Anda di halaman 1dari 41

2.

3 Menyusun Lebih Dari Dua Buah Gaya yang Bekerja dalam Satu Titik Tangkap
dan Terletak dalam Satu Bidang Datar

2.4.1 Dengan cara grafis


a. Dengan cara jajaran genjang gaya (parallelogram forces)

R1 R2 Pada kasus seperti pada gambar : 2.8 kita


lihat bahwa empatbuah gaya K1, K2, K3 dan
K4 bekerja pada satu titik tangkap, yaitu di
K1 titik Ө.
K2 Dengan melukis jajaran genjang gaya pada
R
setiap dua buah gaya, maka akhirnya akan
K3 didapat gaya-gaya resultan R dari semua
gaya-gaya komponen K1, K2, K3 dan K4.

Gambar 2.8
K4

Cara penyeselaian pada kasus diatas dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Membuat jajaran genjang gaya antara K1 dan K2 didapatkan R1
2. Membuat jajaran genjang gaya antara R1 dengan K3, didapatkan R2.
3. Membuat jajaran genjang gaya antara R2 dengan K4, didapatkan R.
R inilah gaya pengganti dari K1, K2, K3 dan K4.
Pada penyelesaian diatas pembuatan jajaran genjang gayanya disesuaikan dengan
urutan gaya, tetapi sebenarnya tidak harus begitu . boleh tidak urut, suatu contoh :
1. K1 dengan K4 didapat R1
2. R1 dengan K3 didapat R2
3. R2 dengan K2 didapat R
R yang didapat dengan urutan yang terakhir ini besar dan arahnya akan sama
dengan penyelesaian yang pertama diatas. Hanya saja gambar yang didapat memang
tidak akan sama. Sebagai catatan bahwa sebelum mulai menyelesaikan kasus diatas harus
terlebih dahulu dibuat skala gaya, agar besar gaya tersebut dapat dilukis dengan panjang
garis.

b. Dengan Cara Segi Banyak Gaya (Polygon Force)

K5’
K4’
K3
K2
K4
K3’
R
θ
K5
K1 θ
K2’ K1’

Gambar 2.9 Menyusun Gaya Konkuren dengan Segi Banyak Gaya

Sebagai contoh lima buah gaya bekerja pada sebuah benda berada pada satu
titiktangkap di θ yaitu masing-masing gaya K1, K2, K3, K4 dan K5. Untuk menyusun
dengan cara segi banyak gaya dapat dibuatkan urut-urutan penyelesaian sebagai berikut:
1. Buat skala gaya terlebih dahulu, agar besar gaya dapat digambarkan dengan
panjang garis.
2. Buat titik θ sekehendak kita untuk titik tangkap gaya pertama yang ditentukan.
3. Buat K1’ sama panjang dan sejajar (#) dengan K1 melalui titik tangkap θ.
4. Buat K2’ # K2 melelui ujung gaya K1’.
5. Buat K3’ # K3 melelui ujung gaya K2’.
6. Buat K4’ # K4 melelui ujung gaya K3’.
7. Buat K5’ # K5 melelui ujung gaya K4’.
8. Hubungkan titik tangkap θ dengan ujung gaya K5’ maka didapatkan panjang garis
kerja gaya resultan R.
9. Besarnya resultan R adalah hasil pengukuran panjang R dikalikan dengan skala
gaya.
Sebagai catatan bahwa urut-urutan diatas tidak mutlak oleh sebab itu kita boleh
memulai dari gaya mana saja. Nanti didapatkan besar dan arah R yang sama. Hanya saja
model gambar yang tidak sama.
Penyelesaian dengan cara grafis baik dengan cara parallelogram force maupun
dengan cara polygon force adalah kurang praktis dan hasilnya kurang teliti, oleh karena
itu ada cara lain yang lebih praktis yaitu dengan cara analitis metode proyeksi.

Soal-soal Menyusun Gaya dengan Grafis


Petunjuk: kerjakan pada buku tugas atau lembar yang sudah disiapkan!
1. Diketahui Tiga buah gaya konkuren tersusun seperti gambar sebagai berikut.

Y
K2

K1 = 200 kg ; α1 = 45o K1
K2 = 300 kg ; α2 = 90o
α2
K3 = 250 kg ; α3 = 240o X
α3 α1
θ

K3

Ditanya: Tentukan besar dan arah Resultan (R) dari ketiga gaya tersebut dengan cara
grafis: (1) cara segi banyak gaya, dan (2) cara jajaran genjang gaya.
2. Sejumlah gaya bertitik tangkap pada θ, yaitu titik perpotongan antara sumbu X dan
sumbu Y yang saling tegak lurus.
Sudut yang dibuat oleh gaya-gaya itu masing-masing dengan sumbu X positif
besarnya sebagai berikut:
K1 = 200 kg ; α1 = 45o
K2 = 300 kg ; α2 = 120o
K3 = 250 kg ; α3 = 210o
K4 = 100 kg ; α4 = 300o
K2 Y

K1

α2
θ X
α3 α1

K3 α4
K4

Ditanya: Tentukan besar dan arah Resultan (R) dari keempat gaya tersebut
dengan cara grafis: (1) cara segi banyak gaya, dan (2) dengan cara
jajaran genjang gaya.
3. Empat buah gaya bekerja dalam satu titik tangkap di perpotongan sumbu X dan Y di
titik θ (lihat gambar)

Y
K1

K2 θ X

0
300
60

K4
K3

K1 = 200 kg ; α1 = 90o
K2 = 250 kg ; α2 = 180o
K3 = 150 kg ; α3 = 240o
K4 = 200 kg ; α4 = 330o
Ditanya: Tentukan besar dan arah Resultan (R) dari keempat gaya tersebut
dengan cara grafis: (1) cara segi banyak gaya, dan (2) dengan cara
jajaran genjang gaya.
2.4.2 Metode Proyeksi (Method of projections)
Cara yang sangat penting yang sering digunakan dalam menyusun dan
mengerjakan suatu gaya adalah dengan mempergunakan metode proyeksi pada cara atau
metode ini sebuah gaya, dua buah atau banyak (n) gaya, mula-mula harus dicari titik
pusatnya dan kemudian dibuatlah salib sumbu yang saling tegak lurus. Sumbu tegak
disebut sumbu Y dan sumbu mendatar disebut sumbu X. dari sini didapatlah dijumlahkan
gaya-gaya yang bekerja dalam satu titik, sumbu tadi dijumlahkan dengan metode
proyeksi, yaitu dengan jalan menjumlahkan aljabar proyeksi-proyeksi (projections) dari
gaya-gaya yang diberikan pada sumbu-sumbu koordinat salib. Sumbu X dan Y yang
diambil pada bidang kerja gaya-gaya. Untuk memindahkan pemakaian metode proyeksi
ini, berikut akan diberikan beberapa kasus yang diuraikan secara rinci mulai dari satu
gaya, dua gaya kemudian sampai n gaya, berikut contoh soal dan penyelesaiannya.

(a) Sebuah Gaya Diuraikan Menjadi Dua Komponen Gaya Terhadap Sumbu X
dan Y

Y
K

KY α + β = 900
α

β
X
O KX

Gambar 2.10 Mengurai Sebuah Gaya Menjadi Dua Buah Gaya

Pada Gambar 2.10 diperlihatkan bahwa gaya K diuraikan menjadi 2 gaya dengan
cara memproyeksikan gaya K tersebut terhadap sumbu X dan Y.
Hasil proyeksi gaya K adalah Kx, sedangkan hasil proyeksi gaya K terhadap sumbu Y
disebut Ky. Kedua gaya Kx dan Ky masin-masing disebut komponen gaya K.
Dari hasil gambar proyeksi gaya K maka diperoleh persamaan geometri sebagai berikut:
Kx
Sin α =  Kx  K .Sin Y
K K
Ky KY
Cos α =  Ky  K .Cos
K
Ky α
Sin β =  Ky  K .Sin
K β
Kx
Cos β =  Kx  K .Cos O X
K KX
Kx Kx
Tg α =  Ky 
Ky Tg
Kx  Ky.Tg
Kesimpulan:
Sin α = Cos β; Ky = K Sin β = K Cos α
Cos α = Sin β; Kx = K Cos β = K Sin α

(b) Dua Buah Gaya Masing-masing Membentuk sudut α1 dan α2 dengan Titik
Tangkap yang Berbeda Disusun dengan Metode Proyeksi
Pada kasusu yang kedua ini gaya K1 terletak pada titik tangkap di A dan
membentuk sudut α1 dengan garis mendatar, sedangkan gaya K2 membntuk sudut α2
terhadap garis mendatar dan bekerja pada titik tangkap di B.
Untuk menyusun dua buah gaya ini terlebih dahulu harus diketemukan titik potong kedua
garis kerja gaya itu. Karena pada titik potong kedua garis kerja gaya tersebut merupakan
tempat untuk dapat ditentukan sumbu X dan Y, sehingga penyusunan gaya dapat
diselesaikan dengan metode proyeksi untuk itu diperhatikan gambar 2.11 dan ikuti
langkah-langkah cara menggambarnya.
Y

K2
Y

RY
K2Y
α
α0
α2 K1
K1Y θ α1
X
K1X
K1 K2X
α1
A RX
K2
α2
B

Gambar 2.11 Metode Proyeksi untuk 2 Buah Gaya

Keterangan Gambar 2.11:


α1 adalah sudut antara K1 dengan sumbu X positif
α2 adalah sudut antara K2 dengan sumbu X positif
α adalah sudut antara R dengan sumbu X positif
α0 adalah sudut antara K1 dan K2
Besarnya sudut α0 = α2 – α1
R adalah gaya resultan dari K1 dan K2
Cara menggambar atau melukis:
a) Gaya K1 dan K2 diperpanjang garis kerjanya, sehingga bertemu dititik θ
b) Dari titik θ gaya K1 dan K2 dipindahkan dengan titik tangkap yang sama
c) Buat jajaran genjang gaya K1 dan K2 sehingga diperoleh gaya resultan (R)
d) Dari titik tangkap θ dibuatlah garis tegak lurus atau sumbu X dan Y
e) Kemudian gaya K1 dengan K2 serta gaya resultan (R) masing-masing
diproyeksikan terhadap sumbu X dan Y.
Berdasarkan Gambar 2.11, dari metode proyeksi diperoleh:
1) Uraian terhadap sumbu X:
K1x = K1 . Cos α1
K2x = K2 . Cos α2
Rx = R . Cos α
2) Uraian terhadap sumbu Y:
K1y = K1 . Sin α1
K2y = K2 . Sin α2
Ry = R . Sin α
Dari uraian diperoleh:
Rx = K1x + K2x
Ry = K1y + K2y
3) Besarnya resultan : R2 = Rx2 + Ry2

R  Rx 2  Ry 2

4) Sudut arah (α) dari resultan adalah dapat dicari dengan menggunakan dalil
tangens sebagai berikut:

Ry
Tg 
Rx

Bandingkan hasil perhitungan dengan metode proyeksi ini dengan hasil


perhitungan dengan menggunakan cara analitis yang menggunakan rumus sebagai
berikut:

R  K1  K 2  2K1.K 2 .Cos 0
2 2
(c) Metode Proyeksi Jika Terdiri Dari Lebih Dua Gaya, maka Resultan (R) dicari
dengan cara sebagai berikut

Y (+)
K2

K2 Sin α2
Y
K1 Sin α1 K1 R
RY

α2
X (-) α3 θ α1 X (+) θ αn
K2 Cos α2 K3 Cos α3 K1 Cos α1 RX
K3 Sin α3
K3

Y (-)

Gambar 2.12 Metode Proyeksi untuk 3 buah Gaya

Dengan Metode Proyeksi seperti yang ditunjukkan pada


Gambar 2.12 maka diperoleh:
K1x = K1. Cos α1
K2x = K2. Cos α2
K3x = K3. Cos α3
K1y = K1. Sin α1
K2y = K2. Sin α2
K3y = K3. Sin α3

Perhatikan Gambar 2.12, dengan menggunakan metode proyeksi maka masing-masing


gaya akan terurai menjadi 2 buah gaya, yaitu gaya yang terproyeksi pada sumbu X dan
terproyeksi pada sumbu Y. Sehingga diperoleh:
1) Gaya-gaya terhadap sumbu X (Rx):
Rx = ΣK. Cos αn
= K1. Cos α1 + K2. Cos α2 + K3. Cos α3 + ….Kn. Cos αn
= K1x + K2x + K3x + …………Knx
2) Gaya-gaya terhadap sumbu Y (Ry):
Ry = ΣK. Sin αn
= K1. Sin α1 + K2. Sin α2 + K3. Sin α3 + ….Kn. Sin αn
= K1y + K2y + K3y + …………Kny

3) Besarnya Resultan:

R  Rx 2  Ry 2
4) Besarnya sudut arah R dicari dengan rumus:
Ry
Tg n 
Rx
Keterangan:
Σ = Artinya jumlah
αn = Menunjukkan arah R
Hal-hal istimewa dari sistem proyeksi:
1. Jika Rx = 0; maka R = Ry
2. Jika Ry = 0; maka R = Rx
3. Jika Rx dan Ry = 0; maka R = 0
Dengan adanya harga Rx = 0, Ry = 0, dan R = 0 ini berarti gaya-gaya itu saling
meniadakan dan keadaan ini disebut gaya dalam kondisi setimbang.
Untuk memberikan gambaran secara lebih mudah, maka berikut ini diberikan
beberapa contoh penyelesaian soal-soal menyusun gaya dengan menggunakan
metode proyeksi.

(d) Contoh Soal Menyusun Gaya Dengan Metode Proyeksi


1. Diketahui tiga buah gaya masing-masing F1, F2, F3, dan F4 seperti diperlihatkan
pada gambar dibawah.
Tentukan besar dan arah gaya resultannya dengan menggunakan cara analitis
sistem metode proyeksi.

F1X = F1 . Cos α1
Y
F1= 150 lb F2X = F2 . Cos α2
F1Y F3X = F3 . Cos α3
F4X = F4 . Cos α4
F1Y = F1 . Sin α1
F3= 120 lb
F2Y = F1 . Sin α2
F3Y F3Y = F1 . Sin α3
F4Y = F1 . Sin α4
300 450
α1 = 45o
F3X F4= 50 lb F1X X
α2 = 270o

F2= 100 lb α3 = 180o – 30o = 150o


α4 = 180o

Gambar 2.13

Penyelesaian:
F1x = 150 Cos 45o
= 150 . 0,7071
= 106,065 lb
F2x = 0
F3x = 120 Cos 150o
= 120 Cos (180o – 30o)
= 120 . –Cos 30o
= 120 . (- 0,8660)
= 103,92 lb
F4x = -50 lb
F1y = 150 Sin 45o
= 150 . 0,7071
= 106,065 lb
F2y = - 100 lb
F3y = 120 Sin 150o
= 120 Sin (180o – 30o)
= 120 . Sin 30o
= 120 . (0,5)
= 60 lb
F4y = 0 lb

Gaya Besar (lb) Fix Fiy


F1 150 106,065 106,065
F2 100 0 -100
F3 120 -103,92 60
F4 50 -50 0
Σ (Jumlah) Rx = -47,855 Ry = 66,065

Y
Kw II Kw I

R
R= ( F1 x)  ( F1 y)
2 2

= (47,855) 2  (66,065) 2 θ
X
= 81,58 lb
FiY 66,065
tg θ =  Kw III Kw VI
FiX  47,855
= -1,3805
θ = -54o04’53”
(besar dan arah R ditunjukan seperti pada gambar)
2. Diketahui Empat buah gaya bekerja pada titik 0 dengan posisi seperti pada
gambar dibawah ini
K1 = 8 kg K2 = 20 kg
K3 = 10 kg K4 = 25 kg
Hitunglah besar dan arah Resultan dari keempat gaya tersebut dengan
menggunakan metode proyeksi.
Penyelesaian:

K2
K2 K2Y

K1 K1Y K1

[[ [[ [[ [[

600 450 K4 600 450


0 K2X K1X K4

K3
(a) (b)
K3

Gambar 2.14 Metode Proyeksi

Dengan Metode Proyeksi pada Gambar 2.14 diperoleh:


K1x = K1. Cos α1 ; α1 = 45o
K2x = K2. Cos α2 ; α2 = 120o
K3x = K3. Cos α3 ; α3 = 270o

K1y = K1. Sin α1 Sudut α dihitung dari sumbu

K2y = K2. Sin α2 X positif (+)


K3y = K3. Sin α3
Perhatikan Gambar 2.14 (b)
K1x = K1 Cos 45o Y

= 8. 0,7071
= 5,66 kg RY R

K2x = -K2 Cos 60o


= -20 . 0,5
θ X
= -10 kg 0
RX
K3x = K3 Cos 270o
(c)
= 0 kg
K4x = 25 kg
K1y = K1 Sin 45o = 8. 0,7071
= 5,66 kg
K2y = K2 Cos 60o = 20 . 0,566
= 17,3 kg
K3y = -10 kg
K4y = 0 kg
Rx = K1x + K2x + K3x + K4x
= 20,66 kg
Ry = K1y + K2y + K3y + K4y
= 12,96 kg

R= ( Rx ) 2  ( Ry ) 2

= (20,66) 2  (12,96) 2
= 24,4 kg
Ry 12,96
tg θ = 
Rx 20,66
= 0,67
θ = 42,1o (kuadran I)
Jadi besar R = 24,4 kg, dengan arah R sebesar 32,1o.
(besar dan arah R ditunjukan seperti pada Gambar c)
3. Tentukan gaya keempat dari sistem gaya-gaya dibawah ini agar sistem dalam
keadaan setimbang (R = 0), Jika F1 = 200 kg; F2 = 300 kg; dan F3 = 155 kg.
Selengkapnya lihat Gambar 2.15
Penyelesaian:
Komponen gaya-gaya terhadap sumbu X:
F1x = F1 Cos 30o = 200 . 0,866 = 173,2 kg
F2x = -F2 Cos 45o = -300 . 0,7071 = -212,13 kg
F3x = -F3 Cos 53o = -155 . 0,6018 = -93,28 kg
Komponen gaya-gaya terhadap sumbu Y:
F1y = F1 Sin 30o = 200 . 0,5 = 100 kg
F2y = F2 Sin 45o = 300 . 0,7071 = 212,13 kg
F3y = -F3 Sin 53o = -155 . 0,7986 = -123,789 kg

Y
F2Y
F2
F1

F1Y
F3X 450 300
X
F2X 530 0 F1X

F3Y
F3

Gambar 2.15

Syarat kesetimbangan untuk 3 buah gaya atau lebih:


ΣX = 0  Rx = 0
F1x + F2x + F3x + F4x = 0
173,2 + (-212,13) + (-93,28) + F4x = 0
-132,21 + F4x = 0; dengan demikian maka diperoleh harga:
F4x = 132,21 kg
ΣY = 0  Ry = 0
F1y + F2y + F3y + F4y = 0
100 + 212,13 + (-123,789) + F4y = 0
188,341 + F4y = 0
F4y = -188,341 kg

F4 = ( F4 X ) 2  ( F4Y ) 2

= (132,21) 2  (188,341) 2  17479,48  35472,33

= 230,1126 kg.
Jadi besarnya gaya keempat dari sistem diatas adalah 230,1126 kg.

(e) Soal-soal Latihan Metode Proyeksi


1. Dua buah gaya K1 dan K2 masing-masing memiliki
K2
besar 200 kg dan 300 kg (lihat gambar). Besar
sudut α1 = 60o dan α2 = 45o. Hitunglah besar gaya
K1
resultan dari kedua gaya tersebut dengan
α1 α2 menggunakan metode proyeksi.

2. Pada suatu benda bekerja tiga buah gaya yaitu K1, K2 dan K3. K1 = 16 kg; K2 = 8 kg,
sedangakan sudut antara K1 dan K2 = 120o. Berapa besarnya sudut K3 yang
menghapus pengaruh gaya K1 dan K2, dan berapa sudutnya dengan K1.
3. Sejumlah gaya bertitik tangkap pada θ, yaitu titik perpotongan antara sumbu X dan
sumbu Y yang saling tegak lurus.
Masing-masing gaya besarnya sebagai berikut:
K1 = 140 kg
K2 = 200 kg
K3 = 250 kg
K4 = 100 kg
Sudut masing-masing gaya terhadap sumbu X (+) besarnya adalah:
α1 = 45o K2 Y
α2 = 120o
α3 = 210o
α4 = 300o K1
α2
θ X
α3 α1

α4
K3 K4

Ditanya: Tentukan dengan metode proyeksi besarnya gaya resultan (R) dari keempat
gaya tersebut dan berapa besarnya sudut gaya resultan dengan sumbu X
positif dan lukislah.

4. Empat buah gaya bekerja dalam satu titik tangkap di perpotongan sumbu X dan Y di
titik θ (lihat gambar)

Y
Ditanya: Tentukan gaya resultan dan berapa sudut
K1 yang dibentuk oleh gaya resultan dengan sumbu X
positif.

θ
K2 X
300
600

K4
K3

Dari gambar Metode Proyeksi tersebut diketahui


masing-masing gaya dan sudutnya:
K1 = 400 kg ; α1 = 90o
K2 = 300 kg ; α2 = 180o
K3 = 250 kg ; α3 = 240o
K4 = 300 kg ; α4 = 330o
2.5 Menyusun Dua Buah Gaya yang Tidak Saling Sejajar dan Titik Tangkapnya
Berlainan
Didalam penyelesaian menyusun gaya-gaya yang terletak dalam satu bidang datar,
kita harus perhatikan teorema “Transmisibilitas Gaya” (Theorm Of Transmisibility Of
Forces). Teori ini telah membuktikan bahwa titik tangkap sebuah gaya dapat
ditransmisikan sepanjang garis kerjanya tanpa mengubah pengaruh gaya pada benda kaku
ataupun yang dikenainya.

a. Cara Melukis Gaya Resultan


C

1 2

α K2’
K1’ R’

D
A B
β E γ

K1
K2
R

Gambar 2.16 Penerapan Hukum Transmisibilitas Gaya


Cara melukis gaya resultan dan mencari titik tangkapnya untuk kasus seperti pada
gambar 2.16 dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Perpanjanglah gaya K1 dan K2, sehingga diperoleh titik tangkap di C.
2) Pindahkan gaya K1 dan K2 pada titik tangkap di C menjadi K11 dan K21. Dimana
K1 = K1’ dan K2 = K2’.
3) Buatlah jajaran genjang melalui gaya K1’ dan K2’ sehingga diperoleh titik D.
panjang CD adalah gaya resultan R’ = R, yaitu gaya pengganti dari K1 dan K2.
4) Untuk mencari letak titik tangkap R yang sebenarnya maka perpanjanglah garis
kerja gaya R’ sampai memotong garis AB dititik E. Jadi titik E adalah titik
tangkap gaya resultan R.

b. Cara Menghitung Gaya Resultan dan Titik Tangkapnya

R = R1’ = ( K1 ' ) 2  ( K 2 ' ) 2  2( K1 ' ).( K 2 ' ).Cos


Besarnya gaya K1 = K1’ dan gaya K2 = K2’, sehingga:

K1  K 2  2 K1 .K 2 .Cos
2 2
R=
Arah R dan R1 didapat dari:
K1 ' K2 ' R' K1 K2 R
  atau  
Sin 2 Sin1 Sin Sin 2 Sin 1 Sin
Cara mencari titik tangkap gaya R pada garis AB:
CE AE
Untuk segitiga AEC berlaku : 
Sin (180   ) Sin 1
0

AE .Sin
Sehingga harga CE : ……………(1)
Sin 1
CE BE
Untuk segitiga BEC berlaku : 
Sin (180   ) Sin 2
0

BE .Sin
Sehingga harga CE : ..................... (2)
Sin 2
Persamaan (1) = (2), sehingga diperoleh:
AE .Sin BE .Sin AE.Sin Sin 1
= atau  ……… (3)
Sin 1 Sin 2 BE .Sin Sin 2
Dari dalil diatas kita mengetahui bahwa:

Sin1 K 2
' '
K1 ' K2
   ………………….. (4)
Sin1 Sin 2 Sin 2 K1 '
Persamaan (3) = (4), maka:
AE.Sin K 2 '
 , karena K1’ = K1 dan K2’ = K2, maka:
BE.Sin K1 '
AE.Sin K 2 ' AE K 2 ' Sin
   atau
BE.Sin K1 ' BE K1 ' Sin
AE : BE = K2 Sin γ. K1 Sin β
Dari rumus ini letak titik tangkap gaya R pada garis AB (yaitu dititik E) dapat
ditentukan bila K1 dan K2 dan β serta γ diketahui.

2.6 Menyusun Dua Buah Gaya yang Sejajar dan Searah Sedangkan Titik
Tangkapnya Berlainan

R2 ’
R1 ’

R’

A B
P P
β D γ

K1
R1 K2 R2
R’

Gambar 2.17 Menyusun Dua Buah Gaya yang Sejajar dan Searah dengan
Penambahan Gaya Setimbang dalam Bentuk Tarik

a. Cara Mekukis Gaya Resultan (Gambar 2.17)


Untuk melukis gaya resultan dan cara menentukan letak titik tangkap gaya
resultan dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pada titik tangkap A dan B kita beri gaya kesetimbangan AP dan BP yang
besarnya sama dan berlawanan arah, dan masing-masing terletak pada
perpanjangan garis AB.
2) Penambahan gaya-gaya AP dan BP tersebut tidak mempengaruhi gaya-
gaya K1 dan K2, karena gaya-gaya AP dan BP akan saling meniadakan
(besar R = 0).
3) Dari gaya-gaya AP dan K1 dibuat jajaran genjang gaya sehingga diperoleh
gaya resultan R1.
4) Dari gaya-gaya BP dan K2 dibuat jajaran genjang gaya sehingga diperoleh
gaya resultan R2.
5) Perpanjanglah garis kerja gaya R1 dan R2, sehingga diperoleh perpotongan
di titik C.
6) Pindahkanlah R1 dan R2 pada titik C, menjadi R11 dan R21. Dimana R1 =
R11 dan R2 = R21.
7) Buatlah jajaran genjang gaya R11 dan R21 sehingga diperoleh R1.
8) Garis kerja R1 memotong garis Ab di D, maka titik D adalah letak titik
tangkap gaya resultan dari K1 dan K2, yaitu R = R1.
9) Lukis gaya R dengan titik tangkap di titik D, besarnya R = K1 + K2.
Pada Gambar 2.17 penambahan gaya AP dan BP adalah berlawanan arah dalam
bentuk tarik. Bandingkan hasilnya jika penambahan kedua gaya tersebut berlawanan arah
dalam bentuk tekanan (kompresi) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.18.

A P D P B

R2
R1
R K2
K1
Gambar 2.18
Menyusun Dua Buah Gaya yang
Sejajar dan Searah dengan
Penambahan Gaya Setimbang
C dalam Bentuk Tekan

R1 ’

R2 ’
R’
Cara melukis (Gambar 2.18)
Untuk melukis gaya resultan dan mencari letak titik tangkapnya, pada prinsipnya
hampir sama seperti pada gambar 2.17. Perbedaannya hanya terdapat penambahan gaya
AP dan BP saja dalam bentuk tekan. Penambahan gaya-gaya AP dan BP sama besar dan
berada dalam perpanjangan garis AB. Tetapi arahnya berlawanan dalam bentuk kompresi
(saling mendekat). Walaupun gambarnya nampak tidak sama, namun besar R dan letak R
diperoleh harga dan tempat yang sama.

b. Cara Menghitung Gaya Resultan Dan Titik Tangkapnya


Karena K1 sejajar K2 maka sudut K1 dan K2 adalah nol (α = 0). Dari pembahasan
terdahulu telah didapatkan rumus bahwa besarnya resultan R adalah:

K1  K 2  2 K1 .K 2 .Cos untuk α = 0
2 2
R=
Maka:

K1  K 2  2 K1 .K 2 .Cos.0
2 2
R=
= K1 + K2
Jadi R = K1 + K2 arah R : R // K1 // K2
Cara mencari titik tangkap gaya R pada garis AB
AD AE K 2 .Sin
  ; untuk Sin β = sin γ, maka:
BD BE K1 .Sin

AD AE K 2 .Sin K 2
  
BD BE K1 .Sin K1

AD K 2
Jadi :  atau K1 : K2 = AD : BD
BD K1
Berdasarkan uraian diatas maka diperoeh dalil sebagai berikut:
“ Resultan sari dua buah gaya yang sejajar dan searah dan bekerja pada dua buah
titik tangkap yang berlainan dari sebuah benda padat adalah sebuah gaya yang
sejajar dan searah dengan kedua gaya tersebut dan besarnya sama dengan jumlah
aljabar dari kedua gaya tersebut dan letaknya diantara kedua gaya tersebut,
sedangkan garis penghubung di kedua titik tangkap gaya-gaya tersebut dibagi
olehnya dalam dua bagian yang berbanding terbalik dengan gaya-gaya yang
membatasinya (K1 : K2 = AD : BD)”.
Cara yang lebih sederhana lagi untuk menyusun dua buah gaya sejajar dan searah
dan titik tangkapnya berlainan dapat di lihat pada Gambar 2.19 berikut ini.

Gambar 2.19 Mencari Titik Tangkap R


Keterangan gambar:
A = Titik tangkap gaya K1 dan K21
B = Titik tangkap gaya K2 dan K11
C = Titik tangkap gaya resultan R
K11 = K1 dan K2 = K21
R = K1 + K2, dimana R // K1 // K2
K1 : K2 = AC : BC
Cara seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.19 adalah cara yang sederhana dan hanya
berlaku untuk 2 buah gaya sejajar dan dengan arah yang sama (searah). Untuk
menentukannya terlebih dahulu harus dibuat sekala gaya dan sekala panjang. Hasil
pengukuran nantinya dikalikan dengan skala gaya yang sudah ditentukan.
2.7 Menyusun Dua Buah Gaya yang Tidak Sejajar dan Titik Tangkapnya Berbeda
dengan Cara Menambahkan Gaya Kesetimbangan

Gambar 2.20
Pada kasus ini sebuah benda terdapat dua buah gaya. Gaya K1 bertitik tangkap di
titik A dan gaya K2 bertitik tangkap di B arah K1 dan K2 masing-masing membuat sudut
β dan γ terdapat garis mendatar ditunjukkan pada gambar 2.19.
Untuk mencari gaya resultan R ari kedua gaya ini selain dapat diselesaikan
seperti bahasan (2.3.3) juga dapat dicari dengan jalan menambahkan gaya kesetimbangan
(AP dan BP) yang bertitik tangkap di A dan B dengan arah yang berlawanan dan berada
dalam satu garis kerja gaya (sepanjang garis AB) atau kolinear dengan harga yang sama.
Dari sini dapat diikuti lukisan superposisi bahwa dengan penambahan dua gaya yang
seimbang semacam ini tidak mengubah aksi dari gaya-gaya K1 dan K2 yang diberikan,
sehingga resultan R1 dan K1 dan P bersama R2 dari K2 dan P yang diperoleh akan
merupakan resultan yang diperlukan.
Cara melukis dan menentukan titik tangkap gaya resulta R dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Beri gaya kesetimbangan AP dan BP melalui titik tangkap kedua gaya, yaitu
dititik A dan B.
2) Buat jajaran genjang K1 dan K2 dengan gaya kesetimbangan tersebut,
sehingga diperoleh R1 dan R2.
3) Perpanjanglah garis kerja gaya resultan R1 dan R2 sampai didapat titik
potong C.
4) Pindahkan R1 dan R2 pada titik C menjadi R11 dan R21 dimana R11 = R1 dan
R21 = R2.
5) Buat jajaran genjang gaya antara R11 dan R21 sehingga diperoleh gaya
resultan R1. R1 = R, yaitu gaya resultan dari K1 dan K2.
6) Untuk mencari letak titik tangkap R yang sebernya maka perpanjanglah
garis kerja gaya R1 sampai memotong garis AB di titik D. Jadi titik D
adalah titik tangkap gaya resultan R.
7) Pindahkan R pada titik tangkap di D yang melalui garis kerja gay R 1 dan
arah yang sama.
Perlu untuk diketahui bahwa penambhan gaya kesetimbangan dapat diletakkan
dengan arah keluar (tarik) seperti pada gambar, atau dengan arah kedalam (kompresi).
Hal ini tergantung dari skala yang dibuat atau ukuran kertas yang digunakan untuk
menyelesaikan persoalan kasus tersebut.

2.8 Menyusun Dua Buah Gaya yang Sejajar dan Berlawanan Arah Sedangkan Titik
Tangkapnya Berbeda
Untuk menyusun dua buah gaya yang letaknya sejajar dan berlawanan arah dan
titik tangkapnya berbeda seperti ditunjukkan pada Gambar 2.21, pada prinsipnya
penyelesaiannya adalah sama dengan pembahasan-pembahasan sebelumnya.

Keterangan gambar
AP = BP = adalah merupakan
Gaya kesetimbangan
R = K1 – K2
R = R1
R2 ’ = R2
R1 ’ = R1
Gambar 2.21 Menentukan Resultan 2 Gaya Sejajar
Pada titik tangkap A dan B kita beri gaya-gaya AP dan BP yang sama besar tetapi
berlawanan arahnya, dan masing-masing terletak pada perpanjangan garis AB.
Penambahan gaya-gaya AP dan BP tersebut tidak mempengaruhi gaya-gaya K1dan K2
karena gaya-gaya AP dan BP akan saling meniadakan.

a) Cara Melukis Gaya Resultan dan Titik Tangkapnya


Agar lebih jelasnya cara melukis susunan gaya seperti gambar diatas dapat
diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Lukislah gaya-gaya kesetimbangan AP dan BP melalui titik tangkap di A
dan B.
2) Buat jajaran genjang gaya antara K1 dan AP sehingga diperoleh gaya
resultan R1.
3) Buat jajaran genjang gaya antara K2 dan BP sehingga diperoleh gaya
resultan R2.
4) Perpanjanglah garis kerja gaya R1 dan R2, sehingga diperoleh titik potong
di C.
5) Melalui titik C pindahkan R2 menjadi R21 dan R1 menjadi R11 dimana
besarnya R1’ = R1 dan R2’ = R2.
6) Buat jajaran genjang gaya antara R1’ dan R2’ sehingga diperoleh gaya
resultan R’.
7) Perpanjanglah garis kerja R’ sampai memotong garis perpanjangan BA di
D. maka titik D adalah letak titik tangkap R yang sebenarnya.
8) Pindahkan R = R’ dengan titik tangkap di D.

b) Menghitung Gaya Resultan dan Menentukan Titik Tangkapnya


Untuk mendapatkan gaya resultan R dari gaya-gaya K1 dan K2 maka gaya yang
terbesar yaitu K1 kita uraikan atas dua buah gaya yaitu K3 dan R yang sejajar dan searah
dengan gaya K1. Titik tangkap gaya K3 kita letakkan pada titik B dan besarnya kita buat
sama dengan besar gaya K2 hanya arahnya berlawanan. Sehingga gaya K2 dan K3 saling
meniadakan. Karena gaya K2 dan gaya K3 saling menghapus, maka resultan gaya-gaya K1
dan K2 ialah gaya R tadi.
K1 = R + K3; karena K2 = K3 maka:
K1 = R + K2
Jadi diperoleh harga:
R = K1 – K2
Menentukan Arah R:
R sejajar dan searah dengan gaya K1 ; Jika K1 > K2
Cara mencari titik tangkap gaya R pada garis AB:
K1 = R + K3
R = K1 – K3 …………….(1)
Pada kasus ini kita tinjau gaya K1 dan gaya-gaya uraiannya yaitu gaya R dan gaya
K3. Jadi gaya K1 adalah gaya resultan dari gaya-gaya R dan K3, sehingga rumus
untuk letak titik tangkap gaya resultan menjadi:
AD K 3
 ……………….(2)
BD R
Jika persamaan (1) disubtisusikan pada persamaan (2) maka akan diperoleh:
AD K3
 ; harga K3 = K2, maka diperoleh:
BD K1  K 3

AD K2

BD K1  K 2
AB . K2 = AD (K1 – K2)
AB . K2 = AD . K1 – AD . K2
AB . K2 + AD . K2 = AD . K1  AB + AD = BD
K2 ( AB + AD) = AD . K1
K2 . BD = AD . K1
AD K 2
Jadi:  atau K2 : K1 = AD : BD
BD K1
Rumus ini berlaku jika K1 > K2
Berdasarkan hasil perhitungan (uraian) diatas maka dirumuskan suatu dalil
sebagai berikut:
“Resultan dari dua buah gaya sejajar, berlawanan arah, besarnya berbeda, dan
bekerja pada dua buah titik tangkap yang berlainan dari sebuah benda padat ialah
sebuah gaya yang sejajar dan searah dengan gaya yang terbesar dan besarnya
sama dengan selisih aljabar dari kedua gaya tersebut dan titik tangkapnya terletak
pada perpanjangan garis penghubung titik-titik tangkap kedua gaya tersebut dan
letaknya disebelah gaya yang terbesar sedemikian rupa sehingga jarak titik
tangkap gaya resultan tersebut sampai ke titik-titik tangkap kedua gaya tersebut
berbanding terbalik dengan besarnya kedua gaya tersebut”
Bedasarkan Gambar 2.21 dapat dirumuskan:

AD : BD = K2 : K1

Catatan:
Dua buah gaya K1 dan K2 yang sama besarnya dan sejajar tetapi berlawanan arah
dengan titik tangkap yang berlainan tidak dapat menghasilkan sebuah gaya
resultan karena resultan gaya-gaya ini seharusnya nol, tetapi mereka tidak saling
meniadakan karena titik-titik tangkap mereka berlainan. Jadi gaya-gaya yang
semacam ini tidak dapat dipadu menjadi sebuah gaya (tidak ada resultannya).
Pasangan gaya semacam ini disebut “Koppel” atau “ Gaya Pasangan”.
c) Contoh-contoh Soal
1. Ditentukan sebuah batang AB yang panjangnya 14 m. Pada ujung B diberi beban
80 kg. Batang ini letaknya horisontal karena diujung.
Penyelesaian:
Tekanan pada tiang di titik C dinamakan gaya K2
dan beban pada ujung B dinamakan K. Kita lihat
bahwa gaya K adalah merupakan gaya resultan
dari gaya K1 dan K2.

K2 – K1 = K
K2 – K1 = 80
K2 = 80 + K1 …………(1)
Menurut rumus sebagaimana yang tertera diatas:
K1 : K2 = BC : CA
= 6 : 14 …………(2)
Persamaan (1) disubtitusikan pada persamaan (2) maka:
K1 : ( 80 + K1) = 6 : 14
14 K1 = 6 ( 80 + K1)
= 480 + 6 K1
14 K1 – 6 K1 = 480
8 K1 = 480
K1 = (480:8) = 60 kg
Hasil ini kita masukkan pada persamaan (1), maka diperoleh:
K2 = 80 + K1
= 80 + 60
= 140 kg
Jadi tekanan yang diterima oleh batang diujung A = 60 kg, dan tekanan yang
diterima oleh batang pada titik C = 140 kg.
2. Sebuah batang AB panjangnya 3 m dan beratnya (G) 20 kg ditahan pada kedua
ujungnya. Letak batang mendatar. Dimana kita harus tempatkan beban 100 kg
pada batang itu agar tekanan-tekanan di A dan B berbanding sebagai 2 : 1?.
Catatan : Batang AB homogen, dan berat batang dianggap bertitik tangkap
ditengah-tengah batang (C).
Penyelesaian:
B

R = 120 kg

Misalkan beban 100 kg bertitik tangkap di D.


Jumlah beban yang bekerja pada AB ialah:
R = 100 + 20
= 120 kg.
Misalkan letak titik tangkap R dititik E, dengan ketentuan bahwa:
AE : EB = KB : KA  KB : KA = 1: 2 (diketahui)
AE : EB = 1 : 2
1
Jadi AE = . AB
3
1
= .3  1 m
3
1
EC = AC – AE  AC = 1 m
2
1 1
= 1 1  m
2 2
Tetapi kita ketahui juga bahwa:
1
DE : EC = 20 : 100  EC =
2
1
DE : =1:5
2
1
5 DE =  DE = 0,1 m
2
AD = AE – DE
= 1 – 0,1 = 0,9 m
Jadi titik D berjarak 0,9 m dari titik A.

d) Soal-soal
1. Tentukan besar dan letak garis kerja gaya Resultan (R) dari gaya K1 dan gaya K2.
Kedua gaya dengan posisi sejajar dan searah dengan jarak A-B = 22 cm (lihat
Gambar).
A B K1 = 70 kg
K1 K2 = 40 kg
K2
2. Diketahui sebuah tongkat AB (berat diabaikan) panjang tongkat = 7 m, pada
ujung A diberikan beban 50 kg dan ditumpu pada C dengan tumpuan tajam,
dimana panjang AC = 2 m. Berapa besar gaya yang diperlukan pada ujung B
supaya beban pada A mulai terangkat? G = ....?
A C B

3. Diketahui dua buah gaya seperti pada gambar


K1 = 100 kg; K2 = 200 kg. Tentukan besar gaya
resultan dan letaknya gaya tersebut dengan cara
grafis AB = 6 m.

4. Tentukan besar dan letak gaya resultan dari gambar dibawah ini dengan cara
grafis dan analitis.

5.
Jarak AB = 10 m
K1 = 100 kg dan K2 = 300 kg.

2.9 Menyusun Gaya-gaya dalam Satu Bidang dengan Titik Tangkap yang Berlainan
Apabila diketahui empat buah gaya K1, K2, K3 dan K4 terletak dalam sebuah
bidang datar dan dari gaya-gaya tersebut berlainan serta titik tangkapnya yaitu titik
tangkap K1 dititik A, K2 dititik B, K3 dititik C dan gaya K4 dititik D seperti diperlihatkan
pada Gambar : 2. 22 (a). Maka untuk menyusun gaya-gaya tersebut dapat diikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Perpanjanglah garis kerja gaya K1 dan K2, sehingga didapatkan titik E.
2) Pindahkan K1 = K11 dan K2 = K21 pada titik E; kemudian buat jajaran genjang
gaya sehingga diperoleh gaya resultan R1.
3) Perpanjanglah garis kerja gaya R1 dan R3; sehingga didapatkan titik potong
berada di titik F.
4) Pindahkan R1 = R11 dan K31 pada titik F; kemudian buatlah jajaran genjang
gaya sehingga diperoleh gaya resultan R2.
5) Perpanjanglah garis kerja gaya K4 dan R2; sehingga didapatkan titik potong
berada di titik G.
6) Pindahkan K4 = K41 dan R2 = R21 pada titik tangkap di G, kemudian buatlah
jajaran genjang gaya sehingga didapatkan R. R inilah yang merupakan
resultan dari gaya K1, K2, K3 dan K4. Titik tangkap R berada titik G.

Gambar 2.22 Menyusun Gaya Non Konkuren


Setelah mengerjakan dengan sistem jajaran genjang gaya, bandingkan jika
dikerjakan dengan menggunakan cara segi banyak gaya seperti pada Gambar: 2.22 (b).
Untuk mencari R dengan cara segi banyak gaya dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Tentukan sebuaah titik tangkap di A yang letaknya sesuai kehendak.
2. Lukiskan gaya K1 sesuai arak dan panjang yang sudah diskala
3. Lukiskan gaya K2 dari ujung gaya K1
4. Lukiskan gaya K3 dari ujung gaya K2
5. Lukiskan gaya K4 dari ujung gaya K3
6. Langkah terakhir lukiskan gaya Resultan (R) dari titik tangkap A keujung
gaya terakhir K4.
7. Besarnya R adalah hasil pengukuran dikalikan dengan skala gaya.

Soal latihan Menyusun Gaya Non Konkuren Terletah dalam Bidang Datar
1. Diketahui gaya-gaya non-konkuren terletak seperti pada gambar sebagai berikut:
A B C D E F G H I
A
K1
B
C
D
K2 K3
E
F

G
K4
H
I
J

K1 = 125 Kg K3 = 300 Kg
K2 = 100 Kg K4 = 200 Kg
Ditanya: Tentukan Besar dan posisi garis kerja gaya resultan (R)
2. Diketahui empat gaya non-konkuren terletak pada bidang datar seperti diperlihatkan
pada gambar sebagai berikut.
A B C D E F G H I
A
K1
B
C
D
K2 K3
E
F
G
K4
H
I
J
K1 = 35 Kg K3 = 20 Kg
K2 = 25 Kg K4 = 30 Kg
Ditanya: Tentukan Besar dan posisi garis kerja gaya resultan (R)
3. Diketahui empat gaya non-konkuren seperti diperlihatkan pada gambar sebagai
berikut.
A B C D E F G H I
A
K1
B

K3 C
D
K2
E
F
G
K4
H
I

K1 = 20 Kg K3 = 35 Kg
K2 = 30 Kg K4 = 25 Kg
Ditanya: Tentukan Besar dan posisi garis kerja gaya resultan (R)

2.10 Menyusun Gaya-gaya dalam Satu Bidang Datar dengan Menggunakan


Lukisan Kutup
Jika kita harus menyusun beberapa gaya yang terletak sembarang dalam sebuah
bidang, selain dapat dikerjakan dengan segi banyak gaya dan jajaran genjang gaya dapat
dikerjakan dengan cara lukisan kutup. Pada cara ini memerlukan adanya ketelitian dan
kecermatan dalam melukis gaya-gaya. Jadi hasil akhir gaya resultannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang mendasar, diantaranya adalah:
a) Besarnya Skala gaya
b) Ketelitian dalam melukiskan gaya-gaya
c) Kebenaran dalam menghitung perkalian antara hasil pengukuran
panjang Resultan dengan skala gaya
P

(b)
(a)

Keterangan: Gambar (b) garis-garis 1, 2, 3, 4, dan 5 disebut jari-jari kutup,


Sedangkan titik P disebut dengan Titik Kutup

Gambar 2.23 Menyusun Gaya dengan Lukisan Kutup

Untuk mempermudah pemakaian dalam mempelajari lukisan kutup berikut


diberikan sebuah contoh yang sederhana seperti diperlihatkan pada gambar 2.23.
Pada gambar 2.23 (a) ditunjukkan 4 buah gaya K1, K2, K3 dan K4 terletak sembarang
dalam satu bidang datar. Untuk menyusun gaya-gaya tersebut terlebih dahulu kita harus
membuat skala gaya dan skala panjang, kemudian barulah kita mulai menyusun gaya
dengan lukisan kutup yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Buatlah segi banyak gaya seperti pada gambar 2.23 (b) sehingga diperoleh gaya
resultan (S).
2) Tentukan sebuah titik P dengan jarak sembarang dimana P disebut titik kutup.
3) Tariklah jari-jari kutup mulai dari titik tangkap gaya pertama sampai ujung gaya
terakhir dan diberi angka 1, 2, 3, 4 dan 5. Hal ini tergantung dari jumlah gaya
yang disusun.
4) Langkah selanjutnya adalah memindahkan jari-jari kutup sejajar sampai
memotong garis kerja gaya.
Jari-jari kutup 1 dipindahkan sejajar menjadi jari-jari kutup I dan memotong
dititik A pada perpanjangan garis kerja gaya K1.
Jari-jari kutup 2 dipindahkan sejajar menjadi jari-jari kutup II dan memotong
dititik A pada perpanjangan garis kerja gaya K2 di B
Jari-jari kutup 3 dipindahkan sejajar menjadi jari-jari kutup III melalui titik B
sampai memotong garis kerja gaya K3 di C dan seterusnya sampai pada jari-jari
kutup yang terakhir (lihat gambar 25a).

5) Perpanjangan jari-jari kutup I dan jari-jari kutup yang terakhir yaitu (V)
berpotongan dititik E, maka titik E inilah titik yang dilalui garis kerja gaya
resultan R. Besarnya gaya resultan (R) = S

6) Pindahkan R = S sejajar melalui titik E. (lukisan selesai).

Contoh soal:
1. Diketahui 4 buah gaya bekerja pada 4 buah titik tangkap dengan besar dan arah
yang berbeda.
Gaya P1 = 20 kg
P2 = 30 kg
P3 = 25 kg
P4 = 30 kg
Sudut masing-masing gaya ditunjukkan seperti pada gambar

Tentukan: Besar dan letak garis kerja gaya resultan dengan cara lukisan kutup
Penyelesaian:
Skala gaya 1 cm # 10 kg Skala panjang 1 cm # 1 m
P1 = 2 kg AB = 2 cm
P2 = 3 kg BC = 2,5 cm
P3 = 2,5 kg CD = 3 cm
P4 = 3 kg

I // 1

Dari hasil lukisan diperoleh panjang R = S = 9,3 cm, maka besar resultan:
R = 9,3 × 10 kg = 93 kg
Gaya resultan (R) bekerja sepanjang garis kerja melalui titik I (lihat gambar)

2.11 Soal-soal Menyusun Gaya


1) Diketahui 4 buah gaya terletak pada bidang datar seperti terlihat pada gambar
berikut ini.

Besarnya gaya masing-masing adalah:


P1 = 100 kg
P2 = 200 kg
P3 = 300 kg
P4 = 200 kg
Tentukan: besarnya gaya Resultan dan letak titik tangkapnya.
Dengan cara grafis:
a. Jajaran genjang gaya
b. Segi banyak gaya
2) Diketahui: 4 buah gaya bekerja pada bidang segitiga seperti pada gambar:

K1 = 200 kg
K2 = 100 kg
K4 K3 = 500 kg
K4 = 300 kg
AC = 4 m

Carilah: besar dan letak gaya resultan dengan cara grafik, yaitu dengan jajaran
genjang gaya dan cara segi banyak gaya.
3) Diketahui 4 buah gaya terletak pada bidang datar seperti terlihat pada gambar
berikut ini. Besarnya gaya masing-masing adalah K1 = 0,25 ton; K2 = 2 ton;
K3 = 3 ton; K4 = 1,75 ton.

K1 K2
1350
C D
A 3m B 3,5 m 2,5 m
300
K3 K4

Carilah: besar dan letak garis kerja gaya resultan (R) dari sistem gaya-gaya
tersebut dengan menggunakan cara lukisan kutup.
4) Lima buah gaya terdapat dalam bidang datar seperti diperlihatkan pada gambar.

P1 P2 P3 P5
1200
450 D
A 2m B 2m C 1m 2m E

P4
Masing-masing gaya besarnya adalah:
P1 = 100 kg, P2 = 150 kg, P3 =75 kg,
P4 = 150 kg, P5 = 150 kg.
Tentukan: besar dan letak garis kerja gaya resultan (R) dari sistem gaya tersebut
dengan menggunakan lukisan kutup.
5) Diketahui sebuah batang sepanjang AE, padanya bekerja lima buah gaya dengan
arah yang berlainan, seperti ditunjukkan pada gambar.
Besarnya gaya masing-masing adalah sebagai berikut:
P1 = 30 kg, P2 = 40 kg,
P3 = 25 kg, P4 = 30 kg,
P5 = 20 kg.
Jarak: AB = 2 m, BC = 1,5 m, CD = 2 m, dan DE = 1,5m.

Ditanya:
a) Besarnya R dengan menggunakan cara segi banyak gaya
b) Letak garis kerja gaya resultan dengan cara menggunakan lukisan
kutup.
6) Diketahui empat buah gaya K1, K2, K3, dan K4 seperti ditunjukkan pada gambar
berikut.

K1 K2 K3 K4

450 600
A 4m B 2,5 m C 3m D

Masing-masing gaya besarnya:


K1 = 300 Kg
K2 = 200 Kg
K3 = 225 Kg
K4 = 250 Kg
Tentukan: besar dan letak garis kerja gaya resultan (R) dari sistem gaya-gaya
tersebut dengan menggunakan cara lukisan kutup.
7) Diketahui empat buah gaya K1, K2, K3, dan K4 seperti ditunjukkan seperti pada
gambar. Gaya K1 dan gaya K3 berdiri tegak lurus pada gelagar, sedangkan gaya
K2 dan gaya K4 membentuk sudut seperti terlihat pada gambar. Masing-masing
gaya besarnya adalah sebagai berikut:
K1 = 200 Kg
K2 = 300 Kg
K3 = 150 Kg
K4 = 250 Kg

K1 K2 K3 K4

450 600
A 2,5 m B 3m C 2m D

Tentukan: besar dan posisi garis kerja gaya resultan (R) dari sistem gaya-gaya
tersebut dengan menggunakan cara lukisan kutup.
8) Diketahui empat buah gaya K1, K2, K3, dan K4 terletak pada gelagar seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.
K1 = 150 Kg K3 = 175 Kg
K2 = 100 Kg K4 = 125 Kg

K1 K2 K3 K4

600 600
A 3m B 2,5 m C 2m D

Tentukan: besar dan letak garis kerja gaya resultan (R) dari sistem gaya-gaya
tersebut dengan menggunakan cara lukisan kutup.

9) Diketahui Lima buah gaya K1, K2, K3, K4 dan K5 bekerja pada gelagar. Gaya K1
dan K4 dalam posisi tegak lurus, sedangkan ketiga gaya yang lain membentuk
sudut seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
K1 = 200 Kg K3 = 150 Kg
K2 = 250 Kg K4 = 100 Kg K5 = 200 Kg

K1 K2 K3 K4 K5
1200
600 450
A 2m B 3m C 1,5 m D 2m E

Tentukan: besar dan letak garis kerja gaya resultan (R) dari sistem gaya-gaya
tersebut dengan menggunakan cara lukisan kutup.

Anda mungkin juga menyukai