Disusun oleh:
PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia – Nya sehingga
mampu menyelesaikan makalah agama dalam dunia keperawatan mengenai peranan
sarjana keperawatan dalam nilai – nilai yang terkandung dalam agama. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya,
dan kita selaku umatnya hingga akhir jaman. Tak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada para pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini sehingga
mampu diselesaikan dengan baik, dan dapat memberikan pengetahuan baru kepada para
pembacanya.
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tool assessment
RPL mata kuliah agama. Dalam makalah ini dibahas mengenai beberapa hal yang
berkaitan dengan segala aspek yang bersangkutan dengan peranan sarjana keperawatan
dalam dunia keperawatan , Semoga dengan adanya makalah ini mahasiswa mampu
memahami dan mengaplikasikan pembahasan dalam kehidupan sehari – hari sebagai
penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan.
Bangkinang
Penyusun
i
DAFTAR ISI
a. KESIMPULAN ......................................................................................... 14
b. SARAN .................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal
kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar
dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran
saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan
pendidikan agama bagi keperawatan.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah
mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada
mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap
profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini
sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa
dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya
tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia,
mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan
etika keperawatan saja sudah cukup,Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku
kuliah.
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekan)kan aspek tertentu bagi
masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu
dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak
mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya
hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak
mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan dalam Islam?
2. Apa pengertian keperawatan dalam (Kristen Protestan dan Katolik)?
3. Apa pengertian keperawatan dalam Hindu?
4. Apa pengertian keperawatan dalam Budha?
5. Apa pengertian keperawatan dalam Kong Hu Cu?
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
kedudukannya dalam sistem (ZaidinAli , 2002,).
Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh
perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Agama adalah keyakinan yang dianut oleh individu dalam pedoman hidup mereka
yang diaggap benar. Agama sangat menghargai seorang petugas kesehatan karena petugas
ini adalah petugas Kemanusiaan yang sangat mulia.
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal
kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar
dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau
pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan
dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
Saat ini institusi pendidikan keperawatan sedang menjamur, sebagian besar
mengaku ingin mencetak tenaga siap pakai, terampil dan memiliki akhlak. Karena
tujuannya termasuk mencetak tenaga keperawatan yang berakhlak maka mata kuliah
agama tentu saja menjadi wajib mendapat perhatian. Hal ini tentu saja adalah hal yang
baik, karena kita semua tentu tidak mau keperawatan diisi oleh orang-orang yang
bermental rusak.
Yang menjadi pertanyaan apakah yang selama ini diajarkan telah sesui dengan
kebutuhan dunia keperawatan? Apakah yang kita harapkan dari mengajarkan agama pada
mahasiswa keperawatan, apakah itu cukup atau dipakai dalam kehidupan profesionalnya
sebagai perawat? dan banyak pertanyaan lagi yang mugkin dapat timbul dan kita pikirkan
pemecahannya.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai
patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah
etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional
sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah
cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa
dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang
2
pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak
yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah
dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah cukup? Karena itu mengapa agama tetap
diajarkan dibangku kuliah?
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi
masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu
dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak
mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan
jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi
yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
3
2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus
memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan sugnifican dari klien. Perawat
menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis
keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.
6
BAB III
PEMBAHASAN
a. Perspektif Keperawatan
Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi
keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan,
baik yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan
supermodern. Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan
pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan diartikan
sebagai pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan,
diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI, l990: 504).
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang berlaku antara pranata atau
lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau komunitas tertentu.
Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan
pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan
yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana medis
dengan individu yang membutuhkannya.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau
institusi kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan
pelayanan medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan medis, dalam
hal ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang yang
membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos kerja
profesional dan tidak materialistis.
Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya
juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta
mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama,
yakni memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau
menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan,
atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif.
Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan partai
politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk
meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus
bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa
melibatkan para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan
tidak akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif.
7
b. Mulianya Profesi Perawat
Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan
diri terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll,
menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya
para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di
bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu
perawat yang mengabdi di dalamnya.
Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia
mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia.
Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas
tentang penyakit dan pengobatan.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah
agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa
institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat
dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan
status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan
bangsa akan para dokter dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal
ini merupakan kewajiban negara terhadap warganegaranya.Kesehatan harus menjadi
tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah tuan, dokter dan perawat
sebagai pelayannya.
Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak
membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena
penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya.
Karena itu dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya
mereka sudah bersumpah dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam
profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan
semampu mungkin untuk menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan
kecemasan.
Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar
teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di
masa-masa awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya
di bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama
di zaman Nabi Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik
karena penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean
8
Henry Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai Bapak
Palang Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia
pertama, maka Rufaidah-lah yang dianggap sebagai “Nightingale” dalam Islam.
11
Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI) di Balige, Sumatera Utara. Untuk saat
ini, Sekretariat PELKESI berada di RS PGI Cikini, Jakarta.
PELKESI memiliki visi mewujudkan pelayanan kesehatan di Indonesia yang
mendatangkan damai sejahtera Allah bagi semua orang. Sedangkan misinya,
melaksanakan pelayanan kesehatan yang utuh dan menyeluruh (holistik). Pelayananan
secara holistik meliputi fisik, sosial, ekonomi dan spiritual.
c. Hindu
Menurut Prof. Dr. IGN Nala, pakar pengobatan tradisional, dalam tulisannya pernah
menyampaikan bahwa kitab-kitab umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit dan
teknik pengobatan. Dicontohkan penyakit kencing Manis (diabetes mellitius). Penyakit ini,
menurut Nala, sudah ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan
disebutkannya penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini merupakan bagian dari
kelompok kitab Upa Veda.
Sementara kitab Upa Veda ini sendiri termasuk dalam kitab suci umat Hindu, yakni
kitab Veda Smerti. Kitab Ayur Veda, kata Nala, sering dikelirukan dengan kitab suci
Yajur Veda, salah satu dari kitab suci Catur Veda Sruti. Padahal, lanjut Nala, isi dari kitab
Ayur Veda hampir tidak ada hubungannya dengan kitab Yajur Veda yang mengupas
masalah yadnya atau upacara serta upakara keagamaan.
Sementara itu, menurut Gede Suwindia, dosen STAHN Denpasar, dalam agama Hindu
dikenal adanya konsep keseimbangan. Karena itulah, dalam Upanisad disebutkan bahwa
keberadaan berbagai tanaman yang ada di dunia ini memiliki guna dan fungsi yang sangat
vital bagi manusia. Ada banyak tanaman di muka bumi ini yang memiliki kegunaan bagi
manusia, terutama dalam penyembuhan penyakit. ''Di sini diwajibkan bagi manusia untuk
menghargai alam terutama tumbuh-tumbuhan,'' kata Suwindia.
d. Budha
Buddha Dhamma berperan besar dalam memecahkan kesulitan para ahli tentang
kesehatan mental, Buddha menunjukkan bahwa setiap orang secara terus-menerus
mendengarkan suatu suara dalam dirinya dan menafsirkan apa yang sedang dirasakannya.
Keseluruhan terapi Buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama
beruas delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, terapi ini
mencakup prilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap teori filsafat
Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah adalah Meditasi (Dhyana) dalam terapi
Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan mental memiliki beberapa kesamaan seperti test
12
wawancara dan diskusi, meditasi mirip dengan teknik terapi perilaku karena
bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi yang merupakan keunggulan dalam terapi
Buddhis, hal yang penting dalam meditasi adalah perhatian, sempurna dalam perilaku, suci
dalam cara hidup, sempurna dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki perhatian murni
dan pengertian yang jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa penyebab tubuh ini menjadi
sakit dan sehat adalah karena adanya melalui perasaan jasmani (rasa sakit) dan keadaan
pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya.
Dengan begitu apabila tubuh ini ingin tetap sehat hendaknya menyadari segala bentuk-
bentuk pikiran emosi-emosi yang timbul dalam diri. Yang dimaksud dengan bentuk
pikiran yang menyebabkan penderitaan karena mempunyai beberapa hal yaitu : (1).
Keserakahan, (2). Harga diri yang terluka, (3). Iri hati, (4). Kebencian, (5). Kekuatiran
(Ruth Walshe, alih bahasa Upi. Ksantidewi).
Tri Ratna adalah obyek penghormatan tertinggi dalam agama Buddha yang merujuk
pada Buddha (sebagai pendiri agama Buddha), Dhamma (ajaran-ajaran Buddha), dan
Sangha (siswa Buddha yang telah memahami dan mendapatkan manfaat dari ajaran
Buddha).
e. Kong Hu Cu
Secara teori ajaran agama untuk kesehatan bersumber pada : Inti Taoisme “pencapaian
hidup abadi/bersatu dengan alam semesta”. Inti Konfusianisme/Konghucu : moralisme,
menjaga hubungan antar manusia serta manusia dengan langit.
Kalau ditanya mengapa ada patung Buddha di sana selain yang disebutkan oleh saudara
Jingkhe mungkin disebabkan karena inti dari konfusianisme itu sendiri yaitu menjaga
hubungan antar sesama (dengan agama lain) dan dengan langit (Buddha).
Pada abad ke-10 sampai ke-12 masayarakat China sendiri berpendapat 3 ajaran adalah
satu adanya maka sering terdapat Buddha, Lao zi, dan Konghucu dalam 1 gambar. Dan
klenteng dianggap sebagai tempat ibadah umat Tridharma tersebut. Agama Khonghucu di
Indonesia: Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi .
13
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Peran agama dalam keperawatan sangat berpengaruh, disini agama dijadikan pedoman
yang digunakan perawat dalam melakukan suatu tindakan terhadap klien oleh karena itu
pemahamaan tentamg peranan agama sangat penting dan pendasar dalam memberikan
asuhan keperawatan dimana nilai spiritual pasien selalu menjadi pertimbangan dan
dihormati. Dengan demikian setiap perawat harus menunjukkan sikap etis professional
yang baik dalam setiap penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil
keputusan ketika merespon sebuah situasi yang sulit.
b. Saran
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan,
karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran
agama.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini
dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama
Dalam Keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan
yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran
para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.
Demikianlah penjelasan tentang Peranan Agama Dalam Keperawatan, bila kiranya ada
salah dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bgi kita semua.
14