Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Studi Al-Qur’an Muhammad Ilyas S.Sos M.A

Memahami Qira’at Al-Qur’an


Disusun untuk memenuhi tugas Studi Al-Qur’an

Di susun oleh

Kelompok 9 :

Muhammad Zaky Anuary 12040313463


Winda Anggina Putri 12040323602
Anisa Meiliani kristampo 12040322538

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN

KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF

KASIM RIAU 1441 H/2020 M

1
PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’ alamin, Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wataa’ala, atas segala
rahmat dan hidayah- Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’at nya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat - Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas mata kuliah Komuniasi Politik dengan judul “Memahai Qira’at Al-
Qur’an”. Dan terimakasih jugabuat dosen pengampu mata kuliah ini Bapak Muhammad Ilyas
S.Sos M.A

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya.

Pekanbaru,

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................5
1.3 Tujuan Makalah.....................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................6
2.1 Pengertian Qira’at.............................................................................6
1. Qira’ah...........................................................................................6
2. Riwayah ........................................................................................6
3. Thariq ............................................................................................6
4. Wajah ............................................................................................7
2.2 Imam Qira’at.....................................................................................7
a. Nafi’.............................................................................................7
b. Ibnu Katsir...................................................................................8
c. Abu ‘Amr Al Bashri.....................................................................8
d. Ibnu Amir As Syami....................................................................8
e. Ibnu Bin Abi An Najud Al Kafi………………………………...8
f. Hamzah Bin Habib……………………………………………...8
g. Al Kisa’i………………………………………………………...9
2.3 Adap Membaca Al-Qur’an...............................................................9
2.4 Pengobatan Penyakit Sosial Dengan Puasa......................................11
1. Qira’at Mutawator..........................................................................11
2. Qira’at Masyhur.............................................................................11
3. Qira’at Ahad...................................................................................11
4. Qira’at Syazah................................................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................13
Kesimpulan ...................................................................................................13
Saran..............................................................................................................13
Daftar Pustaka................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, perhatian umat terhadap kitab Al-
Qur'an ialah memperoleh ayat-ayat Al-Qur'an dengan mendengarkan, membaca dan
menghafalkannya secara lisan dari mulut ke mulut. Pada periode pertama, Al-Qur'an
belum dibukukan, sehingga dasar pembacaan dan pelajarannya masih secara lisan. Hal
ini berlangsung terus sampai pada masa sahabat, masa pemerintah Khalifah Abu Bakar
dan Umar r.a. Pada masa mereka, Kitab Al-Qur'an sudah dibukukan dalam satu
mushaf. Pembukuan Al-Qur'an tersebut merupakan ikhtiar khalifah Abu Bakar r.a. atas
inisiatif Umar bin Khattab r.a.
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan r.a. mushaf Al-Qur'an itu disalin dan
dibuat banyak, serta dikirim ke daerah-daerah Islam yang pada waktu itu sudah
menyebar luas guna menjadi pedoman bacaan pelajaran dan hafalan Al-Qur'an. Hal itu
diupayakan Khalifah Utsman, karena pada waktu ada perselisihan sesama muslim di
daerah Azzerbeijan mengenai bacaan Al-Qur'an. Perselisihan tersebut hampir saja
menimbulkan perang saudara sesama umat Islam. Sebab, mereka berlainan dalam
menerima bacaan ayat-ayat Al-Qur'an karena oleh Nabi Muhammad SAW diajarkan
cara bacaan yang relevan dengan dialek mereka masing-masing. Tetapi karena tidak
memahami maksud tujuan Nabi Muhammad SAW, lalu tiap golongan menganggap
hanya bacaan mereka sendiri yang benar, sedang bacaan yang lain salah, sehingga
mengakibatkan perselisihan. Itulah pangkal perbedaan qira'at dan tonggak sejarah
tumbuhnya ilmu qira'at¹.
Tatkala para qari' sudah tersebar di berbagai pelosok. Qira'at tersebut diajarkan
secara turun temurun dari guru ke guru, sehingga sampai pada para imam qira'at, baik
yang tujuh maupun sepuluh. Dalam pembahasan makalah ini, kami akan menyajikan
materi seputar qira'at yaitu memahami imam qira'at, pembagian-pembagian dalam
qira'at serta adab dalam membaca Al-qur'an.

4
1.2 Rumusan masalah
A. apa itu qira'at?
B. siapa saja imam qira'at?
C. apa saja pembagian dalam qira'at?
D. bagaimana adab dalam membaca Al-quran?

1.3 Tujuan masalah


A. mengetahui pengertian qira'at
B. mengetahui imam-imam qira'at
C. mengetahui pembagian-pembagian dalam qira'at
D. mengetahui adab dalam membaca Al-quran

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian qira'at


Qira’at ( ‫ ) قراءات‬adalah kata majmu’ dari kata qira’ah ‫ قراءة‬yangdiambil dari kata
‫قرأ‬
Menurut istilah, qira’ah adalah salah satu bacaan yang diriwayatkan oleh salah seorang
ulama qira’at yang berbeda dengan bacaan ulama lain dalam menuturkan lafaz Al-
Qur’an al-karim, sama ada perbedaan itu dalam menuturkan huruf-hurufnya atau
menuturkan lafaznya.
Maka ilmu qira’at adalah ilmu yang dengannya dapat diketahui cara menuturkan
kata-kata Alqur’an dan cara membacanya, baik yang disepakati para ulama qira’at
maupun yang padanya terdapat khilaf, dengan menisbahkan setiap bacaan kepada orang
yang meriwayatkannya. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa materi ilmu qira’at
adalah cara
menuturkan kata-kata Al-Qur’an dan cara mem-bacanya. Dalam ilmu qira’at terdapat
empat istilah yang sering digunakan oleh para ulama qira’at yaitu qira’ah, riwayah,
thariq dan wajah. Para ulama menggunakan keempat istilah ini untuk menunjukkan
pengertian tertentu. Pengertiannya adalah sebagai berikut:
1. Qira’ah:
Secara bahasa Qira’ah berarti bacaan. Maksudnya adalah setiap bacaanyang
dinisbahkan (disandarkan) kepada salah seorang imam (Qari’) dari imam-imam qira’at
disebut qira’ah, seperti Qira’ah ‘Ashim, Qira’ah Nafi’ dan sebagainya.
2. Riwayah:
Riwayah adalah setiap bacaan yang dinisbahkan kepada salah seorang perawi yang
mengambil secara langsung dari imam qira’at, seperti riwayah Hafash, riwayah Warasy
dan sebagainya.
3. Thariq:
Thariq secara bahasa berarti jalur atau jalan. Maksudnya adalah rangkaian sanad
yang berakhir pada seorang perawi dari imam qira’at, yakni orang yang mengambil dari
perawi sampai ke bawah, seperti thariq alAzraq dari Warasy, thariq Abu Rabi’ah dari
al-Bazzy dan thariq ‘Ubaid Ibn ash-Shabbah dari Hafash dan sebagainya.

6
4. Wajah:
Wajah secara bahasa versi atau ragam. Maksudnya adalah semua bentuk perbedaan
atau khilafiyah yang diriwayatkan dari qari’ tertentu yang semuanya shahih dari qari’
tersebut. Perbedaan wajah ini muncul terkadang disebabkan perbedaan thariq.3
Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa bacaan yang disandarkan kepada
seorang imam tertentu disebut qira’ah, bacaan yang disandarkan kepada seorang yang
mengutip riwayahnya dari imam secara langsung disebut riwayah dan bacaan yang
disandarkan kepada orang yang meriwayatkan suatu bacaan dari perawi disebut thariq,
sedangkan perbedaan yang terjadi di dalam riwayah dari seorang imam disebut dengan
wajah.

2.2 Imam qira'at


Banyaknya qirā‘at yang tersebar di banyak negeri Islam menyebabkan munculnya
rasa kegalauan pada banyak kalangan, terutama kalangan awam.Hal inilah yang
menyebabkan sebagian ahli qirā‘at membuat rambu-rambu yang bisa menyeleksi
qirā‘at mana saja yang patut bisa dianggap shahîh. Rambu-rambu yang dimaksud
adalah pertama : harus mutawātir, masyhur dikalangan ahli qirā‘at. Kedua : harus
sesuai dengan rasm Utsmāni dan ketiga : harus sesuai dengan kaidah bahasa Arab.7
Dari sinilah lalu muncul prakarsa Abu> Bakar Ahmad bin Mûsâ alBaghdâdi Ibnu
Mujâhid (w 324 H) untuk menyederhanakan bacaan pada Imam–imam yang paling
berpengaruh pada setiap negeri Islam. Lalu dilipilihlah Tujuh Imam yang bisa
mewakili bacaan pada setiap negeri
Islam. Mereka yang terpilih adalah8 :
a. Nafi'
Dia adalah Nafi' Bin Abdurrahman. Berasal dari Asbahan dan meninggal dunia di
Madinah pada tahun 169 H. Adapun dua orang murid yang meriwayatkan qirā‘at
darinya adalah:
1. Qolun, yang bernama Isa bin Mina Al Madani.
2. Warasy, yang bernama Utsman bin Sa'id Al Mishri.

b. Ibnu Katsir
Dia adalah Abdullah bin Katsir Ad Dar. Meninggal di Makkah pada tahun 120 H.
Dua orang murid yang meriwayatkan qirā‘at darinya adalah:
1. Al Bazi,
7
yang bernama asli Ahmad bin Muhammad bin Al Qasim bin Nafi' Al Maki.
2. Qunbul
Perlu diketahui bahwa Al Bazi dan Qunbul ini telah meriwayatkan qirā‘at dari Ibnu
Katsir, namun mereka tidak secara langsung mengambil riwayat tersebut darinya.

c. Abu 'Amr Al Bashri


Dia adalah Abu 'Amr bin Al 'Ala' bin 'Ammar Al Mazini. Meninggal di Kufah
pada tahun 154 H. Dua orang yang meriwayatkan qirā‘at darinya
adalah:
1. Ad Duri, yang bernama asli Abu Umar Hafsh bin Umar bin Abdul Aziz bin
Shuhban Al Azadi.
2. As Susi, yang bernama asli Abu Syu'aib bin Shalih bin Ziyad.

d. Ibnu Amir As Syami.


Dia adalah Abdullah bin Amir Al Yahshabi. Seorang Qodhi di Damaskus pada
zaman kekhalifahan Al Walid bin Abdul Malik. Meninggal pada tahun 118 H di
Damaskus. Dua orang yang meriwayatkan qirā‘atdarinya adalah:
1. Hisyam bin Ammar bin Nashir
2. Ibnu Dzakwan, yang bernama asli Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Dzakwan.

e. Ashim bin Abi An Najud Al Kufi.


Beliau adalah seorang tabi'in. Meninggal pada tahun 127 H di Kufah. Dua orang
yang meriwayatkan qirā‘at darinya adalah:
1. Abu Bakar Su'bah bin 'Iyash.
2. Hafsh bin Sulaiman bin Al Mughirah.

f. Hamzah Bin Habib.


Beliau adalah Hamzah bin Habib bin Ammarah. Meninggal dunia pada tahun 156
H di Hulwan. Dua orang yang meriwayatkan qirā‘at darinya adalah:
1. Khalaf bin Hisyam Al Bazzar.
2. Khlallad bin Khalid.

8
g. Al Kisa'i
Beliau adalah Ali bin Hamzah An Nahwi. Meninggal dunia di Ranbuyah di
khuraszzpada tahun 289 H. Dua orang yang meriwayatkan qirā‘at darinya adalah:
1. Abu Umar bin Hafsh bin Umar bin Ad Duri yang juga meriwayatkan dari Abu
Amr Al Bashri.
2. Abu Al Harits Al Lais

 Kota-Kota Asal Para Imam qirā‘at yang Tujuh


a. Madinah Al Munawwarah,
Dari kota ini Ibnu Mujahid mengambil satu orang imam yaitu Nafi dan
yang meriwayatkan darinya adalah Qolun dan Warash.
b. Makkah
Dari kota ini Ibnu Mujahid mengambil satu orang imam, dia adalah Imam
Abdullah bin Katsir. Dan dua orang yang meriwayatkan darinya adalah Al Bazi
dan Qunbul.
c. Al Bashrah,
Dari kota ini Ibnu Mujahid mengambil seorang imam yaitu Imam Abu Amr
Al Bashri. Dan yang meriwayatkan darinya adalah Ad Duri dan As Susi.
d. Syam,
Dari kota ini Ibnu Mujahid mengambil seorang imam yaitu Abdullah bin
Amir. Sedangkan yang meriwayatkan darinya adalah Hisyam dan Zakwan.
e. Kufah,
Dari kota ini Ibnu Mujahid memilih tiga orang imam, mereka itu adalah:
a) ‘Ashim bin Abi An Najud. Dua orang yang meriwayatkan darinya adalah
Syu'bah dan Hafsh.
b) Hamzah dan dua orang yang meriwayatkan darinya adalah Khalaf dan Khallad.
c) Al Kisa'i dan dua orang yang meriwayatkan darinya adalah Abu Al Harits dan
Ad Duri.

2.3 Adap Membaca Al-Qur’an


Ketika membaca Alquran, kita perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk
mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membacanya:

9
1. Dalam keadaan suci Dalam membaca Alquran kita dianjurkan dalam keadaan suci.
Namun, tetap diperbolehkan apabila kita membaca dalam keadaan terkena
najis.Imam Haromain berkata, "Orang yang membaca Alquran dalam keadaan
najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia
meninggalkan sesuatu yang utama" (At-Tibyan, hal. 58-59)
2. Membaca dengan pelan, tartil dan tidak tergesa-gesa. Sebagian sahabat membenci
pengkhataman Alqur'an sehari semalam. "Siapa saja yang membaca Alquran
(khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami." (HR. Ahmad)Dari
hadits tersebut, Rasulullah telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk
mengkhatamkan Alquran setiap satu minggu (7 hari) (HR Bukhori, Muslim).
Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan, Zaid bin
Tsabit, mereka mengkhatamkan Alquran sekali dalam seminggu.
3. Membaca dengan khusyu' Seperti dalam surat Al-Isra ayat 109 yang menjelaskan
bahwa ketika membaca Alquran kita harus khusyu'. Rukun membaca Alquran "Wa
yakhirruna lil-azqaani yabkuna wa yaziiduhum khusyu'aa"Artinya:
"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka
bertambah khusyu."
4. Membaguskan suara saat membaca Alquran. Sebagaimana sabda Nabi
Muhammad, "Hiasilah Alquran dengan suaramu." (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan
Al-Hakim).Di dalam hadits lain dijelaskan, "Tidak termasuk umatku orang yang
tidak melagukan Alquran." (HR. Bukhari dan Muslim).Maksud hadits tersebut
adalah membaca Alquran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj
hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah
tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar
kemampuannya.
5. Dimulai dengan isti'adzah. Membaca Alquran dengan tidak mengganggu orang
yang sedang sholat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras
atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara
khusyu'.Hal ini terdapat dalam surat An-Nahl ayat 98 yang berbunyi;
"Fa izaa qara'tal qur'aana fasta'iz billaahi minasy-syaitaanirrojiim"
Artinya: "Apabila kamu membaca Alquran hendaklah kamu meminta perlindungan
kepada Allah dari syaitan yang terkutuk."

10
2.4 Pembagian – Pembagian Qira’at

Ibn al-Jazari, sebagaimana dinukil oleh al-Suyuti, menyatakan bahwa qira’at dari
segi sanad dapat dibagi menjadi 6 (enam) macam, yaitu :

1. Qira’at Mutawatir
Qira’at Mutawatir adalah qira’at yang diriwayatkan oleh orang banyak dari banyak
orang yang tidak mungkin terjadi kesepakatan diantara mereka untuk berbuat
kebohongan.
Contoh untuk qira’at mutawatir ini ialah qira’at yang telah disepakati jalan
perawiannya dari imam Qiraat Sab’ah
2. Qira’at Masyhur
Qira’at Masyhur adalah qira’at yang sanadnya bersambung sampai kepada
Rasulullah SAW. diriwayatkan oleh beberapa orang yang adil dan kuat hafalannya,
serta qira’at -nya sesuai dengan salah satu rasam Usmani; baik qira’at itu dari para
imam qira’at sab’ah, atau imam Qiraat’asyarah ataupun imam-imam lain yang
dapat diterima qira’at -nya dan dikenal di kalangan ahli qira’at bahwa qira’at itu
tidak salah dan tidak syadz, hanya saja derajatnya tidak sampai kepada derajat
Mutawatir.
Misalnya ialah qira’at yang diperselisihkan perawiannya dari imam qira’at Sab’ah,
dimana sebagian ulama mengatakan bahwa qira’at itu dirawikan dari salah satu
imam qira’at Sab’ah dan sebagian lagi mengatakan bukan dari mereka.
Dua macam qira’at di atas, qira’at Mutawatir dan qira’at Masyhur, dipakai
untuk membaca al-Qur’an, baik dalam shalat maupun diluar shalat, dan wajib
meyakini ke-Qur’an-annya serta tidak boleh mengingkarinya sedikitpun.
3. Qira’at Ahad
Qira’at Ahad adalah qiraat yang sanadnya bersih dari cacat tetapi menyalahi rasam
Utsamani dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Juga tidak terkenal di
kalangan imam qiraat. Qira’at Ahad ini tidak boleh dipakai untuk membaca al-
Qur’an dan tidak wajib meyakininya sebagai al-Qur’an.
4. Qira’at Syazah
11
Qira’at Syazah adalah qira’at yang cacat sanadnya dan tidak bersambung sampai
kepada Rasulullah SAW. Hukum Qiraat Syazah ini tidak boleh dibaca di dalam
maupun di luar sholat. Qira’at Syazah dibagi lagi dalam 5 (lima) macam, sebagai
berikut :
 Ahad, yaitu qira’at yang sanadnya sahih tetapi tidak sampai mutawatir dan
menyalahi rasam Usmani atau kaidah bahasa Arab.
 Syaz, yaitu qira’at yang tidak mempunyai salah satu dari rukun yang tiga.
 Mudraj, yaitu qira’at yang ditambah dengan kalimat lain yang merupakan
tafsirnya.
 Maudu’, yaitu qira’at yang dinisbahkan kepada orang yang mengatakannya
(mengajarkannya) tanpa mempunyai asal usul riwayat qiraat sama sekali.
 Masyhur, yaitu qira’at yang sanadnya shahih tetapi tidak mencapai derajat
mutawatir serta sesuai dengan kaeidah tata bahasa Arab dan Rasam Usmani.

Dari segi jumlah, macam-macam qira’at dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam
qiraat yang terkenal, yaitu :
1. Qira’at Sab’ah, adalah qira’at yang dinisbahkan kepada para imam Qurra’ yang
tujuh yang termasyhur. Mereka adalah Nafi’, Ibn KAsir, Abu Amru, Ibn Amir, Ashim,
Hamzah dan Kisa’i.
2. Qira’at ‘Asyarah, adalah qira’at Sab’ah di atas ditambah dengan tiga qiraat lagi,
yang disandarkan kepada Abu Ja’far, Ya’kub dan Khalaf al-‘Asyir.
3. Qira’at Arba’ ‘Asyarah, adalah qira’at ‘Asyarah lalu ditambah dengan empat qiraat
lagi yang disandarkan kepada Ibn Muhaisin, Al-Yazidi, Hasan al-Bashri dam al-
A’masy.

Dari ketiga macam qira’at di atas, yang paling terkenal adalah Qiraat Sab’ah
kemudian disusul oleh qira’at ‘Asyarah.

12
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Menurut bahasa, qira’at (‫ )قراءات‬adalah bentuk jamak dari qira’ah (‫ )قراءة‬yang
merupakan isim masdar dari qaraa (‫)قرأ‬, yang artinya : bacaan.
Ada beberapa kata kunci dalam membicarakan qiraat yang harus diketahui. Kata kunci
tersebut adalah qira’at, riwayat dan tariqah.
Qiraat sebenarnya telah muncul sejak masa Nabi walaupun pada saat itu Qiraat bukan
merupakan sebuah disiplin ilmu. Menurut catatan sejarah, timbulnya penyebaran Qiraat
dimulai pada masa tabi’in, yaitu pada awal abad II H. tatkala para qari telah tersebar di
berbagai pelosok. Mereka lebih suka mengemukakan Qira’at gurunya dari pada mengikuti
Qiraat Imam-imam lainnya.
Urgensi Mempelajari Qiraat :
1.Menguatkan ketentuan hukum yang telah disepakati para ulama
2.Menarjih hukum yang diperselisihkan para ulama.
Dalam hal istimbat hukum, qiraat dapat membantu menetapkan hukum secara lebih jeli dan
cermat. Perbedaan qiraat al-Qur'an yang berkaitan dengan substansi lafaz atau kalimat,
adakalanya mempengaruhi makna dari lafaz tersebut adakalanya tidak. Dengan demikian,
maka perbedaan qiraat al-Qur'an adakalanya berpengaruh terhadap istimbat hukum dan
adakalanya tidak.

2. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Munjin, S. (2019). Konsep Asbab AlNuzul dalam Ulum Al-Qur’an.


AlTadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 04(01).
2. Ahmad Fathoni,(2005) Kaidah Qiraat Tujuh,Jakarta: Institut PTIQ dan Institut
ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Darul Ulum Press.
3. Ahmad Fathoni,(2005) Kaidah Qiraat Tujuh, Jakarta: Institut PTIQ dan
Institut Ilmu Al-Qur’an dan Darul Ulum Press.

14

Anda mungkin juga menyukai