Anda di halaman 1dari 24

PENGORGANISASIAN DI RUANG KEPERAWATAN

KELOMPOK 4

1. SELFIANA

2. MAKRIFATUL HIMA

3. SAHRATUL AENI

4. WIWI RAHAYU NINGSI

5. YESI DWI WAHYUNI

6. ASWAR YANTO

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AJARAN 2021-2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita sampai kan kepada Tuhan yang maha esa,karena rahmat dan
hidayahnya lah penyusun mampu menyelesaikan makalah tentang
“PENGORGANISASIAN DI RUANG KEPERAWATAN”, shalawat dan salam kita
curahkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Adapun tujuan penyusun membuat makalah ini, untuk menyelelesaikan tugas mata
kuliah “MANAJEMEN KEPERAWATAN”. Penyusunan makalah ini tidak luput dari
pihak-pihak yang membantu baik dari segi moril dan materil oleh karena itu kami ucapkan 
terima kasih.

Dan dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari mungkin banyak kesalahan
dan kekeliruan maka dari itu penyusun mengaharapkan kritik dan saran demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang.        

Bulukumba, 21 September 2021

penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengorganisasian...........................................................................................5
B. Konsep pengorganisasian……………………………………......................................... 5
C. Langkah-langkah Pengorganisasian.................................................................................8
D. Tipe-tipe Pengorganisasian..............................................................................................9
E. Struktur pengorganisasian................................................................................................ 11
F. Saluran komunikasi dalam organisasi pelayanan kesehatan/keperawatan………………18
G. Factor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi dalam organisasi pelayanan
keperawatan.....................................................................................................................20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................................22
B. Saran................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam keperawatan system lebih terfokus pada pengorganisasian, interaksi,

interdependensi dan integrasi dari bagian-bagian dan elemen yang ada. Organisasi

pelayanan kesehatan biasa dipandang sebagai sebuah system dengan sub-sistem

individu dan grup atau kelompok profesi yang secara bersama-sama bekerja untuk

mencapoai tujuan yang disepakati. Pemahaman dan komitmen tentang kekompakan

kelompok menjadi penting dan sangat berpengaruh pada proses pencapaian tujuan

tersebut, oleh karena itu pola interaksi yang efektif harus diciptakan diantara individu

atau grup baik internal maupun ekternal maupun eksternaldari system yang telah ada.

Keperawatan sebagai ilmu terus berkembang, beberapa upaya perbaikan

pelayanan disetiap tatanan kesehatan telah dilaksanakan termasuk pada tindakan di

lapangan, serta menggunakan model-model dalam system manajemen pelayanan dan

pembuatan keputusan yang terkait dengan pasien, walaupun demikian para manajer

keperawatan masih menganggap bahwa hasil kurang optimal, sehingga  upaya-upaya

lainnya terus dilakukan untuk peningkatan kualitas.

B.        RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian pengorganisasian ?

2. Jelaskan konsep pengoranisasian pada management keperawatan ?

3.  Jelaskan langkah-langkah pengorganisasian ?

4. Sebutkan tipe-tipe pengorganisasian ?

4
5.  Jelaskan Struktur Organisasi Pelayanan Keperawatan

6. Deskripsikan Saluran komunikasi dalam organisasi pelayanan kesehatan/keperawatan ?

7. Sebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi dalam organisasi

Pelayanan Keperawatan ?

C.       TUJUAN

1. Dapat menjelaskan pengertian pengorganisasian.

2. Dapat menyelaskan konsep pengoranisasian pada management keperawatan.

3. Dapat menjelaskan langkah-langkah pengorganisasian.

4. Dapat menyebutkan tipe-tipe pengorganisasian.

5. Dapat menjelaskan Struktur Organisasi Pelayanan Keperawatan.

6. Dapat mendeskripsikan Saluran komunikasi dalam organisasi pelayanan

kesehatan/keperawatan.

7.  Dapat menyebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi dalam

organisasi Pelayanan Keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan

objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan setiap kelompok,

dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik cara

vertical maupun horizontal yang bertanggung jawab mencapai tujuan organisasi

(Swansburg, 1993).

Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan terhadap tugas, wewenang,

tanggung jawab dan koordinasi kegiatan, baik vertical maupun horizontal yang dilakukan

oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan

tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas

dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana dan kapan keputusan harus

diambil oleh seorang perawat.

B. KONSEP

Dalam menganalisa pengaruh pola formal organisasional pada sifat dasar komunikasi antara

para pekerja, perlu untuk mengerti konsep sebagai berikut:

1. Peran

Peran diartikan sebagai suatu set perilaku dan sikap yang diharapkan dari

seseorang oleh mereka yang berinteraksi dengannya. Peran seseorang diartikan oleh

harapan-harapan orang lain, individu tersebut sangat bergantung pada harapan mereka

bagi aspek identitas pribadinya. Sepanjang hidupnya seseorang memegang serangkaian

peran, yang berubah dengan perubahan keadaan hidupnya. Sebagai pekerja sebuah

6
departemen keperawatan, perawat dapat memegang beberapa peran jabatan pada waktu

yang sama. Kepala perawat tertentu merupakan bawahan bagi atasannya, seorang

supervisor bagi staf perawatnya, rekan kerja kepala perawat lainnya dan mungkin kepala

panitia atau konsultan bagi para pekerja di divisi lain dalam organisasinya. Karena

perbedaan sikap dan perilaku diperlukan dalam pelaksanaan masing-masing peran, kepala

perawat yang telah diuraikan di atas harus sering "merubah seragam" selama hari

kerjanya, penyesuaian dan penyesuaian ulang ekspresi wajah, bahasa tubuh, nada suara

dan bahasa untuk memenuhi harapan pihak yang berkepentingan lainnya yang telah

mengartikan setiap peran.

2. Kekuasaan

Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bersikap

sesuai dengan harapan seseorang. Karena kekuasaan tumbuh dari interaksi manusia,

kekuasaan tidak bersifat statis, tetapi terus menerus berubah. Perolehan kekuasaan oleh

perawat perorangan tampaknya memudahkan perolehan kekuasaan yang lebih besar

dalam situasi yang sama. Kemungkinan karena meningkatnya  jumlah komunikasi

dengan yang lain atau perubahan dalam kualitas komunikasi tersebut. Begitu juga

sebaliknya, kehilangan kekuasaan seorang pekerja bisa mengubah hubungan timbal

baliknya dengan yang lain sehingga membuatnya terus menerus kehilangan kekuasaan

seiring dengan waktu.

3. Status

Konsep status berhubungan erat dengan konsep kekuasaan. Status dapat diartikan

sebagai urutan penganugerahan suatu kelompok kepada seseorang yang sesuai dengan

penilaian mereka atas pekerjaan dan sumbangsihnya. Derajat status yang diberikan

7
kepada pekerjaan tertentu erat kaitannya dengan jarak dari hierarki organisasi tingkat

atas, jumlah keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan tugas kerja tersebut, derajat

pelatihan khusus, atau pendidikan yang diperlukan bagi posisi tersebut, tingkat tanggung

jawab dan otonomi yang diharapkan dalam pelaksanaan kerja dan gaji yang didapat dari

jabatan tersebut. Status masing - masing perawat tergantung pada posisi dari departemen

kesehatan dalam tabel organisasi unit kerjanya. Status sebuah kelompok dikaitkan dengan

kemampuannya dalam mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan kelompok. Kebanyakan perawat percaya bahwa tujuan keperawatan bagi

perawatan klien dan kesembuhannya sama pentingnya dengan kesejahteraan klien seperti

juga dengantujuan pengobatan medis atau tujuan administrasi keuangannya.

4. Wewenang

Konsep wewenang secara berbelit-belit dihubungkan dengan konsep tanggung

jawab. Jabatan pada hierarki keperawatan puncak dihubungkan dengan lapisan atas dari

tanggung jawab dan wewenang. Jadi status yang tinggi dihubungkan dengan wewenang

yang memberi status pekerjaan tinggi bagaimanapun dapat diserahkan pada jabatan di

lapisan rendah struktur organisasi.

5. Kepusatan ( Centrality )

Konsep sentralisasi / kepusatan organisasi mengacu pada kenyataan bahwa

beberapa jabatan ditempatkan sedemikian rupa dalam struktur organisasi sehingga

melibatkan si pemegang jabatan ke dalam seringnya komunikasi dengan sejumlah besar

pekerja lainnya. Sebaliknya, jabatan lainnya ditempatkan sedemikian rupa sehingga

terjadi sedikit komunikasi di antara pemegang jabatan dengan yang lainnya.

8
6. Komunikasi ( Communication )

Semua pekerjaan dalam sebuah kelompok manusia dilakukan melalui dan karena

komunikasi antar pekerja. Komunikasi biasa diartikan sebagai pengiriman informasi dan

opini antar manusia. Diperlukan pendahuluan pesan oleh si pengirim dan persepsi pesan

yang sama oleh si penerima pesan. Kebanyakan ahli komunikasi percaya bahwa

penangkapan pesan tersebut merupakan aspek yang lebih kritis dari proses dan usaha

memperbaiki kualitas serta akurasi komunikasi sebaiknya dimulai dengan mengajari

manusia bagaimana mendengar secara bersungguh - sungguh dan kritis terhadap semua

aspek pesan yang dikirim. Adalah mungkin untuk melatih pengirim pesan agar mengatur,

mengulang, dan merangkum informasi sehingga memaksimalkan pengertian oleh si

penerima pesan. Pengirim pesan dapat diajari  memperkuat isi verbal setiap pesan dengan

ekspresi yang sesuai dan gerak isyarat untuk menekankan konsep kunci serta untuk

mendapatkan masukan dari si penerima pesan sebagai tanda atas keefektifan komunikasi.

C. LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN

1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah di susun pada saat

fungsi perencanaan.

2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis (elemen kegiatan).

4. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas

pendukung yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya.

5. Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan mendapatkan staf yang dipandang

mampu melaksanakan tugas.

9
6. Mendelegasikan wewenang dalam pembagian tugas harus diperhatikan adanya

keseimbangan antara wewenang dan tnggung jawab staf, untuk organisasi seperti

puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup kerja dan

kegiatannya cukup luas, prinsip kerjasama yang sifatnya integrative perlu diterapkan

karena prinsip kerja integrasi diharapkan semua kegiatan pokok puskesmas dapat

diselesaikan.

D. TIPE-TIPE ORGANISASI

Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan

yang diterapkan di ruangan perawatan. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe organisasi

dilihat dari strukturnya.

1. Struktur Organisasi secara umum

Struktur Organisasi di ruangan menyesuaikan dengan metode penugasan yang

dijalankan di ruang perawatan. Akan tetapi, secara umum organisasi dibagi menjadi tiga

macam , antara lain sebagai berikut.

a. Organisasi Lini

Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia. Organisasi lini mencirikan

bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan

organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat

dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan

yang diutamakan adalah wewenang dan perintah. 

Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan

sedikit, sarana dan prasarana yang terbatas, serta tujuan dan kegiatan yang sederhana.

Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat

10
dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin  serta

koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Sedangkan, kelemahannya adalah

keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar-benar dapat

memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi seiring terabaikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, organisasi lini sangat cocok diterapkan di ruang

perawatan.

b. Organisasi Staf.

Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf

dicirikan bahwa dalam pengorganisasian dikembangkan satuan organisasi staf yang

berperan sebagai pemantu pimpinan. Orang yang duduk dalam suatu organisasi staf

adalah individu ahli yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Hal ini terjadi karena

pimpinan organisasi menghadapi permasalahan yang kompleks dan kesulitan untuk

memecahkan permasalahan yang ada sehingga dibutuhkan orang yang sanggup dan

mampu membantu pimpinan dalam memecahkan masalah organisasi.  

c. Organisasi Lini dan Staf

Bentuk Operasi lini dan staf merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada

bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diplot sebagai penasihat, tetapi staf juga diberikan

tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi ini staf diterapkan jika

permasalah nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi

sangat kompleks sehingga staf tidak hanya diharapkan memberikan buah pikirannya,

tetapi staf juga harus membantu pelaksanaannya.

11
E. STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN

1. Metode Kasus

Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua karena metode ini

adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada

metode ini, seorang perawat bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien selama

periode dinas (Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan di ruang perawatan

intensif.Metode Fungsional Metode penugasan fungsional merupakan metode pemberian

asuhan keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur (Sitorus,

2006). Prioritas utama metode ini adalah pemenuhan kebutuhan fisik sehingga kurang

memerhatikan kebutuhan manusia secara holistic dan komprehensif.

Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan sesuai dengan

spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya, setiap perawat mempunyai tugas dan tanggung

jawab untuk memberikan tindakan keperawatan sebanyak satu atau dua jenis tindakan.

Jenis tindakan lainnya diberikan oleh perawat yang lainnya. Berdasarkan struktur di atas,

trgambar dengan jelas bahwa ada pembagian tugas perawat, yaitu ada perawat yang

tugasnya hanya memberikan obat ada perawat yang tugasnya hanya merawat luka dan

lain-lain. Namun demikian, guna mengurangi beban tanggung jawab kepala ruang yang

besar, pihak rumah sakit dapat memodifikasi struktur tersebut dengan menempatkan

wakil kepala ruang untuk membantu tugas kepala ruang. Selain mengurangi beban kerja

kepala ruang, dengan adanya wakil kepala ruang, harapannya dapat meningkatkan

efektivitas dan efisiensi pekerjaan.

12
2. Metode Tim

Menurut Douglas (1992), metode tim adalah metode pemberian asuhan

keperawatan yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan

asuhan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut

dengan “Ketua tim”. Selain itu, Sitorus (2006) juga menyampaikan bahwa dengan

metode penugasan tim, setiap anggota kelompok/tim mempunyai kesempatan untuk

berkontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada

perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.

Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan efisien, tugas

pokok dan fungsi masing-masing, posisi harus jelas dan dipahami oleh masing-masing

personel perawat. Keliat, dkk (2006) menguraikan secara rinci tugas pokok dan fungsi

masing-masing posisi yang tergambar dalam struktur organisasi metode penugasan tim

sebagai berikut.

a. Kepala Ruangan

1) Pendekatan Manajemen

Fungsi Perencanaan

a) Menyusun visi, misi, dan filosofi

b) Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan).

Fungsi Pengorganisasian

a) Menyusun struktur organisasi

b) Menyusun jadwal dinas

c) Membuat daftar alokasi pasien

13
Fungsi Pengarahan

a) Memimpin operan

b) Menciptakan iklim motivasi

c) Mengatur pendelegasian

d) Melakukan supervise

Fungsi Pengendalian

a) Mengevaluasi indikator mutu

b) Melakukan audit dokumentasi

c) Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga pasien dan perawat

d) Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan

2) Compensatory Reward

a) Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana

b) Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf keperawatan

3) Hubungan Profesional

a) Memipin rapat keperwatan

b) Memipin konferensi kasus

c) Melakukan rapat tim kesehatan

d) Melakukan kolaborasi dengan dokter

4) Asuhan keperawatan

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan

spesifikasi ruangan)

14
b. Ketua Tim

1) Pendekatan Manajemen

Fungsi Perencanaan

a) Menyusun rencana jangka pendek (harian dan bulanan )

                         Fungsi Pengorganisasian

a) Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan

b) Membuat daftar alokasi pasien kepada perawat pelaksana

Fungsi Pengarahan

a) Memimpin Pre-Conference dan post-conference

b) Menciptakan iklim motivasi di dalam timnya

c) Mengatur pendelegasian dalam timnya

d) Melakukan supervise kepada anggota timnya

Fungsi Pengendalian

a) Melakukan observasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan kepada

pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana

b) Memberikan umpan balik kepada perawat pelaksana

2) Compensatory Reward

Melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana

3)  Hubungan Profesional

a) Melaksanakan konferensi kasus

b) Melakukan kolaborasi dengan dokter

15
4) Asuhan Keperawatan

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan

spesifikasi ruangan).

c. Perawat Pelaksana

1) Pendekatan Manajemen

Fungsi Perencanaan

Menyusun rencana jangka pendek (harian)

2) Asuhan keperawatan

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan

spesifikasi ruangan)

3. Metode Keperawatan Primer

Metode Keperawatan Primer adalah suatu metode pemberian asuhan Keperawatan

yang mempunyai karakteristik kontinuitas dan komprehensif dalam pemberian asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat yang bertanggung jawab dalam

merencanakan, melakukan, dan mengoordinasi selama pasien dirawat di ruang

perawatan. Perawat yang bertanggung jawab selama 24 jam atas pasien-pasiennya tadi

disebut”Perawat Primer”. Perawat primer biasanya bertanggung jawab antara 4-6 pasien.

Berikut akan dijelaskan secara rinci tugas pokok dan fungsi masing-masing posisi dan

struktur organisasi metode keperawatan perimer.

a. Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Primer

1) Perawat primer menerima dan mengorientasikan pasien yang masuk di ruang

perawatan.

16
2) Perawat primer mengkaji secara komprehensif dan merumuskan diagnosis

keperawatan

3) primer membuat rencana keperawatan (tujuan, criteria hasil, rencana tindakan,

dan rasional)

4) Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi dengan perawat lain

dan tenaga kesehatan yang lain atas rencana yang telah dibuat.

5) Perawat primer melaksanakan rencana yang telah dibuat

6) Perawat primer melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai

7) Perawat primer membuat rencana pulang pasien (termasuk rencana

penyuluhan)

8) Perawat Primer melakukan rujukan kepada pekerja social dan kontak degan

lembaga social di masyarakat.

9) Perawat primer membuat jadwal perjanjian klinik

10) Perawat primer mengadakan kunjungan rumah

b. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Ruang

Menurut penulis, tugas pokok dan fungsi kepala ruang pada metode primer tidak

jauh berbeda dengan yang dilakukan pada metode penugasan tim seperti yang

disampaikan oleh kandidat, dkk (2006) sebagai berikut.

1) Pendekatan Manajemen

Fungsi Peencanaan

a) Menyusun visi, misi dan filossofi

b) Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan)

17
Fungsi Pengorganisasian

a) Menyusun struktur organisasi

b) Menyusun jadwal dinas

c) Membuat daftar alokasi pasien

Fungsi Pengarahan

a) Memimpin operan

b) Menciptakan iklim motivasi

c) Mengatur pendelegasian

d) Melakukan supervise

Fungsi pengendalian

a) Mengevaluasi indikator mutu

b) Melakukan audit dokumentasi

c) Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga pasien, perawat, dan nakes lain.

d) Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan

2) Compesatory Reward

a) Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat

b) Merencnakan dan melaksanakan pengembangan staf

3) Hubungan Profesional

a) Memimpin rapat keperawatan

b) Melakukan rapat tim  kesehatan

18
Selain menjalankan tugas di atas, ada salah satu tugas yang harus dijalankan

oleh kepala ruang adalah menjadi konsultan jika perawat mengalami kendala

dalam menjalankan tugasnya.

Selain pembuatan struktur organisasi, menurut keliat, dkk (2006) kegiatan lain

fungsi pengoorganisasian dalam ruang perawatan adalah sebagai berikut.

1. Pembuatan Daftar Dinas

Daftar dinas merupakan bagian penting dalam pengorganisasian yang berisi jadal

dinas (shift pagi, siang, malam), perawat yang libur, dan perawat yang cuti. Daftar

dinas ini biasanya dibuat untuk kurun waktu dinas selama satu bulan. Pembuat daftar

dinas adalah kepala ruang yang dbantu ketua tim/ perawat primer.

2. Pembuatan Daftar Alokasi Pasien

Daftar alokasi pasien dibuat guna mengetahui jumlah dan nama pasien, jumlah

dan nama pasien jenis penyakit, dokter, serta distribusi perawta terhadap pasien yang

terdapat di ruangan. Daftar pasien berisi nama pasien, dokter yang bertanggung jawab,

perawat dalam tim (jika menerapkan metode penugasan tim), perawat yang dinas, dan

perawat yang bertanggung jawab tiap shift.

F. SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN

KESEHATAN/KEPERAWATAN

Komunikasi yang terjadi dalam organisasi pelayanan keseahtan/keperawatan adalah

komunikasi formal. Saluran-saluran komunikasi terbentuk dalam komunikasi formal

terbentuk. Saluran komunikasi formal ditentukan oleh struktur organisasi. Saluran

komunikasi formal dibagi menjadi 3, yaitu veretikal, lateral, dan diagonal(Handoko,1999)

19
1. Komunikasi vertical

Komunikasi vertical terjadi dari atas kebawah atau sebaliknya sesuai garis

perintah. Komunikasi dari atas kebawah terjadi dimulai dari manajemen puncak

kemudian menuju bawah melalui tingkatan-tingkatan manjemen sampai dengan

personalpaling bawah. Tujuan utama komunikasi kebawah  adalah memeberi

pengarahan, informasi, instruksi, saran, masukan, dan penilaian. Informasi yang

disampaikan kebawah dapat berupa tujuan-tujuan organisasi dan juga kebijakan

organisasi. Sedangkan, bentuknya dapat berupa tulisan ataupun lisan. Komunikasi ke

atas berfugnsi untuk memberikan informasi ataupun umpan balik kepada tingkatan

manajemen atas tentang hal-hal yang terjadi tingkat bawah (robbins,2013). Informasi

yang disampaikan  dapat berupa laporan  hasil kerja, gagasan/ide, penjelasan ,

maupun permintaan. Komunitas ke atas dapat  dapat disebut juga sebagai umpan

balik ke manajemen  ats terkait kebijakan, pengarahan , instruksi dan

pengaturan.Komunikasi vertical yang terjadi pada tingkat ruang perawatn dapat

digambarkan sebagai berikut : komunikasi antara kepala ruang dan  ketua

tim/perawat primer  dan atau perawat pelaksana; ketua tim/perawat primer dengan

perawat pelaksana

2. Komunikasi lateral/horizontal

Komunikasi lateral terjadi pada antar-departemen pada antar-anggota dalam

kelompok kerja/selevel dan juga terjadi pada antar-departement pada tingakatan

organisasi yang sama. Komunikasi yang terjadi  adalah pimpinan dengan pimpinan,

bawahan dengan bawahan.komunikasi ini bersifat koordinatif. Komunikasi

20
lateral/horizontal yang terjadi pada tingkat ruang perawatn adalah antar-kepala ruang,

abtar-ketua tim/perawat primer. Dan antar –perawat pelaksana.

3. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang memotong atau menyilang

diagonal garis perintah organisasi. Komunikasi ini dilakukan antara dua orang pada

tingkat kedudukan yang berbeda, pada tugas dan fungsi yang berbeda, dan tidak

mempunyai wewenang langsung terhadap piuhak yang lain. Komunikasi diagonal

yang terjadi pada tingkat ruang perawatan adalah komunikasi antara perawat dan tim

kesehatan lain (dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain).

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM

ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN

Organisasi pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari organisasi pelayanan

kesehatan. Di dalamnya merupakan tempat padat tenaga kerja yang terdiri dari individu-

individu yang saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Penyampaian pesan secara akurat dan efektif juga sangat diperlukan dalam

kehidupan berorganisasi ini. Namun, menurut Lesikar (dalam Handoko 1999), efektivitas

komunikasi dalam organisasi dipengaruhi oleh empat factor berikut.

1.  Saluran Komunikasi Formal

Saluran komunikasi formal memengaruhi efektivitas komunikasi dalam dua cara,

yaitu secara Berikut.

a. Liputan saluran formal akan semakin melebar sesuai perkembangan

organisasi. Perkembangan dan pertumbuhan organisasi menjadi factor

penyebab semakin sulitnya mengadakan komunikasi secara efektif. Apalagi,

21
kalau organisasi sudah mempunyai banyak cabang yang menyebar. Maka, hal

ini akan menyulitkan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.

b. Saluran Komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi antar-

tingkatan organisasi. Sebagai contoh, perawat pelaksanan selalu dapat

mengkomunikasikan masalah-masalah yang dihadapi di ruangan dengan

ketuam tim atau kepala ruangan. Akan tetapi, tidak dapat

mengkomunikasikan informasi secara langsung dengan wakil direktur bidang

pelayanan. Padahal, informasi tersebut seharusnya juga didapat wakil

direktur.

2. Struktur Organisasi

Perbedaan kekuasaan dan kedudukan dalam organisasi akan menentukan

pihak-pihak yang berkomunikasi dengan seorang serta isi dan ketepatan dalam

berkomunikasi. Terdapat adab dan aturan tertentu jika bawahan harus

berkomunikasi dengan direktur. Hal ini karena dibatasi formalitas dan

kesopanan.Spesialisasi Jabatan

3. Pemilikian informasi

Adanya individu-individu yang mempunyai informasi khusus dan

pengetahuan tentang pekerjaanya. Sebagai comntoh, perawat ruang anak

mempunyai pengalaman yang lebih dalam informasi-informasi perawatan anak.

Kepala ruang perawatan juga mempunyai informasi yang lebih tentang bagaimana

cara mengatasi konflik di ruangan yang dia pimpin.

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai

tujuan objektif, Penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan setiap

kelompok, dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit

lainnya, Baik cara vertical maupun horizontal yang bertanggung jawab mencapai tujuan

organisasi (Swansburg, 1993).Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu

adanya tujuan bersama, adanya kerjasama dua orang atau lebih, adanya pembagian tugas,

adanya kehendak untuk bekerja sama.

B. SARAN

Kami dari penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh

dari kesempurnaan karena keterbatasan referensi dan ilmu yang kami miliki.Untuk itu

kami sebagai penulis menerima kritik dan saran yang sifat membangun dari dosen

pembimbing untuk demi baiknya penulisan kami di masa yang akan datang.Semoga

makalah ini sangat berguna bagi kita semua.

23
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.

Sumijatun. (2009). Manajemen Keperawatan Konsep Dasar dan Aplikasi Pengambilan

Keputusan Klinis. CV. Trans Info Media: Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai