Disusun oleh :
2019.011
SURAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-
Nya. Allhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan dengan judul “ Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Lansia”.
Dalam penyusunannya, penulis banyak mendapat bnatuan dan bimbingan baik secara
moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Dokumentasi Keperawatan Ibu Sulami
yang telah membimbing dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya biak dari
segi materi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakannya
Semoga makalah yang telah penulis susun dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umunya bagi yang membaca. Amin.
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab II Landasan Teori
1. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
2. Dokumentasi
3. Dokumentasi Pengkajian
4. Dokumentasi Diagnose Keperawatan
5. Dokumentasi Rencana Keperawatan
6. Dokumentasi Intervensi Keperawatan
7. Dokumentasi Evaluasi
8. Biopsiko Sosial dan Spiritual Pada Lansia
9. Ruang Lingkup Permasalahan
10. Kesehatan
11. Sosial
12. Psikososial
13. Psikologi.
14. Spiritual
15. Batasan Dan Pemahaman
16. Pendekatan Holistik
17. Usia Lanjut
18. Usia Lanjut Sehat
19. Proses Penuaan
20. Kesejahteraan Usia Lanjut
21. Budaya
22. Gangguan Psikologis dan Masalah Perilaku pada Usia Lanjut
23. Dementia Pada Lansia
24. Daya Ingat (Memori) Pada Lansia
25. Masalah Daya Ingat (Memori_)
26. Tes Skrining MMSE
BAB III Pembahasan
Contoh dan Format Asuhan Keperawatan Pada Lansia
BAB IV Penutup
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen
dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat
menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di sleuruh Indonesia
menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan
diperkirakan pada tahun 2020 ini akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke
waktu. Angka harapan hidup penduduk pada tahun 1980 : 55,30 tahun, pada tahun 1985 :
58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun
2000 : 64,05 tahun (BPS.2000). Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun
waktu 1990-2025, tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10).
Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang serius karena secara
alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi maupun mentalnya
(Nugroho, 2004).
Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Setiap orang yang dikarunia umur panjang akan mengalami tahapan ini. Dengan
berhasilnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup
maka kesempatan menjadi usila semakin besar sehingga diperkirakan jumlah usila
semakin bertambah. Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah
disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada
masayarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayana bio-
psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar
manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi
sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang
diberikan berupa bantuan-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan kemauan dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan lanjut
usia, dimana pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi
pengkajian (assessment), merumusakan diagnosa keperawatan (nursing diagnosa),
merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan
(implementation) dan melakukan evaluasi (evaluation). Serta akan menjelaskan pula
tentang kebutuhan bio-psiko-sosial-kultural-spiritual dan tentang demensia pada lansia.
Sehubungan dengan masalah di atas tersebut, maka kelompok usila perlu
mendapat perhatian dan pembinaan khusus baik oleh pemerintah atau swasta maupun
berbagai disiplin ilmu termasuk keperawatan, agar para usia lanjut dapat
mempertahankan kondisi kesehatannya sehingga tetap dapat produktif, berperan aktif di
masyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana proses dokumentasi asuhan keperawatan pada lansia.
2. Bagaimana cara mengisi format asuhan keperawatan pada lansia.
3. Bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual untuk lansia.
4. Bagaimana dementia pada lansia.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang dokumentasi asuhan keperawatan pada
usia lanjut, bio-psiko-sosial-kultural-spiritual dan daya ingat pada lansia.
2. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan.
2) Mahasiswa mengetahui bio-psiko-sosial-kultural-spiritual pada lansia.
3) Mahasiswa mengetahui dementia pada lansia.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli
yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan
dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien,
perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayan kesehatan dalam memberikan
pelayana kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab perawat.
Tujuan ini merupakan integrasi dari dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan
terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio-psiko-sosial-
spiritual sehingga individu dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.
5) Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah evaluasi
tentang hal – hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang lebih baik dan
terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga
perawat, bukti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
pendidikan lanjutan tentang layanan keperawatan.
2. Dokumentasi Pengkajian
1. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap masalah yang dapat
mempengaruhi perawatan
2. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dianalisis dan diidentifikasi
3. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan informasi. Dengan kata
lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran dan perubahan kondisi pasien.
4. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi pasien dan respons yang
akan mempengaruhi perencanaan perawatan.
5. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi terhadap respons
pasien.
6. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.
Pengkajian awal ( intial assessment ), dilakukan ketika pasien masuk kerumah sakit.
Bentuk dokumentasi biasanya merujuk pada data dasar perawatan.Selama pengkajian
umum, perawat mengidentfikasi masalah kesehatan yang dialami klien, dengan
mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun khusus dapat memudahkan
perencanaan perawat klien.
Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data dasar, informasi yang diperoleh dari
pasien selama pengkajian awal daan informasi tambahan ( berupa tes diagnostic dan
sumber lain ) diperlukan untuk menegakkan data.
Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari informasi selama
evaluasi.Pengkajian ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari masalah
pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi tambahan dari pasien.
a) Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk masalah resiko
b) Catat diagnosa keperawatan yang dibuat risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau
format diagnosa keperawatan
c) Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA
d) Mulai pernyataan diagnosa keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data
untuk diagnosa
e) Masukan pernyataan diagnosa keperawatan kedalam daftar masalah
f) Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah keperawatan
g) Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan,
intervensi, dan evaluasi.
1) Rencana perawatan di cetak berdasarkan diagnosa medic atau prosedur khusus seperti
prosedur katerisasi jantung, pembedahan, dan lain-lain. Tipe ini mengantisipasi respon
terhadap prosedur yang dilakukan
2) Rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. Hal ini digunakan
berdasarkan pengkajian pasien yang mendukung diagnosa perawatan. Kemudian perawat
menuliskan secara lengkap etiologi dan masalah
3) Rencana perawatan dibuat dengan menggunakan standar computer. Perawat dapat
menyeleksi masalah klien dari menu yang terdapat dalam computer.
Intervensi ini memberikan pengobatan secara langsung pada masalah yang dialami pasien,
mencegah komplokasi, dan mempertahankan status kesehatan. Intervensi keperawatan
terapeutik, contohnya diagnosa keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif. Intervensi
keperawatan diantaranya atur posisi pasien untuk oksigenasi, ajarkan tekhnik batuk secara
efektif, lakukan pengisapan ( suction ) pada jalan napas.
2) Intervensi surveilens
Intervensi ini menyatakan tentang survey data dengan melihat kembali data umum dan
membuktikan kebenaran data. Dengan kata lain, sifatnya tidak langsung karena menyediakan
data lebih dulu.Intervensi keperawatan surveilens :
Contoh : pasien dapat makan sendiri dengan menghabiskan 1 porsi pada tanggal 30/09/2013
Kriteria tujuan tercapai sebagian
Contoh : pasien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual setelah makan bahkan
kadang muntah
Kriteria tujuan tidak tercapai
Contoh : Pasien tidak dapat makan pada tanggal 30/09/2013
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami perubahan-
perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang menduduki jabatan atau
pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama ini
didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Bagi orang-orang yang
tidak mempunyai waktu atau tidak merasa perlu untuk bergaul di luar lingkungan
pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan berdampak pada semangatnya, suasana
hatinya dan kesehatannya. Di dalam keluarga, peranannya-pun mulai bergeser.Anak-
anak sudah “jadi orang”, mungkin sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya
mungkin jauh.Rumah jadi sepi, orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi.
a. Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan social
b. Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
c. Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan kelanjut usia
2) Kepribadian berlanjut ( Continuity Theory )
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimilikinya.
3) Teori Pembebasan ( Didengagement Theory )
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh
Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi social usia lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingg sering terjadi kehilangan ganda ( triple loos ) yakni :
c) Psikososial
Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada penghasilan. Bagi
mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai negeri atau ABRI, pension
menyebabkan penghasilan berkurang dan hilangnya fasilitas dan
kemudahan kemudahan.Bagi para profesional, pensiun umumnya tidak terlalu menjadi
masalah karena masih tetap dapat berkarya setelah pensiun.Namun bagi “non
profesional” pensiun dapat menimbulkan goncangan ekonomi.Oleh karena itu, pensiun
seyogyanya dihadapi dengan persiapan-persiapan untuk alih profesi dengan latihan
latihan keterampilan dan menambah ilmu, baik dengan pengembangan hobi maupun
pendidikan formal. Bagi mereka yang mencari nafkah melalui sektor non formal, seperti
petani, pedagang dan sebagainya, memasuki usialanjut umumnya tidak akan banyak
berdampak pada penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak terlalu cepat mengalami
kemunduran dan kesehatannya tidak terganggu. Terganggunya kesehatan berdampak
seperti pisau bermata dua. Pada sisi yang satu menjadi kendala : Untuk mencari nafkah,
pada sisi lain menambah beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari tua, asuransi
kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu pada kondisi ini.
Perubahan – Perubahan Psikososial
Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaaan, bila seseorang pension ( purna tugas ) ia akan mengalami
kehilangan antara lain :
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta
(Hamid, 1999).Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik
dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang
seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson,
2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan Spiritual sebagai suatu yang multidimensi
yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama.Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti
kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan
Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan
dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang.
Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa hidupnya bermakna,
mampu menerima kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari hidupnya yang tidak perlu
disesali dan justru mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.
Memiliki integritas pribadi yang baik, berupa konsep diri yang tepat dan terdorong untuk
terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada di antara orang-orang
yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberi perhatian dan kasih sayang yang
membuat dirinya masih diperlukan dan dicintai.
Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh kemampuan melakukan
kebiasaan dan gaya hidup yang sehat.
Memiliki keamanan finansial, yang memungkinkan hidup mandiri, tidak menjadi beban
orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri, sehingga dapat menentukan nasibnya sendiri,
tidak tergantung pada orang lain. Hal ini dapat menjaga kestabilan harga dirinya.
1. d. Proses Penuaan
Proses penuaan pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak pembuahan/konsepsi dan
berlangsung sampai-pada saat kematian. Dalam perjalanannya proses tersebut akan dipengaruhi
oleh variabel-variabel :
Pandangan holistik ini ialah bahwa pribadi seseorang yaitu faktor biologis, psikologis, sosial
budaya, dan agama; keempat faktor inilah yang memberikan warna tertentu pada seseorang sejak
dalarn kandungan sampai usia lanjut. Dengan kata lain apa yang terjadi dan akan dialami oleh
usia lanjut tidak dapat dilepaskan dari pembentukan pengalaman masa lalu di mana dia akan
memperlihatkan wxrna kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa berhasil dan tidak
berhasil dalam memasuki dan menjalani usia lanjut. Misalnya seseorang yang sebelumnya
sudahmemperlihatkan kemampuan penyesuaian diri yang baik, tentunya diharapkan dapat
menjalani usia lanjut dengan lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang sebelumnya
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.
Persepsi psikologis usia lanjut terhadap dirinya. Seperti yang telah diulas di muka, persepsi
seseorang tentang citra dirinya akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana dia membentuk
kepribadiannya. Seseorang dengan kepribadian yang stabil, hangat, positif dalam menentukan
jalan pikirannya, biasanya akan lebih baik dan mudah dalam menghadapi usia lanjutnya.
Walaupun demikian memang tidak dapat dipungkiri bahwa sikap dari masyarakat terhadap sosial
budaya ikut andil dalam menentukan persepsi citra diri usialanjut ini. Secara budaya ada
pandangan bahwa usia lanjut sudah tidak dapat didayagunakan, sudah ada keterbatasan gerak
dan pengambilan keputusan. Budaya sering kali mendudukkan mereka pada peran yang
dituakan, di sini mengandung dua pengertian, yaitu dituakan untuk tempat mencari nasihat hidup
bagi generasi yang lebih muda, atau dituakan dalam arti tidak lagi diajak
berdiskusi, berkomunikasi.Untuk selanjutnya terjadi lingkaran setan antara sikap lingkungan dan
perilaku yang diperlihatkan oleh usia lanjut dengan memasuki dan menjalani usia lanjut,
seseorang akan dituntut untuk mengadakan penyesuaian diri. Beberapa kendala yang bisa
muncul :
1. Sikap dan pandangan masyarakat terhadap usia lanjut dapat memicu munculnya
perilaku/sikap tidak berdaya tidak berguna, tidak bisa membantu apapun.
2. Keadaan yang sulit berkomunikasi disebabkan kurangnya daya pendengaran, kurangnya
kemampuan mengingat, kesulitan menangkap isi pembicaraan orang lain menyebabkan usia
lanjut akan memperlihatkan perilaka menjauh dan menjaga jarak dengan orang sekitarnya. 8.
Pola Tidur Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jagka waktu yang relatif
menetap dan meliputi :
Jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun
Irama tidur
Frekuensi tidur dalam sehari
Mempertahankan kondisi tidur
Kepuasan tidur.
Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler, berulang dan
reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap rangsangan dari luar lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pada keadaan jaga.
Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian terbarunya mengungkap
bahwa kondisi kesehatan gusi yang merupakan penyebab gigi tanggal berhubungan erat dengan
risiko kepikunan.Ia menyimpulkan hal itu setelah meneliti 6.000 lansia berusai 65 tahun ke atas.
Infeksi yang terjadi di gusi dapat menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa
terbawa oleh aliran darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian menyebabkan radang di
jaringan tersebut. Radang yang terjadi di jaringan otak dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf
yang hampir seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada saraf-saraf memori dan kognitif
adalah penyebab utama terjadinya demensia pada orang dewasa maupun lansia.
Gejala klinik demensia penting dengan mengidentifikasikan sindrom dan
penatalaksanaan klinis dari penyebabnya.Kelainan ini dapat progresif atau statis, permanen atau
tidak menetap.Tingkat pemulihan demensia dihubungkan dengan kondisi patologi penyakit yang
mendasarinya dan penggunaan pengobatan yang efektif.
Pengelompokan Demensia
1. a. Demensia yang tidak dapat pulih (Irreversible Dementia)
Demensia Tipe Alzheimer (DTA)
Korea Huntington
Penyakit Parkinson
Lain-lain
1. b. Demensia yang dapat pulih (Reversible Dementia)
Demensia vaskuler.
Hidrosefalus dengan Tekanan Normal (Normal Pressure Hydrocephalus)
1. c. Demensia menetap yang diinduksi oleh zat
Intoksikasi obat
Tumor Otak
Trauma Otak
Infeksi
Gangguan metabolic
Gangguan jantung, paru, hati dan ginjal.
Tanda & Gejala Demensia
Penurunan memori (daya ingat)
Penurunan daya orientasi
Hendaya (impairment) intelektual
Gangguan daya nilai (judgment)
Gejala psikotik
Hendaya berbahasa
Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Dini
1. Perubahan samar-samar kepribadian
2. Hendaya (gangguan) penampilan
3. Minat berkurang
4. Depresi sering terjadi
Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Lanjut
1. Penurunan memori (daya ingat)
2. Penurunan daya orientasi
3. Daya intelektual
4. Gangguan daya nilai
5. Gejala psikotik
6. Daya berbahasa
7. D. Daya Ingat (Memori) Pada Lansia
Memori atau daya ingat dan proses belajar merupakan satu kesatuan. Belajar merupakan
proses untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru, sedangkan memori adalah proses
penyimpanan informasi tersebut serta dapat mengingatnya kembali bila dibutuhkan. Proses
ingat-mengingat memori terdiri atas :
1. Encoding, di mana suatu informasi dari dunia luar akan ditera dan didistribusikan ke
beberapa unit penyimpanan di otak sebelum unit tersebut dapat mempelajari materinya.
2. Konsolidasi merupakan Retrieval adalah mengingat kembali penyimpanan informasi tersebut
yang lebih permanen bahan informasi yang telah disimpan.
3. Retrieval adalah mengingat kembali bahan informasi yang telah disimpan.
Memori terdiri atas :
1. Daya ingat sesaat (Immediate Memory) yaitu informasi yang hanya disimpan selama
beberapa detik saja :contoh, memutar nomor telpon sambil melihat nomor tersebut di buku
telpon, di mana kita
langsung lupa nomor tersebut setelah memutarnya.
2. Daya ingat jangka pendek (Short-term Memory) yaitu informasi dapat diingat setelah
beberapa menit memperhatikan dan menghafalnya contoh, memutar nomor telpon sambil
menghafalnya. Dapat bertahan dalam beberapa menit —jam.
3. Daya ingat jangka panjang (Long – term Memory) yaitu informasi masa lampau masih dapat
diingat. Ini merupakan bank memori tentang apa yang kita ketahui dari pendidikan dan
pengalaman, sebagian besar akan hilang setelah beberapa lama.
4. E. Masalah Daya Ingat (Memori_)
Menurut isinya daya ingat terdiri atas
1. Adanya laporan yang dapat dipercaya bahwa fungsi kognitifnya mulai menurun.
2. Timbulnya kemunduran tersebut terjadi bertahap minimal dalam enam bulan.
3. Dijumpai adanya gangguan pada salah satu fungsi yaitu memori dan belajar, atensi dan
konsentrasi, problem solving – abstraksi, bahasa (comprehension, mencari kata yang tepat)
dan visuospasial.
4. Pada asesmen (tes neuropsikologi dan mini mental) memberikan hasil paling sedikit 1 SD
(standar deviasi) di bawah normal.
5. Kriteria eksklusif; penyakit serebral, sistemik, depresi, anxietas, delirium, postensefalitis,
postkontusio dan pengaruh obat-zat.
AAMI disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu
1. Proses berpikir yang lamban
2. Kesulitan memusatkan perhatian dan konsentrasi
3. Memerlukan waktu lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru
4. Kesulitan menghindari hal yang tidak perlu (distraktor)
5. Memerlukan lebih banyak isyarat (cue) untuk me-recall (mengingat) sesuatu
6. Kurang menggunakan strategi memori yang tepat.
Kriteria Mudah Lupa (Forgetfulness)
7. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
8. Gangguan dalam mengingat kemb ali (Retrieval)
9. Gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam memori (Recall
= Active retrieval)
10. Memerlukan isyarat (cue) untuk retrieval
11. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk ketimbang menyebut namanya.
Tahapan Penurunan Fungsi Memori
1. Memori deklaratif episodik, yaitu mengingat kembali masalah yang berkaitan dengan waktu
dan tempat (kapan dan di mana peristiwa itu terjadi).
2. Penurunan memori deklaratif semantik (masalah yang berkaitan dengan pengetahuan dan
pengalaman).
3. Penurunan memori prosedural (keterampilan motorik yang pemah dipelajari).
4. F. Tes Skrining MMSE
Salah satu cara yang mudah untuk melakukan skrining terhadap kemunduran ini adalah
dengan Mini Mental State Examination (MMSE) yang merupakan suatu tes skrining yang valid
terhadap gangguan kognisi yang berkorelasi cukup baik dengan tes standard Wechsler Adult
Intelligence Scale (WAIS). Clock Drawing TestPertama kali penelitian tentang Clock Drawing
Test (CDT) tahun 1983.Saat itulah tes tersebut digunakan di berbagai macam setting.Tes tersebut
memerlukan kemampuan pemahaman, kemampuan visual spasial, kemampuan merekonstruksi,
konsentrasi, pengetahuan angka, ingatan visual dan fungsi eksekutif. Meskipun tes tersebut
mampu untuk menguji aspek kognitif yang luas, CDT tidak terlalu menekankan pada aspek
pengetahuan dibandingkan dengan tes lain misalnya The abbreviated mental test score (AMTS)
yang lebih pendek ataupun the Mini Mental State Examination (MMSE) yang lebih umum.
(Henderson, Scot, & Hotopf, 2007),
Inti dari tugas tes tersebut adalah aktivitas menggambar permukaan jam kemudian
menggambar jarum jam yang menunjuk pada arah tertentu sebagai simbol dari waktu. Sejumlah
variasi sudah berkembang, demikian juga variasi dari sistem penilaiannya, akan tetapi yang
disering digunakan adalah yang dikembangkan oleh Manos dan Shulman. CDT menunjukkan
korelasi yang baik dengan tes fungsi kognitif yang lain yaitu MMSE dan The Blessed Dementia
Rating Scale (Henderson, Scot, & Hotopf, 2007).
CDT mempunyai kemungkinan kelemahan terbesar karena tidak sesuai untuk orang-
orang yang mengalami gangguan penglihatan atau gangguan neurologis lengan bagian atas
seperti kelumpuhan atau tremor. Beberapa ahli berpendapat bahwa umur dan pendidikan
menyebabkan bias pada penilaian CDT, meskipun ahli lain mengatakan sebaliknya. Di sisi lain,
CDT mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode skrining gangguan kognitif
yang lain yaitu tidak terpengaruh dengan suasana hati, bahasa atau budaya, selain itu tidak
membutuhkan pengetahuan yang tidak semestinya. Selain itu, CDT biasanya menarik perhatian
para penderita karena tidak terlalu lama dan mudah diterima.(Henderson, Scot, & Hotopf, 2007).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini memberikan gambaran mengenai pengadministrasian Clock
Drawing Test di Indonesia dan fungsinya untuk mengetahui tanda-tanda orang lanjut usia yang
mengalami demensia.
METODE Pemilihan Subjek
Subjek penelitian merupakan responden dari mahasiswa peserta mata kuliah
Psikogeriatri. Mereka mendapatkan tugas untuk mencari orang lanjut usia yang ada di sekitar
mereka untuk dites, diobservasi dan diwawancarai, Orang lanjut usia yang dipilih yang
mempunyai kriteria berumur diatas 55 tahun. Sebelumnya, mahasiswa diberikan pelatihan
selama satu hari (dalam satu kali pertemuan kuliah) untuk memberikan instruksi, aspek yang
diobservasi dan diawawancarai. Para mahasiswa yang bertugas mengambil data sudah
mempunyai bekal pengetahuan tentang orang lanjut usia, baik berkaitan dengan perubahan fisik,
kognitif, emosi dan sosialnya maupun dengan berbagai macam penyakit yang biasa di alami
orang lanjut usia tersebut. Responden yang diberikan CDT sebanyak 140 orang, tetapi tidak
seluruhnya dapat dianalisis karena ada beberapa data yang tidak ditampilkan misalnya
pendidikan, tidak ada hasil wawancara dan observasi mengenai keseharian responden.Jumlah
data yang memadai adalah 133 responden.
Instrumen Penelitian
Untuk mengambil data digunakan Clock Drawing Test dari Shulman, Gold, Cohen, dan
Zucchero (1993). Pengadministrasiannya sebagai berikut :Hartati dan Widayanti, Clock Drawing
Instruksi
Langkah 1: Memberikan responden sehelai kertas dengan lingkaran yang seperti jam, besarnya
relatif sesuai dengan angka yang akan digambar. Ditunjukkan bagian atas dan bawah.
b) Skoring
b) menggambar
angka jam di luar
lingkaran
Tanggal 1
1 Bulan 1 1
1
Sebutkan dimana kita sekarang :
1
1. Negara
2. Propinsi 1
3. Kota
2 4. Rumah sakit (paling dekat dengan rumah) 1 1
5. Bagian rumah (sebutkan)
3 Registrasi 1
Mengingat kembali 5
Bahasa
BAB III
PEMBAHASAN
1. A. Contoh Formatdan Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.S Dengan Rematik (Osteoartritis) Di
Perumahan Villa Adi Prima Kota Sukabumi
1. A. Karakteristik Demografi
A. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. S
Golda : O
Agama : Islam
Nama : Ny. D
1. Riwayat pekerjaan
Saat ini Ny.S tidak bekerja, sebelumnya Ny.S bekerja sebagai penjahit. Sumber pendapatan Ny.S
yang di dapat dari hasil kebun miliknya dan uang pensiunan suaminya masih dapat mencukupi
kebutuhan Ny.S sehari-hari.
1. Aktivitas rekreasi
Di rumah Ny.S suka masak-masak, Ny.S juga sering memasak untuk cucu-cucunya yang tinggal
dengan klien. Ny.S jarang pergi berwisata. Ny.S sering mengikuti pengajian yang diadakan di
masjid,biasanya diadakan seminggu 2 kali.
1. Riwayat keluarga
A. Saudara/ anak kandung
1. Kunjungan keluarga
Setiap lebaran (Idul fitri) keluarga besar Ny.S selalu berkumpul di rumah Ny. S.
Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi, pantangan ataupun keluhan yang berhubungan
dengan makan.
1. Eliminasi
à BAK dan BAB
Klien mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening,bau khas. Klien BAB 1x/ 2
hari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas. Biasanya klien BAB di
pagi hari. Klien tidak mempunyai keluhan mengenai BAK ataupun BAB.
1. Personal hygiene
A. Mandi
Ny.S mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun.
1. Oral hygiene
Ny.S tidak menggosok gigi karena Ny.S sudah tidak mempunyai gigi.
1. Cuci rambut
Biasanya Ny.S membersihkan rambutnya dengan shampo 2 hari 1x.
1. C. Status Kesehatan
A. Status kesehatan saat ini
i. Keluhan utama 1 tahun terakhir :
Ny.S mengatakan pegal-pegal pada persendian bila Ny.S merasa kecapean.
1. Faktor pencetus
Ny.S mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan.
1. Timbulnya keluhan
Ny.S mengatakan pegal-pegal timbul setelah beraktifitas berat.
1. Upaya mengatasi
Ny.S mengatakan biasanya kalau asam uratnya kambuh Ny.S memanggil tukang pijat,
Mengkonsumsi obat-obatan tradisional, Pergi ke klinik pengobatan atau dokter praktik.
1. Riwayat alergi
Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi.
1. Riwayat kecelakaan
Ny.S mengatakan dulu Ny.S pernah mengalami kecelakaan motor, tapi lukanya tidak serius,
hanya lecet-lecet saja.
RR : 20 x / menit
S : 36,5 °C
1. Mulut, gigi dan bibir : keadaan mulut baik, gigi tidak ada, bibir agak
kering.
1. Dada
– Jantung
Perkusi : pekak
– Paru
Perkusi : Redup
Auskultasi : Vasikuler
1. Abdomen
Inspeksi :Simetris
Perkusi : Timpani
1. Fungsi kognitif
Berdasarkan analisa hasil, Ny.S tidak bisa menjawab pertanyaan di mana alamatnya. Dengan
jumlah kesalahan total 1 yang menunjukan bahwa fungsi intelektual Ny.Sutuh.
1. Status fungsional
Analisa hasil dengan jumlah17 yang menunjukan bahwa Ny.S masih bisa melakukan aktifitas
dengan mandiri seperti mandi di kamar mandi, menyiapkan pakaian dan mengenakannya,
memakan makanan yang telah di siapkan, memelihara kebersihan diri, dapat mengontrol
pengeluaran fases dan air kemih, berjalan tanpa alat bantu, menjalankan ibadah, melakukan
pekerjaan rumah, berbelanja, dll.
1. Dukungan keluarga
Ny.S mengatakan selalu puas bahwa Ny.S dapat kembali pada keluarga (teman-teman) Ny.S
untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan Ny.S, Ny.Sselalupuas dengan cara keluarga
(teman-teman) Ny.S membicarakan sesuatu dengan Ny.S dan mengungkapkan masalah dengan
Ny.S, Ny.Sselalu puas bahwa keluarga (teman-teman) Ny.S menerima dan mendukung
keinginan Ny.S untuk melakukan aktivitas atau arah baru, Ny.Sselalu puas dengan cara keluarga
(teman-teman) Ny.S mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi Ny.S,
Ny.Skadang-kadang puas dengan cara teman-teman Ny.S dan Ny.S menyediakan waktu
bersama-sama.
Dari analisa hasil APGAR yang di peroleh dari Ny.S adalah 9 yang menunjukan bahwa fungsi
sosial Ny.S normal.
1. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah ada di belakang rumah (±10m), di bakar 2 minggu sekali
1. Sumber pencemaran
asap dari dapur (Ny.S masih menggunakan tungku untukmemasak)
1. Risiko injury
keadaan kamar mandi licin, tidak ada tangga di rumah Ny.S.
Lampiran :
1. Masalah kesehatan kronis
Keluhan kesehatan/ gejala
yang di rasakan klien
dalam waktu 3 bulan Tidak
terakhir berkaitan dengan Selalu Sering Jarang pernah
No. fungsi-fungsi (3) (2) (1) (0)
A. Fungsi Penglihatan
V
1. Penglihatan kabur
V
1. Mata berair
B. Fungsi pendengaran
V
1. Pendengaran berkurang
V
1. Telinga berdenging
C. Fungsi paru-paru
V
1. Sesak nafas
V
1. Berdahak/sputum
D. Fungsi jantung
V
1. Jantung berdebar-debar
V
1. Cepat lelah
V
1. Nyeri dada
E. Fungsi pencernaan
V
1. Mual/ muntah
V
1. Nyeri ulu hati
1. Perubahan kebiasaan
BAK V
(mencret/sembelit)
F. Fungsi pergerakan
V
1. Nyeri kaki saat jalan
G. Fungsi persyarafan
1. Lumpuh/kelemahan V
pada kaki atau tangan
V
1. Kehilangan rasa
V
1. Gemetar/tremor
Fungsi saluran
H. perkemihan
V
1. BAK banyak
1. Tidak mampu
mengontrol
pengeluaran air kemih V
(ngompol)
13 6 19
Jumlah
Analisa hasil :
Skor £ 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan
1. Fungsi kognitif
Pengkajian status kognitif dan afektif
Skor
+ – No Pertanyaan Jawaban
Senin,07-
V 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun) 10- 2013
30.000-
5.000=
25.000
35.000-
20.000 =
5000
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara 5000-3000
V 10. menurun = 2000
Analisa hasil
1. Status fungsional
Mandiri Tergantung
Jumlah 17
Analisa hasil :
1. Status psikologis
Modifikasi skala depresi geriatrik yesavage
Y
5 Penuh pengharapan akan masa depan? a Ya
Y
8 Merasa bahagia di sebagian besar waktu? a Ya
Y
27 Menikmati tidur? a Ya
Y
29 Mudah mengambil keputusan? a Ya
Jumlah 2
Analisa hasil :
Nilai : 0 – 5 ; normal
APGAR Keluarga
Analisa Data
1. Ds :
– Ny.S mengatakan
destruksi Nyeri akut
P = Pegal2 timbul setelah beraktifitas
berat. sendi
S = Skala 5
Do :
– Ny.S tampak meringis
kesakitan
2. Ds :
– Ny.S mengatakan tidurnya
tidak bisa nyenyak. pergeseran Deprivasi
tahap tidur tidur
– Ny.S mengatakan biasa nonton terkait
tv sebelum tidur. dengan
proses
– Ny.S mengatakan sering penuaan
terbangun tengah malam dan merasa
kepalanya pusing.
Do :
– Ny.S tampak mengantuk
– Ny.S terlihat pucat
– Terdapat kantong mata
– Konjungtiva Ny.S terlihat
kemerahan.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi.
2. Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait dengan
proses penuaan.
Intervensi
analgesik
dalam meng
kekakuan
meningkatka
mobilitas.
4. Rasa dingin
menghilangk
nyeri dan b
selama
akut.
5. Penggunaan
dapat meng
gejala inflam
gejala remati
pasien.
1. Libatkan dalam
aktivitas hiburan
yang sesuai untuk
situasi individu.
1. Kolaborasi:
Berikan obat-
obatan sesuai
petunjuk.
1. Berikan es
kompres dingin
jika dibutuhkan.
1. Anjurkan pasien
untuk terapi
herbal dengan
menggunakan
jahe
A. Membantu
dalam
menentukan
kebutuhan
manajemen
nyeri dan
keefektifan
program.
1. Bantu kebiasaan
klien sebelum
tidur misalnya
mendengarkan
musik, membaca
dan berdoa.
2. Hindari latihan
fisik yang
berlebihan
sebelum tidur
1. Ajarkan pada
klien dan
keluarga tentang 1. Latihan fisik
faktor yang dapat berlebihan
mengganggu menyebabkan
deprivasi tidur
tidur. kelelahan.
1. Berikan
matras/kasur keras,
Ds: –
bantal kecil.
Do: – Ny.S terlihat sibuk
menonton tv.
1. Libatkan dalam
aktivitas hiburan
yang sesuai untuk
situasi individu.
Ds : – Ny.S mengatakan
kondisinya sedikit lebih baik.
1. menganjurkan
pasien untuk Do : –
mengkonsumsi obat
herbal dengan
menggunakan jahe.
1. Menganjurkan
pasien minum obat
analgesik yang di
berikan dokter
sebelum tidur. Ds : – Ny.S mengatakan bisa
tidur nyenyak
misalnya
– Ny.Smengatakan selalu
mendengarkan
membaca doa sbelum tidur
musik, membaca
dan berdoa.
Do : –
Evaluasi
– Ny.Smengatakan
nyaman
– Ny.Smengatakan
nyerinya berkurang
–
O:
P : Lanjutkan intervensi
O:
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV
KESIMPULAN
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang
dapat dijadikan dalam persoalan hukum, dan merupakan bukti pencatatan dalam pelaporan yang
dimiliki perawat dan tim kesehatan lainnya. Dokumentasi keperawatan ini mengacu pada nursing
proses yang terdiri dari pengkajian, dignosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan
(Pudjiasti & Utomo, 2003). Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia
adalah demensia yang lebih dikenal dengan kepikunan. Untuk mencegah demensia pada lansia
tersebut, solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan tes MMSE, dimana tes ini
sangat mudah di kerjakan dan dilakukan untuk para lansia sehari-harinya.
Bio-Psiko-Sosial-Spiritual sangatlah penting untuk para lansia karena kebutuhan mereka
haruslah sangat terpenuhi dimana para lansia secara tidak sadar suka terganggu dan butuh di
motivasi oleh seorang perawat agar kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritualnya terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Markam, S. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan Otak). Jakarta:
Grasindo.
Santoso, H dan A. Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia, hal.50.
Suara Merdeka. 30 Juni, 2010. Demensia Pada Lansia. Suara Merdeka.