Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERAWATAN KLIEN PALIATIF

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif


Program Studi Ilmu Keperawatan Reg-A1 Semester 5

DOSEN PENGAMPU :
1. Ns. Hili Aulianah, S.Kep, M.Kes
2. Ns. Isrizal, S.Kep, M.Kes, M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:


1. Rosa larasakti (19.14201.30.06)
2. Maya Romanti (19.14201.30.09)
3. Fajar Eka Susanti (19.14201.30.13)
4. Larasati (19.14201.3014)
5. Hafidz Nurrahman (19.14201.30.20)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

PALEMBANG 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpa curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnyadi ahirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada allah SWT atas limpahan dan nikmat sehat-nya
baik itu berupah sehat fisik maupun akal pikiran, Sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan tugas makalah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif
dengan judul “Perawatan paliatif”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, 25 Desember 2021

Penulis
Kelompok 3

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1   LATAR BELAKANG......................................................................4
1.2   RUMUSAN MASALAH..................................................................4
1.3   TUJUAN...........................................................................................5
1.4   MANFAAT.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
          2.1 DEFINISI KOMUNIKASI.........................................................6
          2.2 CARA KOMUNIKASI..............................................................6
          2.3 PRINSIP KOMUNIKASI..........................................................6
          2.4 TEKNIK KOMUNIKASI..........................................................7
          2.5 HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI...................9
          2.6 TUJUAN KEPERAWATAN PALIATIF..................................9
          2.7 PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF...................................9
          2.8 FASE TERMINAL...................................................................10
          2.9 TAHAP-TAHAP MENJELANG AJAL...................................10
          2.10 TIPE-TIPE PERJALANAN MENJELANG AJAL................11
   BAB III KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN PALIATIF
          3.1 KOM. PADA PASIEN DENGAN PENY. KRONIS................12
          3.2 KOM. PADA PASIEN YANG TIDAK SADAR......................13
          3.3 SASARAN KOMUNIKASI PALIATIF……………………...13
BAB IV PENUTUP
          4.1 KESIMPULAN.........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................15

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


‘Paliatif Care’ atau Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris)
berarti meringankan, dan ‘Palliare’ (bahasa latin yang berarti
‘menyelubungi’)merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk
meringankan gejala klien, bukan berarti menyembuhkan. Perawatan paliatif care
adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup  pasien dan keluarga
yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam
jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik,
psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita, terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud
antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan
dalam aspekpsikologis, sosial dan spiritual. Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah
pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup  pasien dan keluarga mereka dalam
menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit, fisik, psikososial,
spiritual (kemenkes RI Nomor 812, 2007).
Menurut Dadang Hawari (1977,53), orang yang mengalami penyakit terminal
dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembina kerohanian saat klien menjelang
ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah dan
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien
tersebut selalu berada disamping perawat. Karena peran perawat yang komprehensif
tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan
pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai fasilitator agar
pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya.
Namun peran spiritual ini sering sekali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek

5
spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnosa harapan
sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana prinsip dan teknik komunikasi dalam perawatan paliatif
2.  Apa saja jenis perawatan paliatif
3.  Apa saja model/tempat perawatan paliatif

1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan teknik komunikasi dalam
perawatan paliatif
2. Mengetahui jenis-jenis perawatan paliatif
3. Mengetahui model/tempat perawatan paliatif

1.4 MANFAAT
Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai perawatan paliatif terutama dari pola
komunikasi, karena komunikasi dalam keperawatan secara umum akan beda dengan
komunikasi pada pasien paliatif

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi komunikasi


Komunikasi adalah pertukaran informasi, pikiran, ide, dan perasaan diantara dua
atau lebih individu.Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiantannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto,1994).

2.2 Cara Komnikasi


1.Komunikasi Verbal
Menggunakan kata-kata yang diungkapkan atau ditulis.
Hal yang harus diperhatikan :
1. Kesederhanaan : Kalimat yang digunakan harus sederhana, mudah
dimengerti, singkat dan jelas.
2. Kejelasan : Komunikasi bias lebih jelas apabila ada kecocokan dengan apa
yang diungkapkan dan yang diekspresikan oleh wajah serta gerakan  tubuh.
3. Tepat waktu dan relevan ; Perawat harus peka terhadap kebutuhan yang
sedang dirasakan oleh pasien.
4.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh.
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Sikap tubuh dan cara berjalan : Sikap tubuh dan cara berjalan dapat
menunjukan suasana hati dan kondisi fisik seseorang. Sikap tubuh yang tegak,
aktif, dan jalannya mempunyai tujuan menunjukan bahwa orang tersebutu
merasa nyaman dan aman secara fisik maupun emosionalnya
2. Ekspresi wajah : Wajah, terutama mata, otot-otot disekitar mata dan mulut
dapat mengekspresikan macam-macam emosi seperti kegemberiaan,
kesedihan, kemarahan, kekecewaan, ketakutan, malu, dan seterusnya.
3. Gerakan Tangan : Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti.
Gerakan tangan bisa mengkomunikasikan macam-macam perasaan.

7
2.3 Prinsip Komunikasi terapeutik
Prinsip Komunikasi terapeutik (keliat:1996)
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami     
dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan  
saling menghargai.
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5.  Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
6.  Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun masalah.
7.  Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
8. Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka.
10.  Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan menyakinkan
orang lain tentang kesehatan.
11. Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara
manusiawi
12.  Bertanggung jawab

2.4   TEKNIK KOMUNIKASI
1. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa
yang dikatakannya adalah penting.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang
akan dibicarakan.
3. Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
4. Penerimaan (Acceptance)

8
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan
ketertarikan dan tidak menilai.
5. Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak
mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan klien
6. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar,
refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
7. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang
lain.
8.  Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik,
lebih jelas, dan  berfokus pada realitas.
9. Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan
difikirkan.
10. Identifikasi “tema’’
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguan
untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
11. Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukan bahwa perawat bersedia menunggu respon.
12.  Informin
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon
lebih lanjut.
13. Humor
Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit
yang disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien.
14.  Saran

9
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.
       
2.5 Macam-macam hambatan dalam komunikasi
Macam-macam hambatan dalam komunikasi (Mundakir:2006)
1) Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat
2) Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
3) Kurangnya pengetahuan
4) Perbedaan persepsi
5) Perbedaan harapan
6) Tidak ada kepercayaan (BHSP)

2.6 Tujuan dari perawatan paliatif


Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya. Perawatan paliatif meliputi :
1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya.
2.  Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
3. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian.
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit
pasien dan kehilangan mereka.

2.7 Prinsip Perawatan Paliatif Care


Prinsip Perawatan Paliatif Care Menghormati atau menghargai martabat dan
harga diri dari pasien dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care
merupakan accses yang competent dan compassionet, Mengembangkan professional
dan social support untuk pediatric palliative care, Melanjutkan serta mengembangkan
pediatrik palliative care melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007:
52) Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

10
a) Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal.
b) Tidak mempercepat atau menunda kematian.
c) Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
d) Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
e) Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
f) Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
g) Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.
h) Menghindari tindakan yang sia-sia.

2.8 Kondisi Terminal


Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatau tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu
(Carpenito, 1995).
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak 
ada harapan  lagi untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu  kecelakaan.
 Kondisi Terminal adalah fase akhir kehidupan menjelang kematian yang dapat
berlangsung singkat atau panjang.

29. Tahapan tahapan menjelang ajal


Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal
(dying) dalam 5 tahap, yaitu:
1.  Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi,
dan menunjukkan reaksi menolak.
2.  Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala
hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
3. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4. Kemurungan/Depresi

11
5. Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin
banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping
pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
6. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga
tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini
sangatmembantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-
rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan
keluarga terdekat, menulis surat wasiat.

2.10 Tipe tipe menjelang ajal


1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
 terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan
sakit kronik dan telah berjalan lama.

12
BAB III
KOMUNIKASI DALAM PERAWATAN PALIATIF

3.1 Komunikasi pada pasien dengan penyakit kronis


            Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
(purwaningsih dan karbina, 2009).
            Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang
dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
(purwaningsih dan karbina, 2009).

            Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis yang
dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
seseorang pasien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
a. Teknik komunikasi fase denial (pengingkaran)
1. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
2.  Selalu berada didekat klien
3. Pertahankan kontak mata
b. Teknik komunikasi fase anger (marah)
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya,
hearing dan menggunakan teknik respek
c. Teknik komunikasi fase Bargening (tawar menawar)
Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kapada
pasien apa yang diinginkan
d. Teknik komunikasi fase depression
   Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan kesedihannya.
e. Teknik komunikasi fase occeptance (penerimaan)
 Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan
perasaan keluarga terhadap kematian pasien.

13
3.2 Komunikasi pada pasien yang tidak sadar
            Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan suatu komunikasi
dengan menggunakan teknik komunikasi khusus/trapeutik dikarenakan fungsi
sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari
luar tidak dapat diterima dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
            Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan
dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu
fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat
disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial maupun
ekstrakranial yang mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik ditingkat
korteks serebri, batang otak keduanya.
            Ada karakteristik komunikasi yang berbeda saat kita berkomunikasi dengan
pasien yang tidak sadar, yakni tidak mendapatka feedback (umpan balik) yang
menjadi salah satu elemen komunikasi. Hal ini dapat kita temukan diruangan-ruangan
tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain
sebagainya. Walaupun banyak perdebatan bahwa komunikasi trapeutik tetap
dilaksanakan walau pasien koma, maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan
komunikasi terapeutik ini untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik
sekalipun dia dalam keadaan yang tidak sadar atau koma.

3.3 Sasaran komunikasi paliatif


 PASIEN
 KELUARGA
 KOMUNITAS

14
BAB IV
PENUTUP

4.I KESIMPULAN

       Hubungan dan komunikasi antara perawat dan klien bersifat trapeutik, artinya
hubungan yang dibangun hanya sebatas memberi asuhan dan menghilangkan keluhan
klien. Komunikasi trapeutik adalah isntrumen holistik yang digunakan disetiap lini
keperawatan begitu pula untuk pasien dengan keperawatan paliatif.
      Pemahaman mendalam mengenai komunikasi trapeutik secara umum akan
membantu perawat memahami komunikasi dalam perawatan paliatif secara khusus,
yang membedakan komunikasi paliatif dengan yang lain salah satunya adalah perawat
melibatkan segenap support system dalam berkomunikasi untuk menunjang paliatif
care tersebut.

4.2 SARAN
Penyusun mengetahui betul bahwa buah karya yang dipergunakan untuk
memenuhi tugas ini jauh dari kata sempurna, maka penulis sangat mengharapkan
kritik atau saran dari para pembaca. Kritik atau saran bagi penyusun adalah sesuatu
yang sangat berarti untuk menjadikannya lebih baik lagi.

15
DSSAFTAR PUSTAKA

Depkes RI Pusdiknakes.995.Asuhan Keperawatan Pasien dengan gangguan dan


penyakit kronik dan terminal. Jakarta: Depkes RI.
Craven,Ruth F. Fundamentals of nursing: human healt and function.
Tamsuri, Anas.(2006).”komunikasi dalam keperawatan”.Erlangga: Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai