Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH : SISTEM NEUROBEHAVIOR

DOSEN : NS I KADE WIJAYA S.KEP.,M.KEP

RESUME PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NEUROBEHAVIOR

NAMA : NOVIYANTI IKE SYAFITRI


NIM: 19.01.065

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANAKKUKANG MAKASSAR
TAHUN 2020
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NEUROBEHAVIOR

A. Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala
(GCS).GCS digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan kesadaranuntuk
memperhatikan respon penderita terhadap rangsangan dan memberikan nilai pada respon
tersebut. Cara menghitung GCS adalah :
• Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon

• Refleks verbal (V)


5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara

• Refleks motorik (M)


6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan

Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = Compos mentis pasti
GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai,
misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M
normal, penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 – 5 – X. GCS tidak
bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.

Derajat kesadaran adalah :

Sadar               : Dapat berorientasi dan berkomunikasi

Somnolens       : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal
kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.

Stupor                         : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri,
pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas
pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.
Semi koma      : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada
yang menghindar (contoh mnghindri tusukan)

Koma              : tidak bereaksi terhadap stimulus

Kualitas kesadaran :

Compos mentis           :   bereaksi secara adekuat

Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada.


Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.

Bingung/confused       :  disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu

Delerium                     :  mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan
kekacauan fikirannya.

Apatis                          : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
Gangguan fungsi cerebral meliputi :
Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi Pengkajian
status mental / kesadaran meliputi :GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori,
interpretasi dan komunikasi.

B.  Fungsi Nervus Cranialis

Cara pemeriksaan nervus cranialis :

a. N.I               :   Olfaktorius (daya penciuman) :Pasiem memejamkan mata, disuruh


membedakaan bau yang dirasakaan (kopi,tembakau, alkohol,dll).

b. N.II                         :   Optikus (Tajam penglihatan):Dengan snelen card, funduscope, dan


periksa lapang pandang.

c. N.III                        : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan


otot mata) :Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi
kelopak mata.

d. N.IV           : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama seperti N.III.

e. N.V             : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea
dan refleks kedip): menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan
kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan
dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas.

f. N.VI                        : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama sperti N.III.

g. N.VII          : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah ):
senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan
tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam.

h. N.VIII         : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) :test Webber dan Rinne.

i. N.IX             : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ):membedakan rasaa mani dan
asam (gula dan garam)

j. N.X              : Vagus (refleks muntah dan menelan) :menyentuh pharing posterior, pasien
menelan ludah/air, disuruh mengucap “ah…!”

k. N.XI            : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus): palpasi dan
catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien
melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien
meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan.

l. N.XII           : Hipoglosus (gerakan lidah) : pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan
dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan
pasien melawan tekanan tadi.

 C. Fungsi Motorik

a.         Otot
Ukuran                       : atropi / hipertropi.
Tonus              : kekejangan, kekakuan, kelemahan.
Kekuatan         : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : Tidak ada kontraksi sama sekali

b.         Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test

Fungsi Sensorik
Test     : Nyeri, Suhu,Raba halus, Gerak,Getar, Sikap,Tekan, Refered pain.

c.         Reflek

a.         Refleks superficial


•           Refleks dinding perut :
Cara     :   goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal
dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
•           Refleks cremaster
Cara     : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
• Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral

b. Refleks tendon / periosteum

• Refleks Biceps (BPR):


Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi
lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku

• Refleks Triceps (TPR)


Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

• Refleks Periosto radialis


Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit
pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis

• Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara
pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus

• Refleks Patela (KPR)


Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris

• Refleks Achilles (APR)


Cara : ketukan pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius

• Refleks Klonus lutut


Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung

• Refleks Klonus kaki


Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsun

c. Refleks patologis
• Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

• Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke
anterior
Respon : seperti babinsky

• Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : seperti babinsky

• Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky

• Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky

• Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky

• Stransky
Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5
Respon : seperti babinsky

• Rossolimo
Cara : pengetukan pada telapak kaki
Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
• Mendel-Beckhterew
Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : seperti rossolimo
• Hoffman
Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi

• Trommer
Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti hoffman

• Leri
Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan bgian
ventral menghadap ke atas
Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku

• Mayer
Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan
Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari
d. Refleks primitif

• Sucking refleks
Cara : sentuhan pada bibir
Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu

• Snout refleks
Cara : ketukan pada bibir atas
Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung

• Grasps refleks
Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
Respon : tangan pasien mengepal

• Palmo-mental refleks
Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar
Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah
2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari,
baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun
orang lain.
6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.

Anda mungkin juga menyukai