Dengan memperhatikan Peraturan sebagian kepunyaan orang lain,
Mahkamah Agung ini berarti pidana denda 4. Dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum.
Berikut akan dilakukan pembahasan
terhadap masing-masing unsur tersebut dari
11
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Kitab2 tindak pidana pencurian biasa secara singkat
Undang2, Undang2 dan Peraturan2 Serta Undang2 Dasar
sebagai berikut.
Sementara Republik Indonesia, A.W. Sijthoff’s
Uitgeversmij, Leiden, 1956, hlm. 1352. 1. Barangsiapa.
12
Peraturan Pemerintah Pengtganti Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1960 tentang Perubahan Jumlah
14
Hukuman Denda dalam Kitab Undang-Undang Hukum Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional
Pidana dan Dalam Ketentuan Pidana Lainnya Yang (BPHN), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar
Dikeluarkan Sebelum Tanggal 17 Agustus 1945. Harapan, Jakarta, 1983, hlm. 141.
13 15
Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 02 Tahun 2012 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 590.
16
tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Hukum Pidana
Jumlah Denda dalam KUHP Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 148.

251
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

Barangsiapa merupakan unsur pelaku atau b. menyalurkan barang itu melalui suatu alat
subjek dari tindak pidana (delik). Dengan penyalur. Dalam hal ini karena sifat dari
menggunakan kata “barangsiapa” berarti barang itu sedemikian rupa tidak selalu
pelakunya adalah dapat siapa saja, siapa pun harus dapat dipisahkan secara tegas
dapat menjadi pelaku. Hal ini dengan barang yang telah dipindahkan dari yang
mengingat bahwa dalam sistem KUHP yang belum dipindahkan. Barang di sini bersifat
dapat menjadi subjek tindak pidana (pelaku) cairan, gas atau aliran seperti: air, minyak,
hanya manusia saja, sebagaimana yang gas, udara panas, uap dan aliran listrik.
dikatakan oleh Mahrus Ali bahwa, “subjek Khusus mengenasi aliran listrik ini ada yang
perbuatan pidana yang diakui oleh KUHP mempersoalkan dari sudut cara
adalah manusia (natuurlijk person)”17. Jadi, penafsirannya. Ada yang ber[endapat
badan hukum (rechtspersoon) juga korporasi bahwa aliran listrik adalah barang dengan
(berbadan hukum atau tidak berbadan hukum) menggunakan penafsiran secara analogi.
belum diakui sebagai subjek tindak pidana Tetapi bagaimanapun caranya namun
(pelaku) dalam KUHP. Pengecualiannya semua sependapat pada akhirnya bahwa
hanyalah untuk beberapa undang-undang di aliran listrik itu adalah merupakan suatu
luar KUHP yang telah menerim akorporasi barang.
sebagai subjek tindak pidana, misalnya Undang- c. pelaku hanya sekedar memegang atau
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. menunggui suatu barang saja tetapi
2. Mengambil, dengan ucapan atau gerakan
Menurut Wirjono Prodjodikoro, “kata mengisyaratkan bahwa barang itu adalah
mengambil (wegnemen) dalam arti sempit kepunyaannya atau setidak-tidaknya orang
terbatas pada menggerakkan tangan dan jari- menyangka demikiian itu. Di sini barang itu
jari, memegangbarangnya, da mengalihkannya sama sekali tidak dipindahkan. Demikian
ke tempat lain”.18 Pengertian “mengambil” misalnya A pedagang lembu meninggalkan
menurut S.R. Sianturi adalah, “memindahkan lembunya pergu ke warung yang agak jauh
penguasaan nyata terhadap suatu barang ke untuk bersantao siang. Si B yang melihat
dalam penguasaan nyata sendiri dari kepergian A, mendekati lembu itu dan
penguasaan nyata orang lain”.19 Tetapi menawarkannya kepada calon-calon
sekarang ini pengertian mengambil telah pembeli yang lewat. Si C yang serius
berkembang, S.R. Sianturi menulis bahwa cara menawar lembu itu telah membayar harga
pengambilan atau pemindahan kekuasaan lembu yang uangnya diserahkan kepada B
nyata ini secara garis besarnya dapat dibagi yang dikiranya pemiliknya. Ketika lembu
tiga, yaitu: itu ditarik C, B sudah pergi, si A meneriaki
a. memindahkan suatu barang dari suatu si C sebagai maling lembu. Dari kejadian ini
tempat ke tempat lain. Dengan berpindahnya kekuasaan nyata itu tidak
berpindahnya barang tersebut, sekaligus memerlukan berpindahnya tempat lembu.
juga berpindah penguasaan nyata Ketika tawar menawar antara B dan C
terhadap barang itu. Misalnya A tentang harga lembu itu, sebenarnya telah
mengambil televisi B dengan terjadi pencurian atau setidak-tidaknya
memindahkannya dari rumah B ke rumah percobaan pencurian.20
A atasu bahkan sekaligus menjualnya ke 3. Sesuatu barang, yang seluruhnya atau
tukang tadah. Dengan berpindahnya sebagian kepunyaan orang lain.
televisi tersebut atau dengan dijualnya Istilah “suatu barang” ini diberikan
kepada tukangtadah, aka kekuasaan penjelasan oleh S.R. Sianturi sebagai berikut:
terhadap televisi itu telah berpindah Yang dimaksud dengan barang pada delik ini
secara nyata kepada A. pada dasarnya adalah setiap benda bergerak
yang mempunyai nilai ekonomik. Pengertian ini
17
adalah wajar, karena jika tidak ada nilai
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2, Sinar
Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 111.
ekonomiknya, sukar dapat diterima akal bahwa
18
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Indonesia, Op.cit., hlm. 15.
19 20
S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 591. Ibid., hlm. 592, 593.

252
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

seseorang akan membentuk kehendaknya Barang yang diambil itu “seluruhnya atau
mengambil sesuatu itu sedang diketahuinya sebagian kepunyaan orang lain”. Barang yang
bahwa yang akan diambil itu tiada nilai diambil itu mungkin seluruhnya kepunyaan
ekonomiknya.21 orang lain atau hanya sebagian saja kepunyaan
Barang, menurut kutipan di atas, adalah orang lain. Ada kemungkinan si pengambil
setiap benda bergerak yang mempunyai nilai memiliki sebagian hak atas barang sedangkan
ekonomik. Definisi ini memberikan tekanan sebagiannya lagi kepunyaan orang lain. Dengan
pada (1) benda bergerak, dan (2) mempunyai kata lain, merupakan milik bersama. Tetapi
nilai ekonomik. Tetapi S.R. Suantiri selanjutnya apabila si pengambil mengambil seluruh
mengemukakan bahwa, dalam perkembangan barang, maka perbuatan ini sudah memenuhi
pengertian barang kiranya timbul nilai lainnya unsur dari Pasal 362 KUHP.
yang juga perludi pertimbangkan, seperti Jika barang yang diambil itu tidak ada
misalnya kegemaran seseorang mengumpulkan pemiliknya, maka tidak ada tindak pidana
aneka kotak korek api, aneka bugkus rokok pencurian. Demikian juga jika seseorang
(nilai estetika bagi yang bersagkutan); nilai mengambil suatu barang yang disangkanya
historiknya bagi seseorang misaslnya gombal merupakan milik orang, tetapi ternyata barang
yang dipakai pada masa perjuangan, kain goni itu kepunyaan pelaku itu sendiri, maka dalam
yang dipakai jaman penjajahan Jepang; nilai hal ini juga tidak ada tindak pidana pencurian.
kegunaannya seperti surat keterangan dokter S.R. Sianturi membuat rincian barang atas
yang akan dia pakai untuk menyatakan bahwa tiga macam, yaitu:
ia tidak dapat memasuki dinas militer ataupun a. barang bergerak yang ada pemiliknya.
sobekan karcis kereta api dalam perjalanan Barang bergerak yang ada pemiliknya
tersebut.22 Jadi, pengertian barang bukan berarti barang itu berada di bawagh
hanya sesuatu yang mempunyai nilai ekonomik; kekuasaan orang lain. Dan justru barang
tetapi mungin sekalipun tidak ada nilai seperti inilah yang menjadi objek dari
ekonomik tetapi mempunyai nilai estetika atau delik ini. Tentang pemilikannya dapat
nilai historik atau nilai kegunaan sehingga dapat terjadi secara bersama-sama atau
berharga bagi yang bersangkutan. oleh seseorang atau yang dimiliki oleh
Wirjono Prodjodikoro menulis bahwa oleh negara.24
karena sifat tindak pidana pencurian adalah b. barang bergerak yang tidak ada
merugikan kekayaan si korban, maka barang pemiliknya (res nulius). Mengenai barang
yang diambil harus berharga. Harga ini tidak bergerak yang tidak ada pemiliknya
selalu bersifat ekonomi, misalnya barang yang sepeti batu di pinggir kali bebas, pasit di
diambil itu tidak mungkin akan terjual kepada pantai laut, sebutir emas di kaki gunung
orang lain, tetapi bagi si korban sangat dihargai tidak merupakanobjek dari delik ini.25
sebagai suatu kenang-kenangan. Contohnya c. barang bergerak yang sudah
beberapa helai rambut dari seorang yang telah dibuang/tidak dipakai lagi.26
meninggal yang dicintai atau beberapa halaman
yang disobek dari suatu buku catatan atau 4. Dengan maksud untuk dimiliki secara
suatu surat biasa.23 melawan hukum.
Pendapat dua ahli hukum pidana tersebut Perbuatan mengambil itu dilakukan “dengan
menunjukkan bahwa pengertian barang itu maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”
adalah sesuatu yang berharga, yang paling (met het oogmerk om het zich wederrechtelijk
umum adalah karena nilai ekonomis, tetapi toe te eigenen). Kata-kata “dengan maksud”
dapat juga karena sesuatu itu berharga bagi menunjukkan pada adanya unsur kesengajaan
pemiliknya, baik dari segi estetika, historil, (opzet, dolus), khususnya kesengajaan sebagai
kegunaan, ataupun kenang-kenangan. maksud (opzet als oogmerk). Maksud itu
ditujukan untuk memiliki (menguasai) suatu
barang, yaitu barang yang diambil. dan juga
21
S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 591.
22 24
Ibid., hlm. 593. S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 594.
23 25
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Ibid.
26
Indonesia, Op.cit., hlm. 16. Ibid.

253
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

pelaku mengetahui bahwa kepemilikan itu batinnya terdakwa. Jadi merupakan unsur
bersifat melawan hukum. Hal ini karena kata yang subjektif. …
“memiliki” dan kata “melawan hukum” terletak Akhirnya ditekankan; bahwa meskipun
di belakang kata “dengan maksud” sehingga perbuatan pidana pada umumnya adalah
kata “dengan maksud” ini mencakup kata keadaan lahirdan terdiri atas elemen-
“memiliki” dan kata “melawan hukum”. elemen lahir, namun adakalanya dalam
Terhadap kata “memiliki” (menguasai), oleh perumusan juga diperlukan elemen batin
S.R. Sianturi dikatakan bahwa, “yang dimaksud yaitu sifat melawan hukum yang subjektif.29
dengan memiliki ialah melakukan perbuatan Sebagaimana dikemukakan oleh Moeljatno,
apa saja terhadap barang itu seperti halnya unsur “dengan maksud untuk memiliki secara
seorang pemilik. Apakah itu akan dijual, melawan hukum” menyebabkan kata melawan
dirobah bentuknya, diberikan sebagai hadiah hukum yang biasanya bersifat objektif menjadi
kepada orang lain, semata-ata tergantung bersifat subjektif, yaitu sifat melawan hukum
kepada kemauannya”.27 Jadi, orang yang yang subjektif. “Melawan hukum yang
mengambil barang itu bermaksud subjektif” berarti pelaku mengetahui bahwa
memperlakukan barang itu seperti halnya kepemilikan atas barang yang diambilnya itu
seorang pemilik, misalnya nantinya barang itu bersifat melawan hukum. Hal ini karena kata
akan dijual kepada orang lain. “melawan hukum” dalam Pasal 362 KUHP
Selanjutnya, pemilikan itu bersifat melawan tercakup atau terliputi oleh kata “dengan
hukum.28 Dalam hal ini, sebagaimana maksud” yang merupakan unsur kesalahan.
dikemukakan sebelumnya, kata “melawan Menurut sudut pandang ini, berarti Jaksa
hukum” tercakup oleh kata “dengan maksud”, Penuntut Umum harus membuktikan bahwa
yang berarti pelaku mengetahui bahwa pelaku mempunyai maksud untuk memiliki
kepemilikan itu bersifat melawan hukum. barang dan juga mengetahui bahwa
Berkenaan dengan kaitan antara kata kepemilikan itu bersifat melawan hukum.
“dengan maksud” dan kata “melawan hukum”
dalam Pasal 362 KUHP diatakan oleh B. Pengertian Unsur Melawan Hukum Yang
Moeljatno: Subjektif dalam Pasal 362 KUHP
… adakalanya sifat melawan hukumnya “Melawan hukum yang subjektif” berarti
perbuatan tidak terletak pada keadaan pelaku mengetahui bahwa kepemilikan atas
objektif, tetapi pada keadaan subjektif, yaitu barang yang diambilnya itu bersifat melawan
terletak dalam hati sanubari terdakwa hukum. Hal ini karena kata “melawan hukum”
sendiri. Misalnya dalam Pasal 362 KUHP”. Di dalam Pasal 362 KUHP diliputi oleh kata
sini dirumuskan sebagai pencurian, “dengan maksud” yang merupakan unsur
pengambilan barang orang lain, dengan kesalahan. Oleh Moeljatno dikatakan bawha,
maksud untuk memiliki barang tersebut “sifat melawan hukumnya perbuatan tidak
secara melawan hukum. Sifat melawan terletak pada keadaan objektif, tetapi pada
hukumnya perbuatan tidak dinyatakan dari keadaan subjektif, yaitu terletak dalam hati
hal-hal lahir, tapi digantungkan pada niat sanubari terdakwa sendiri”.30
orang yang mengambil barang. Kalau niat Walaupun demikian arti dari kata “melawan
hatinya itu baik, misalnya barang diambil hukum” itu sendiri tetap sebagaimana biasanya
untuk diberikan kepada pemiliknya, maka diartikan. Sebagaimana dikemukakan
perbuatan itu tidak dilarang, karena bukan sebelumnya, menurut R. Tresna,
pencurian. Sebaliknya kalau niat hatinya itu dicantumkannya kata “melawan hukum” dalam
jelek, yaitu barang akan dimiliki sendiri suatu pasal apabila dikuatirkan, bahwa orang
dengan tak mengacuhkan pemiliknya yang di dalam melakukan sesuatu perbuatan
menurut hukum, maka hal itu dilarang dan yang pada dasarnya bertentangan dengan
masuk rumusan pencurian. undang-undang, padahal di dalam hal itu ia
Sifat melawan hukumnya perbuatan menggunakan haknya, nanti akan terkena juga
tergantung daripada bagaimana sikap oleh larangan dari pasal undang-undang yang

27 29
S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 597. Moeljatno, Op.cit., hlm. 62, 63.
28 30
Ibid., hlm. 591. Ibid., hlm. 62.

254
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

bersangkutan. Jika ia menggunakan halnya, mempunyai hak untuk berbuat demikian;


maka ia tidak “melawan hukum” dan untuk misalnya pelaku tidak mempunyaui tanda
ketegasan bahwa yang diancam hukuman itu pembelian atas barang yang bersangkutan
hanya orang yang betul-betul melawan hukum sehingga karenanya perbuatan pelaku yang
saja, maka di dalam pasal yang bersangkutan mengambil barang itu dari seorang lain
perlu dimuat ketegasan “melawan hukum” merupakan suatu perbuatan tanpa hak sendiri.
sebagai unsur dari perbuatan yang terlarang Jadi, apakah suatu perbuatan bersifat
itu.31 Contohnya dapat dikemukakan Pasal 406 ”melawan hukum” atau tidak, tetap dapat
ayat (1) KUHP (perusakan barang) yang dipertimbangkan secara objektif.
mengancamkan pidana terhadap barangsiapa Kata ”yang subjektif” lebih berkenaan
dengan sengaja dan melawan hukum dengan pengetahuan dari pelaku tentang
menghancurkan, merusakkan, membikin tak apakah perbuatannya bersifat melawan hukum
dapat dipakai atau menghilangkan barang atau tidak. Pengetahuan pelaku tentang
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik apakah bersifat melawan hukum atau tidak,
orang lain. Ada kekuatiran dari pembentuk terletak dalam ”hati sanubari terdakwa
undang-undang berkenaan dengan peristiwa sendiri”.33 Tetapi, apa yang ada dalam
misalnya seorang montir yang diminta oleh hatisanubari seseorang tentunya tidak mudah
pemilik mobil untuk memperbaiki mobil pemilik untuk diketahui orang lain.
mobil itu, kemudian si montir telah Juga dalam hukum pidana, yang umumnya
membongkar mesin. Setelah bagian mesin dianut adalah pengertian kesalahan normatif,
dipreteli satu persatu, sudah tentu mobil itu bukan pengertian kesalahan psikologis.
tidak dapat lagi digunakan sebagaimana Mengenai dua macam pengertian kesalahan ini
biasanya. Jika Pasal 406 ayat (1) KUHP tidak dikemukakan oleh Frans Maramis bahwa:
menyertakan unsur melawan hukum, Istilah kesalahan dapat digunakan dalam arti
perbuatan montir tersebut secara formal sudah psikhologis dan normatif. Kesalahan
mencocoki rumusan pasal, yaitu ia dengan psikhologis adalah kesalahan dari sudut
sengaja membikin tidak dapat dipakai barang keadaan psikologis yang sesungguhnya dari
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik seseorang. Bagaimana keadaan psikhologis
orang lain. Padahal dalam peristiwa ini si sesungguhnya dari seseorang atau apa yang
montir menggunakan haknya berdasarkan sesungguhnya yang dipikirkannya, amat
permintaan dari pemilik mobil untuk sukar untuk diketahui. Hal ini sebagaimana
memperbaiki mobilnya. Untuk memberikan diungkapkan dalam peribahasa umum:
ketegasan bahwa yang dapat dipidana menurut dalamnya lautan bisa diselami, dalamnya
pasal ini hanyalah orang yang benar-benar hati siapa yang tahu. Karenanya untuk
melawan hukum saja, maka unsur melawan penerapan hukum pidana yang digunakan
hukum dicantumkan sebagai salah satu unsur bukanlah kesalahan dalam arti psikologis,
dari tindak pidana perusakan barang. melainkan kesalahan dalam arti normatif.
Berdasarkan pada keterangan dalam risalah Kesalahan normatif adalah kesalahan dari
penjelasan tersebut, maka pengertian dari kata sudut pandang orang lain terhadap pelaku.
melawan hukum (wederrechtelijk) jika kata Kesalahan normatif merupakan kesalahan
melawan hukum itu tercantum dalam rumusan dari sudut norma-norma hukum pidana,
pasal tindak pidana, menurut D. Simons, yaitu kesalahan dalam arti kesengajaan dan
sebagaimana dikutip oleh P.A.F. Lamintang dan kealpaan. Dari peristiwa konkrit yang
C.D. Samosir, yaitu “menurut anggapan umum, terjadi, orang lain menilai menurut ukuran
bahwa wederrechtelijk itu tidak mempunyai pada umumnya apakah pada pelaku
pengertian yang lain daripada ‘tanpa hak terdapat kesalahan dalam arti kesengajaan
sendiri’ (zonder eigen recht).”32 dan kealpaan ini.34
Pengertian ”melawan hukum” dalam Pasal Kesalahan normatif adalah kesalahan dari
362 KUHP berarti tanpa hak sendiri (zonder sudut pandang orang lain terhadap pelaku. Jadi,
eigen recht). Dengan kata lain, pelaku tidak kesalahan pelaku diukur secara objektif yaitu

31 33
R. Tresna, Loc.cit. Moeljatno, Loc.cit.
32 34
Lamintang dan Samosir, Op.cit., hlm. 80. Frans Maramis, Op.cit., hlm. 115.

255
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

dari sudut pandang orang-orang lain terhadap 2. Jaksa Penuntut Umum di depan
peristiwa sedemikian. Jika menurut pandangan pengadilan perlu dengan cermat
orang pada umumnya pada peristiwa seperti itu memberikan pembuktian yang
pelaku layaknya mengetahui bawha meyakinkan bahwa pelaku/terdakwa
perbuatannya bersifat melawan hukum, dapat mengetahui bahwa pemilikan atas
disimpulkan bahwa hati sanubari pelaku tahu barang yang diambilnya itu merupakan
bahwa kepemilikan pelaku atas barang yang sesuatu yang bersifat melawan hukum .
diambilnya itu bersifat melawan hukum.
Jadi, praktiknya Jaksa Penuntut Umum perlu DAFTAR PUSTAKA
membuktikan adanya pengetahuan pelaku Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2,
bahwa kepemilikannya atas barang yang Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
diambilnya itu bersifat melawan hukum. Hal ini Hamzah, Andi, Asas-asas Hukum Pidana,
akan mencakup hal-hal objektif, seperti apakah Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
pelaku memiliki tanda bukti pembelian atas Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum
barang itu, apakah pelaku tahu barang itu milik Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
orang lain, mengapa pelaku mengambil barang- 1983.
barang, dan sebagainya. Dari jawaban-jawaban Lamintang, P.A.F. dan F.T. Lamintang, Dasar-
atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat dasar Hukum Pidana di Indonesia, Sinar
disimpulkan secara objektif bahwa ada Grafika, Jakarta, 2014.
pengetahuan dari pelaku bahwa Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan
kepemilikannya bersifat melawan hukum. Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers,
Jakarta, 2012/
PENUTUP Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina
A. Kesimpulan Aksara, cet.2, Jakarta, 1984.
1. Pengaturan tindak pidana pencurian Poernomo, Bambang, Asas-asas Hukum Pidana,
dalam Pasal 362 KUHP dengan unsur Ghalia Indonesia, Jakarta-Surabaya-
melawan hukum di dalamnya yaitu Semarang-Yogya-Bandung, 1978.
mencatumkan unsur melawan hukum Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, cet.4, Rajawali
sebagai bagian dari kalimat “dengan Pers, 2013.
maksud untuk dimiliki secara melawan Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum
hukum”, di mana unsur “dengan Pidana di Indonesia, cet.3, PT Eresco,
maksud” (met het oogmerk) mencakup Jakarta-Bandung, 1981
unsur “melawan hukum” ______, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
(wederrechtelijk), sehingga dikenal Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama,
sebagai unsur melawan hukum yang Bandung, 2012.
subjektif. Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
2. Pengertian unsur melawan hukum yang Uraiannya., Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
subjektif dalam Pasal 362 KUHP yaitu 1983.
bahwa pelaku mengetahui bahwa Soekanto, S. dan Sri Mamudji, Penelitian
kepemilikan atas barang yang diambilnya Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
itu bersifat melawan hukum. cet.16, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum
B. Saran Pidana (KUHP) Serta Komentar-
1. Jaksa Penuntut Umum berkenaan komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
dengan unsur “dengan maksud untuk Politeia, Bogor, 1991.
dimiliki secara melawan hukum” perlu Suteki dan Galang Taufani, Metodologi
dengan cermat memberikan pembuktian Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan
tentang unsur “dengan maksud”, unsur Praktik), Rajawali Pers, Depok, 2018.
“memiliki”, dan unsur “melawan hukum” Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
agar Pasal 362 dapat dipertimbangkan Besar Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai
terbukti dilakukan oleh pelaku/terdakwa. Pustaka, Jakarta, 2002.

256
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

Tresna, R., Azas-azas Hukum Pidana, Tiara Ltd.,


Jakarta, 1959
Utrecht, E., Hukum Pidana 1, Penerbitan
Universitas, Bandung, 1967.
Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana,
Fikahari Aneska, Jakarta, 2010.

Peraturan perundang-undangan
Engelbrecht, W.A. dan E.M.L. Engelbrecht,
Kitab2 Undang2, Undang2 dan
Peraturan2 Serta Undang2 Dasar
Sementara Republik Indonesia, A.W.
Sijthoff’s Uitgeversmij, Leiden, 1956.
Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 02 Tahun
2012 tentang Penyesuaian Batasan
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda
dalam KUHP
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1960 tentang
Perubahan Jumlah Hukuman Denda
dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dan Dalam Ketentuan Pidana
Lainnya Yang Dikeluarkan Sebelum
Tanggal 17 Agustus 1945.
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
Nasional (BPHN), Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
1983.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Peraturan Hukum Pidana (Berita Negara
Republik Indonesia II Nomor 9).

257

Anda mungkin juga menyukai