Disusun Oleh :
Pelaksana : mahasiswa
A.Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga dapat memahami
informasi yang diberikan dalam penyuluhan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari hari.
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan klien & keluarga mampu:
6) Menyebutkan hal-hal yang dapat di lakukan keluarga yang mempunyai keluarga Perilaku
Kekerasan
6) Hal- hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai Perilaku Kekerasan
C.Media
a.media
E.Metode
1.penyuluhan
2.diskusi
3.tanya jawab
F.Materi
Terlampir
NO TAHAP WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN AUDIENS
3) Menjelaskan tujuan
Penyuluh/mahasiswa mengajukan
pertanyaan kepada perserta
tentang RPK
1. Tes Lisan
a. Mahasiswa mengajukan beberapa pertanyaan dari materi.
b. penyuluh kesehatan dikatakan berhasil apabila keluarga dapat menjawab materi dan
penyuluhan dengan nilai 80
2. Daftar pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku Kekerasan ?
2. Apa saja Penyebab Perilaku Kekerasan ?
3. Bagaimana Rentang respon marah Perilaku Kekerasan ?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan ?
5. Apa Akibat dari Perilaku Kekerasan ?
6. Apa saja Hal- hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai Perilaku
Kekerasan ?
7. Bagaiamana Peran keluarga dalam penanganan Perilaku Kekerasan ?
NO PERTANYAAN
SKOR
6 Apa saja Hal- hal yang dapat dilakukan keluarga yang 12,5
mempunyai Perilaku Kekerasan ?
Total 100
I. LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian RPK
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini perilaku kekerasaan dapat dilakukan secara
verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasaan dapat terjadi
dalam dua bentuk, yaitu perilaku kekerasaan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasaan
terdahulu (riwayat perilaku kekerasaan). (Keliat, Budi Anna, Akemat, dkk. 2018, 126)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan
Sundeen, 2016).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang, diri sendiri
baik secar fisik, emosional, dan atau seksualitas (Nanda, 2017).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2018)
2. Penyebab RPK
Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas,
tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan
terbagi atas faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
• Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya
mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau
amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiayaan atau
saksi penganiayaan juga berpengaruh. Sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang
lain dan keadaan sekitarnya maka dia menghadapinya dengan kekerasan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan
dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan
diakui statusnya. Sehingga Kebutuhan akan status dan prestise juga mempengaruhi perilaku seseorang
untuk melakukan kekerasan.
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).
4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
• Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan
dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik
dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan
merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap
individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan
melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini
cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif. Dengan melarikan
diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus,
maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai
depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon
kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 2015, hal 6).
a. Assertif
Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan
harga diri orang lain.
b. Frustasi
Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan yang tidak realistis. Frustasi
dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.
c. Pasif
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif
biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.
e. Mengamuk
Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu
dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Tindakan destruktif dan bermusuhan yang
kuat dan tidak terkontrol.
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a) Fisik
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
6) Jalan mondar-mandir
b) Verbal
1) Bicara kasar
5) Suara keras
6) Ketus
c) Perilaku
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e) Intelektual
f) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g) Sosial
h) Perhatian
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya,
orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar
rumah dll.
a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan minat bakat anggota
keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan sehingga diharapkan dapat meminimalisir
kejadian perilaku kekerasan.
b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak terkait contohnya
badan konseling, RT, atau RW dalam membantu menyelesaiakan konflik sebelum terjadi
tindakan kekerasan.
c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat membahas dan melaporkan
perkembangan anggota keluarga yang mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi
kejiwaan antara pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.
2) Memukul-mukul bantal
3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien mengucapkan apa yang tidak disukai klien
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu membawa klien ke rumah sakit
jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahakan dan utamakan keselamatan diri klien dan penolong.