Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

UPAYA MENGONTROL EMOSI DENGAN CARA FISIK

Disusun Oleh :

YANBADU (211151 5046) DANDY RINALDI.A (2111515040)


I WAYAN ANDRE (2111515077) FADILA ALQURNI (2111515047)
LAURIA ARINTIA (2111515048) NYOMAN BOY S.S (2111515035)
WIEKE AYU A (2111515040) MELA HERNA J (2111515004)
DEWI OKTAVIANA (2111515020) YOSUA WINATA (2111515045)
RIKA DAMAYANI (2111515003) ROSSI PRANANDA (21115150XX)
CANDRA WINATA (2111515034) YULIANUS TRI S (2111515108)
LENI DAWATI P.I.D(2111515097) I MADE ARIA D (2111515087)
VENANTIUS B.B.W (2111515092) SULISTIYANI (2111515084)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN/NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2022
SATUAN ACUAN PEMBELAJARAN (SAP)

Topik : Upaya mengontrol emosi dengan cara fisik

Pokok bahasan : Penanganan prilaku kekerasan

Sasaran : Pasien dan keluarga dengan resiko prilaku kekerasan

Tempat : Ruangan Nuri RSJD Provinisi lampung

Hari/Tanggal : Jumat/ 04-02-2022

Waktu : 10,00 WIB

Pelaksana : mahasiswa

A.Tujuan Instruksional

a.Tujuan Umum (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga dapat memahami
informasi yang diberikan dalam penyuluhan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari hari.

b.Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan klien & keluarga mampu:

1) Menyebutkan definisi (pengertian) dari Perilaku Kekerasan

2) Menjelaskan penyebab dari Perilaku Kekerasan

3) Menyebutkan rentang respon marah dari Perilaku Kekerasan

4) Menjelaskan tanda dan gejala dari Perilaku Kekerasan

5) Menyebutkan akibat dari Perilaku Kekerasan

6) Menyebutkan hal-hal yang dapat di lakukan keluarga yang mempunyai keluarga Perilaku
Kekerasan

7) Menyebutkan peran keluarga dalam penanganan Perilaku Kekerasan

B.Sub Pokok Bahasan

1) Pengertian Perilaku Kekerasan

2) Penyebab Perilaku Kekerasan

3) Rentang respon marah Perilaku Kekerasan


4) Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

5) Akibat Perilaku Kekerasan

6) Hal- hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai Perilaku Kekerasan

7) Peran keluargadalam penanganan Perilaku Kekerasan

C.Media

a.media

lcd proyektor dan leaflet

E.Metode

Berisi metode yang akan di gunakan pada pendidikan kesehatan

1.penyuluhan

2.diskusi

3.tanya jawab

F.Materi

Terlampir

G.Strategi Pelaksanaan Kegiatan

NO TAHAP WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN AUDIENS

1 Pembukaan 5menit 1. Pembukaan - Menjawab salam


- menjawab kabar
1) Memberi salam
- mendengarkan
2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan

4) Memberikan kesempatan untuk


bertanya
2 Kegiatan 25menit Pelaksanaan: - Mendengarkan
inti - Bertanya kepada
1. Menjelaskan materi yang
penyuluh atau
meliputi(pengertian,penye
mahasiswa
bab,dll)
- Menjawab
Diskusi pertanyaan yang
10 menit diberikan oleh
1. Perserta mengajukan mahasiswa
pertanyaan tentang upaya
mengontrol emosi dengan
cara fisik

Penyuluh/mahasiswa mengajukan
pertanyaan kepada perserta
tentang RPK

3 Penutup 4menit 1) Melakukan evaluasi - Menjawab


- Menyimpulkan
2) Memberikan reinforcement
bersama
3) Menyimpulkan kegiatan - Menjawab salam
penutup
4) Salam penutup
H.Evaluasi

1. Tes Lisan
a. Mahasiswa mengajukan beberapa pertanyaan dari materi.
b. penyuluh kesehatan dikatakan berhasil apabila keluarga dapat menjawab materi dan
penyuluhan dengan nilai 80

2. Daftar pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku Kekerasan ?
2. Apa saja Penyebab Perilaku Kekerasan ?
3. Bagaimana Rentang respon marah Perilaku Kekerasan ?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan ?
5. Apa Akibat dari Perilaku Kekerasan ?
6. Apa saja Hal- hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai Perilaku
Kekerasan ?
7. Bagaiamana Peran keluarga dalam penanganan Perilaku Kekerasan ?

3. Kisi-kisi pertanyaan dan skoring

NO PERTANYAAN
SKOR

1 apakah pengertin dari Resiko Prilaku Kekerasan? 12,5

2 coba sebutkan kembali penyebab Resiko Prilaku Kekerasan? 12,5

3 Bagaimana Rentang respon marah Perilaku Kekerasan ? 12,5

4 Coba sebutkan Bagaimana Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan ? 12,5

5 Apa Akibat dari Perilaku Kekerasan ?


12,5

6 Apa saja Hal- hal yang dapat dilakukan keluarga yang 12,5
mempunyai Perilaku Kekerasan ?

7 Bagaiamana Peran keluarga dalam penanganan Perilaku 12,5


Kekerasan ?

Total 100
I. LAMPIRAN MATERI

RESIKO PRILAKU KEKERASAN

1. Pengertian RPK
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini perilaku kekerasaan dapat dilakukan secara
verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasaan dapat terjadi
dalam dua bentuk, yaitu perilaku kekerasaan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasaan
terdahulu (riwayat perilaku kekerasaan). (Keliat, Budi Anna, Akemat, dkk. 2018, 126)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan
Sundeen, 2016).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang, diri sendiri
baik secar fisik, emosional, dan atau seksualitas (Nanda, 2017).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2018)

2. Penyebab RPK

Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas,
tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan
terbagi atas faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

• Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya
mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :

1) Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau
amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiayaan atau
saksi penganiayaan juga berpengaruh. Sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang
lain dan keadaan sekitarnya maka dia menghadapinya dengan kekerasan.

2) Perilaku

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan
dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan
diakui statusnya. Sehingga Kebutuhan akan status dan prestise juga mempengaruhi perilaku seseorang
untuk melakukan kekerasan.

3) Sosial budaya

Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).
4) Bioneurologis

Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

• Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan
dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik
dapat pula memicu perilaku kekerasan.

Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan
merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

3.RENTANG RESPON MARAH

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap
individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan
melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini
cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif. Dengan melarikan
diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus,
maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai
depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon
kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 2015, hal 6).

a. Assertif

Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan
harga diri orang lain.

b. Frustasi

Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan yang tidak realistis. Frustasi
dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.

c. Pasif

Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.

d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif
biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.

e. Mengamuk

Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu
dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Tindakan destruktif dan bermusuhan yang
kuat dan tidak terkontrol.

4. TANDA DAN GEJALA PRILAKU KEKERASAN

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:

a) Fisik

1) Muka merah dan tegang

2) Mata melotot/ pandangan tajam

3) Tangan mengepal

4) Rahang mengatup

5) Postur tubuh kaku

6) Jalan mondar-mandir

b) Verbal

1) Bicara kasar

2) Suara tinggi, membentak atau berteriak

3) Mengancam secara verbal atau fisik

4) Mengumpat dengan kata-kata kotor

5) Suara keras

6) Ketus

c) Perilaku

1) Melempar atau memukul benda/orang lain

2) Menyerang orang lain

3) Melukai diri sendiri/orang lain

4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif

d) Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

e) Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

f) Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

g) Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

h) Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual

5.AKIBAT PERILAKU KEKERASAN

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya,
orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar
rumah dll.

6. HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI


PERILAKU KEKERASAN

a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan minat bakat anggota
keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan sehingga diharapkan dapat meminimalisir
kejadian perilaku kekerasan.
b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak terkait contohnya
badan konseling, RT, atau RW dalam membantu menyelesaiakan konflik sebelum terjadi
tindakan kekerasan.
c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat membahas dan melaporkan
perkembangan anggota keluarga yang mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi
kejiwaan antara pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.

7. PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN PERILAKU KEKERASAN

a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :


1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota keluarga
2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga yang berada dalam
kesulitan.
3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir.
4) Menjalin keterbukaan
5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha memperbaiki kekurangan
tersebut
7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan pada anggota keluarga untuk
mengugkapkan perasaannya untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang
konstruktif.
8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum obat anggota dengan risiko
pelaku kekerasan dan mendiskusikan tentang pentingnya minum obat dalam mempercepat
penyembuhan.
9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih di rumah
sakit.
10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien untu mengendalikan marah.
11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan anggota keluarga risiko pelaku
kekerasan.
12) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir kesempatan melakukan
perilaku kekerasan.

b. Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan klien :


1) Menarik nafas dalam

2) Memukul-mukul bantal

3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien mengucapkan apa yang tidak disukai klien

4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu’ dan shalat

5) Mendampingi klien dalam minum obat secara teratur.

c. Bila Klien dalam PK

Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu membawa klien ke rumah sakit
jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahakan dan utamakan keselamatan diri klien dan penolong.

Anda mungkin juga menyukai