Anda di halaman 1dari 9

GEMA PESAL

STRATEGI PEMANFAATAN PEKARANGAN DALAM MENINGKATKAN


KETAHANAN PANGAN KELUARGA DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

A. LATAR BELAKANG
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu kabupaten dalam
wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara umum kabupaten
Sumbawa Barat termasuk daerah pertanian, karena sebagian besar
masyarakat bekerja dan menggantungkan hidupnya pada lahan
pertanian terutama dalam mengusahakan tanaman padi dan jagung,
serta hewan ternak, namun produksinya mengalami fluktuasi/belum
optimal yang berdampak pada tingkat pendapatan petani. Hal ini dapat
dilihat dari produksi tanaman padi sawah mengalami penurunan sekitar
20,91 % di Tahun 2020 sebagaimana digambarkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Tahun 2021- 2026, dimana
pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi strategis di Kabupaten
Sumbawa Barat bila dilihat dari Nilai tambah Pendapatan Asli Daerah
yang dihasilkan walaupun tidak sebesar dari sektor pertambangan.
Selain itu bila dilihat dari pengeluaran konsumsi per kapita sebulan
menurut kelompok bukan makanan keluarga di Kabupaten Sumbawa
Barat sebesar 46,30 %. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan
dengan pengeluaran konsumsi bahan makanan meliputi kelompok padi-
padian, kelompok ikan, daging, telur dan susu, serta kelompok sayur-
sayuran dan buah-buahan.
Penomena ini memberi peluang komoditi pangan terutama pangan segar
asal tumbuhan (PSAT) dan pangan asal hewan didatangkan dari luar
Kabupaten Sumbawa Barat. Hal ini memungkinkan terjadinya
permasalahan dalam pemasukkan pangan baik waktu, jumlah maupun
harga dan kondisi pangan, yang sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan dan konsumsi pangan dan gizi keluarga yang berdampak
pada ketahanan pangan keluarga. Menurut Undang-undang Nomor 18
Tahun 2012 tentang pangan disebutkan bahwa hak negara dan bangsa
yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan demi tercapainya
kemandirian pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Kemandirian pangan adalah kemampuan Negara dan Bangsa dalam
memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang
dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di
tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam,
manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara
sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersediannya pangan
yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
proaktif secara berkelanjutan.
Kedaulatan dalam menentukan kebijakan pangan guna tercapainya
kemandirian dan ketahanan pangan di Kabupaten Sumbawa Barat telah
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tahun 2021-2026 melalui kebijakan umum persapektif masyarakat atau
layanan. Kebijakan ini diarahkan pada pelibatan masyarakat dalam
semua tahapan pembangunan dengan mengemban Misi KSB Baik Dalam
Kemandirian Pangan melalui program kegiatan prioritasnya adalah
pengelolaan sumberdaya ekonomi untuk kedaulatan dan kemandirian
pangan. Komoditi pangan terutama pangan segar asal tumbuhan (PSAT)
dan bahan pangan asal hewan (PAH) sampai saat ini sebagian besar
masih didatangkan dari luar Kabupaten Sumbawa Barat, sementara
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan daerah pertanian dimana
prioritas pembangunan m asih mengandalkan sektor pertanian di luar
sektor pertambangan. Dengan demikian, maka salah satu upaya untuk
terlaksananya kebijakan kedaulatan pangan dalam mewujudkan
kemandirian dan ketahanan pangan masyarakat di Kabupaten Sumbawa
Barat yaitu melalui perubahan prilaku (mindset) masyarakat untuk
gemar menanam (Gerakan Masyarakat Menanam) yang dipelopori oleh
kaum ibu-ibu. Kenapa dimulai oleh kaum ibu-ibu…???
Berbicara masalah pangan terutama terkait dengan pangan segar asal
tumbuhan atau bahan pangan asal hewan sangat erat hubungannya
dengan kaum ibu-ibu karena sangat bersentuhan langsung dengan
urusan dapur rumah tangga dan konsumsi serta gizi keluarga yang
berimplikasi pada lingkungan tempat tinggal yaitu pekarangan. Bertitik
Tolak dari uraian di atas, maka inovasi yang perlu dikembangkan adalah
“GEMMA PESAL” (Gerakan Masyarakat Menanam yang Praktis,
Ekonomis, Segar, Alami, dan Lestari) SEBAGAI STRATEGI PEMANFAATAN
PEKARANGAN DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN
KELUARGA DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT. Dengan motto (Brand) :
Ibu Menanam, Bapak Ceriah, Keluarga Bahagia. Pemanfaat pekarangan
sangat berkaitan erat dengan program 100 hari Bupati yaitu Tuntas
STBM terutama Pilar 4 (pengelolaan Limbah Cair) dan Pilar 5
(peengelolaan Sampah) Rumah Tangga, karena apabila limbah cair
rumah tangga dapat dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk
penyiraman tanaman dan budidaya ikan (ikan lele, belut) sehingga
terciptanya Diversifikasi usaha pemanfaatan pekarangan, sedangkan
sampah rumah tangga apabila dilakukan pemilahan dan diproses
menjadi kompos(pupuk organik) dapat menyuburkan tanaman
pekarangan.

B. PERMASALAHAN
Pemberdayaan masyarakat untuk gemar menanam dengan dipelopori
oleh kaum ibu-ibu merupakan paradigma baru dalam pembangunan
masyarakat secara langsung baik dalam perencanaan, pelaksanaan,
maupun evaluasi. Pemberdayaan masyarakat terutama oleh kaum ibu-
ibu harus dipandang sebagai upaya strategis untuk mempercepat dan
memperluas upaya penanggulangan kemiskinan terutama yang
berkaitan dengan kekurangan gizi (stunting) keluarga/masyarakat. Salah
satu upaya untuk mendongkrak perekonomian masyarakat desa dan
keluarga melalui pemberdayaan masyarakat terutama kaum ibu-ibu
yang dimulai dengan peningkatan produksi pangan keluarga melalui
pemanfaatan pekarangan rumah dengan menanam tanaman produktif
dan atau diversifikasi usaha peternakan dan perikanan. Komoditi pangan
terutama pangan segar asal tumbuhan dan atau bahan pangan asal
hewan yang tersedia sebahagian besar didatangkan dari luar Kabupaten
Sumbawa Barat, hal ini sangat berpengaruh terhadap ketersediaan dan
keterjangkauan oleh masyarakat yang berdampak pada tingkat
kebutuhan komsumsi dan gizi serta ketahanan pangan keluarga. Oleh
sebab itu yang menjadi permasalahan dalam ketersediaan komoditi
pangan terutama pangan segar asal tumbuhan dan atau bahan pangan
asal hewan di Kabupaten Sumbawa Barat adalah :
1. Kabupaten Sumbawa Barat merupakan daerah pertanian namun
sebahagian besar komoditi pangan segar asal tumbuhan dan bahan
pangan asal hewan berasal dari luar Kabupaten Sumbawa Barat.
2. Pengelolaan lahan pertanian belum optimal karena masih ada lahan
produktif disaat bulan-bulan tertentu tidak dimanfaatkan atau masih
ada hamparan lahan belum dikelola dengan baik.
3. Diera melenial sekarang ini umumnya masyarakat lebih suka
terhadap bahan pangan instan (siap saji) sehingga kebiasaan
terutama kaum ibu-ibu menanam baik secara mandiri/kelompok
secara gotong royong (sistem Basiru) semakin menurun.
4. Belum optimalnya pemanfaatan lahan pekarangan dalam
penganekaraman dan konsumsi pangan segar yang bergizi demi
terwujudnya kemandirian dan ketahanan pangan keluarga.
Di era Tahun 80-an ke bawah, bila saat musim tanam tiba dimana
hamparan lahan pertanian (lahan sawah) diramaikan oleh nyanyian
(melangko/belawas) kaum ibu-ibu yang sedang menanam. Kondisi ini
sudah jarang kita jumpai kebiasaan dan kegemaran menanam di
Kabupaten Sumbawa Barat sudah mulai terkikis oleh serba instan
sehingga permasalahan ini memungkinkan komoditi pangan segar asal
tumbuhan dan atau bahan pangan asal hewan didatangkan dari luar
Kabupaten Sumbawa Barat. Oleh sebab itu, pemanfaatan pekarangan
sebagai solusi yang sangat strategis untuk dikembangkan secara intensif
dan berkelanjutan. Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat
disekitar rumah tempat tinggal yang sangat erat hubungannya terutama
dengan ibu rumah tangga, yang bersentuhan langsung dengan
dapur/tempat mencuci yang biasanya digunakan sebagai tempat
jemuran atau tempat bertumpunya limbah/sampah rumah tangga.
Dengan demikian dalam menggugah dan menggerakkan masyarakat
untuk gemar menanam dilakukan melalui pemberdayaan kaum ibu
dalam pemanfaatan pekarangan secara optimal dan berkelanjutan,
karena pemanfaatan pekarangan dapat dilaksanakan oleh ibu-ibu rumah
secara sederhana, rutin dan berkelanjutan sehingga diperoleh
keanekaragaman pangan segar dalam pemenuhan gizi dan ketahanan
pangan keluarga. Selain itu, pelaksanaan pemanfaatan pekarangan
dapat pula dilakukan secara bersama seluruh anggota keluarga dalam
suasana olah raga dengan katalain olah raga dengan bekerja dimana
kaum bapak melaksanakan pengolahan tanah (bedengan) dengan
membuat lubang tanam dan diikuti penanaman tanaman oleh ibu
sehingga tercipta suasana keluarga bahagia dan sejahtera. Oleh sebab itu
Inovasi Gema Pesal memilik Brand (motto); Ibu Menanam, Bapak Ceriah,
dan Keluarga Sejahtera. Motto ini mengandung makna yaitu Kaum ibu
(wanita) umumnya memiliki semangat dan perasaan yang lembut
dengan penuh kasih sayang, sementara tanaman sangat peka dan mudah
stress sehingga sangat tepat ibu untuk menanam. Bapak ceriah
mengandung arti bahwa kaum bapak memiliki tugas mencari nafkah
atau rizki, sehingga dengan berproduksinya tanaman yang ditanam oleh
kaum ibu maka rizki (uang) yang diperoleh Bapak yang seharusnya
dibelanjakan untuk pembelian pangan segar dapat disihkan (ditabung)
atau dibelanjakan untuk kebutuhan lainnya sehingga Bapak merasa
bangga dan Ceriah. Sedangkan Keluarga Sejahtera memiliki makna
dimana pelaksanaan pemanfaatan pekarangan oleh ibu atau secara
bersama anggota keluarga yang memiliki hasil terutama dalam
pemenuhan gizi keluarga sehingga keluarga memiliki ketahanan pangan
yang baik/mandiri maka terciptalah keluarga sejatera dan bahagia.
Pemanfaatan pekarangan biasanya digunakan untuk lokasi tampungan
limbah cair rumah tangga dan atau tempat pengumpulan dan pemilahan
sampah rumah tangga sebagaimana anjuran dan ketentuan dalam
program 100 hari Bupati Tuntas Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) di Kabupaten Sumbawa Barat sehingga Kabupaten Sumbawa
Barat mendapat penghargaan Rekor MURI tentang satu-satunya
Kabupaten di Provinsi NTB dan di Indonesia Tuntas STBM. Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terutama Pilar 4 dan Pilar 5,
bila dipadukan dengan pemanfaatan pekarangan untuk
penganekaraman maka Pilar 4 (Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga =
barangkali perlu kajian lebih lanjut dapat dimanfaatkan untuk
penyiraman tanaman dan atau dapat digunakana untuk budidaya
perikanan (Deversifikasi usaha tanaman dan budidaya ikan) skala rumah
tangga, sedangkan Pilar 5 (Pengelolaan Sampah Rumah Tangga) bila
dilakukan pemerosesan sampai menjadi kompos (pupuk organik) yang
sangat baik dan dibutuhkan oleh tanaman, sehingga pemanfaatan
pekarangan dapat meningkatkan gizi dan ketahanan pangan keluarga di
Kabupaten Sumbawa Barat.

C. LANDASAN
Adapun landasan hukum tentang pemanfaatan pekarangan dalam
peningkatan ketahanan pangan keluarga di kabupaten Sumbawa Barat
adalah :
1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan
pangan
3. Peraturan Permerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan
Mutu dan Gizi
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang ketahanan
pangan dan Gizi
5. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumberdaya lokal
6. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 43 Tahun 2009
tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
berbasis Sumberdaya Lokal
7. Peraturan Daerah Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2021 tentang
Penjaminan keamanan dan mutu pangan segar asal tumbuhan
8. Peraturan Gubernur NTB Nomor 45 Tahun 2019 tentang Penjaminan
keamanan dan mutu pangan asal tumbuhan

D. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud inovasi Gema Pesal
Gerakan Masyarakat gemar menanam dengan Peraktis, Ekonomis,
Segar, Alami dan Lestari melalui pemanfaatan pekarangan
merupakan suatu strategi untuk percepatanan ketersediaan dan
keterjangkauan keanekaragaman konsumsi pangan segar berbasis
sumber daya lokal dalam upaya mewujudkan Kabupaten Sumbawa
Barat Baik dalam Kemandirian pangan. Pekarangan secara bahasa
dapat didefinisikan sebidang tanah disekitar rumah yang dapat
dikelola secara berkelanjutan oleh keluarga sehingga mudah untuk
pemeliharaan dan pemanenan hasilnya. Apabila Pemanfaatan
pekarangan dapat dilaksanakan oleh seluruh rumah tangga secara
optimal dan lestari maka komoditi pangan segar asal tumbuhan tidak
perlu didatangkan dari luar Kabupaten Sumbawa Barat sehingga
memungkinkan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai daerah produksi
keanekaragaman pangan segar asal tumbuhan maupun bahan pangan
asal hewan.
2. Tujuan Inovasi Gema Pesal
Inovasi Gema Pesal bertujuan :
a. Menumbuhkembangkan setiap warga masyarakat untuk gemar
menanam yang dimulai dan dipelopori oleh kaum ibu-ibu dengan
pemanfaatan pekarangan dalam memenuhi penganekaragaman
konsumsi pangan segar berbasis sumberdaya lokal untuk
meningkatkan ketahanan pangan keluarga.
b. Meningkatkan produksi komoditi pangan segar asal tumbuhan dan
atau bahan pangan asal hewan untuk menjamin ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan menuju KSB Baik dalam
kemandirian pangan
c. Meningkatkan produktifitas setiap jengkal lahan berbasis
sumberdaya lokal yang berwawasan agroindustri/agrowisata di
Kabupaten Sumbawa Barat Kabupaten Sumbawa Barat

E. RENCANA PELAKSANAAN DAN PENERAPAN


Inovasi Gema Pesal merupakan inovasi pemberdayaan ibu-ibu rumah
tangga untuk gemar menanam melalui pemanfaatan pekarangan dalam
ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan yang Praktis,
Ekonomis, Segar, dan Alami untuk keanekaragaman konsumsi berbasis
sumberdaya lokal. Oleh sebab itu, pelaksanaan inovasi Gema Pesal di
Rencanakan dalam 3 (tiga) tahapan dengan bentuk kegiatan penerapan
dan capaiannya yaitu :
1. Tahapan Jangka Pendek (0-3 Bulan)
a. Pembentukan Tim Kerja dalam lingkungan Dinas Ketahanan
dengan menerbitkan Surat keputusan Kepala Dinas
b. Membuat Surat Keputusan Bupati Sumbawa Barat tentang
pemanfaatan pekarangan di setiapa kantor organisasi perangkat
daerah dalam lingkungan KTC dengan pelibatan seluruh ASN dan
organisasi ibu dharmawanita melalui : penanaman dilahan
pekarangan, penempatan pot/polybag yang ada tanaman, dan
pajangan tananaman hidroponik yang berwawasan kesejukan,
dan keindahan dengan sistim Ikhlas, Jujur, dan Sungguh-sungguh
(IJS).
c. Melaksanakan rapat koordinasi (FGD) dalam rangka
pembentukan Tim Pembina/pengarah dan Tim Penilaian dengan
tugas dan kewenangan yang ditetapkan melalui keputusan
bupati Sumbawa Barat
d. Melaksanakan sosialisasi dan publikasi tentang pemanfaatan
pekarangan kantor lingkungan KTC.
e. Pembinaan dan penggerak dalam Penerapan pelaksanaan dan
penilaian inovasi Gema Pesal pada halaman kantor organisasi
perangkat daerah dilingkungan KTC diketuai oleh sekretaris
Daerah dan Ketua Dharmawanita kabupaten Sumbawa Barat
f. Penilan dan pemberian
- Koordinator yang dikoordinir oleh Sekretaris daerah dan
ketua Dharmawanita Kabupaten
F. INDIKATOR KEBERHASILAN

Anda mungkin juga menyukai