Saya maksudkan dengan Pemikiran Filsafati Dalam Islam adalah
AT-TAFKIR AL-FALSAFI FIL-ISLAM, yaitu menganalisa Islam secara ilmiyah dengan menggunakan filsafat sebagai alatnya, atau dengan menggunakan filsafat sebagai alatnya, atau dengan menggunakan pendekatan kefilsafatan (philosophical approach). Dengan demikian, maka ia adalah analisa kefilsafatan (philosphical analysis). Karena itu adalah analisa kefilsafatan, maka ia bersikap kritis dan dialektis. Bersikap kritis yaitu tidak menganggap bahwa sesuatu jawaban atau kesimpulan itu sudah final. Dan bersikap dialektis yaitu kritik yang berulang-ulang terhadap pendapat-pendapat. Dengan memakai metode dialektis akan menunjukkan bahwa sesuatu pendirian atau pendapat itu salah dengan membawa pendirian atau pendapat itu kepada self- contradiction dengan dirinya sendiri. Di dalam pembahasan ilmu pengetahuan terhadap apa yang disebut disiplin (discipline dalam bahasa Inggris), yaitu cabang ilmu yang diperoleh dengan jalan latihan yang sistematis dan dengan menggunakan metode ilmiyah yang setepat-tepatnya. Disiplin, sebagai suatu sistem ajaran tentang kenyataan, yaitu ilmu atau kegiatan berfikir berdasarkan pandangan tertentu dalam berusaha menganalisa atau membahas bahkan mencari cara pemecahannya atas masalah-masalah atau gejala-gejala yang dengan nyata terdapat dalam masyarakat dalam kaitannya dengan kehidupan manusia dan menyangkut kebutuhan pokok manusia sebagai warga masyarakat. Disiplin ilmu meliputi disiplin analitis dan disiplin preskriptif. Disiplin analitis sifatnya menganalisa, sedangkan disiplin preskriptif (prescriptive dalam bahasa Inggris) sifatnya memberikan petunjuk atau ketentuan-ketentuan. Disiplin preskriptif yaitu disiplin hukum meliputi :
PP.Annuqayah Guluk-Guluk,. 11-15 Pebruari
1 2012 Ilmu-ilmu hukum, Politik Hukum dan Filsafat Hukum. Sedangkan disiplin analitis yaitu Sosiologi, Psikologi dan Filsafat. Jadi, ilmu itu kegiatan berfikir untuk menganalisa, membahas dan mencari cara pemecahan masalah-masalah. Dan masalah-masalah itu adalah masalah-masalah yang terdapat dalam masyarakat dan berkaitan dengan kebutuhan manusia sebagai warga masyarakat dan berkaitan dengan kebutuhan manusia sebagai warga masyarakat. Oleh karena kebutuhan manusia itu berkembang, masyarakat itu berkembang dan masalah-masalah itu juga berkembang. Maka ilmu sebagai kegiatan berfikir juga harus berkembang. Dan salah satu syarat ilmu ialah berkembang. Jika ia tidak berkembang maka ia tidak ilmu. Filsafat atau Falsafah atau Philosphy berasal dari perkataan Yunani : Philosophia yang berasal dari kata Philein (to love = mencintai) atau Philos (keinginan) atau Phila (Isar : mengutamakan atau lebih suka) dan Sophia (wisdom = hikmah : kebijaksanaan). Maka Philosophia berarti mencintai, berkeinginan, mengutamakan atau lebih suka kepada kebijaksanaan. Dan orang yang mencintai, berkeinginan, mengutamakan ataulebih suka kepada kebijaksanaan disebut Philosophos yang dalam bahasa Arab disebut Failasuf. Para pengarang Arab meletakkan kata hikmah dan hakim ditempat kata falsafah dan failasuf, dan sebaliknya, sehingga dapat difahami bahwa kedua-duanya dianggap sama. Hal ini bermula dari penterjemahan kitab- kitab berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab yang dilakukan oleh Khalid bin Yazid bin Muawiyah (wafat 85 H/704 M) dan kawan-kawannya yaitu para failasuf Yunani yang sudah fasih berbahasa Arab, dan inilah penterjemahan yang pertama kali didalam Islam. Kemudian pada waktu Harun ar-Rasyid dan anaknya, Al-Ma’mun, didirikan perpustakaan Filsafat dengan nama Baitul-Hikmah.
PP.Annuqayah Guluk-Guluk,. 11-15 Pebruari
2 2012 Menurut Mustafa Abdur-Raziq, para pengarang Islam menganggap bahwa ilmu Usul Figh adalah ilmu Filsafat, karena ia menggunakan logika sebagai alatnya. Contoh : Aqimus-salah : aqimusigatul-amri sigatul-amri tadullu ‘alal-ijab, aqimu-yadullu ‘alal-ijab. Lizalik : As-Salatu wajibatun. Sebaliknya, Abdul-Halim Mahmud menganggap bahwa ilmu Usul Figh itu bukan ilmu Filsafat, karena ia tidak dapat mencapai al-kasyfu ‘anil- llah wa al-ittisalu bihi. Karena failasuf adalah orang yang menggunakan seluruh kehidupannya dan seluruh umurnya untuk memperoleh hikmah. Dan hikmah dapat dicapai dengan jalan akli dan dengan jalan riyadah untuk mencapai tasfiyah. Akan tetapi dengan jalan akli akan sampai kepada keragu-raguan, sedangkan dengan jalan tafsiyah (membersihkan diri) selangkah demi selangkah akan mencapai pada al-Haqq, yaitu Allah. Al-Gazali ketika hanya mengambil jalan akli dia selalu didalam keragu-raguan, tetapi setelah menyempurnakan dengan jalan tasfiyah maka dia mencapai ketenangan dan ketentraman jiwa. Oleh karena itu, maka jalan yang terbaik untuk mencapai hikmah adalah al-kasyfu ‘anil-llah summa al-ittisalu bihi. Jadi, berdaya upaya dan usaha keras itu adalah filsafat dan hasilnya adalah hikmah. Dan menurut al-Jurjawi bahwa apa yang dihasilkan oleh ahli fikir adalah filsafat, sedangkan apa yang dihasilkan oleh orang yang mendapatkan kasyf dari Allah adalah hikmah. Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa berfilsafat adalah berfikir, tetapi tidak semua berfikir disebut berfilsafat. Berfikir yang disebut berfilsafat adalah berfikir dengan insyaf, teliti dan menurut aturan yang pasti. Dan Harun Nasution mengatakan bahwa berfilsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
PP.Annuqayah Guluk-Guluk,. 11-15 Pebruari
3 2012 Filsafat merupakan usaha ilmiyah (scientific treatment), maka pengertian filsafat mulai apabila ada pemikiran ilmiyah yang diperoleh secara metodis dan disusun secara sistematis serta disertai dengan alasan- alasan (argument). Dan pemikiran filsafati adalah usaha manusia, maka kesimpulannya mengandung kebenaran relatif (relative truth), jadi bisa mungkin salah. Meskipun kesimpulannya dianggap mungkin salah, tetapi seseorang hanya menyerah kepada lawan pendapatnya yang mempunyai alasan dan dapat meyakinkan dia bahwa lawan pendapatnya itu adalah benar. Agama ialah ketentuan Ilahi yang membawa mereka yang berakal, yang mau berpegang kepada ketentuan tersebut, kepada kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akherat. Dan agama Islam ialah agama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umatnya guna mencapai kebaikan hidup di dunia dan akherat. Ajaran Islam disebut Syari’ah Islam mengandung : 1. dasar-dasar Islam yang disebut dengan aqidah Islam yang biasa dibahas oleh ilmu Kalam; 2. segala sesuatu yang berhubungan dengan pembersihan diri, jalan kearah keutamaan dan kebahagiaan hidup yang biasa dibahas oleh ilmu Akhlaq; 3. ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan perbuatan manusia, yang berupa halal, haram, makruh, sunat dan mubah, yang biasa dibahas oleh ilmu Figh.
Adapun sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah, karena agama
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Dan wahyu Allah ada dua macam, yaitu wahyu yang diturunkan lafzan wa ma’nan yaitu al-Qur’an, dan wahyu yang diturunkan ma’nan saja sedangkan lafaznya dari Nabi Muhammad yaitu as-Sunnah. Maka al-
PP.Annuqayah Guluk-Guluk,. 11-15 Pebruari
4 2012 Qur’an dan as-Sunnah adalah kedua-duanya sumber pokok ajaran Islam (the primary sources of Islamic teachings). Al-Qur’an yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad bukan hanya isi tetapi juga teks arabnya. Kebenaran datangnya al-Qur’an dalam teks arabnya dari Allah adalah bersifat absolut. Dan tafsirnya bukan wahyu, tetapi hasil ijtihad atau pemikiran manusia. Jadi yang diakui sebagai al-Qur’an adalah teks arab sebagaimana yang diterima oleh Nabi Muhammad dari Jibril. Dengan demikian, maka tafsirnya atau terjemahannya kedalam bahasa apapun tidak dapat dinamakan al-Qur’an. Dan as-Sunnah yang wajib diikuti dan diamalkan adalah yang absolut benar datangnya dari Nabi Muhammad (qat’iyyul wurud) dan yang sudah disepakati adalah as-Sunnah al-mutawatirah saja. Penggunaan pemikiran dan pemahaman terhadap al-Qur’an dan as- Sunnah sudah ada sejak zaman sahabat Nabi. Dan hal ini berjalan terus sampai pada zaman tabi’in, tabi’it-tabi’in dan para iman mazhab. Adapun yang mereka lakukan adalah penafsiran nas al-Qur’an atau as-Sunnah. Nas itu sendiri tidak berubah, tetapi yang senantiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman adalah penafsirannya. Oleh karena itu, maka menghadapi kejadian-kejadian baru yang timbul karena perkembangan masyarakat, perubahan suasana dan pembaharuan keperluan hidup perlu dilakukan pemahaman ulang terhadap nas yang menjadi dasar ketetapan. Hal ini dilakukan dengan jalan berubah tafsir nas (tagyiru tafsirin-nass) atau melakukan ijtihad baru (neo-ijtihad). Memang Islam sebagai agama adalah absolut, tetapi syari’at Islam dan pelaksanannya tidak luput dari hukum perubahan zaman dan tidak luput daripada interplay dengan situasi. Maka pemikiran filsafati dalam Islam mengajak untuk berfikir kritis dan dialektis terhadap pelaksanaan ajaran Islam. Dengan demikian, maka Islam mampu memberikan jawaban terhadap perkembangan dan perubahan zaman dan dapat dibuktikan bahwa
PP.Annuqayah Guluk-Guluk,. 11-15 Pebruari
5 2012 Islam adalah agama yang benar-benar sesuai untuk segala zaman dan tempat (salihun likulli zamanin wa makan) Sebagaimana sudah saya sebutkan bahwa sumber syari’at atau ajaran Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Nas al-Qur’an dan as-Sunnah dalam bahasa arab itu difahami dan ditafsirkan oleh seseorang menurut apa adanya tanpa menghubungkan dengan situasi dan kondisi lapangan. Cara ini disebut pemahaman dan penafsiran Tekstual. Jika nas itu difahami dan ditafsirkan dengan melihat hubungannya dengan situasi dan kondisi lapangan serta hubungannya dengan perbuatan-perbuatan manusia pelaksana ajaran (mukallaf), maka cara ini disebut pemahaman dan penafsiran kontekstual. Kemudian, jika pemahaman dan penafsiran Kontekstual itu dihubungkan dengan masalah-masalah yang aktual pada suatu waktu, maka ini disebut Aktualisasi Ajaran Islam. Aplikasinya pemikiran filsafati dalam masalah ini adalah sebagai berikut : Pertama, firman Allah : )184:ام اُ َخ ْر (البقرة ٍ َِّن اَي ً ان ِم ْن ُك ْم َم ِر ْي َ ضا اَ ْو َع َّ لى َس َف ٍر َفع ْ ِد ٌة م َ َف َم ْن َك Artinya : “Maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain”. (QS. II : 184).
Pemahaman dan penafsiran secara Tekstual menetapkan bahwa
siapa saja bepergian jika mencapai dua marhalah (menurut Syafi’I) maka dia boleh berbuka puasa (Ramadan), meskipun dia adalah seorang raja yang bepergian dengan pesawat khusus jet full AC. Apakah motif yang sebenarnya bagi Tuhan dalam menetapkan bahwa orang yang dalam perjalanan boleh membatalkan puasanya? Setelah difikirkan secara mendalam maka ditemukan bahwa motif yang sebenarnya adalah menolak penderitaan atau kesusahan (daf’ul masyaqqah), dan itulah hikmah penetapannya. Hikmah dapat difahami oleh orang yang
PP.Annuqayah Guluk-Guluk,. 11-15 Pebruari
6 2012 mempergunakan akal fikirannya. Dan hukum dapat ditetapkan berdasar hikmah dan maslahah, karena tidak mungkin nas al-Qur’an dan as-Sunnah tidak mempunyai hikmah dan maslahah. Dan praktek Umar bin Khattab tidak memberikan bagian zakat kepada muallaf juga didasarkan kepada hikmah. Oleh karena itu, apabila perjalanan tidak menimbulkan masyaqah maka orang tidak diperbolehkan membatalkan puasanya berdasar pada hikmah. Memang pada waktu belum ada alat angkutan yang canggih maka perjalanan menimbulkan masyaqah. Terutama di daerah yang keadaan geografisnya tidak baik dengan suhu udara yang sangat panas seperti di Arab Saudi. Adalah logis jika ditentukan bahwa dua marhalah dengan jarak jauh 80 km adalah ukuran untuk menentukan timbulnya masyaqah. Tetapi di zaman dimana alat angkutan sudah serba canggih, maka perjalanan tidak menimbulkan masyaqah. Sehingga dari Jedah ke Madinah yang jaraknya 425 km dapat ditempuh dalam waktu 1 jam dengan pesawat udara atau + 4 jam dengan mobil sedan full AC dan tidak menimbulkan masyaqah. Manusia hidup di dunia ini dalam keadaan yang berbeda kesehatannya dan kekuatan badannya. Maka Allah menghilangkan kesempitan dan menolak penderitaan dari diri manusia (QS. II (al-Baqarah) : 185; QS IV (an-Nisa’) : 38 : Q5 xxii al-Hajj) : 78). Oleh karena itu, maka Allah mewajibkan puasa hanya satu bulan dalam satu tahun, karena puasa itu memayahkan badan dan diri seseorang. Maka orang boleh tidak berpuasa jika musyaqah apabila dia berpuasa dan mengganti dengan membayar fidyah yaitu memberi maka seorang miskin setiap hari (QS II (al-Baqarah) : 184). Menurut Ibnu Abas bahwa QS II (al-Baqarah) : 184 tersebut diturunkan untuk orang laki-laki tua renta, orang perempuan tua dan orang sakit yang musyaqah jika berpuasa. Jika wanita hamil dan wanita menyusui dimaksukkan kedalam golongan orang yang kuasa melakukan puasa
PP.Annuqayah Guluk-Guluk,. 11-15 Pebruari
7 2012 dengan susah payah dan musyaqah (al-lazina yaqdiruna ‘alas-Saumi ma’asysyiddati wal-masyaqqati), sehingga dia boleh tidak berpuasa dengan mengganti membahar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin setiap hari. Kedua, firman Allah : ِّ َواَ َح َّل اهللُ ْال َب ْي َع َو َح َّر َم ْا )75: لر َبا (البقرة Artinya : “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS II : 275)
Pemahaman dan penafsiran secara Tekstual menetapkan bahwa
segala macam riba adalah haram. Dan oleh karena bungan bank adalah riba maka ia adalah haram. Jadi bunga bank adalah haram. Syari’at Islam diturunkan untuk manusia seluruhnya. Oleh karena itu, ia berdiri tegak atas asas yang sesuai untuk seluruh manusia disemua tempat dan waktu, sesuai untuk semua bangsa dan negara sepanjang masa. Asas itu adalah asas Keadilan (al-‘adalah). Islam membuktikan adanya keadilan bagi seluruh manusia. Dan keadilan adalah asas yang kuat bagi tegaknya kehidupan masyarakat manusia. Dan syari’at Islam telah menjadikan keadilan sebagai ajaran moralitas sosial yang tidak boleh dilanggar. Seorang laki-laki yang melakukan poligami wajib memperlakukan para istrinya secara adil, yaitu sama dalam nafkah dan giliran. Jadi konsepsinya tentang keadilan adalah persamaan (equality). Akan tetapi dalam hal dimana antara satu istri dengan istri yang lain mempunyai kebutuhan hidup, status sosial dan nafsu birahi yang berbeda, maka ketidak samaan dibenarkan karena kemanfaatan (utility). Dalam hal ini konsepsinya tentang keadilan adalah memberikan kepada seseorang apa yang semestinya dia terima, sesuai dengan prinsip keadilan yang definitif yaitu : giving each his own (memberikan kepada masing-masing orang akan kepunyaannya atau haknya sendiri.
PP.Annuqayah Guluk-Guluk,. 11-15 Pebruari
8 2012 Konteks ayat-ayat riba adalah dengan kaum du’afa’ (kaum ekonomi lemah), tidak dengan kaum agniya’ (kaum ekonomi kuat), dan dengan sikap mental atau moral seseorang yaitu berlaku adil dan bermurah hati. Karena thesenya berhubungan dengan kaum du’afa’, maka antithesenya adalah zakat, sadaqah dan tidak aniaya. Lihat QS XXX (ar-Rum) : 39; QS II (al- Baqarah) : 276,277,279,280. Dalam konteksnya dengan kaum du’afa’ yang semestinya diberi zakat atau sadaqah, maka memberi pinjaman dengan bunga adalah tidak bermoral yaitu aniaya (zalim). Kepada mereka semestinya tidak memberi pinjaman, apalagi dengan bunga, tetapi kepada mereka semestinya bermurah hati yaitu memberi zakat atau sadaqah. Akan tetapi dalam konteksnya dengan kaum agniya’, apalagi dengan badan usaha atau kaum pengusaha, maka memberi pinjaman dengan bunga adalah tidak aniaya yaitu adil. Karena, mereka menggunakan modal yang dipinjam dari bank untuk melakukan usaha yang keuntungannya sudah dapat diperhitungkan sebelumnya. Maka adalah adil apabila kepada mereka diminta memberikan sebagian keuntungannya yang jumlahnya sudah ditentukan sebelumnya. Bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang. Tujuan pembangunan nasional itu adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang serata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Beaya pembangunan nasional itu tidak sedikit yang sebagiannya diperoleh dari pinjaman, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dana yang diperoleh dari pinjaman itu dipergunakan untuk melaksanakan pembangunan yang hasilnya atau keuntungannya sudah dan akan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, adalah adil dan sesuai dengan asas keadilan apabila bangsa Indonesia berkewajiban membayar kembali dana pinjaman dengan kewajiban membayar bunga.
PP.Annuqayah Guluk-Guluk,. 11-15 Pebruari
9 2012 BIODATA PENULIS Nama : Mufti Ali (Mad.Selenk) Alamat : Batu Labang Jaddung Pekerjaan : Musisi + Pelajar/Mahasiswa Pengalaman : Nyantri di- Al-Ihsan Induk 3 Hari, Al-Azhar, 3 Bulan, Annuqayah 3 Tahun Penulis Puisi “Andai aku bisa berandai” Jawa Pos 2008 Penulis Puisi “Kau” Horizon 2008 Penulis Artikel “Implementasi Beljar” Latanza 2008 Cameraman Ulfa Studio,Sandi Record BWG. 2010-Sekarang