Anda di halaman 1dari 79

MAKALAH

Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Lansia


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan yang diampu oleh :
Ibu Sulami

Disusun oleh :

Desyana Rahmadani Permatasari

2019.011

Akademi Keperawatan Patria Husada

SURAKARTA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-
Nya. Allhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan dengan judul “ Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Lansia”.

Dalam penyusunannya, penulis banyak mendapat bnatuan dan bimbingan baik secara
moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Dokumentasi Keperawatan Ibu Sulami
yang telah membimbing dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya biak dari
segi materi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakannya

Semoga makalah yang telah penulis susun dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umunya bagi yang membaca. Amin.

Surakarta, Juni 2020

Desyana Rahmadani Permatasari


DAFTAR ISI

Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab II Landasan Teori
1. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
2. Dokumentasi
3. Dokumentasi Pengkajian
4. Dokumentasi Diagnose Keperawatan
5. Dokumentasi Rencana Keperawatan
6. Dokumentasi Intervensi Keperawatan
7. Dokumentasi Evaluasi
8. Biopsiko Sosial dan Spiritual Pada Lansia
9. Ruang Lingkup Permasalahan
10. Kesehatan
11. Sosial
12. Psikososial
13. Psikologi.
14. Spiritual
15. Batasan Dan Pemahaman
16. Pendekatan Holistik
17. Usia Lanjut
18. Usia Lanjut Sehat
19. Proses Penuaan
20. Kesejahteraan Usia Lanjut
21. Budaya
22. Gangguan Psikologis dan Masalah Perilaku pada Usia Lanjut
23. Dementia Pada Lansia
24. Daya Ingat (Memori) Pada Lansia
25. Masalah Daya Ingat (Memori_)
26. Tes Skrining MMSE
BAB III Pembahasan
Contoh dan Format Asuhan Keperawatan Pada Lansia
BAB IV Penutup
Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen
dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat
menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di sleuruh Indonesia
menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan
diperkirakan pada tahun 2020 ini akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke
waktu. Angka harapan hidup penduduk pada tahun 1980 : 55,30 tahun, pada tahun 1985 :
58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun
2000 : 64,05 tahun (BPS.2000). Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun
waktu 1990-2025, tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10).
Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang serius karena secara
alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi maupun mentalnya
(Nugroho, 2004).
Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Setiap orang yang dikarunia umur panjang akan mengalami tahapan ini. Dengan
berhasilnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup
maka kesempatan menjadi usila semakin besar sehingga diperkirakan jumlah usila
semakin bertambah. Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah
disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada
masayarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayana bio-
psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar
manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi
sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang
diberikan berupa bantuan-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan kemauan dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan lanjut
usia, dimana pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi
pengkajian (assessment), merumusakan diagnosa keperawatan (nursing diagnosa),
merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan
(implementation) dan melakukan evaluasi (evaluation). Serta akan menjelaskan pula
tentang kebutuhan bio-psiko-sosial-kultural-spiritual dan tentang demensia pada lansia.
Sehubungan dengan masalah di atas tersebut, maka kelompok usila perlu
mendapat perhatian dan pembinaan khusus baik oleh pemerintah atau swasta maupun
berbagai disiplin ilmu termasuk keperawatan, agar para usia lanjut dapat
mempertahankan kondisi kesehatannya sehingga tetap dapat produktif, berperan aktif di
masyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana proses dokumentasi asuhan keperawatan pada lansia.
2. Bagaimana cara mengisi format asuhan keperawatan pada lansia.
3. Bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual untuk lansia.
4. Bagaimana dementia pada lansia.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang dokumentasi asuhan keperawatan pada
usia lanjut, bio-psiko-sosial-kultural-spiritual dan daya ingat pada lansia.
2. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan.
2) Mahasiswa mengetahui bio-psiko-sosial-kultural-spiritual pada lansia.
3) Mahasiswa mengetahui dementia pada lansia.
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


A. Dokumentasi

Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli
yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan
dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien,
perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayan kesehatan dalam memberikan
pelayana kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab perawat.

Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dala memberikan asuhan


keperawatan. Dokumentasi ini penting karena pelayan keperawatan yang diberikan
kepada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai
tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah kepuasan
maupun ketidakpuasan terhadap pelayan yang diberikan. Dokumentasi keperawatan
mempunyai beberapa kegunaan bagi perawat dan klien antara lain :

1) Sebagai alat komunikasi

Dokumentasi dalam memeberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi dengan


baik akan menghindari atau mencegah informasi yang berulang. Kesalahan juga
dapat dilakukan secara efektif dan efisisen.

2) Sebagai mekanisme pertanggung gugatan

Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan


pendokumentasian. Oleh karena itu, kualitas kebenaran standar
pendokumentasian akan mudah dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan
sebagai perlindungan atas gugatan karena sudah memiliki standar hukum.

3) Metode pengumpulan data

Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data-data pasien tentang kemajuan


atau pertimbangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi kecenderungan
yang mungkin terjadi. Dapat digunakan juga sebagai bahan penelitian, karena
data-datanya otentik dan dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu, dokumentasi
dapat digunakan sebagai data statistic.

4) Sarana pelayanan keperawatan secara individual

Tujuan ini merupakan integrasi dari dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan
terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio-psiko-sosial-
spiritual sehingga individu dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.

5) Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah evaluasi
tentang hal – hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan.

6) Sarana meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan

Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan tenaga


kesehatan, akan saling kerja sama dalam memberi tindakan yang berhubungan
dengan klien. Karena hanya lewat bukti – bukti otentik dari tindakan yang
telah dilaksanakan, kegiatan tersebut akan berjalan secara professional.

7) Sarana pendidikan lanjutan

Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang lebih baik dan
terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga
perawat, bukti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
pendidikan lanjutan tentang layanan keperawatan.

8) Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan


Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas layanan keperawatan yang telah
diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.

2. Dokumentasi Pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang


dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien,
dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.Pengkajian adalah awal dari tahapan
proses keperawatan. Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi
yang didapat dari klien ( sumber data primer ), data yang didapat dari orang lain ( data
sekunder ), catatan kesehatan klien informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic,
keluarga dan orang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar.
Pengumpulan data menggunakan berbagai metode seperti observasi ( data yang dikumpulkan
berasal dari pengamatan ), wawancara ( bertujuan mendapatkan respons dari klien dengan
cara tatap muka ), konsultasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ataupun
pemeriksaan tambahan. Manusia mempunyai respons terhadap masalah kesehatan yang
berbeda sehingga perawat harus mengkaji respons klien terhadap masalah secara
individual.Tujuan dokumentasi pengkajian adalah :

1. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap masalah yang dapat
mempengaruhi perawatan
2. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dianalisis dan diidentifikasi
3. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan informasi. Dengan kata
lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran dan perubahan kondisi pasien.
4. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi pasien dan respons yang
akan mempengaruhi perencanaan perawatan.
5. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi terhadap respons
pasien.
6. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.

Jenis Dokumentasi Pengkajian


I. Pengkajian Awal ( Initial Assesment )

Pengkajian awal  ( intial assessment ), dilakukan ketika pasien masuk kerumah sakit.
Bentuk dokumentasi biasanya merujuk pada data dasar perawatan.Selama pengkajian
umum, perawat mengidentfikasi masalah kesehatan yang dialami klien, dengan
mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun khusus dapat memudahkan
perencanaan perawat klien.

II.    Pengkajian kontinu ( Ongoing Assesment )

Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data dasar, informasi yang diperoleh dari
pasien selama pengkajian awal daan informasi tambahan ( berupa tes diagnostic dan
sumber lain ) diperlukan untuk menegakkan data.

 III.  Pengkajian ulang ( Reassesment )

Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari informasi selama
evaluasi.Pengkajian  ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari masalah
pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi tambahan dari pasien.

3. Dokumentasi Diagnose Keperawatan

Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seeorang, keluarga, atau


masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan
potensial ( NANDA,1990 ), Diaognose keperawatan memberikan dasar pemilihan
intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnose keperawatan
adalah bagaimana diagnose keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah.
Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang
membutuhkan asuhan keperawatan. Disamping itu, dengan menentukan atau menyelidiki
etiologi masalah, akan dapat dijumpai factor yang menjadi kendala atau penyebab.
Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada.
Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
baik actual maupun potensial.

1. Kategori Diagnosa Keperawatan


Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses keperawatan, harus
diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe diagnose keperawatan meliputi tipe
actual, risiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindroma.
1) Diagnose keperawatan actual
Diagnose keperawatan actual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan
klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang
diidentifikasi. Diagnose keperawatan actual memiliki empat komponen
diantaranya : label, definisi, batasan karakterstik, dan factor yang
berhubungan.
Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnose dan batasan karakterstik
( Gordon, 1990 ), Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk
diagnose, batasan karakterstik menentukan karakteristik yang mengacu pada
petunjuk, klinis, tanda subjektif, dan objektif. Batasan ini juga mengacu pada
diagnose keperawatan, yang terdiri dari batasan mayor dan minor. Factor yang
berhubungan merupakan etiologi atau factor penunjang.Factor ini dapat
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Factor yang berhubungan terdiri
dari empat komponen yaitu :
a) Patofisiologis ( biologis atau psikologis )
b) Tindakan yang berhubungan
c) Situasional ( lingkungan, personal )
d) Maturasional
Penulisan rumusan ini adalah PES ( Problem + etiologi+symtoms).
2) Diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis
tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk
mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang
sama atau hampir sama.Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa
keperawatan potensial dengan menggunakan “ risiko terhadap atau risiko
tinggi terhadap ”. validasi untuk menunjang diagnosa risiko tinggi adalah
factor risiko yang meperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat
terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan
karakteristik.Penulisan rumusan diagnosa keperawatan risiko tinggi adalah PE
( problem+etiologi ).

3) Diagnosa keperawatan kemungkinan


Menurut NANDA, diagnosa keperawatan kemungkinan adalah pernyataan
tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan
harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama
adanya factor risiko.

4) Diagnosa keperawatan sejahtera


Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis
mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat
kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatan
diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing-masing
pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang
di sahkan.Dalam menentukan diagnosa keperawatan sejahtera menunjukkan
terjadi peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif. Contoh
penulisan diagnosa keperawatan sejahtera : Perilaku mencari bantuan
kesehatan yang berhubungan dengan kurang pengatahuan tentang peran
sebagai orang baru ( linda jual carpenito, 1995 ).

2. Metode dokumentasi diagnosa keperawatan


Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan pedoman dokumentasi
yaitu :

a) Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk masalah resiko
b) Catat diagnosa keperawatan yang dibuat risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau
format diagnosa keperawatan
c) Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA
d) Mulai pernyataan diagnosa keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data
untuk diagnosa
e) Masukan pernyataan diagnosa keperawatan kedalam daftar masalah
f) Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah keperawatan
g) Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan,
intervensi, dan evaluasi.

4.   Dokumentasi Rencana Keperawatan


Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan “ rencana
tindakan keperawatan ” yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi
masalah dengan cara mencegah, mengurangi, dan menghilangkan masalah. Selain itu,
untuk memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga, serta orang terdekat dalam
merumuskan rencana tindakan.Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapkan pemecahan
masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Tujuan
rencana keperawatan :

a) Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber dokumentasi.


b) Sebagai alat komunikasi antara perawat dank lien.
c) Sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan.
d) Langkah dari proses keperawatan ( pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi )
yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
1. a.      Tipe Dokumentasi Rencana Keperawatan
            Ada dua tipe dokumentasi rencana keperawatan menurut fischbach yaitu :
 Traditionally designed care plan
Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan tiga pendekatan yaitu diagnosa
keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan atau instruksi perawatan
 Standarlized care plan
Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan standar praktik keperawatan
dalam pendokumentasian yaitu :

1) Rencana perawatan di cetak berdasarkan diagnosa medic atau prosedur khusus seperti
prosedur katerisasi jantung, pembedahan, dan lain-lain. Tipe ini mengantisipasi respon
terhadap prosedur yang dilakukan
2) Rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. Hal ini digunakan
berdasarkan pengkajian pasien yang mendukung diagnosa perawatan. Kemudian perawat
menuliskan secara lengkap etiologi dan masalah
3) Rencana perawatan dibuat dengan menggunakan standar computer. Perawat dapat
menyeleksi masalah klien dari menu yang terdapat dalam computer.

5. Dokumentasi implementasi keperawatan


Dokumentasi implementasi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh
perawat.Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari
tindakan keperawatan mandiri, dan tindakan kolaboratif.
Tindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan yang dilakukan perawat tanpa pesanan
dokter. Tindakan ini telah ditetapkan oleh standar praktik keperawatan.Intervensi keperawatan mencakup
mengkaji klien, mencatat respons klien terhadap tindakan, melaporkan status klien kepetugas jaga
berikutnya, dan mencatat respons klien terhadap asuhan keperawatan.Selain itu perawat mengajarkan
klien untuk mengubah posisi tidur, melakukan rentang gerak, mengkaji status fisik klien, dan mengkaji
aktivitas hisup sehari-hari.
            Tindakan kolaboratif adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang bekerja sama dengan
anggota tim kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah klien. Tindakan ini mencakup membahas
perencanaan pulang, membahas respons pasien, merujuk klien keterapi okupasi, memberi obat-obat nyeri
sesuai dengan pesanan dokter.
            Intervensi keperawatan ( tindakan atau implementasi ) merupakan bagian dari proses keperawatan.
Tujuan intervensi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia.Intervensi keperawatan dicatat
untuk mengkomunikasikan rencana perawatan, mencapai tujuan, dilakukan intervensi yang tepat sesuai
dengan masalah, serta tetap melakukan pengkajian untuk evaluasi efektif terhadap perawatan.

1. Tipe intervensi keperawatan


  Menurut bleich dan fischbach, tipe intervensi keperawatan dibagi menjadi dua komponen
yaitu :

1) Intervensi perawatan terpeutik

  Intervensi ini memberikan pengobatan secara langsung pada masalah yang dialami pasien,
mencegah komplokasi, dan mempertahankan status kesehatan. Intervensi keperawatan
terapeutik, contohnya diagnosa keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif. Intervensi
keperawatan diantaranya atur posisi pasien untuk oksigenasi, ajarkan tekhnik batuk secara
efektif, lakukan pengisapan ( suction ) pada jalan napas.

2) Intervensi surveilens
            Intervensi ini menyatakan tentang survey data dengan melihat kembali data umum dan
membuktikan kebenaran data. Dengan kata lain, sifatnya tidak langsung karena menyediakan
data lebih dulu.Intervensi keperawatan surveilens :

1. Lakukan observasi tanda vital.


2. Lakukan pemeriksaan status neurologis.
3. Kumpulkan dan tes urine.
4. Lakukan pemantauan glukosa darah.
5. Lakukan pemeriksaan fisik.
6. Lakukan pemantauan jantung.
7. Lakukan pemantauan respirasi.
8. Lakukan pemantauan masukan dan keluarkan.
6. Dokumentasi Evaluasi
Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap
tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk
mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi memberikan
informasi, sehingga  memungkinkan revisi perawatan
  Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan.Pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang
menyatakan status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari
tindakan yang diberikan pada pasien.

Tipe Dokumentasi Evaluasi


            Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi
yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respons segera dan evaluasi sumatif
yang merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu.
Untuk dokumentasi evaluasi yang memenuhi standar, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan
aplikasi prinsip ukuran dan proses evaluasi. Proses ini kemungkinan hanya dipakai jika tujuan
dapat di ukur, kepekaan pada pasien tentang kemampuan mencapai status tujuan, kesadaran
tentang factor lingkungan, social dan system pendukung memadai. Disamping itu, evaluasi juga
digunakan sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan
apakah tujuan tercapai, tidak tercapai, atau tercapai sebagian.
Contoh penulisan sebagai berikut.
            Kriteria tujuan tercapai.

Contoh : pasien dapat makan sendiri dengan menghabiskan 1 porsi pada tanggal 30/09/2013
            Kriteria tujuan tercapai sebagian
            Contoh : pasien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual setelah makan bahkan
kadang muntah
            Kriteria tujuan tidak tercapai
Contoh : Pasien tidak dapat makan pada tanggal 30/09/2013

            Kriteria hasil


         Klien mampu mengeluarkan sekresi paru tanpa bantuan tanggal 30/09/2013
 
            Tanggal 30/09/2013
            Diagnosa keperawatan : Gangguan bersihan jalan napas
S : Sekarang saya mebatukkan keluar dahak dalam dada saya
O : Paru-paru bersih pada auskultasi
A : Gangguan bersihan jalan napas sudah teratasi
P : Kunjungan rumah dihentikan
 
               ( nama perawat )
2. Biopsiko Sosial dan Spiritual Pada Lansia
1) Ruang Lingkup Permasalahan
a) Kesehatan.
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia
setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif mulai menampakkan diri pada usia ini.
Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran dan kesehatan pada usia
lanjut sangat bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia lanjut yang sakit-sakitan
hanyalah sekitar 15-25%, makin tua tentu presentase ini semakin besar.
Demikian pula usia lanjut yang tidak lagi dapat melakukan “aktivitas sehari-hari”
(Activities of Daily Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur. Di samping faktor
keturunan dan lingkungan, nampaknya perilaku (hidup sehat) mempunyai peran yang
cukup besar. Perilaku hidup sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut (bahkan jauh-jauh
sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku individu, dilandasi oleh
kesadaran, keimanan dan pengetahuan.Menjadi tua secara sehat (normal ageing, healthy
ageing) bukanlah satu kemustahilan, tapi sesuatu yang bisa diusahakan dan
diperjuangkan.Seyogyanya dianut paradigma, mencegah dan mengendalikan faktor-
faktor risiko sebaik mungkin, kemudian menunda kesakitan dan cacat selama mungkin.
b) Sosial.

Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami perubahan-
perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang menduduki jabatan atau
pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama ini
didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Bagi orang-orang yang
tidak mempunyai waktu atau tidak merasa perlu untuk bergaul di luar lingkungan
pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan berdampak pada semangatnya, suasana
hatinya dan kesehatannya. Di dalam keluarga, peranannya-pun mulai bergeser.Anak-
anak sudah “jadi orang”, mungkin sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya
mungkin jauh.Rumah jadi sepi, orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi.

Teori Kejiwaan Sosial


1)      Aktivitas atau kegiatan ( Activity Theory )

a. Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan social
b. Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
c. Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan kelanjut usia
2) Kepribadian berlanjut ( Continuity Theory )
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimilikinya.
3) Teori Pembebasan ( Didengagement Theory )
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh
Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi social usia lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingg sering terjadi kehilangan ganda ( triple loos ) yakni :

 Kehilangan peran ( loss of role )


 Hambatan kontak social ( Restrastion of Contacts and Relation ship )
 Berkurangnya komitmen ( reuced commitmen to social mores dan values )

c) Psikososial
Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada penghasilan. Bagi
mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai negeri atau ABRI, pension
menyebabkan penghasilan berkurang dan hilangnya fasilitas dan
kemudahan kemudahan.Bagi para profesional, pensiun umumnya tidak terlalu menjadi
masalah karena masih tetap dapat berkarya setelah pensiun.Namun bagi “non
profesional” pensiun dapat menimbulkan goncangan ekonomi.Oleh karena itu, pensiun
seyogyanya dihadapi dengan persiapan-persiapan untuk alih profesi dengan latihan
latihan keterampilan dan menambah ilmu, baik dengan pengembangan hobi maupun
pendidikan formal. Bagi mereka yang mencari nafkah melalui sektor non formal, seperti
petani, pedagang dan sebagainya, memasuki usialanjut umumnya tidak akan banyak
berdampak pada penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak terlalu cepat mengalami
kemunduran dan kesehatannya tidak terganggu. Terganggunya kesehatan berdampak
seperti pisau bermata dua. Pada sisi yang satu menjadi kendala : Untuk mencari nafkah,
pada sisi lain menambah beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari tua, asuransi
kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu pada kondisi ini.
Perubahan – Perubahan Psikososial
 Pensiun
 Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaaan, bila seseorang pension ( purna tugas ) ia akan mengalami
kehilangan antara lain :

 Kehilangan finansial ( income berkurang )


 Kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap segala
fasilitasnya )
 Kehilangan teman / kenalan atau relasi
 Kehilangan pekerjaan / kegiatan
d.      Psikologi.
Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri-sendiri atau bersama-sama secara
kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis. Hal-hal tersebut dapat menjadi stresor,
yang kalau tidak dicerna dengan baik akan menimbulkan masalah atau menimbulkan stres dalam
berbagai manifestasinya. Sikap mental seseorang sendiri dapat
menimbulkan masalah.Usia kronologis memang tidak dapat dicegah, namun penuaan secara
biologis dapat diperlambat. Rambut yang memutih, kulit yang mulai keriput, langkah yang tidak
lincah lagi dan sebagainya, harus diterima dengan ikhlas. Namun janganlah penuaan secara
psikologis terjadi lebih cepat daripada usia kronologis. Untuk itu diperlukan sikap mental yang
positif terhadap proses penuaan. Menua tidak harus sakit-sakitan, juga tidak harus loyo dan
jompo.Kehidupan spiritual mempunyai peran yang sangat penting. Seseorang yang mensyukuri
nikmat umurnya, tentu akan memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang
bermanfaat, seperti kata sebuah hadis : “sebaik-baik manusia adalah yang umurnya panjang dan
baik amal perbuatannya”. Kalau mensyukuri nikmat sehat, maka akan memelihara kesehatan kita
sebaik-baiknya. Kalau silaturachmi itu memperpanjang umur, kita sebaiknya memelihara
kehidupan sosial selama mungkin.
e.       Spiritual
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung
dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian
tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul.
Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih,
dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang,
dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian,
toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari
Prijosaksono, 2003).

Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta
(Hamid, 1999).Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik
dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang
seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson,
2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan Spiritual sebagai suatu yang multidimensi
yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama.Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti
kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan
Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan
dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang.

Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia


Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi spiritual adalah upaya untuk
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab
atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau
kematian. kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia. Dimensi spiritual berupaya untuk
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab
atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau
kematian.Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan
manusia (Kozier, 2004).Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial
dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan
dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha
Penguasa.Spirituailitas sebagai konsep dua dimensi.Dimensi vertikal adalah hubungan dengan
Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan
lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).

Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia


Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama
dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini
oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi
kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas
diri.Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat
menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006),perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia antara lain.
 Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
 Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler :
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
1. .      Batasan Dan Pemahaman
A. a.      Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik, adalah pendekatan “secara utuh” bio-psiko-sosial ekonomi dan spiritual,
terhadap kehidupan, dengan mengingat bahwa pada hakikatnya

 Manusia adalah hamba Allah


 Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari alam semesta
 Manusia adalah “Kesatuan yang utuh” (an integrated whole) jasmanirohani.
Dengan cara pendekatan ini, maka gangguan pada salah satu aspek kehidupan, misalnya
gangguan kesehatan jiwa, dapat dan bahkan harus dicari sebabnya pada kemungkinan adanya
“disharmoni” salah satu atau lebih dari sisi kehidupan manusia tersebut.
1. b.      Usia Lanjut
Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang-undang No.12/1998 tentang
Kesejahteraan Usia Lanjut adalah sebagai berikut : Usia lanjut adalah seorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (Depsos,1999); batasan ini sama dengan yang dikemukakan oleh
Burnside dkk. Menurut WHO
 Elderly (64 – 74 thn)
 Old (75 – 90 thn)
 Very Old (> 90 thn)
1. c.       Usia Lanjut Sehat
Usia lanjut sehat adalah usia lanjut yang dapat mempertahankan kondisi fisik dan mental yang
optimal serta tetap melakukan aktivitas sosial dan produktif. Ciri usia lanjut sehat :

 Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa hidupnya bermakna,
mampu menerima kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari hidupnya yang tidak perlu
disesali dan justru mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.
 Memiliki integritas pribadi yang baik, berupa konsep diri yang tepat dan terdorong untuk
terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
 Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada di antara orang-orang
yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberi perhatian dan kasih sayang yang
membuat dirinya masih diperlukan dan dicintai.
 Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh kemampuan melakukan
kebiasaan dan gaya hidup yang sehat.
 Memiliki keamanan finansial, yang memungkinkan hidup mandiri, tidak menjadi beban
orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri, sehingga dapat menentukan nasibnya sendiri,
tidak tergantung pada orang lain. Hal ini dapat menjaga kestabilan harga dirinya.
1. d.      Proses Penuaan
Proses penuaan pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak pembuahan/konsepsi dan
berlangsung sampai-pada saat kematian. Dalam perjalanannya proses tersebut akan dipengaruhi
oleh variabel-variabel :

 Kultural dan etnik


 Polesan genetik dan keturunan
 Kondisi fisiologis pada waktu konsepsi dan kelahiran
 Pertumbuhan dan maturasi
 Lingkungan, sistem famili dan hubungara kemaknaan lainnya.
Proses penuaan mengakibatkan terganggunya berbagai organ di dalam tubuh seperti system
gastro-intestinal, sistem genito-urinaria, sistem endokrin, sistem immunologis, sistem
serebrovaskular dan sistem saraf pusat, dsb. Perubahan yang terjadi pada otak mulai dari tingkat
molekuler, sampai pada struktur dan fungsi organ otak. Akibat dari perubahan tersebut maka
antara lain akan terjadi penurunan peredaran darah ke otak padadaerah tertentu dan gangguan
metabolisme, neurotransmiter, pembesaran ventrikel sampai akhimy a terjadi atrofi dari otak dan
berat otak mengalami pengurangan kurang lebih 7% dari berat sebelumnya. Akibat di atas, maka
fenomena yang muncul adalah perubahan struktural dan fisiologis, seperti sulit tidur, gangguan
perilaku, gangguan seksual dan gangguan kognitif.

1. e.       Kesejahteraan Usia Lanjut


Menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lajut bahwa yang dimaksud
dengan kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani,
rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Kesejahteraan ini hanya dapat
tercapai jika ada jaminan sosial terutama dalam bentuk pensiun, asuransi pensiun dan asuransi
kesehatan dari pemerintah ataupun swasta, jaminan dari anak-anaknya atau keluarganya atau
yang bersangkutan sendiri.Usia Lanjut Potensial adalah usia lanjut yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa.
1. f.       Budaya
Konsep budaya menurut Linton adalah : suatu tatanan pola perilaku yang dipelajari, diciptakan,
serta ditularkan di antara suatu anggota masyarakat tertentu. Batasan budaya menurut
Koentjaraningrat adalah : keseluruhan sistemgagasan, tindakan dan basil karya manusia, dalam
rangka kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Karakteristik budaya menurut TO. Ihromi adalah :

 Budaya diciptakan dan ditransmisikan lewat proses belajar


 Budaya dimiliki bersama oleh sekelompok manusia dan merupakan pola kelakuan umum
 Budaya merupakan mental blue print
 Penilaian terhadap budaya bersifat relative
 Budaya bersifat dinamis, adaptif dan integratif.
Pemahaman akan konsep budaya, membawa kita pada kesimpulan bahwa gagasan, perasaan dan
perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di
masyarakat. Demikian pula pergeseran ataupun perubahan pada tatanan budaya dalam suatu
masyarakat akan diiringi denganperubahan perilakudari individu yang hidup di dalamnya.
Budaya tercipta sebagai upaya manusia untuk beradaptasi terhadap masalahmasalah yang timbul
dari lingkungan hidupnya.Selanjutnya budaya mempengaruhi pembentukan dan perkembangan
kepribadian manusia dalam kelompoknya.Interaksi keduanya membentuk suatu pola spesifik
perilaku, proses pikir, emosi dan persepsi individu atau kelompok dalam bereaksi terhadap
tekanan-tekanan kehidupan.Dengan demikian dapat dimengerti peranan budaya dalam masalah
kesehatan jiwa.

1. g.      Gangguan Psikologis dan Masalah Perilaku pada Usia Lanjut


Tahap memasuki usia tua ini akan dialami oleh semua orang (tak bisa dihindarkan), tetapi
kondisi fisik dan psikologis usia lanjut sangat berbeda dari satu usia lanjut dengan usia lanjut
lainnya. Kekuatan tubuh yang mulai berkurang daya penyesuaian diri, reaksi terhadap
lingkungan, daya inisiatif dan daya kreatif ini pada usia lanjut dapat menimbulkan masalah
psikologis. Kondisi menjadi tua bukan terjadi dalam waktu semalam, tetapi telah mengikuti
rentang kehidupan yang cukup lama dan dalam memandang pembentukan kepribadian seseorang
pandangan holistik dapat membantu kita lebih memahami perilaku seseorang.

Pandangan holistik ini ialah bahwa pribadi seseorang yaitu faktor biologis, psikologis, sosial
budaya, dan agama; keempat faktor inilah yang memberikan warna tertentu pada seseorang sejak
dalarn kandungan sampai usia lanjut. Dengan kata lain apa yang terjadi dan akan dialami oleh
usia lanjut tidak dapat dilepaskan dari pembentukan pengalaman masa lalu di mana dia akan
memperlihatkan wxrna kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa berhasil dan tidak
berhasil dalam memasuki dan menjalani usia lanjut. Misalnya seseorang yang sebelumnya
sudahmemperlihatkan kemampuan penyesuaian diri yang baik, tentunya diharapkan dapat
menjalani usia lanjut dengan lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang sebelumnya
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.

Persepsi psikologis usia lanjut terhadap dirinya. Seperti yang telah diulas di muka, persepsi
seseorang tentang citra dirinya akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana dia membentuk
kepribadiannya. Seseorang dengan kepribadian yang stabil, hangat, positif dalam menentukan
jalan pikirannya, biasanya akan lebih baik dan mudah dalam menghadapi usia lanjutnya.
Walaupun demikian memang tidak dapat dipungkiri bahwa sikap dari masyarakat terhadap sosial
budaya ikut andil dalam menentukan persepsi citra diri usialanjut ini. Secara budaya ada
pandangan bahwa usia lanjut sudah tidak dapat didayagunakan, sudah ada keterbatasan gerak
dan pengambilan keputusan. Budaya sering kali mendudukkan mereka pada peran yang
dituakan, di sini mengandung dua pengertian, yaitu dituakan untuk tempat mencari nasihat hidup
bagi generasi yang lebih muda, atau dituakan dalam arti tidak lagi diajak
berdiskusi, berkomunikasi.Untuk selanjutnya terjadi lingkaran setan antara sikap lingkungan dan
perilaku yang diperlihatkan oleh usia lanjut dengan memasuki dan menjalani usia lanjut,
seseorang akan dituntut untuk mengadakan penyesuaian diri. Beberapa kendala yang bisa
muncul :
1. Sikap dan pandangan masyarakat terhadap usia lanjut dapat memicu munculnya
perilaku/sikap tidak berdaya tidak berguna, tidak bisa membantu apapun.
2. Keadaan yang sulit berkomunikasi disebabkan kurangnya daya pendengaran, kurangnya
kemampuan mengingat, kesulitan menangkap isi pembicaraan orang lain menyebabkan usia
lanjut akan memperlihatkan perilaka menjauh dan menjaga jarak dengan orang sekitarnya. 8.
Pola Tidur Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jagka waktu yang relatif
menetap dan meliputi :
 Jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun
 Irama tidur
 Frekuensi tidur dalam sehari
 Mempertahankan kondisi tidur
 Kepuasan tidur.
            Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler, berulang dan
reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap rangsangan dari luar lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pada keadaan jaga.

1. C.    Dementia Pada Lansia


            Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi Psikogeriatrik Amerika,
Demensia adalah kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat yang cukup parah
sehingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan yang diakibatkan dari gangguan
di otak.Pikun atau istilah bahasa latin Demensia adalah kerusakan progresif dari fungsi kognitif
yang terjadi dalam kesadaran yang jernih. Demensia mempunyai banyak tanda dan gejala
terdapat disfungsi kronik dan tersebar.Gambaran utama ialah adanya kerusakan menyeluruh
kemampuan intelek, dengan manifestasisebagai kesulitan dalam ingatan, perhatian, berpikir, dan
penggabungan. Pikun hampir selalu beridentifikasi usia lanjut, namun sesungguhnya pikun bisa
terjadi pada semua segmen umur, yaitu saat usia muda. Proses terjadinya pikun usia muda
berbeda dengan usia tua.
            Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang berkembang di masyarakat,
dengan bertambahnya usia, seseorang akan bertambah menjadi pelupa atau demensia, tidak
kreatif dan tidak bisa bekerja lagi. Hal ini tentu saja tidak benar. Demensia sebenarnya bukan
karena faktor usia orang menjadi pikun. Beberapa faktor penyebab demensia antara lain sering
mengonsumsi jenis obat tertentu, penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan
yang beredar bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi pelupa atau demensia.

            Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian terbarunya mengungkap
bahwa kondisi kesehatan gusi yang merupakan penyebab gigi tanggal berhubungan erat dengan
risiko kepikunan.Ia menyimpulkan hal itu setelah meneliti 6.000 lansia berusai 65 tahun ke atas.
Infeksi yang terjadi di gusi dapat menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa
terbawa oleh aliran darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian menyebabkan radang di
jaringan tersebut. Radang yang terjadi di jaringan otak dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf
yang hampir seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada saraf-saraf memori dan kognitif
adalah penyebab utama terjadinya demensia pada orang dewasa maupun lansia.
            Gejala klinik demensia penting dengan mengidentifikasikan sindrom dan
penatalaksanaan klinis dari penyebabnya.Kelainan ini dapat progresif atau statis, permanen atau
tidak menetap.Tingkat pemulihan demensia dihubungkan dengan kondisi patologi penyakit yang
mendasarinya dan penggunaan pengobatan yang efektif.

Pengelompokan Demensia
1. a.      Demensia yang tidak dapat pulih (Irreversible Dementia)
 Demensia Tipe Alzheimer (DTA)
 Korea Huntington
 Penyakit Parkinson
 Lain-lain
1. b.      Demensia yang dapat pulih (Reversible Dementia)
 Demensia vaskuler.
 Hidrosefalus dengan Tekanan Normal (Normal Pressure Hydrocephalus)
1. c.       Demensia menetap yang diinduksi oleh zat
 Intoksikasi obat
 Tumor Otak
 Trauma Otak
 Infeksi
 Gangguan metabolic
 Gangguan jantung, paru, hati dan ginjal.
Tanda & Gejala Demensia
 Penurunan memori (daya ingat)
 Penurunan daya orientasi
 Hendaya (impairment) intelektual
 Gangguan daya nilai (judgment)
 Gejala psikotik
 Hendaya berbahasa
Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Dini
1. Perubahan samar-samar kepribadian
2. Hendaya (gangguan) penampilan
3. Minat berkurang
4. Depresi sering terjadi
Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Lanjut
1. Penurunan memori (daya ingat)
2. Penurunan daya orientasi
3. Daya intelektual
4. Gangguan daya nilai
5. Gejala psikotik
6. Daya berbahasa
7. D.    Daya Ingat (Memori) Pada Lansia
            Memori atau daya ingat dan proses belajar merupakan satu kesatuan. Belajar merupakan
proses untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru, sedangkan memori adalah proses
penyimpanan informasi tersebut serta dapat mengingatnya kembali bila dibutuhkan. Proses
ingat-mengingat memori terdiri atas :
1. Encoding, di mana suatu informasi dari dunia luar akan ditera dan didistribusikan ke
beberapa unit penyimpanan di otak sebelum unit tersebut dapat mempelajari materinya.
2. Konsolidasi merupakan Retrieval adalah mengingat kembali penyimpanan informasi tersebut
yang lebih permanen bahan informasi yang telah disimpan.
3. Retrieval adalah mengingat kembali bahan informasi yang telah disimpan.
Memori terdiri atas :

1. Daya ingat sesaat (Immediate Memory) yaitu informasi yang hanya disimpan selama
beberapa detik saja :contoh, memutar nomor telpon sambil melihat nomor tersebut di buku
telpon, di mana kita
langsung lupa nomor tersebut setelah memutarnya.
2. Daya ingat jangka pendek (Short-term Memory) yaitu informasi dapat diingat setelah
beberapa menit memperhatikan dan menghafalnya contoh, memutar nomor telpon sambil
menghafalnya. Dapat bertahan dalam beberapa menit —jam.
3. Daya ingat jangka panjang (Long – term Memory) yaitu informasi masa lampau masih dapat
diingat. Ini merupakan bank memori tentang apa yang kita ketahui dari pendidikan dan
pengalaman, sebagian besar akan hilang setelah beberapa lama.
4. E.     Masalah Daya Ingat (Memori_)
      Menurut isinya daya ingat terdiri atas

 Episodic Memory tentang peristiwa dan fakta dalam hidup.


 Semantic Memory tentang pelajaran di sekolah. Semantic memory lebih diingat ketimbang
episodik.
 Procedural Memory tentang bagaimana melakukan kegiatan sehari-hari (berjalan, bersepeda).
Pada umumnya memory ini tidak mudah dilupakan.
LUPA
            Adalah keadaan di mana informasi yang pernah dipelajari tidak dapat dikeluarkan pada
waktu dibutuhkan.Beberapa penyebab mudah lupa.
 Fisiologis : benign senescent forgetfulness
 Patologis : merupakan gangguan mental ringan yang masih normal pada usia lanjut.
1. Keadaan Reversibel
~        Drug induced (Single or Drug interactions): Obat-obat analgesics (NSAID), sedative
(benzodiazepine), antidepresan, alkohol, antihipertensi, antihistamin, antikonvulsan, antibiotik,
antiaritmik, antiparkinson, muscle-relaxant, logam berat dan insektisida.
~        Metabolik / Endo krin tuitarisme, penyakit Wilson, hipotiroidi, defisiensi Vit. B1,,B2, B6,
B12.
~        Neurologik : gegar otak, tumor, hidrosefalus tekanan normal, hematoma subdural kronik,
sifilis, meningitis kronik. depresi, gangguan Psikiatrik mood bipolar.
1. Keadaan Irreversibel / Progresif
Neurologik : penyakit Alzheimer, penyakit Lewy – body, demensia vaskular, demensia fronto-
temporal, penyakit Pick, penyakit Prion.Tahap penurunan fungsi kognitif pads usia lanjut
            Age-associated memory impairment (AAMI) atau benign senescent forgetfulness
merupakan gangguan mental ringan yang masih normal pada usia lanjut. Pada mereka ditemukan
perlambatan dalam belajar, sering membutuhkan cue pada retrieval dan mengalami forget to
remember menurut diagnostic criteria of aging – associated cognitive decline (AACD) –
Working Party of the International Psychogeriatric Association in collaboration with the WHO.

1. Adanya laporan yang dapat dipercaya bahwa fungsi kognitifnya mulai menurun.
2. Timbulnya kemunduran tersebut terjadi bertahap minimal dalam enam bulan.
3. Dijumpai adanya gangguan pada salah satu fungsi yaitu memori dan belajar, atensi dan
konsentrasi, problem solving – abstraksi, bahasa (comprehension, mencari kata yang tepat)
dan visuospasial.
4. Pada asesmen (tes neuropsikologi dan mini mental) memberikan hasil paling sedikit 1 SD
(standar deviasi) di bawah normal.
5. Kriteria eksklusif; penyakit serebral, sistemik, depresi, anxietas, delirium, postensefalitis,
postkontusio dan pengaruh obat-zat.
AAMI disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu
1. Proses berpikir yang lamban
2. Kesulitan memusatkan perhatian dan konsentrasi
3. Memerlukan waktu lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru
4. Kesulitan menghindari hal yang tidak perlu (distraktor)
5. Memerlukan lebih banyak isyarat (cue) untuk me-recall (mengingat) sesuatu
6. Kurang menggunakan strategi memori yang tepat.
Kriteria Mudah Lupa (Forgetfulness)
7. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
8. Gangguan dalam mengingat kemb ali (Retrieval)
9. Gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam memori (Recall
= Active retrieval)
10. Memerlukan isyarat (cue) untuk retrieval
11. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk ketimbang menyebut namanya.
Tahapan Penurunan Fungsi Memori

1. Memori deklaratif episodik, yaitu mengingat kembali masalah yang berkaitan dengan waktu
dan tempat (kapan dan di mana peristiwa itu terjadi).
2. Penurunan memori deklaratif semantik (masalah yang berkaitan dengan pengetahuan dan
pengalaman).
3. Penurunan memori prosedural (keterampilan motorik yang pemah dipelajari).
4. F.     Tes Skrining MMSE
            Salah satu cara yang mudah untuk melakukan skrining terhadap kemunduran ini adalah
dengan Mini Mental State Examination (MMSE) yang merupakan suatu tes skrining yang valid
terhadap gangguan kognisi yang berkorelasi cukup baik dengan tes standard Wechsler Adult
Intelligence Scale (WAIS). Clock Drawing TestPertama kali penelitian tentang Clock Drawing
Test (CDT) tahun 1983.Saat itulah tes tersebut digunakan di berbagai macam setting.Tes tersebut
memerlukan kemampuan pemahaman, kemampuan visual spasial, kemampuan merekonstruksi,
konsentrasi, pengetahuan angka, ingatan visual dan fungsi eksekutif. Meskipun tes tersebut
mampu untuk menguji aspek kognitif yang luas, CDT tidak terlalu menekankan pada aspek
pengetahuan dibandingkan dengan tes lain misalnya The abbreviated mental test score (AMTS)
yang lebih pendek ataupun the Mini Mental State Examination (MMSE) yang lebih umum.
(Henderson, Scot, & Hotopf, 2007),
            Inti dari tugas tes tersebut adalah aktivitas menggambar permukaan jam kemudian
menggambar jarum jam yang menunjuk pada arah tertentu sebagai simbol dari waktu. Sejumlah
variasi sudah berkembang, demikian juga variasi dari sistem penilaiannya, akan tetapi yang
disering digunakan adalah yang dikembangkan oleh Manos dan Shulman. CDT menunjukkan
korelasi yang baik dengan tes fungsi kognitif yang lain yaitu MMSE dan The Blessed Dementia
Rating Scale (Henderson, Scot, & Hotopf, 2007).
            CDT mempunyai kemungkinan kelemahan terbesar karena tidak sesuai untuk orang-
orang yang mengalami gangguan penglihatan atau gangguan neurologis lengan bagian atas
seperti kelumpuhan atau tremor. Beberapa ahli berpendapat bahwa umur dan pendidikan
menyebabkan bias pada penilaian CDT, meskipun ahli lain mengatakan sebaliknya. Di sisi lain,
CDT mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode skrining gangguan kognitif
yang lain yaitu tidak terpengaruh dengan suasana hati, bahasa atau budaya, selain itu tidak
membutuhkan pengetahuan yang tidak semestinya. Selain itu, CDT biasanya menarik perhatian
para penderita karena tidak terlalu lama dan mudah diterima.(Henderson, Scot, & Hotopf, 2007).
Tujuan Penelitian
            Tujuan dari penelitian ini memberikan gambaran mengenai pengadministrasian Clock
Drawing Test di Indonesia dan fungsinya untuk mengetahui tanda-tanda orang lanjut usia yang
mengalami demensia.
METODE Pemilihan Subjek
            Subjek penelitian merupakan responden dari mahasiswa peserta mata kuliah
Psikogeriatri. Mereka mendapatkan tugas untuk mencari orang lanjut usia yang ada di sekitar
mereka untuk dites, diobservasi dan diwawancarai, Orang lanjut usia yang dipilih yang
mempunyai kriteria berumur diatas 55 tahun. Sebelumnya, mahasiswa diberikan pelatihan
selama satu hari (dalam satu kali pertemuan kuliah) untuk memberikan instruksi, aspek yang
diobservasi dan diawawancarai. Para mahasiswa yang bertugas mengambil data sudah
mempunyai bekal pengetahuan tentang orang lanjut usia, baik berkaitan dengan perubahan fisik,
kognitif, emosi dan sosialnya maupun dengan berbagai macam penyakit yang biasa di alami
orang lanjut usia tersebut. Responden yang diberikan CDT sebanyak 140 orang, tetapi tidak
seluruhnya dapat dianalisis karena ada beberapa data yang tidak ditampilkan misalnya
pendidikan, tidak ada hasil wawancara dan observasi mengenai keseharian responden.Jumlah
data yang memadai adalah 133 responden.
Instrumen Penelitian
            Untuk mengambil data digunakan Clock Drawing Test dari Shulman, Gold, Cohen, dan
Zucchero (1993). Pengadministrasiannya sebagai berikut :Hartati dan Widayanti, Clock Drawing
Instruksi
Langkah 1: Memberikan responden sehelai kertas dengan lingkaran yang seperti jam, besarnya
relatif sesuai dengan angka yang akan digambar. Ditunjukkan bagian atas dan bawah.

Langkah 2: Responden diminta untuk menggambar angka-angka di lingkaran tersebut sehingga


berbentuk seperti jam dan menggambar jarum jam yang menunjuk jam ’11 lewat 10 menit’.

b) Skoring

Skoring dapat diperhatikan


pada tabel 1 berikut
ini. Skor Kesalahan Contoh-contoh

Tidak ada kesalahan sama


1 Sempurna sekali

2 Kesalahan visual a)        kesalahan


spasial kecil membuat spasi angka
yang kecil

b)        menggambar
angka jam di luar
lingkaran

c)        membalik kertas


saat menuliskan jam
sehingga angka terbalik

d)       Menggambar jari-


jari untuk menyesuaikan
angka jam

a)        Jarum yang


menunjuk menit ada di
angka 10
Tidak mampu
menunjuk seting jam b)        Menulis jam 11
’11 lebih 10 menit’ lebih 10 menit
padahal saat organsasi
visual spasial terlihat c)        Tidak mampu
sempurna atau hanya menggambar penunjuk
menunjukkan waktu
penyimpangan yang
3 kecil  

4 Disorganisasi visual a)         Pembuatan spasi


spasial yang ringan yang tidak akurat
sehingga tidak
mungkin akan b)        Menghilangkan
menunjuk jam ’11 angka
lebih 10 menit’
c)         Perseverasi:
mengulang lingkaran atau
melanjutkan lebih 12
dengan 13, 14, 15, dst

d)        Bagian kiri kanan


terbalik: angka
digambarkan
berkebalikan arah jarum
jam

e)         Disgrapia: tidak


mampu menulis angka
dengan akurat

Tingkat yag parah


pada disorganisasi
tersebut seperti pada Lihat contoh dari skoring
5 skoring 4 4

a)        Tidak ada usaha


sama sekali

b)        Tidak ada


kemiripan dengan jam
sama sekali

c)        Menulis nama atau


kata
Tidak mampu
6 merepresntasikan jam  

Alat Ukur Demensia


Untuk mengetahui ada tidaknya demensia pada lansia digunakan tes Mini Mental state
Examination (tes mini mental) untuk mendeteksi adanya dantingkat kerusakanintelektual.
No. Orientasi Skor

Sebutkan : Tahun berapa sekarang 1

Musim apa (hujan/kemarau) 1

Tanggal 1

1 Bulan 1 1

1
Sebutkan dimana kita sekarang :

1
1. Negara
2. Propinsi 1  
3. Kota
2 4. Rumah sakit (paling dekat dengan rumah) 1 1
5. Bagian rumah (sebutkan)

3 Registrasi   1

Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda denganantara 1


1 detik waktu menyebut nama bendatersebut
(misalnya : buku, mangkok, payung).Setelah selesai, 1
suruh penderita menyebutnya.Beri angka 1 tiap
jawaban yang betul. Bila salah,suruh mengulang 1

sampai betul semua.


13
1

Perhatian dan Kalkulasi :

Hitungan kurang 7. Misalnya : 100-7,pendapatannya


dikurangi lagi dengan 7, demikianseterusnya sampai
5 jawaban. Jadi : ( 100 – 7 =93 – 7 = 86 – 7 = 79;
72; 65 ). Beri angka 1 bagitiap jawaban yang betul.
Tes 4 ini dapat diganti dengan tes mengeja, yaitu
4 mengeja mundur kata :kartu (utrak ). 3
 

Mengingat kembali 5

Tanyakan nama benda yang telah disebutkanpada  


pertanyaan nomor 3. beri angka 1 bagi tiapjawaban
5 yang betul. 3
 

Bahasa

Anda tunjuk pada pensil dan arloji. Suruhpenderita


6 menyebutkan nama benda yang andatunjuk. 2 5

Suruh penderita mengulangi kalimat berikut :“tanpa


7 kalau, dan atau tetapi “. 1
 

Suruh penderita melakukan suruhan 3 tingkatyaitu:


8 Ambil kertas dengan tanganmu 3
 

 
BAB III
PEMBAHASAN
 
1. A.    Contoh Formatdan Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.S Dengan Rematik (Osteoartritis) Di
Perumahan Villa Adi Prima Kota Sukabumi
 
1. A.    Karakteristik Demografi
A. Identitas Diri Klien
Nama                                                 : Ny. S

Tempat/ tanggal lahir                         : Sukabumi, 10 Agustus 1936

Jenis kelamin                                     : Perempuan

Pendidikan terakhir                           : SKKP/ SMP

Golda                                                 : O

Agama                                               : Islam

Status perkawinan                             : Janda


Alamat                                               : JL.NakulaNo 10sukaraja

Keluarga atau orang lain yang penting/ yang dapat di hubungi

Nama                                                 : Ny. D

Alamat                                               : JL.NakulaNo 10sukaraja

No. telp                                              :           –

Jenis kelamin                                     : perempuan

Hubungan dengan usila/klien            : anak

1. Riwayat pekerjaan
Saat ini Ny.S tidak bekerja, sebelumnya Ny.S bekerja sebagai penjahit. Sumber pendapatan Ny.S
yang di dapat dari hasil kebun miliknya dan uang pensiunan suaminya masih dapat mencukupi
kebutuhan Ny.S sehari-hari.

1. Aktivitas rekreasi
Di rumah Ny.S suka masak-masak, Ny.S juga sering memasak untuk cucu-cucunya yang tinggal
dengan klien. Ny.S jarang pergi berwisata. Ny.S sering mengikuti pengajian yang diadakan di
masjid,biasanya diadakan seminggu 2 kali.

1. Riwayat keluarga
A. Saudara/ anak kandung

Nama Keadaan saat ini keterangan

Tn. I Sehat Tinggal serumah

Ny. D Sehat Tinggal serumah


Tn. E Sehat Tidak tinggal serumah

Ny. R Sehat Tidak tinggal serumah

Ny. N Sehat Tidak tinggal serumah

Ny. Y Sehat Tinggal serumah

Ny. R Sehat Tidak tinggal serumah

Ny. A Sehat Tidak tinggal serumah

1. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)


Dalam 1 tahun terakhir tidak ada keluarga yang meninggal

1. Kunjungan keluarga
Setiap lebaran (Idul fitri) keluarga besar Ny.S selalu berkumpul di rumah Ny. S.

1. B.     Pola Kebiasaan Sehari-Hari


A. Nutrisi
Ny.S mengatakan makan 3x sehari 1 centong, makannya selalu habis. Setiap hari klien makan
dengan nasi, sayur dan lauk dengan menu yang berbeda. Ny.S lebih suka makan menggunakan
tangan, klien selalu mencuci tangannya sebelum makan. Ny.S mengatakan tidak suka makan mie
instan.

Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi, pantangan ataupun keluhan yang berhubungan
dengan makan.
1. Eliminasi
à   BAK dan BAB

Klien mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening,bau khas. Klien BAB 1x/ 2
hari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas. Biasanya klien BAB di
pagi hari. Klien tidak mempunyai keluhan mengenai BAK ataupun BAB.

1. Personal hygiene
A. Mandi
Ny.S mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun.

1. Oral hygiene
Ny.S tidak menggosok gigi karena Ny.S sudah tidak mempunyai gigi.

1. Cuci rambut
Biasanya Ny.S membersihkan rambutnya dengan shampo 2 hari 1x.

1. Kuku dan tangan


Ny.S mengatakan memotong kukunya setiap hari jumat, Ny.S juga sering mencuci tangannya
dengan sabun.

1. Istirahat dan tidur


Ny.S mengatakan tidurnya tidak bisa nyenyak karena Ny.S sering terbangun di tengah malam,
merasa kepalanya pusing dan sulit untuk bisa tidur lagi. Keluarga Ny.S (anak klien) mengatakan
Ny.S sering nglindur saat tidur. Ny.S mengatakan biasa nonton tv sebelum  tidur dan biasanya
Ny.S tidur malam jam 21.00-02.00dan tidur siangjam13.10-15.30

1. Kebiasaan mengisi waktu luang


Ny.S suka jalan-jalan ke pasar di pagi hari. Biasanya Ny.S menggunakan waktu luangnya untuk
nonton tv, memasak ataupun berkebun.
1. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Ny.S tidak pernah melakukan kebiasaan yang dapat menurunkan kesehatannya seperti merokok,
minum-minuman keras, Ny.S juga tidak ada ketergantunag terhadap obat-obatan.

Uraian kronologis sehari-hari

Jenis kegiatan Lama waktu setiap kegiatan

Sholat tahajud 02.10 – 04.00

Sholat subuh 04.30 – 05.00

Masak untuk sarapan 05.00 – 06.00

Membersihkan halaman dan rumah 06.00 – 08.00

Belanja 08.00 – 09.00

Nonton tv 09.00 – 11.00

Masak untuk makan siang 11.00 – 12.00

Sholat duhur 12.00 – 12.30


Makan siang 12.30 – 13.00

Tidur siang 13.10 – 15.30

Mandi 15.30 – 15.45

Sholat asar 16.00 – 16.20

Nonton tv 16.30 – 17.20

Persiapan sholat magrib dan isya 17.20 – 19.30

Makan malam 19.30 – 20.00

Nonton tv 20.00 – 21.00

Tidur 21.00 – 02.00

1. C.    Status Kesehatan
A. Status kesehatan saat ini
i. Keluhan utama 1 tahun terakhir             :
Ny.S mengatakan pegal-pegal pada persendian bila Ny.S  merasa kecapean.

1. Gejala yang di rasakan


Ny.S  mengatakan merasa pegal pada pundak, pinggul dan lutut.

1. Faktor pencetus 
Ny.S  mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan.
1. Timbulnya keluhan
Ny.S  mengatakan pegal-pegal timbul setelah beraktifitas berat.

1. Waktu timbulnya keluhan


Ny.S  mengatakan timbul pegal setelah beraktifitas berat dan merasa tambah pegal lagi setelah
itu, biasanya di rasakan pada sore/ malam hari. Ny.S mengatakan terkadang tidak bisa tidur
karena nyeri.

1. Upaya mengatasi
Ny.S  mengatakan biasanya kalau asam uratnya kambuh Ny.S memanggil tukang pijat,
Mengkonsumsi obat-obatan tradisional, Pergi ke klinik pengobatan atau dokter praktik.

1. Riwayat kesehatan masa lalu


A. Penyakit yang pernah di derita
Ny.S mengatakan tidak pernah punya penyakit yang serius.

1. Riwayat alergi
Ny.S  mengatakan tidak ada riwayat alergi.

1. Riwayat kecelakaan
Ny.S mengatakan dulu Ny.S pernah mengalami kecelakaan motor, tapi lukanya tidak serius,
hanya lecet-lecet saja.

1. Riwayat di rawat di rumah sakit


Ny.S mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit.

1. Riwayat pemakaian obat


Ny.S mengatakan tidak ketergantungan dengan obat, bila sakit, Ny.S mengkonsumsi jamu atau
membeli obat yang di beli di warung.

1. Pengkajian / pemeriksaan fisik (observasi, pengukran, auskultasi, perkusi, palpasi)


A. Keadaan umum (TTV)   :TD 110/70 mmHg
N : 90 x / menit

RR : 20 x / menit

S : 36,5 °C

1. BB/TB                            :40 Kg  / 143 cm


2. Mata                               : bentuk simetris, konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, penglihatan klien tidak jelas (+3)

1. Telinga                           :telinga klien bersih, bentuk simetris, pendengaran


sudah agak berkurang

1. Mulut, gigi dan bibir      : keadaan mulut baik, gigi tidak ada, bibir agak
  kering.

1. Leher                              : baik, tidak ada pembesaran tiroid, Klien mengatakan leher


  terasa kaku dan pegal

1. Dada
–        Jantung      

Inspeksi                  :Simetris, tidak ada pembesaran

Palpasi                    : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi                    : pekak

Auskultasi               : Reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan

–        Paru

Inspeksi                  :Simetris, tidak ada odem


Palpasi                    : Taxtil premitus sama, tidak ada nyeri tekan

Perkusi                    : Redup

Auskultasi               : Vasikuler

1. Abdomen                   
Inspeksi                       :Simetris

Auskultasi                   : Refluks 10x /mnt

Palpasi                         : Tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan

Perkusi                        : Timpani

1. Fungsi reproduksi       : sudah tidak bereproduksi/ tidak mengalami menstruasi


2. Kulit                            : kriput, warna sawo matang, tugor kulit baik
3. Ekstrimitas atas           : baik, dapat di gerakkan, CRT < 3 detik.
4. Ekstrimitas bawah       : baik, dapat di gerakkan, ada nyeri tekan skala 5, warna
  kemerahan, akral hangat, kekuatan otot skala 4.

1. D.    Hasil Pengkajian Khusus ( Lampiran )


A. Masalah kesehatan kronis
Berdasarkan analisa hasil, Ny.S penglihatannya sering kabur, mata berair, pendengaran sudah
berkurang, telinga sering berdenging, sering nyeri pinggang dan tulang belakang, nyeri
persendian dan bengkak, nyeri pegal pada daerah tengkuk. Masalah kesehatan Ny.Sdengan
jumlah 19 yang menunjukan bahwa Ny.Stidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah
kesehatan kronis ringan.

1. Fungsi kognitif
Berdasarkan analisa hasil, Ny.S tidak bisa menjawab pertanyaan di mana alamatnya. Dengan
jumlah kesalahan total 1 yang menunjukan bahwa fungsi intelektual Ny.Sutuh.
1. Status fungsional
Analisa hasil dengan jumlah17 yang menunjukan bahwa Ny.S masih bisa melakukan aktifitas
dengan mandiri seperti mandi di kamar mandi, menyiapkan pakaian dan mengenakannya,
memakan makanan yang telah di siapkan, memelihara kebersihan diri, dapat mengontrol
pengeluaran fases dan air kemih, berjalan tanpa alat bantu, menjalankan ibadah, melakukan
pekerjaan rumah, berbelanja, dll.

1. Status psikologis (skala depresi)


Ny.S mengatakan Ny.S sering merasa bosan. Dari analisa hasil dengan Jumlah 1 yang
menunjukan bahwa Ny.S Normal / tidak mengalami depresi.

1. Dukungan keluarga
Ny.S mengatakan selalu puas bahwa Ny.S dapat kembali pada keluarga (teman-teman) Ny.S
untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan Ny.S, Ny.Sselalupuas dengan cara keluarga
(teman-teman) Ny.S membicarakan sesuatu dengan Ny.S dan mengungkapkan masalah dengan
Ny.S, Ny.Sselalu puas bahwa keluarga (teman-teman) Ny.S menerima dan mendukung
keinginan Ny.S  untuk melakukan aktivitas atau arah baru, Ny.Sselalu puas dengan cara keluarga
(teman-teman) Ny.S mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi Ny.S,
Ny.Skadang-kadang puas dengan cara teman-teman Ny.S dan Ny.S menyediakan waktu
bersama-sama.

Dari analisa hasil APGAR yang di peroleh dari Ny.S adalah 9 yang menunjukan bahwa fungsi
sosial Ny.S normal.

1. E.     Lingkungan tempat tinggal


A. Kebersihan dan kerapian ruangan
Keadaan rumah Ny.S bersih dan rapi, Ny.S mengatakan setiap hari membersihkan dan
merapikan rumahnya sendiri.

1. Penerangan dan Sirkulasi udara


Pencahayaan dan sirkulasi di rumah Ny.S cukup, dilihat dari umah Ny.S yang memiliki jendela
dan ventilasi di setiap ruangan.
1. Keadaan kamar mandi dan wc
Rumah Ny.S memiliki kamar mandi beralaskan kramik, lantainya licin karena sering basah . Wc
berbentuk leherangsa dan terlihat bersih.

1. Pembuangan air kotor


Rumah Ny.S memiliki pembuangan air kotor (got).

1. Sumber air minum


Ny.S menggunakan air minum dari tanah (air tanah).

1. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah ada di belakang rumah (±10m), di bakar 2 minggu sekali

1. Sumber pencemaran 
asap dari dapur (Ny.S masih menggunakan tungku untukmemasak)

1. Penataan halaman (kalau ada)


2. Privasi
privasi cukup baik, kamar mandi Ny.S tertutup kamar tidur Ny.S memiliki cendela dan pintu
yang mudah di tutup.

1. Risiko injury
keadaan kamar mandi licin, tidak ada tangga di rumah Ny.S.

Lampiran :
1. Masalah kesehatan kronis
Keluhan kesehatan/ gejala
yang di rasakan klien
dalam waktu 3 bulan Tidak
terakhir berkaitan dengan Selalu Sering Jarang pernah
No. fungsi-fungsi (3) (2) (1) (0)

       
A. Fungsi Penglihatan

    V    
1. Penglihatan kabur

    V    
1. Mata berair

       
B. Fungsi pendengaran

    V    
1. Pendengaran berkurang

    V    
1. Telinga berdenging

       
C. Fungsi paru-paru

  1. Batuk lama disertai       V


keringat malam

        V
1. Sesak nafas

        V
1. Berdahak/sputum

D. Fungsi jantung        
        V
1. Jantung berdebar-debar

      V  
1. Cepat lelah

        V
1. Nyeri dada

       
E. Fungsi pencernaan

        V
1. Mual/ muntah

        V
1. Nyeri ulu hati

  1. Makan & minum     V  


banyak (berlebihan)

1. Perubahan kebiasaan
  BAK     V  
(mencret/sembelit)

       
F. Fungsi pergerakan

      V  
1. Nyeri kaki saat jalan

  1. Nyeri pinggang dan   V    


tulang belakang

  1. Nyeri persendian dan   V    


 
bengkak

       
G. Fungsi persyarafan

  1. Lumpuh/kelemahan       V
pada kaki atau tangan

        V
1. Kehilangan rasa

        V
1. Gemetar/tremor

  1. Nyeri pegal pada   V    


daerah tengkuk

Fungsi saluran        
H. perkemihan

      V  
1. BAK banyak

  1. Sering BAK pada       V


malam hari

1. Tidak mampu
mengontrol
  pengeluaran air kemih       V
(ngompol)

  13 6 19
  Jumlah

Analisa hasil :
Skor  £ 25      : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan

Skor 26 – 50  : masalah kesehatan kronis sedang

Skor ³ 51       : masalah kesehatan kronis berat

1. Fungsi kognitif
Pengkajian status kognitif dan afektif

Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

Skor

+ – No Pertanyaan Jawaban

V   1. Tanggal berapa hari ini? 20

Senin,07-
V   2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun) 10- 2013

V   3. Apa nama tempat ini? Rumah

    4. Berapa nomor telepon anda? –

Di mana alamat anda? (tanyakan bila klien JL.Flores


  V 4a. tidak mempunyai telepon) no 28 tegal

V   5. Berapa umur anda? 76


10 Agustus
V   6. Kapan anda lahir 1946

V   7. Siapa presiden sekarang? SBY

V   8. Siapa presiden sebelumnya? Megawati

V   9. Siapa nama kecil ibu anda? Ami

30.000-
5.000=
25.000

35.000-
20.000 =
5000
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara 5000-3000
V   10. menurun = 2000

    Jumlah kesalahan total 1

Analisa hasil

Kesalahan 0-2                        fungsi intelektual utuh

Kesalahan 3-4                        fungsi intelektual ringan


Kesalahan 5-7                        fungsi intelektual sedang

Kesalahan 8-10                      fungsi intelektual berat

1. Status fungsional

Mandiri Tergantung

No Aktifitas (nilai 1) (nilai 0)

Mandi di kamar mandi (menggosok,


1. membersihkan dan mengeringkan badan) V  

Menyiapkan pakaian, menggunakan dan


2. mengenakannya V  

3. Memakan makanan yang telah di siapkan V  

Memelihara kebersihan diri untuk


penampilan diri (menyisir rambut, mencuci
4. rambut, menggosok gigi, mencukur kumis) V  

Buang air besar di WC (membersihkan dan


5. mengeringkan bokong) V  

6. Dapat mengontrol pengeluaran fases (tinja). V  


Buang air kecil di kamar mandi
(membersihkan dan mengeringkan daerah
7. kemaluan). V  

8. Dapat menguntrol pegeluaran air kemih V  

Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau


keluar ruangan tanpa alat bantu seperti
9. tongkat V  

Menjalankan ibadah sesuai agama dan


10. kepercayaan yang dianut V  

Melakukan pekerjaan rumah seperti


merapikan tempat tidur, mencuci pakaian,
11. memasak dan membersihkan ruangan V  

Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau


12. kebutuhan keluarga V  

Mengelola keuangan (menyimpan dan


13. menggunakan uang sendiri) V  

Menggunakan sarana transportasi umum


14. untuk bepergian V  

15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai V  


dengan aturan (takaran obat dan waktu
minum obat tepat)

Merencanakan dan mengambil keputusan


untuk kepentingan keluarga dalam hal
penggunaan uang, aktivitas social yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
16. kesehatan. V  

Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan


keagamaan, social, rekreasi, olahraga dan
17. menyalurkan hobi). V  

  Jumlah 17  

Analisa hasil :

Skor 13 – 17  : mandiri

Skor 0 – 12    : ketergantungan

1. Pengkajian status fungsional yang belum di modifikasi


A : Kemandirian dalam hal makan,kontinen, berpindah, ke ka,ar kecil, berpakaian dan mandi

1. Status psikologis
Modifikasi skala depresi geriatrik yesavage

Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu


No terakhir     Jawaban

1 Merasa puas dengan hidup yang di jalani? Y   Ya


a

Banyak meninggalkan kesenangan/minat


2 dan aktivitas anda?   Tidak Tidak

3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa?   Tidak Tidak

4 Sering merasa bosan?   Tidak Ya

Y
5 Penuh pengharapan akan masa depan? a   Ya

Mempunyai semangat yang baik setiap Y


6 waktu? a   Ya

Di ganggu oleh pikirang-pikiran yang


7 tidak dapat di ungkapkan?   Tidak Tidak

Y
8 Merasa bahagia di sebagian besar waktu? a   Ya

Merasa takut sesuatu akan terjadi pada


9 anda?   Tidak Tidak

10 Sering kali merasa tidak berdaya ?   Tidak Tidak

11 Sering merasa gelisah dan gugup?   Tidak Tidak


Memilih tinggal di rumah daripada pergi
12 melakukan sesuatu yang bermanfaat?   Tidak Tidak

Sering kali merasa khawatir akan masa


13 depan?   Tidak Tidak

Merasa mempunyai lebih banyak masalah


dengan daya ingat di bandingkan orang
14 lain?   Tidak Tidak

Berfikir bahwa hidup ini sangat Y


15 menyenangkan sekarang? a   Ya

16 Sering kali merasa merana?   Tidak Tidak

17 Merasa kurang bahagia?   Tidak Tidak

18 Sangat khawatir terhadap masa lalu?   Tidak Tidak

Merasakan bahwa hidup ini sangat Y


19 menggairahkan? a   Ya

Merasa berat untuk memulai sesuatu hal


20 yang baru?   Tidak Tidak
Y
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? a   Ya

Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada


22 harapan?   Tidak Tidak

Berfikir bahwa banyak orang yang lebih


23 baik daripada anda?   Tidak Tidak

Seringkali menjadi kesal dengan hal yang


24 sepele?   Tidak Tidak

25 Seringkali merasa ingin menangis?   Tidak Tidak

26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi?   Tidak Tidak

Y
27 Menikmati tidur? a   Ya

Memilih menghindar dari kumpulan


28 social?   Tidak Tidak

Y
29 Mudah mengambil keputusan? a   Ya

30 Mempunyai pikiran yang jernih? Y   Ya


a

  Jumlah     2

Analisa hasil :

                        = terganggu      nilai 1

                        = normal          nilai 0

Nilai   : 6 – 15 ; depresi ringan sampai sedang

Nilai   : 16 – 30 ; depresi berat

Nilai   : 0 – 5 ; normal

1. Pengkajian status sosial


Status sosal lansia dapat di ukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian : bila
pertanyaan-pertanyaan yang di jawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak
pernah (poin 0)

APGAR Keluarga

No Fungsi Uraian Skore

Saya puas bahwa saya dapat kembali pada


keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
1. Adaptasi pada waktu sesuatu menyusahkan saya. 2

2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2


saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya.

Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya


menerima dan mendukung keinginan saya
3. Pertumbuhan untuk melakukan aktivitas atau arah baru. 2

Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)


saya mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi-emosi saya, seperti marah,
4. Afeksi sedih atau mencintai. 2

Saya puas dengan cara teman-teman saya dan


5. Pemecahan saya menyediakan waktu bersama-sama. 1

Analisa hasil :                       

Skor 8-10 ; fungsi sosial normal

Skor 5-7; fungsi sosial cukup

Skor 0-4 ; fungsi sosial kurang/ suka menyendiri

Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. Ds :    
–          Ny.S mengatakan
destruksi Nyeri akut
P = Pegal2 timbul setelah beraktifitas
berat. sendi

Q = Seperti di terjerat tali.

–          R = Pegal-pegal pada pundak,


pinggul dan lutut.

S = Skala 5

–          T = Biasanya di rasakan pada


sore/ malam hari.

–          Ny.S mengatakan pegal-pegal


pada persendian bila Ny.S  merasa
kecapean.

–          Ny.S mengatakan terkadang


tidak bisa tidur karena nyeri.

Do :
–          Ny.S tampak meringis
kesakitan

–          Ny.S tampak gelisah

–          Ny.S tampak berhati-hati saat


bergerak.

–          Kekuatan otot ekstrimitas


bawah skala 4.

–          Terdapat nyeri tekan di pundak,


pinggul dan lutut.

–          Warna kulit pada bets terlihat


kemerahan, akral hangat, kekuatan otot
skala 4.

2. Ds :    
–          Ny.S mengatakan tidurnya
tidak bisa nyenyak. pergeseran Deprivasi
tahap tidur tidur
–          Ny.S mengatakan biasa nonton terkait
tv sebelum tidur. dengan
proses
–          Ny.S mengatakan sering penuaan
terbangun tengah malam dan merasa
kepalanya pusing.  

–          Ny.S mengatakan bila sudah


bangun sulit untuk tidur lagi.

–          Keluarga Ny.S (anak klien)


mengatakan Ny.S sering nglindur saat
tidur.

–          Ny.S mengatakan tidur malam


jam 21.00-02.00dan tidur
siangjam13.10-15.30

–          Ny.S mengatakan bila


beraktifitas cepat lelah.

Do :
–          Ny.S tampak mengantuk
–          Ny.S terlihat pucat
–          Terdapat kantong mata
–          Konjungtiva Ny.S terlihat
kemerahan.

Diagnosa Keperawatan
              1.         Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi.

              2.         Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait dengan
proses penuaan.

Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri, catat  


berhubungan tindakan keperawatan lokasi dan
dengan selama 3×24 jam intensitas (skala 1. Matras
destruksi diharapkan : 0-10). Catat lembut/empu
sendi. faktor-faktor bantal yang
–      Menunjukkan nyeri yang akan me
hilang/ terkontrol. mempercepat dan pemeliharaan
tanda-tanda rasa kesejajaran
–      Terlihat rileks, sakit non verbal. yang
dapat tidur/beristirahat menempatka
dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai   stress pada
kemampuan. yang
1. Berikan Peninggian
–      Mengikuti program matras/kasur tempat
farmakologis yang keras, bantal menurunkan
diresepkan. kecil. Tinggikan tekanan pada
linen tempat tidur yang
–      Menggabungkan sesuai kebutuhan. terinflamasi/n
keterampilan relaksasi   2. Memfokuska
dan aktivitas hiburan ke kembali per
dalam program kontrol   memberikan
nyeri. stimulasi,
 
meningkatka
percaya dir
 
perasaan seh
3. Sebagai
 
inflamasi da

  analgesik
dalam meng
  kekakuan
meningkatka
  mobilitas.
4. Rasa dingin
  menghilangk
nyeri dan b
 
selama
akut.
 
5. Penggunaan
dapat meng
 
gejala inflam
gejala remati
  pasien.

1. Libatkan dalam
aktivitas hiburan
yang sesuai untuk
situasi individu.
 

1. Kolaborasi:
Berikan obat-
obatan sesuai
petunjuk.
 

1. Berikan es
kompres dingin
jika dibutuhkan.
 

1. Anjurkan pasien
untuk terapi
herbal dengan
menggunakan
jahe
A. Membantu
dalam
menentukan
kebutuhan
manajemen
nyeri dan
keefektifan
program.

2. Deprivasi Setelah dilakukan 1. Ciptakan  


tidur tindakan lingkungan rasa
berhubungan keperawatanselama 2×24 nyaman dan 1. Pemberian
dengan jam diharapkan : rileks untuk analgesik
pergeseran klien. klien yang
tahap tidur –       Menunjukkantidur   dapat me
terkait yang dibuktikan dengan klien tidur ny
dengan perasaan segar setelah 1. Anjurkan pasien 2. Kebiasaan s
proses tidur untuk minum tidur yang
obat analgesik dapat m
–       Penurunan gejala pkiran rileks.
sebelum tidur.
 

1. Bantu kebiasaan
klien sebelum
tidur misalnya
mendengarkan
musik, membaca
dan berdoa.
2. Hindari latihan
fisik yang
berlebihan
sebelum tidur
   

1. Ajarkan pada  
klien dan
keluarga tentang 1. Latihan fisik
faktor yang dapat berlebihan
mengganggu menyebabkan
deprivasi tidur
tidur. kelelahan.

–       Kualitas tidur A. Lingkungan 2. Memberikan

meningkat yang tenang informasi

penuaan. dapat klien dan k


–       Tidak ada meningkatkan tentang fakt
  gangguan tidur. kualitas tidur saja yang
klien. mengganggu
Implementasi

No. Tanggl Intervensi Respon

1. Senin,07 1. Mengkaji dan Ds: – Ny.S mengatakan


-10-2013 mencatat lokasi dan
intensitas P = Pegal-pegal timbul setelah
  beraktifitas berat.

  Q = Seperti di terjerat tali.

  R = Pegal-pegal pada pundak,


pinggul dan lutut.
 
S = Skala nyeri berkurang
  menjadi 4

  T = di rasakan pada sore/


malam hari
 
Do: – Ny.S tampak lebih rileks
 
 
 
Ds : – Ny.S mengatakan terasa
  pegal bila gerak.

1. Catat faktor-faktor Do : – Ny.S tampak memijat-


yang mempercepat mijati kakinya.
dan tanda-tanda rasa
sakit non verbal.  
 
Ds: – Ny.S mengatakan
nyaman

  Do: – Ny.S terlihat rileks

1. Berikan  

matras/kasur keras,
Ds: –
bantal kecil.
 
Do: – Ny.S terlihat sibuk
menonton tv.
1. Libatkan dalam
aktivitas hiburan
 
yang sesuai untuk
situasi individu.
 
 

Ds:- Ny.S mengatakan


1. Berikan kompres
nyerinya berkurang
hangat jika
dibutuhkan. Do:-  Nyeri berkurang menjadi
  skala 4

  Ds : – Ny.S mengatakan
kondisinya sedikit lebih baik.
1. menganjurkan
pasien untuk Do : –
mengkonsumsi obat
herbal dengan  
menggunakan jahe.

2. Senin,07 1. Mengatur posisi Ds : – Ny.S mengatakan lebih


-10-2013 yang nyaman untuk nyaman miring ke kanan
tidur, tempat tidur
yang bersih dan rapi.
  Do : – Ny.S tampak nyaman

1. Menganjurkan  
pasien minum obat
analgesik yang di  
berikan dokter
sebelum tidur. Ds : – Ny.S mengatakan bisa

  tidur nyenyak

  Do :-  Ny.Sminum analsik


setelah makan 3×1 hari
 
 
1. Membantu
kebiasaan klien Ds : -Ny.S mengatakan suka

sebelum tidur nonton tv sebelum tidur

misalnya
–          Ny.Smengatakan selalu
mendengarkan
membaca doa sbelum tidur
musik, membaca
dan berdoa.
Do : –
 

 
 

 
 

Ds : – Ny.S mengatakan tidak


1. menghindari latihan
jarang melakukan aktivitas
fisik yang
yang berat sebelum tidur.
berlebihan sebelum
tidur
Do : – Ny.S terlihat rileks.
Ds : – Ny.S dan keluarga klien
mengatakan paham terhadap
apa yang di sampaikan
perawat.

  –          Keluarga Ny.S


mengatakan bersedia untuk
1. memberikan menerapkan apa yang di
informasi pada klien sampaikan perawat.
dan keluarga tentang
faktor yang dapat Do : – Ny.S tampak kooperatif
mengganggu

 
Evaluasi

No. Tanggal Diagnosa kep. Evaluasi

1.   Senin,07- Nyeri kronis S:


10-2013 berhubungan dengan
destruksi sendi. –          Ny.Smengatakan
 
P = Pegal2 timbul setelah
beraktifitas berat.

Q = Seperti di terjerat tali.

R = Pegal-pegal pada pundak,


pinggul dan lutut.

S = Skala nyeri berkurang


menjadi 4

T = di rasakan pada sore/


malam hari

–          Ny.Smengatakan terasa


pegal bila gerak.

–          Ny.Smengatakan
nyaman

–          Ny.Smengatakan
nyerinya berkurang

–          Ny.S mengatakan


kondisinya sedikit lebih baik

–           

O:

–          Ny.Stampak lebih


rileks

–          Ny.Stampak memijat-


mijati kakinya.

–          Ny.Sterlihat rileks

–          Ny.S terlihat sibuk


menonton tv.

–          Nyeri berkurang


menjadi skala 4
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

1.   Senin,07- Deprivasi tidur S:


10-2013 berhubungan dengan
pergeseran tahap tidur –          Ny.Smengatakan lebih
terkait dengan proses nyaman miring ke kanan.
penuaan.
–          Ny.S mengatakan bisa
tidur nyeyak.

–          Ny.Smengatakan suka


nonton tv sebelum tidur.

–          Ny.S mengatakan


selalu membaca doa sbelum
tidur.

–          Ny.Smengatakan tidak


jarang melakukan aktifitas
yang berat sebelum tidur.

–          Ny.S dan keluargaNy.S


mengatakan paham terhadap
apa yang di sampaikan
perawat.

–          Keluarga Ny.S


mengatakan bersedia untuk
menerapkan apa yang di
sampaikan perawat.

O:

–          Ny.S tampak nyaman

–          Ny.Sdiberi analsik 3×1


hari setelah makan

–          Ny.S terlihat rileks.

–          Ny.S tampak kooperatif

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

 
 
BAB IV
KESIMPULAN
 
            Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang
dapat dijadikan dalam persoalan hukum, dan merupakan bukti pencatatan dalam pelaporan yang
dimiliki perawat dan tim kesehatan lainnya. Dokumentasi keperawatan ini mengacu pada nursing
proses yang terdiri dari pengkajian, dignosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

            Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan
(Pudjiasti & Utomo, 2003). Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia
adalah demensia yang lebih dikenal dengan kepikunan. Untuk mencegah demensia pada lansia 
tersebut, solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan tes MMSE, dimana tes ini
sangat mudah di kerjakan dan dilakukan untuk para lansia sehari-harinya.

            Bio-Psiko-Sosial-Spiritual sangatlah penting untuk para lansia karena kebutuhan mereka
haruslah sangat terpenuhi dimana para lansia secara tidak sadar suka terganggu dan butuh di
motivasi oleh seorang perawat agar kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritualnya terpenuhi.

 
 

 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 

Budi Ana Keliat. 1996. Proses Keperawatan.jakarta,EGC


Carpenito, LJ. 1995. Hand Bookof Nursing Diagnosis.  Philadelphia, J.B. Lippincott.
Griffit, JW and Christensen, PJ. 1948. Nursing Process Application ofTheories Frameworks and
Models. CV. Mosby Company.
http://solusiayurveda.wordpress.com                                         
Author.2001.Sympton of Dementia.American Family Physician.http://www.aafp.
org/afp/2001/0215/p717.html. (3 Mei 2011)
Ag Masykur & Fathani A.B. 2008.Mathematical Intellegince. Jogjakarta: Ar ruz Media Group.
Harvey, Robinson & Rossor. 2003. The prevalence and causes of dementia in people under the
age of 65 years. Journal Neurosurgery Psychiatry, 74: 1206-1209.

Markam, S. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan Otak). Jakarta: 
Grasindo.

Nugroho. 2000.Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta: EGC, hal.13, 19-28, 42-43.


Pudjiastuti & Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC, hal 2-8

Santoso, H dan A. Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia, hal.50.
Suara Merdeka. 30 Juni, 2010. Demensia Pada Lansia. Suara Merdeka.

Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998. Behavioral symptom of dementia.

Anda mungkin juga menyukai