Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Selama ini kasus kekerasan seksual selalu menjadi momok di Indonesia,


namun penanganan akan kasus kekerasan seksual masih sangat minim, menurut
Komnas Perlindungan Perempuan tercatat ada 348.446 kasus kekerasan terhadap
perempuan yang dilaporkan dan ditangani selama tahun 2017, yang terdiri dari
335.062 kasus bersumber pada data kasus/perkara yang ditangani oleh Pengadilan
Agama, serta 13.384 kasus yang ditangani oleh 237 lembaga mitra pengadalayanan,
tersebar di 34 Provinsi, belum termasuk dark number atau angka yang sebenarnya
ada namun tidak tercatat karena tidak adanya pelaporan secara resmi yang membuat
angka tersebut belum mencatatat seluruh kasus dan juga angka tersebut belum
termasuk kekerasan seksual terhadap perempuan (Komnas Perlindungan
Perempuan, Tergerusnya Ruang Aman Perempuan dalam Pusaran Politik
Populisme, 2018) Definisi kekerasan seksual dapat dipengaruhi oleh nilai-nilaI
budaya, sosial, hak asasi, peran gender, inisiatif legal, dan kriminal sehingga dapat
berubah seiring berjalannya waktu. Definisi akan kekerasan seksual dapat
membantu usaha global dalam mengidentifikasi dan mengeliminasinya, namun
perlu disadari bahwa definisi-definisi akan kekerasan seksual lahir dari lensa-lensa
kultural, sosio-politik dan geografis. Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui
pelecehan seksual yang terjadi di tempat umum, dimulai dari tempat bekerja,
institusi pendidikan, transportasi umum, fasilitas publik, sampai di rumah sendiri.
Menurut data dari Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia Fakultas Hukum
Universitas Indonesia (MaPPI FH UI) menunjukan bahwa kekerasan seksual
terbanyak terjadi di dalam rumah korban yakni 37 persen dari seluruh kasus,
kemudian 10 persen terjadi di hotel, 11 persen terjadi di sekolahan, dan sisanya
terjadi di ranah umum seperti pinggir jalan, kantor, dan dunia maya.
Banyak pelecehan seksual yang dianggap ringan sehingga kita
membiarkan hal-hal seperti itu sampai akhirnya hal itu menjadi hal yang biasa dan
mengakar dalam kehidupan sosial kita, hampir semua kejadian pelecehan seksual
dimulai dari hal kecil yang dianggap bukan sesuatu yang mengganggu sampai
akhirnya menjadi semakin besar dan kompleks.
Sangat disayangkan institusi pendidikan seperti taman kanak-kanak,
sekolah dasar, sekolah menengah, maupun universitas yang seharusnya menjadi
tempat aman ternyata hanyalah mitos. Guru-guru, dosen, atau mereka yang
seharusnya menjadi pelindung dan orang yang paling memiliki otoritas untuk
menjaga anak didik, tidak sedikit justru ditemukan sebagai pelaku kekerasan
seksual (PKWG UI Magenta dan TAF, 2015). Menurut Data (PTKI, 2019) yang
telah dikumpulkan dari 16 Perguruan Tinggi di Indonesia yang dipresentasikan
pada workshop yang diadakan tanggal 20 – 21 Agustus 2019 menunjukkan bahwa
data kasus yang masuk dan dikompilasi adalah 1011 kasus. Data yang terangkum
ini didapat berdasarkan Indonesia menggunakan google form kepada para
mahasiswa dalam waktu yang singkat (kurang lebih seminggu). Dalam laporan
tersebut jenis-jenis kasus tersebut bervariasi antara satu perguruan tinggi dengan
peruguruan tinggi lainnya dan dibedakan berdasarkan pelecehan seksual secara
fisik, verbal, isyarat, tertulis atau gambar, psikologis, perkosaan, intimidasi seksual,
eksploitasi seksual, prostitusi paksa, perbudakan seksual, pemaksaan perkawinan,
pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi, pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi,
dan penyiksaan seksual.
Seperti yang dikatakan dosen fakultas hukum Universitas Indonesia,
Lidwina Inge Nurtjahyo kepada Kumparan (Nurtjahyo, 2019) bahwa selama ini
korban kekerasan seksual cenderung tidak nyaman untuk melapor kepada dosen,
bukan karena mereka enggan, melainkan belum semua paham cara mencari
penyelesaian kasus tersebut. Jika pola “ketidak nyamanan” ini terus berlangsung
maka akan terbentuk kultur silent majority terhadap kasus kasus kekerasan seksual
di dalam institusi pendidikan yang akan berdampak pada semakin tingginya angka
kasus kekerasan seksual karena tidak adanya penanganan yang benar.
Mahasiswa harus mulai lebih menyadari dan memahami tentang kekerasan
seksual, bagaimana cara mencegahnya, dan apa yang seharusnya dilakukan jika
terjadi kekerasan seksual. Penulis akan menggunakan video kampanye sebagai
media penyampaian utama kepada target audiens dikarenakan media video yang
digunakan dalam proses belajar mengajar memiliki banyak manfaat dan

2
keuntungan, video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat
dilihat secara berulang-ulang, video juga mendorong dan meningkatkan motivasi
siswa untuk tetap melihatnya. (Arsyad, Media Pembelajaran, 2011) Dengan
diproduksinya video kampanye ini diharapkan mahasiswa dapat mempelajari
tentang pelecehan seksual dengan cara yang tidak membosankan, karena itu penulis
harus mampu membuat suatu video kampanye yang menarik dimulai dari sisi
sinematik pengambilan gambar, color grading, motion graphic, dan konten yang
terkandung di dalam video kampanye itu sendiri namun harus tetap mengikuti kunci
utama dalam pembuatannya yaitu penyajian fakta, video kampanye ini diproduksi
karena jika kita membiarkan pelecehan seksual terjadi secara terus menerus tanpa
melakukan pergerakan apapun maka sama saja dengan kita membiarkan lebih
banyak masyarakat yang menjadi korban baik secara fisik maupun mental yang
akan berakhir juga dengan penyakit fisik, karena tidak sedikit para korban
pelecehan seksual yang mengalami depresi atau trauma yang menyebabkan mereka
mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara meningkatkan awareness dan pemahaman mahasiswa


mengenai dampak dan upaya penyelesaian kasus kekerasan seksual?
2. Bagaimana merancang visual kampanye yang tepat melalui media video?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Meningkatkan awareness dan pemahaman mahasiswa mengenai dampak


dan upaya penyelesaian kasus kekerasan seksual melalui video kampanye.
2. Membuat video kampanye sosial mengenai kasus kekerasan seksual yang
efektif.

3
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Universitas Pembangunan Jaya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi bahan penelitian


selanjutnya, dapat digunakan sebagai kampanye di dalam lingkungan kampus, dan
dapat berguna untuk membantu perkembangan ilmu, khususnya bidang Desain
Komunikasi Visual.

1.4.2. Manfaat Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis tentang bagaimana cara merancang dan


menyusun video kampanye untuk meningkatkan awareness kepada civitas
academica mengenai kekerasan seksual.

1.4.3. Manfaat Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh KOMNAS


Perlindungan Perempuan sebagai media kampanye dan penyuluhan untuk
meningkatkan awareness dan menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan kasus
kekerasan seksual di dalam lingkungan universitas.

Manfaat dari penelitian ini adalah :


1. Meningkatnya awareness masyarakat dan civitas academica mengenai
kekerasan seksual
2. Memberikan pengetahuan secara mendalam mengenai penanganan dan
penanggulangan kekerasan seksual

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan menjelaskan latar belakang mengenai topik yang akan dibahas


dan memberikan alasan mengapa topik ini dibutuhkan.

4
BAB II Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka memberikan penjelasan mengenai teori yang dipakai


selama penelitian berlangsung, seperti kekerasan seksual, desain komunikasi
visual, komunikasi Massa Above The line, kampanye sosial, media, video, editing,
motion graphic, color grading.
BAB III Metodologi Desain

Metodologi Desain Menjelaskan mengenai strategi komunikasi secara rinci


menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan hasil problem solving berdasarkan
hasil analisa.
BAB IV Strategi dan Hasil

Strategi Kreatif Menjelaskan tentang keperluan yang dibutuhkan dari


strategi komunikasi, segmentasi targeting maupun positioning. Serta menjelaskan
tentang analisis SWOT, strategi media, konesp kreatif, konsep visual, konsep
verbal, dan penerapan desain (Final Artwork).
BAB V Penutup

Penutup Menjelaskan tentang kesimpulan menyeluruh dari hasil serta saran-


saran untuk perbaikan atau aspek lain yang lebih lanjut. Dari isi bab ini harus sesuai
dengan tujuan pada bab pendahuluan dan analisis serta diskusi yang telah diuraikan
dalam bab sebelumnya.

5
6

Anda mungkin juga menyukai