Anda di halaman 1dari 7

Upayah-upayah mencegah kesepian pada lansia di panti werdha

 Dari hasil penelitian Arlis, dan Windy Viktorina Tahun 2019 tentang
“Pengaruh Terapi Musik Tradisional Cina Terhadap Kesepian Pada
Lansia Di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Kelurahan Martubung
Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2019” di dapatkan
bahwa Rata-rata responden yang direkrut dalam penelitian melaporkan
bahwa kesepian pada kelompok sebelum (pre test) dilakukan terapi
musik tradisional cina berada pada kategori kesepian berat dengan nilai
frekuensi kesepian menunjukkan bahwa dari 41 responden, kategori kesepian
sebelum dilakukan terapi musik tradisional cina adalah kesepian rendah
sebanyak 1 responden (2,4%), kesepian sedang sebanyak 8 responden
(19,5%), kesepian berat sebanyak 32 responden (78,0%). Sedangkan Rata-
rata responden yang direkrut dalam penelitian melaporkan bahwa
kesepian pada kelompok sesudah (post test) dilakukan terapi music
tradisional cina berada pada kategori tidak kesepian dengan nilai
frekuensi kesepian menunjukkan bahwa dari 41 responden, kategori kesepian
sesudah dilakukan terapi musik tradisional cina adalah adalah tidak kesepian
sebanyak 22 responden (53,7%), kesepian rendah sebanyak 13 orang (31,7%),
kesepian sedang sebanyak 5 responden (12,2%), kesepian berat sebanyak 1
responden (2.4%).
Sehingga Berdasarkan hasil analisa Paired Sampel T-Test, menunjukan
bahwa perbedaan nilai rata – rata kesepian pada responden sebelum dan
sesudah intervensi dengan terapi musik tradisional cina yaitu 29,951 dimana
nilai t hitung lebih besar dari t tabel (th=18,057) dan nilai P. Value adalah
0,000 , sehingga dapat dinyatakan bahwa jika nilai p < 0,05 maka Ho ditolak
atau ada pengaruh terapi musik tradisional cina terhadap kesepian pada
lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Kelurahan Martubung
Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2019.
 Berikutnya hasil penelitian dari Kartika Chandra Kirana Tahun 2021 Tentang
“Gambaran Pengalaman Kesepian Dan Penerapan Logoterapi Pada
Perempuan Lansia Warga Binaan Panti Wreda” bahwa pendekatan logoterapi
dipandang memiliki keterbatasan untuk mengatasi permasalahan kesepian
pada perempuan lansia warga binaan panti wreda di Indonesia. Kondisi
kesepian dan kehampaan eksistensial yang dialami partisipan sebelum
intervensi nyaris serupa dengan kondisi setelah intervensi dilakukan, yaitu
tidak mengalami perkembangan menjadi kepemilikan hidup yang menghayati
makna. Agar logoterapi dapat membantu mengatasi permasalahan pada lansia,
termasuk pengalaman kesepian, diperlukan partisipan dengan karakteristik
pribadi tertentu, yang disertai dengan niat yang mantap, konsistensi dan
kesinambungan dalam menerapkan teknik dan latihan, serta keterikatan dan
keterlibatan diri yang tinggi dalam rentang waktu yang cukup memadai.
Dibutuhkan pula kerja sama dan komitmen dari lansia warga binaan, pengurus
panti, keluarga, fasilitator, dan pihak-pihak lain yang terkait, dan juga
meskipun kedua partisipan belum menjalani hidup yang bermakna, namun
dapat terlihat berbagai potensi dimensi spiritual yang sesungguhnya telah
membantu keduanya bertahan hingga saat ini. Potensi itulah yang seyogianya
terus digali dan diberdayakan, terutama melalui stimulasi berkesinambungan
nilai karya dan penghayatan, serta paparan tujuan dan harapan hidup yang
lebih jelas dan logis, hingga suatu hari kelak, dengan tidak sepenuhnya
disadari dan tidak secara sengaja direncanakan, kedua partisipan dan para
warga binaan mampu mencapai potensi yang optimal dan memenuhi harkat
sebagai insani yang luhur dan bermartabat.
 Hasil penelitian dari Fuadah Fahrudiana dan Kusbaryanto tahun 2019 Tentang
“Berbagai Intervensi yang Dapat Mengurangi Kesepian pada Lansia” di
dapatkan bahwa Program pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan merupakan
intervensi :
- Intervensi pertama yang dikemukakan dalam penelitian yang dilakukan di
Spanyol. Hasil penelitiannya menyatakan ketrampilan untuk sukses dalam
proses penuaan pada lansia, mengulas program pendidikan kesejahteraan
dan kesehatan. Program tersebut memiliki pengaruh positif untuk
menurunkan masalah kesepian pada lansia. Hal ini dibuktikan dengan
adanya perbedaan signifikan secara statistik antara kelompok kontrol dan
eksperimen yang dievaluasi. Program pendidikan ini diciptakan dengan
mempertahankan metodologi partisipatif dengan kegiatan-kegiatan seperti:
dinamika kelompok, topik pengantar motivasi, refleksi kelompok,
menonton dan mengomentari video, resolusi kasus praktis,
demonstrasi tentang bagaimana menerapkan apa yang dipelajari dan
bermanfaat, bermain peran,
- Intervensi kedua yang dapat menurunkan masalah kesepian pada lansia
yaitu I-SOSIAL. intervensi ini merupakan peningkatan kompetensi sosial
dan integrasi sosial lansia yang mengalami kesepian. Intervensi bertujuan
untuk mengurangi kesepian didasarkan pada format kelompok atau
individu dan mereka terlibat dalam berbagai jenis konten, seperti bantuan
psikologis, pelatihan keterampilan sosial, kegiatan rekreasi seperti seni
atau olahraga, atau bantuan praktis misalnya, menggunakan alat bantu
dengar.
- Latihan Tai Chi Qigong adalah intervensi ketiga yang dapat menurunkan
masalah kesepian pada lansia berupa meditasi gerak dan senam kesehatan
yang memadukan gerakan fisik, pernapasan dan pikiran dalam satu
kesatuan sehingga bisa selaras dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan
jiwa. Hasil penelitian didapatkan tingkat manfaat yang dirasakan tinggi.
Secara khusus peserta intervensi melaporkan peningkatan yang signifikan
lebih besar pada skala kesepian, intervensi kepercayaan dan komponen
kepuasan dari kuesioner dukungan sosial daripada kelompok kontrol. Hal
ini menandakan bahwa adanya keterpaduan intervensi antara aspek fisik,
pikiran dan psikologis serta sosial dapat saling mendukung untuk
menurunkan masalah kesepian pada lansia secara efektif. Latihan ini
biasanya dilakukan dalam kelompok, dan memiliki peringkat penerimaan
yang tinggi di kalangan lansia. Semua karakteristik ini menunjukkan nilai
potensial tai chi qigong dalam meningkatkan kesehatan sosial dan kualitas
hidup lansia yang mengalami masalah kesepian di masyarakat.
- Intervensi keempat yaitu peningkatan dukungan sosial dengan model
SMG. Sehubungan dengan pendahulunya, kami memperhatikan untuk
meningkatkan kesadaran individu tentang manajemen kesehatan dan
kemampuan dalam manajemen diri, manajemen bersama dan manajemen
kelompok dengan meningkatkan self-efficacy mereka, dan kemudian
membangun model SMG. Lansia kesepian sepenuhnya diberdayakan
untuk memahami dan memecahkan masalah mereka sendiri yang berkaitan
dengan kesehatan dengan self-efficacy maksimum. Model ini, peneliti dan
pekerja masyarakat terutama memainkan peran instruktur manajemen
kesehatan untuk membantu dalam pelaksanaan intervensi berbasis SMG.
Intervensi berbasis SMG efektif dalam meningkatkan dukungan sosial di
antara lansia yang kesepian.
- Membangun jejaring sosial dapat menjadi intervensi kelima dalam
mengurangi masalah kesepian pada lansia. Jenis dan ukuran jejaring sosial
memiliki peran dalam hubungan antara kesepian dan depresi.

 Hasil penelitian dari Krisnawardani tahun 2019 tentang “Hubungan Dukungan


Emosional Keluarga Dengan Tingkat Kesepian Pada Lansia Yang Berada Di
Kelurahan Gedanganak Ungaran Timur” bahwa Hasil penelitian ini sebagian
keluarga memberikan dukungan emosional yang cukup pada lansia. Pada
dukungan emosional keluarga berupa memberikan dukungan terhadap kegiatan
lansia, 100% lansia menyatakan bahwa keluarga mereka memberikan dukungan
terhadap kegiatan yang dilakukannya, dan lansia menyatakan bahwa keluarga
menunjukkan kasih sayang dengan menyempatkan waktu untuk berkumpul
dirinya 76,7%, keluarga senang saat lansia bersosialisasi dengan orang di sekitar
lingkungan rumah 89,7% dan seluruh keluarga (100%) memberikan lansia
kesepatan untuk bertukar pendapat dalam mengatasi suatu masalah. Pada Hasil
penelitian juga didapatkan bahwa 56 lansia (27,7%) mendapatakn dukungan
emosional yang baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sugiarto (2017) yang menyatakan bahwa sebagian besar dukungan emosional
keluarga adalah baik sebanyak 29 responden (80,8%), Hasil ini diperoleh sebab
dukungan emosional merupakan pernyataan tentang cinta, perhatian,
penghargaan, dan kepercayaan dari keluarga kepada lansia yang berfungsi untuk
memperbaiki perasaan-perasaan negatif pada lansia. Pada dukungan emosional
keluarga berupa memberikan dukungan terhadap kegiatan lansia, 100% lansia
menyatakan bahwa keluarga mereka memberikan dukungan terhadap kegiatan
yang dilakukannya, dan lansia menyatakan bahwa keluarga menunjukkan kasih
sayang dengan menyempatkan waktu untuk berkumpul dirinya 100%, dan
seluruh keluarga (100%) memberikan lansia kesempatan untuk bertukar
pendapat dalam mengatasi suatu masalah. Berdasarkan penelitian juga
didapatkan bahwa 33 responden (16,3%) mendapatkan dukungan keluarga yang
kurang. Pada dukungan emosional keluarga berupa memberikan dukungan
terhadap kegiatan lansia, 0% lansia menyatakan bahwa keluarga mereka selalu
memberikan dukungan terhadap kegiatan yang dilakukannya, dan lansia
menyatakan bahwa keluarga selalu menunjukkan kasih sayang dengan
menyempatkan waktu untuk berkumpul dirinya 0%, dan seluruh keluarga tidak
pernah memberikan lansia kesepatan untuk bertukar pendapat dalam mengatasi
suatu masalah 100%.

 Hasil dari penelitian dari Wahyu Elok Pambudi,dkk tahun 2017 tentang
Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap
Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia dengan Kesepian di Pelayanan Sosial
Lanjut Usia (PSLU) Jember (The Effects of Socialization Group Activity
Therapy (SGAT) toward Ability of Social Interaction of Elderly with Loneliness
at Nursing Home Jember) bahwa Hasil penelitian terkait kemampuan interaksi
sosial lansia sebelum TAKS menunjukkan nilai rata-rata kemampuan interaksi
sosial lansia sebelum diberikan TAKS adalah 22,31 (kemampuan interaksi sosial
cukup). Kemampuan interaksi sosial yang telah dikategorikan menunjukkan
seluruh lansia yang menjadi responden penelitian memiliki kemampuan interaksi
sosial cukup, dan lansia yang menjadi responden tidak ada yang memiliki
kemampuan interaksi sosial kurang dan baik. Kemampuan interaksi sosial
seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai hambatan yang terjadi. Hambatan
dalam interaksi sosial disebabkan karena kuantitas pertukaran sosial yang tidak
memadai atau berlebih serta ketidakefektifan kualitas pertukaran sosial.
Seseorang dapat dikatakan mengalami hambatan dalam interaksi sosial ketika
merasa tidak nyaman pada situasi sosial dan tidak mampu untuk menerima rasa
keterikatan sosial yang memuaskan, sedangkan Hasil penelitian terkait status
kemampuan interaksi sosial lansia setelah diberikan TAKS menunjukkan 18
orang (94,7%) dikategorikan memiliki kemampuan interaksi sosial baik dan
sebanyak 1 orang (5,3%) yang dikategorikan memiliki kemampuan interaksi
sosial cukup, serta tidak didapatkan lansia yang dikategorikan memiliki
kemampuan interaksi sosial kurang. Hasil ini menggambarkan sebagian besar
lansia memiliki kemampuan interaksi sosial yang baik setelah diberikan TAKS.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi yang bertujuan
meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah
perilaku, TAKS merupakan salah satu upaya dengan cara memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial, yang
bertujuan meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
 Hasil Penelitian dari Lady Christanti Rekadhayu tahun tahun 2019 tentang
“Metode Katarsis Untuk Mengurangi Loneliness Pada Lansia Di Panti Werda”
bahwa Setelah melakukan proses penelitian yang dilakukan terhadap subyek
dengan Terapi Supportif Katarsis dapat terlihat bahwa subyek tampak lebih ceria
karena mengisi waktunya dengan menjalin komunikasi dan berinteraksi dengan
teman di panti ataupun dengan pegawai. Subyek menemukan teman dan dapat
berbagi cerita ataupun perasaan yang dialami. Subyek juga mau untuk
berjalanjalan di sekitar panti untuk menyapa pegawai ataupun teman-teman yang
ditemuinya sehingga subyek tidak jenuh.

Upayah-upayah pencegah kesepian pada lansia adalah

1. Terapi Musik Tradisional Cina (Windy Viktorina Tahun 2019 tentang “Pengaruh
Terapi Musik Tradisional Cina Terhadap Kesepian Pada Lansia Di Panti Jompo
Yayasan Guna Budi Bakti Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota
Medan Tahun 2019)
2. Penerapan Logoterapi (Kartika Chandra Kirana Tahun 2021 Tentang “Gambaran
Pengalaman Kesepian Dan Penerapan Logoterapi Pada Perempuan Lansia Warga
Binaan Panti Wreda”
3. Ada beberapa intervensi yaitu:
1. dinamika kelompok, topik pengantar motivasi, refleksi kelompok, menonton
dan mengomentari video, resolusi kasus praktis, demonstrasi tentang
bagaimana menerapkan apa yang dipelajari dan bermanfaat, bermain peran
2. I-SOSIAL
3. Latihan Tai Chi Qigong
4. dukungan sosial dengan model SMG
5. Membangun jejaring sosial
(Fuadah Fahrudiana dan Kusbaryanto tahun 2019 Tentang “Berbagai Intervensi
yang Dapat Mengurangi Kesepian pada Lansia)
4. Hubungan Dukungan Emosional Keluarga (Krisnawardani tahun 2019 tentang
“Hubungan Dukungan Emosional Keluarga Dengan Tingkat Kesepian Pada Lansia
Yang Berada Di Kelurahan Gedanganak Ungaran Timur)
5. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) (Wahyu Elok Pambudi,dkk tahun
2017 tentang Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap
Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia dengan Kesepian di Pelayanan Sosial
Lanjut Usia (PSLU) Jember (The Effects of Socialization Group Activity Therapy
(SGAT) toward Ability of Social Interaction of Elderly with Loneliness at Nursing
Home Jember)
6. Metode Katarsis (Lady Christanti Rekadhayu tahun tahun 2019 tentang “Metode
Katarsis Untuk Mengurangi Loneliness Pada Lansia Di Panti Werda)

Anda mungkin juga menyukai