DOSEN PENGAMPU :
1. Ns. Hili Aulianah, S.Kep, M.Kes
2. Ns. Isrizal, S.Kep, M.Kes, M.Kep
PALEMBANG 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpa curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnyadi ahirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada allah SWT atas limpahan dan nikmat sehat-nya
baik itu berupah sehat fisik maupun akal pikiran, Sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan tugas makalah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif
dengan judul “Perawatan paliatif”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
Kelompok 3
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................4
1.3 TUJUAN...........................................................................................5
1.4 MANFAAT.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI KOMUNIKASI.........................................................6
2.2 CARA KOMUNIKASI..............................................................6
2.3 PRINSIP KOMUNIKASI..........................................................6
2.4 TEKNIK KOMUNIKASI..........................................................7
2.5 HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI...................9
2.6 TUJUAN KEPERAWATAN PALIATIF..................................9
2.7 PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF...................................9
2.8 FASE TERMINAL...................................................................10
2.9 TAHAP-TAHAP MENJELANG AJAL...................................10
2.10 TIPE-TIPE PERJALANAN MENJELANG AJAL................11
BAB III KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN PALIATIF
3.1 KOM. PADA PASIEN DENGAN PENY. KRONIS................12
3.2 KOM. PADA PASIEN YANG TIDAK SADAR......................13
3.3 SASARAN KOMUNIKASI PALIATIF……………………...13
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN.........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................15
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnosa harapan
sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan teknik komunikasi dalam
perawatan paliatif
2. Mengetahui jenis-jenis perawatan paliatif
3. Mengetahui model/tempat perawatan paliatif
1.4 MANFAAT
Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai perawatan paliatif terutama dari pola
komunikasi, karena komunikasi dalam keperawatan secara umum akan beda dengan
komunikasi pada pasien paliatif
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
2.3 Prinsip Komunikasi terapeutik
Prinsip Komunikasi terapeutik (keliat:1996)
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami
dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan
saling menghargai.
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
6. Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun masalah.
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
8. Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka.
10. Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan menyakinkan
orang lain tentang kesehatan.
11. Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara
manusiawi
12. Bertanggung jawab
2.4 TEKNIK KOMUNIKASI
1. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa
yang dikatakannya adalah penting.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang
akan dibicarakan.
3. Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
4. Penerimaan (Acceptance)
8
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan
ketertarikan dan tidak menilai.
5. Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak
mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan klien
6. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar,
refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
7. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang
lain.
8. Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik,
lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
9. Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan
difikirkan.
10. Identifikasi “tema’’
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguan
untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
11. Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukan bahwa perawat bersedia menunggu respon.
12. Informin
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon
lebih lanjut.
13. Humor
Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit
yang disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien.
14. Saran
9
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.
2.5 Macam-macam hambatan dalam komunikasi
Macam-macam hambatan dalam komunikasi (Mundakir:2006)
1) Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat
2) Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
3) Kurangnya pengetahuan
4) Perbedaan persepsi
5) Perbedaan harapan
6) Tidak ada kepercayaan (BHSP)
10
a) Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal.
b) Tidak mempercepat atau menunda kematian.
c) Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
d) Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
e) Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
f) Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
g) Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.
h) Menghindari tindakan yang sia-sia.
11
5. Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin
banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping
pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
6. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga
tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini
sangatmembantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-
rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan
keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
12
BAB III
KOMUNIKASI DALAM PERAWATAN PALIATIF
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis yang
dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
seseorang pasien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
a. Teknik komunikasi fase denial (pengingkaran)
1. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
2. Selalu berada didekat klien
3. Pertahankan kontak mata
b. Teknik komunikasi fase anger (marah)
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya,
hearing dan menggunakan teknik respek
c. Teknik komunikasi fase Bargening (tawar menawar)
Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kapada
pasien apa yang diinginkan
d. Teknik komunikasi fase depression
Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan kesedihannya.
e. Teknik komunikasi fase occeptance (penerimaan)
Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan
perasaan keluarga terhadap kematian pasien.
13
3.2 Komunikasi pada pasien yang tidak sadar
Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan suatu komunikasi
dengan menggunakan teknik komunikasi khusus/trapeutik dikarenakan fungsi
sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari
luar tidak dapat diterima dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan
dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu
fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat
disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial maupun
ekstrakranial yang mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik ditingkat
korteks serebri, batang otak keduanya.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda saat kita berkomunikasi dengan
pasien yang tidak sadar, yakni tidak mendapatka feedback (umpan balik) yang
menjadi salah satu elemen komunikasi. Hal ini dapat kita temukan diruangan-ruangan
tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain
sebagainya. Walaupun banyak perdebatan bahwa komunikasi trapeutik tetap
dilaksanakan walau pasien koma, maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan
komunikasi terapeutik ini untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik
sekalipun dia dalam keadaan yang tidak sadar atau koma.
14
BAB IV
PENUTUP
4.I KESIMPULAN
Hubungan dan komunikasi antara perawat dan klien bersifat trapeutik, artinya
hubungan yang dibangun hanya sebatas memberi asuhan dan menghilangkan keluhan
klien. Komunikasi trapeutik adalah isntrumen holistik yang digunakan disetiap lini
keperawatan begitu pula untuk pasien dengan keperawatan paliatif.
Pemahaman mendalam mengenai komunikasi trapeutik secara umum akan
membantu perawat memahami komunikasi dalam perawatan paliatif secara khusus,
yang membedakan komunikasi paliatif dengan yang lain salah satunya adalah perawat
melibatkan segenap support system dalam berkomunikasi untuk menunjang paliatif
care tersebut.
4.2 SARAN
Penyusun mengetahui betul bahwa buah karya yang dipergunakan untuk
memenuhi tugas ini jauh dari kata sempurna, maka penulis sangat mengharapkan
kritik atau saran dari para pembaca. Kritik atau saran bagi penyusun adalah sesuatu
yang sangat berarti untuk menjadikannya lebih baik lagi.
15
DSSAFTAR PUSTAKA
16