KAJIAN PUSTAKA
A. Paham Konstruktivis
matematika. Siswa yang belajar suatu konsep X akan mengalami kesulitan bila belum
ini berarti bahwa suatu materi prasyarat menjadi tumpu untuk pemahaman materi
berikutnya. Pemahaman terhadap suatu materi tertentu oleh siswa selama ini
pada guru. Gurulah yang aktif, sedangkan siswanya tidak. Pola kegiatan pembelajaran
semacam ini sudah saatnya perlu mendapat perhatian untuk perbaikan sehingga
menjadi suatu pola kegiatan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa. Hal ini
lebih dikenal dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented
learning).
dalam belajar. Hal ini lebih khusus lagi jika siswa diarahkan untuk membangun
siswa dengan lingkungannya. Sehingga, peran guru berubah hanya sebagai fasilitator,
13
14
yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru ataupun orang
lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajar mereka. Penekanan
belajar dengan kondisi siswa yang aktif perlu dikembangkan dan dilaksanakan secara
ekstensif. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk mandiri
dalam kehidupan mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis
Proses mandiri dalam berpikir perlu dibantu oleh guru. Anggapan bahwa
siswa tidak tahu apa-apa sehingga guru secara langsung mentransfer pengetahuan
penilaian dari siswa, hanya akan menjadikan siswa tidak kreatif dan lebih pasif. Guru
perlu menyadari bahwa siswa juga telah memiliki pemikiran sendiri. Inilah yang
kerja mental yang aktif, tidak hanya menerima pengajaran secara pasif. Dalam kerja
ini orang lain (guru) mempunyai peranan penting dengan memberikan dukungan,
tantangan, pemikiran, dan penyaji materi, tetapi siswalah yang merupakan kunci
untuk belajar.
B. Pembelajaran kooperatif
Motivasi belajar siswa akan meningkat bila ada reevaluasi antara kebutuhan
pribadi dengan situasi belajar yang berlangsung (Direktorat SLTP, 2000:6). Ada
berbagai kebutuhan yang terkait dengan kegiatan belajar, di antaranya kebutuhan rasa
aman. Menurut hasil penelitian Feldhusen dan Klausmeier (dalam Direktorat SLTP,
Persaingan dan rasa aman mempengaruhi siswa dengan kadar yang bervariasi
umumnya lebih dapat menilai ancaman yang timbul dari situasi persaingan. Siswa
yang berkemampuan sedang (sebagian besar siswa berada pada level ini) dan siswa
berhubungan dengan guru, materi pelajaran, dan situasi belajar. Kebutuhan rasa aman
hanya mungkin dipenuhi jika ada suasana belajar kooperatif yang memungkinkan
siswa saling menolong dan saling memberi dorongan moril. Oleh karena itu, guru
kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 6 siswa yang heterogen untuk bersama-sama
saling membutuhkan dalam menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan belajar, juga
dalam memperoleh penghargaan. Lingkup penyelesaian tugas bukan saja dalam hal
pembelajaran baik bagi guru maupun siswa. Keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran akan membawa suatu perasaan baru bagi siswa yang akan merasa
sangat dihargai keberadaannya. Hal ini disebabkan siswa merasa terlibat di dalam
belajar siswa.
17
berarti kelompok yang dibentuk adalah kelompok kecil. Tujuan dibentuk kelompok
kecil adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam
berbeda dengan kelompok belajar kooperatif. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
Adanya saling ketergantungan positif, saling Guru sering membiarkan adanya siswa yang
membantu, dan saling memberikan motivasi mendominasi kelompok atau menggantungkan
sehingga ada interaksi promotif. diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur Akuntabilitas individual sering diabaikan
penguasaan materi pelajaran tiap anggota sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah
kelompok, dan kelompok diberi umpan balik seorang anggota kelompok sedangkan anggota
tentang hasil belajar para anggotanya sehingga kelompok lainnya hanya "mendompleng"
dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan keberhasilan "pemborong".
bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok belajar biasanya homogen.
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik,
dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang
memberikan bantuan.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru
18
(seperti telah diuraikan di atas) terdapat beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif
yaitu :
penting ini ditujukan terutama bagi efek pembelajaran tersebut bagi siswa yang
berdampak positif. Hal ini diuraikan oleh Johnson & Johnson (1994:30) bahwa
teachers want students to learn more, like school better, like each other better, have
kelemahan yang pertama dan kedua, dalam pembelajaran kooperatif digunakan LKS
yang memungkinkan siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Bagi guru,
penggunaan LKS dapat mengurangi dominasi guru dalam menjelaskan materi. Berarti
alokasi waktu yang digunakan untuk menjelaskan dapat dikurangi. Selain itu,
pengelolaan kelas ke arah siswa aktif dengan segera dapat diwujudkan. Selain itu
menata kelas sesuai dengan kelompok yang ada. Dengan demikian terjadi
dasarnya guru dapat dilatih terlebih dahulu, sehingga guru telah memiliki kemampuan
yang diinginkan sekaligus dapat dilatih. Hal ini didukung dengan pemberian motivasi
dan tantangan tugas serta tanggung jawab yang dibebankan kepada tiap kelompok
yang diperlukan.
mahir. Tetapi dalam tesis ini hanya diambil beberapa dari masing-masing tingkatan
hubungan kerja kelompok. Saat anggota mengajukan pendapat, ide, atau suatu
jawaban patut diperhatikan atau dikerjakan oleh anggota lain dalam kelompok
kelompok.
22
b. Mendorong partisipasi.
memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Jika satu atau dua anggota
tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit kontribusi, maka tugas dari
kelompok tersebut tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya atau hasilnya
kurang memuaskan.
kelompok akan tumbuh rasa sebagai anggota kelompok kerja untuk mencapai
terselesaikan pada waktunya dengan ketelitian yang lebih baik dan kreatif.
yang diberikan.
Jika mendengar dengan aktif maka siswa akan mampu menggunakan pesan
fisik dan lisan, sehingga pembicara akan tahu bahwa orang lain secara giat
23
sedang menyerap informasi. Pengertian dari suatu konsep akan meningkat dan
partisipasi akan merasa bahwa apa yang mereka sumbangkan itu berharga,
b. Bertanya.
Maksud dari bertanya adalah meminta atau menanyakan suatu informasi atau
penjelasan lebih lanjut. Dengan bertanya sesorang yang sedang tidak aktif
dapat dimotivasi untuk ikut serta, termasuk anggota kelompok yang pemalu.
c. Menafsirkan.
Ini akan menimbulkan pemahaman yang lebih, sebab apa yang diperoleh
d. Memeriksa ketepatan.
Pemahaman akan berkembang. Hal ini berakibat siswa menjadi kritis dan
penting karena akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang
lebih tinggi.
dilatihkan guru dalam kegiatan pembelajaran, tetapi dapat dipilih sedikit demi sedikit
yang dianggap sesuai dengan kepentingan hingga mencapai harapan dan seluruh
keterampilan kooperatif.
kooperatif tipe Jigsaw, koopertif tipe GI (Group Investigation), dan kooperatif tipe
The Structural Approach (pendekatan struktural). Pada tipe Jigsaw setiap anggota
kepadanya. Anggota dari kelompok lain yang memperoleh tugas topik yang sama
Untuk tipe GI memerlukan norma dan struktur yang lebih rumit, juga memerlukan
mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Siswa
memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik
seluruh kelas. Pada tipe The Structural Approach guru mengajukan pertanyaan atau
isu yang berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa dmnta untuk memikirkannya
25
secara mandiri untuk beberapa saat. Setelah itu secara berpasangan dengan siswa lain
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya secara mandiri tadi. Selanjutnya hasil
diskusi ini siswa diminta untuk berbagi dengan seluruh kelas melalui presentase
laporan. Sedangkan pada tipe STAD guru menyajikan informasi (dapat berupa
penyajian materi baik dengan ceramah, demonstrasi, atau bahan bacaan), dilanjutkan
Guru kemudian mengevaluasi hasil belajar tersebut. Dari uraian tersebut tampak
bahwa di antara tipe tersebut, STAD merupakan yang paling sederhana, sehingga
sangat cocok bagi guru yang baru memulai menerapkan pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran di kelas.
dibanding tiga tipe lainnya maksudnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
informasi). Dominasi guru masih tampak. Bagi guru maupun siswa yang terbiasa
siswa lainnya lagi. Sehingga, dengan demikian perlahan-lahan guru maupun siswa
beranggotakan 4-5 orang yang heterogen menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Guru menyajikan materi pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi
tersebut. Akhirnya, seluruh siswa diberi tes tentang materi itu. Pada saat tes siswa
tidak boleh saling membantu atau bekerja sama. Selanjutnya skor siswa dibandingkan
dengan rata-rata skor yang lalu mereka sendiri dan poin diberikan berdasarkan
seberapa jauh siswa menyamai kinerja yang lalu pula. Poin tiap anggota ini dijumlah
untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu diberi sertifikat
atau ganjaran.
penyajian materi, kegiatan kelompok, tes hasil belajar, dan penghargaan kelompok.
yang biasanya disertai bahan bacaan atau secara verbal. Kemudian siswa
siswa bekerja dan belajar tentang materi yang dipelajarinya dengan menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan. Bimbingan diberikan guru jika dianggap perlu baik
27
kepada kelompok atau individu. Langkah berikutnya siswa dievaluasi, dapat melalui
tes individu atau kelompok (diwakili oleh anggotanya). Dan terakhir diupayakan guru
memberikan penghargaan kepada siswa dalam kelompok baik upaya maupun hasil
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
dalam kelompok-kelompok membentuk kelompok-kelompok belajar dan
belajar membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
bekerja dan belajar. saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau tiap-tiap kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan Guru menentukan cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu maupun
kelompok.
(Ibrahim, 2000:10)
Keenam langkah tersebut jika dilaksanakan maka akan terdapat siklus yang
tetap dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Seperti yang
28
dikemukakan oleh Slavin (1995:287) bahwa STAD terdiri dari suatu runtutan yang
a. Mengajar.
Guru menyajikan materi pelajaran. Penyajian materi ini dapat dengan verbal
langsung disampaikan oleh guru atau dapat pula melalui bahan bacaan/teks.
b. Kegiatan kelompok.
c. Tes/kuis.
d. Penghargaan kelompok.
sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan buletin sebagai penghargaan skor
tertinggi kelompok.
kooperatif sebagai salah satu strategi pembelajarannya. Hal ini dimungkinkan karena
pembelajaran konvensional, yaitu guru menyajikan materi. Hal ini sekaligus menjadi
kelemahan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, karena dengan demikian dominasi
guru masih tampak dalam kegiatan pembelajaran. Namun kelemahan ini dapat
29
direduksi dengan cara guru menyajikan materi dalam bentuk bahan bacaan. Hal ini
berarti siswa menjadi lebih aktif . Namun pemberian bahan bacaan masih tetap harus
siswa yang baru memulai mengikuti pembelajaran koopertif akan tahap demi tahap
Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe
atau tes materi sebelumnya) dengan merangking siswa. Urutan rangking kemudian
dibagi dalam empat bagian. Tiap kelompok terdiri dari empat atau lima orang
Pembentukan kelompok ini dijelaskan oleh Slavin (1997: 287) sebagai berikut:
pembentukan kelompok dengan formasi baru agar siswa dapat bekerjasama dengan
30
siswa lain (yang sebelumnya) bukan teman sekelompok. Hal ini dilakukan setelah 5
tiap kelompok yang disumbangkan oleh anggotanya. Poin peningkatan dihitung dari
hasil kuis. Kuis diberikan kepada siswa secara klasikal setelah mereka menyelesaikan
tugas kelompok. Pemberian kuis harus dengan alokasi waktu yang cukup bagi siswa
yakinkan siswa agar bekerja secara individual. Kesempatan ini saatnya mereka
berbagai bentuk. Mungkin sertifikat, laporan berkala kelas, atau buletin pajang. Isi
dapat diketahui dari hasil perhitungan skor peningkatan kelompok berdasarkan kuis
Langkah 1
Menetapkan skor dasar Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis
yang lalu.
Langkah 2
Menentukan skor kuis terkini Siswa memperoleh skor untuk kuis yang berkaitan
dengan materi terkini.
Langkah 3
Menentukan skor peningkatan Setiap siswa memperoleh poin peningkatan kelompok
kelompok yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini
mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka
dengan menggunakan skala yang diberikan di bawah ini.
31
Langkah 1
Penentuan rata-rata skor Skor kelompok dihitung dengan menjumlahkan
kelompok skor peningkatan tiap-tiap angota kelompok
tersebut dan membagi dengan banyak anggota
dalam kelompok tersebut.
Langkah 2
Penghargaan atas presentase Tiap-tiap kelompok menerima suatu sertifikat
kelompok khusus berdasarkan pada sistem poin berikut ini
(Ibrahim, 2000:62)
1. Teori Piaget
Perkembangan kognitif didasarkan pada dua fungsi, yakni organisasi dan adaptasi.
sistem yang teratur dan berhubungan dan atau struktur-struktur. Sedangkan cara
adaptasi terhadap lingkungan antara orang yang satu dengan lainnya berbeda.
Adaptasi tersebut dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Dalam proses asimilasi seorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah
ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Dalam proses
seimbang. Tetapi, bila terjadi kembali keseimbangan, individu itu berada pada tingkat
intelektual adalah suatu proses yang dilakukan anak secara aktif membangun
kognitif siswa. Setiap informasi yang mereka terima akan diasimilasi meliputi upaya
untuk memahami sesuatu hal baru dan mencocokkannya dengan apa yang telah
adanya pengalaman dan informasi baru tadi. Ini meliputi dua hal yaitu membentuk
skema baru yang cocok dengan informasi atau pengalaman baru dan memodifikasi
skema yang ada sehingga cocok dengan informasi atau pengalaman baru tersebut
kognitif siswa semakin kuat. Proses ini terjadi pada fase-2 saat guru memberikan
relasi, fungsi, dan korespondensi satu-satu. Definisi ini dibangun oleh siswa dari
Selain itu, dalam materi ini juga terdapat rumus untuk menentukan banyak fungsi
diharapkan dapat dicapai oleh siswa, sehingga pembelajaran seperti itu berarti
mengandung konstruktivisme.
a. Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekedar pada hasilnya.
Sehingga guru harus melakukan upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam
klasikal.
2. Teori Vygotsky
pembelajaran, yaitu siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman
sebaya. Fungsi mental yang lebih tinggi muncul dalam percakapan atau kerja sama
antara individu (interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya) sebelum fungsi
menghargai dan bekerja sama akan membentuk atau memperbaiki interaksi sosial ke
arah yang lebih baik. Pengembangan pemberian informasi dan interaksi sosial terjadi
diperkenalkan oleh Vygotsky merupakan suatu hasil kajian yang memuat bahwa
belajar terjadi jika anak (siswa) bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang
35
terdekat adalah tugas-tugas seorang anak (siswa) yang tidak dapat dikerjakan sendiri,
tetapi tugas tersebut dapat dikerjakan dengan bantuan teman sebaya atau orang
dewasa yang lebih berkompeten. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi dan
kolaborasi antara individu sangat membantu proses belajar anak. Sehingga melalui
teman yang pandai dalam kelompok atau orang dewasa (guru) dalam proses belajar
sedemikian hingga tahap demi tahap seorang siswa memperoleh keahlian melalui
Ide lain Vygotsky adalah scaffolding, yaitu pemberian sejumlah besar bantuan
kepada siswa selama tahap awal pembelajaran dan kemudian siswa tersebut
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat
siswa hingga mereka mencapai tujuan yang diinginkan dalam kegiatan pembelajaran
36
tersebut. Saat guru memberikan bantuan, bantuan berikutnya yang diberikan semakin
berkurang hingga pada kesempatan berikutnya siswa lebih bisa mandiri dalam
menghadapi masalahnya. Ini berarti guru melakukan scaffolding dari teori Vygotsky.
pembelajaran kooperatif.
rasa tanggung jawab terhadap belajar. Selanjutnya perancahan merupakan suatu cara
untk membantu siswa dalam zona perkembangan terdekatnya saat guru memberikan
kelas 2 semester ganjil, memuat materi tentang Relasi, Fungsi, dan Grafiknya. Materi
ini terdiri dari dua subpokok bahasan, yaitu subpokok bahasan relasi, dan subpokok
menyatakan relasi tersebut dalam bentuk diagram panah, diagram Cartesius, dan
Lima orang siswa masing-masing adalah Irma, Sinta, Anto, Feri, dan
dan soto. Sinta menyukai mie goreng. Anto menyukai mie kuah dan bakso. Feri
menyukai soto. Gunawan menyukai bakso dan mie kuah. Dari keterangan tersebut
akan disajikan dalam bentuk diagram panah. Kumpulkan nama-nama siswa dalam
makanan yang ada dalam satu himpunan lain. Misalkan himpunan tersebut adalah
sederhana. Setiap anggotanya ditandai satu noktah (titik tebal). Tuliskan pula anggota
himpunan B pada sebuah kurva tertutup sederhana lainnya dan setiap anggotanya
diberi satu noktah. Beri nama masing-masing kurva tersebut sesuai nama
informasi di atas (yaitu himpunan anak dan himpunan makanan) dalam bentuk
Makanan favorit B
A
¨ bakso
Irma ¨
¨ soto
Sinta ¨
¨ mie
Anto ¨ goreng
Gunawan
¨ mie
¨ kuah
Feri ¨
mempunyai dua sumbu yang saling tegak lurus, yaitu sumbu mendatar (horisontal)
sebagai himpunan kedua berada pada sumbu tegak. Setiap pasangan antara anggota
himpunan pertama yang berelasi dengan anggota himpunan kedua dinyatakan dengan
sebuah noktah. Noktah tersebut terletak tepat diperpotongan garis-garis yang tegak
Jika diberikan dua himpunan, himpunan A dan B, maka dapat dibuat pasangan-
keterangan di atas tentang lima orang siswa dan makanan yang disukainya, bahwa
A = {Irma, Sinta, Anto, Gunawan, Feri} dan B = { bakso, soto, mie goreng, mie
kuah}. Dari kedua himpunan tersebut dapat ditentukan relasi dari himpunan A ke
B. Penulisan suatu pasangan didahului oleh suatu anggota A diikuti tanda koma lalu
satu anggota B yang berelasi dengan anggota A tadi. Setiap pasangan ditulis di dalam
Sehingga pasangan terurut (Irma, bakso) tidak sama dengan (bakso, Irma). Pada
disukainya merupakan suatu relasi, jika relasi tersebut dinyatakan dengan himpunan
aturan yang memasangkan setiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota
(daerah asal). Dalam hal ini berarti himpunan A adalah domain fungsi f. Himpunan
fungsi tersebut biasa disebut rumus fungsi. Penulisan f(x) = x + 2 juga dapat
dapat pula dinyatakan dalam bentuk diagram panah, diagram Cartesius (lebih rinci
dibahas pada grafik fungsi pada bidang Cartesius), dan himpunan pasangan terurut.
Penentuan banyak fungsi yang mungkin dari dua himpunan dibahas hanya
pada himpunan yang banyak anggotanya 1, 2, atau 3 saja. Lebih umum, misalkan ada
dua himpunan A dan B serta n(A) = a dan n(B) = b maka banyak fungsi yang
rumus tersebut oleh siswa, sebagai pengantar digunakan penyajian fungsi dalam
bentuk diagram panah. Kepada siswa diberikan dua himpunan yang masing-masing
A B A B A B
Contoh, diberikan dua himpunan A dan B, dan diketahui bahwa n(A) = 1 dan
n(B) = 3. Maka bentuk fungsi dari A ke B dalam bentuk diagram panah dapat dilihat
Sedangkan untuk fungsi dari B ke A dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut
ini :
B A
Gambar 2.4.
Diagram panah yang
menunjukkan fungsi
dari B ke A, dengan
n(A) = 1 dan n(B) = 3
setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B dan setiap anggota B
42
dipasangkan dengan tepat satu anggota A. Dengan demikian berarti banyak anggota
Pembahasan untuk domain, kodomain, dan range suatu fungsi diawali dengan
definisi ketiga konsep ini. Uraian dibarengi dengan Gambar 2.5. Diagram panah pada
A = {Dado, Felma, Kasni, Lusi} disebut Domain (daerah asal) fungsi tersebut.
B = {11, 12, 13, 14, 15} merupakan Kodomain (daerah kawan) fungsi tersebut.
A B
Berumur
Dado ·
· 11
Felma ·
· 12
· 13 Daerah hasil ( range )
Kasni ·
Lusi ·
· 14
· 15
Range (daerah hasil) fungsi tersebut adalah {12,13,15}. Perhatikan bahwa anggota
Uraian tentang notasi, aturan, dan nilai fungsi banyak menggunakan simbol-
simbol yang mungkin baru bagi siswa. Simbol-simbol yang dimaksudkan seperti,
memetakan himpunan A ke himpunan B). Selain huruf f dapat pula digunakan huruf
2.6.
Jika a Î A maka notasi untuk anggota B yang dipasangkan dengan a ditulis f(a)
A Dikalikan dua
anggota domain juga disebut nilai fungsi.
Tampak bahwa pada fungsi tersebut setiap anggota domainnya dikalikan dua.
dalam bentuk tabel. Hal ini ditujukan untuk memperkaya pengetahuan siswa tentang
fungsi itu sendiri dan mudah untuk melihat pasangan terurut yang diperoleh.
masalah yang akan diselesaikan oleh siswa. Materi yang dipelajari diawali dengan
suatu kejadian atau cerita dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan kehidupan
siswa.
F. Perangkat Pembelajaran
45
(Lembar Kegiatan Siswa) beserta alternatif jawaban, tes (kuis dan tes hasil belajar)
dan kisi-kisinya.
oleh O’Meara dari beberapa aspek. Untuk menyusun perangkat pembelajaran harus
Menurut O’Meara (2000), secara umum kriteria format yang baik untuk
perangkat pembelajaran (buku siswa, LKS, dan naskah tes; pen.) adalah sebagai
berikut:
Lebih lanjut O’ Meara (2000) mengemukakan kriteria umum bahasa yang baik
a. Akurat (benar).
b. Dikelompokkan menurut bagian-bagian yang logis.
c. Topik-topiknya sesuai dengan GBPP.
d. Mencakup semua informasi yang diperlukan.
e. Dikaitkan dengan materi/konsep sebelumnya dan dalam satu rangkaian.
f. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia yang mudah diproleh siswa.
g. Memotivasi siswa untuk belajar.
h. Menumbuhkan berpikir sistematik pada siswa.
i. Menggunakan contoh-contoh yang sesuai dengan keadaan setempat.
j. Menghindari stereo tipe (gender, etnik, religi, dan kelas sosial).
Sedangkan dari aspek tujuan yang baik suatu perangkat pembelajaran adalah
pembelajaran, skenario kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan
perkiraan alokasi waktu untuk setiap kegiatan. RP yang disusun mencakup alokasi
waktu 2 45 menit untuk setiap pertemuan (tatap muka). Pada materi relasi, fungsi,
dan grafiknya terdiri dari lima pertemuan sehingga rencana pembelajaran yang dibuat
sebanyak lima pula. Satu pertemuan digunakan untuk pelaksanaan tes hasil belajar.
menyarankan agar rencana pembelajaran dapat digunakan secara praktis oleh guru
dan dapat dengan mudah diobservasi. Rencana pembelajaran (RP) memuat tujuan, isi
pustaka, dan penilaian. Rencana pembelajaran disusun dengan baik, terurut dan
Buku siswa merupakan buku yang digunakan oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran sebagai sumber informasi dan materi. Buku siswa memuat tujuan
pembelajaran, materi beserta uraiannya, dan soal-soal latihan, yang tentunya kriteria
secara umum sesuai dengan pendapat O’Meara (2000) di atas. Buku siswa yang
dikembangkan dalam penelitian ini hanya untuk materi relasi, fungsi, dan grafiknya.
48
Lembar kegiatan siswa (LKS) merupakan suatu rangkaian tugas yang telah
lebih lanjut pada topik-topik pelajaran. LKS terkait langsung dengan topik pelajaran
dalam konteks yang sesuai. LKS yang digunakan sebanyak lima buah, tiap pertemuan
kompetensi siswa. Ditinjau dari bentuk kegiatannya LKS dapat dibedakan atas dua
macam, yatu LKS eksperimen dan LKS non-eksperimen. LKS eksperimen adalah
lembar kegiatan siswa yang berisikan petunjuk dan pertanyaan yang harus
yang harus diperhatikan dalam menyusun dan membuat LKS, antara lain :
a. Syarat-syarat didaktik.
LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses pembelajaran harus
b. Syarat-syarat konstruksi
haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh siswa. Berkaitan dengan hal
tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatian dalam menyusun dan membuat
LKS, yaitu :
5) Memiliki tujuan pembelajaran yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu
c. Syarat-syarat teknis
sebagai beriku :
1) Tulisan.
romawi/latin.
b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan garis
bawah.
2) Gambar.
3) Penampilan.
komponen :
g) Prosedur kegiatan.
h) Pertanyaan-pertanyaan yang harus dikerjakan setelah melaksanakan
kegiatan.
Di samping itu LKS yang baik juga harus memenuhi kriteria kesahihan dan
keterhandalan format LKS. Menurut Abdul Aziz Abdullah dalam Hariati (1999)
digunakan dalam proses pembelajaran dapat ditinjau dari beberapa variabel, antara
lain :
keterampilan.
belajar.
umpan balik.
setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar. Secara umum ada dua bentuk tes, yaitu tes bentuk uraian (essay test) dan tes
berbentuk objektif (Objektive test). Tes yang dikembangkan dalam penelitian ini
52
bentuk uraian (essay test). Tes uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan
atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara
mengekspresikan pikiran siswa. Ciri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal
tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkonstruksi butir soal, tetapi harus di
selesaikan oleh siswa. Penyusunan tes ini mengacu pada tes beracuan patokan (PAP),
yaitu tes yang disusun berpedoman pada tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang
telah dirumuskan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Grounlund (1995) yaitu (1)
tugas-tugas dan domain pembelajaran telah terdefinisikan dengan jelas, disamping itu
tujuan pembelajaran telah didefinisikan dengan jelas dalam istilah perilaku atau
kinerja yang dapat diamati, dan (2) perangkat pembelajaran dirancang dengan
mengacu pada ketuntasan belajar tertentu. Hal ini senada dikemukakan oleh
Suherman (1993), PAP orientasinya adalah tingkat kemampuan siswa terhadap materi
siswa.
1. Kuis, merupakan tes harian yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa yang dilaksanakan pada bagian penutup setiap kegiatan pembelajaran dan
2. Tes hasil belajar (THB), adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa setelah pokok bahasan relasi, fungsi, dan grafiknya selesai dipelajari. Tes
hasil belajar yang dikembangkan meliputi THB produk dengan jenjang ranah
kognitif dari C1 sampai C6 dalam taksonomi Bloom. Untuk penskoran hasil tes,
Menurut Hudojo (1988: 144) cara menilai hasil belajar matematika biasanya
menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang
dicapai oleh seseorang yang belajar matematika. Di samping itu tes juga
telah dipelajari.
Menurut Zainul dan Nasoetion ( 1997: 28-31) THB adalah salah satu alat ukur
yang paling banyak digunakan untuk menemukan keberhasilan seseorang dalam suatu
a. THB harus dapat mengukur apa yang dipelajari dalam proses belajar
dipelajari,
54
d. THB hendaknya disusun sesuai dengan tujuan penggunaaan tes itu sendiri,
1) Pretest adalah tes yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai, bertujuan untuk
mengetahui sejauh manakah siswa telah mengusai materi yang akan diberikan.
2) Postest adalah tes yang diberikan sesudah pembelajaran, tujuannya ialah untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah mengusai bahan yang telah diajarkan.
Perbedaan kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh proses belajar dan
mengajar, karena jika proses belajar dan mengajar baik maka akan terdapat perbedaan
yang besar antara postest dengan pretest. Supaya kedua hasil ini dapat dibandingkan
sudah tentu pertanyaan-pertanyaan pada pre test dibuat sama atau parallel dengan
guna kepentingan skor yang diperoleh oleh siswa atas jawaban suatu item soal.
Salah satu langkah penyusunan tes adalah menuliskan naskah soal. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam langkah ini oleh Arikunto (1991:201) dikemukakan
bahwa :
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengembangan yang dilakukan hasil
Identify entry
behaviors
characteristic Design and
s conduct
summative
evaluation
Prosedur pengembangan model Dick & Carey dapat dilihat pada diagram 2.1.
III. KEGIATAN
Kekurangan dari pengembangan model Dick & Carey BELAJAR
yaitu tidak adanya identifikasi
I. PERUMUSAN TUJUAN Merumuskan semua
Menggunakan sistem yang kemungkinan kegiatan belajar
materi dan analisis materi sehingga akan menyulitkan dalam
untuk mencapai penyusunan tujuan
tujuan.
operasional
Berbentuk hasil belajar Menetapkan kegiatan belajar
pembelajaranBerbentuk
dan perencanaan
tingkah lakupembelajaran. yang tidak perlu ditempuh.
Hanya ada satu tingkah laku Menetapkan kegiatan yang
akan ditempuh.
Model pengembangan PPSI dapat dilihat pada diagram 2.3. Hal-hal yang
IV. PENGEMBANGAN
dilakukan dalam setiap tahap pada model PROGRAM KEGIATAN
desain pembelajaran menurut PPSI adalah
Merumuskan materi pelajaran.
Menetapkan metode yang
sebagai berikut :
II. PENGEMBANGAN digunakan.
ALAT EVALUASI Memilih alat pelajaran dan
Menentukan jenis tes akan sumber yang dipakai.
digunakan untuk menilai tercapai Menyusun jadwal
tidaknya tujuan
Menyusun (item soal) untuk
menilai masing-masing tujuan.
V. PELAKSANAAN
Mengadakan pretest.
Menyampaikan materi pelajaran.
Mengadakan post test
Perbaikan.
Perumusan Tujuan
Menentukan jenis tes yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya
tujuan.
58
Kegiatan Belajar
Pelaksanaan
perbaikan.
identifikasi topik serta analisis konsep, sehingga hal ini menyulitkan dalam
3. Model Kemp
59
Planing
Revision
Instructional
Support Service
Problems
Instructional Leaner
Resources Characteristics
Summative Evaluation
Evaluation Task
Instruments Analisis
Instructional Instructional
Delivery Objectives
Instructional Content
Strategies Sequencing
Formative Evaluation
Project Management
menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi. Selanjutnya disusun
60
alternatif atau cara pembelajaran yang sesuai dalam upaya tujuan seperti yang
sebagai individu maupun sebgai kelompok. Data analisis siswa yang dipelukan
meliputi informasi akademik, karakeristik pribadi dan sosial, serta gaya belajar siswa.
Informasi pendidikan meliputi jenjang pendidikan dan mata pelajaran utama yang
telah dilaluinya, skor tes intelegensi, kursus khusus atau lanjutan yang telah
pengajaran. Analisis tugas digunakan untuk merinci isi mata pelajaran dalam bentuk
garis besar isi pokok bahasan yang mencakup pemahaman tentang tugas dalam
pembelajaran. Analisis tugas meliputi analisis isi pelajaran, analisis konsep, dan
analisis prosedural.
Tujuan pembelajaran diperoleh dari hasil analisis pokok bahasan dan analisis
siswa, juga dari analisis tugas. Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan berfungsi
sebagai alat untuk mendesaain kegiatan pembelajaran yang tepat, kerangka kerja
dalam, merencanakan cara mengevaluasi hasil belajar siswa, dan panduan siswa
dalam belajar.
61
Isi pokok bahasan materi diurutkan berdasarkan urutan kegiatan siswa dengan
Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan. Kegiatan ini meliputi pemilihan model, metode, media atau sumber belajar
tujuan.
telah dirumuskan.
belajar atau media yang dipilih. Sumber belajar yang tersedia dapat digolongkan
tersedia, ukuran ruangan, dan lain-lain. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
yang telah dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi baik evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif.
urutan proses pengembangannya tidak kaku dan lebih fleksibel dalam melaksanakan
kebutuhan pembelajaran berdasarkan hasil analisis tujuan dan batasan materi. Tahap
1) Analisis awal-akhir.
Kegiatan ini bertujuan untuk menetapkan masalah dasar yang menjadi dasar
2) Analisis siswa.
Pada bagian ini karakteristik siswa dirangkum dalam sebuah catatan sehingga
3) Analisis materi.
utama yang akan dipelajari oleh siswa dan menyusunnya secara skematis dalam
4) Analisis tugas
pembelajaran, pemilihan media, dan alat peraga yang memungkinkan, serta pemilihan
format (meliputi merancang isi, pemilihan strategi pembelajaran, dan sumber belajar).
Task Concept
analysis analysis
Format
selection
Specification
objectives Initial
design
Stage I: Define
Stage II: Design
Validation testing
Expert
appraisal
Packaging
Developmental
testing Diffusion and
adoption
Thiagarajan, Semmel & Semmel tersebut dapat dilihat pada Diagram 2.4.
demi tahap tentang apa yang harus dilakukan cukup spesifik pada pengembangan
perangkat.
Dalam penelitian ini tahap keempat dari model pengembangan tersebut (tahap
hanya sampai pada tahap pengembangan (develop). Selain itu pada bagian-bagian
tertentu, dalam penelitian ini, dilakukan sedikit modifikasi diagram asal model
a. Analisis konsep diganti dengan analisis materi. Hal ini dilakukan karena hasil
analisis materi lebih detail dan lengkap dibanding hasil analisis konsep. Dalam
analisis materi selain memperoleh konsep-konsep yang akan diajarkan juga objek
b. Analisis materi dilakukan terlebih dahulu sebelum analisis tugas. Hal ini
dalam pola hirarkis dari materi yang sederhana ke materi yang kompleks. Hal ini
tersebut disusun sedemikian hingga dari yang sederhana ke tugas yang kompleks
saja). Pada kegiatan penilaian ahli, simulasi, ujicoba, dan analisis hasil ujicoba
dilaksanakan hasilnya dianalisis. Hasil analisis ini digunakan sebagai acuan untuk
merevisi perangkat.
saran dan kritik (tentang perangkat) menjadi bahan acuan untuk merevisi
model pengembangan Thuagarajan, Semmel & Semmel dapat dilihat pada Diagram