Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan Bahasa Indonesia 

Asal-usul Bahasa Indonesia, Fase Perkembangan Bahasa

Indonesia, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia.

B
ahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Namun peran penting yang dimiliki oleh bahasa
Indonesia itu sendiri belum diimbangi dengan pemahaman yang luas, terlebih
lagi mengenai sejarah atau seluk beluk bahasa Indonesia itu sendiri. Bahkan di kalangan
mahasiswa pun belum tentu bisa menjelaskan secara detail mengenai bagaimana sejarah
perkembangan bahasa Indonesia tersebut.
Oleh karena itu kami akan sedikit banyak membahas tentang bagaimana sejarah
perkembangan dan perbendaharaan bahasa di Indonesia yang diawali dengan bahasa
Melayu Kuno, lalu bahasa Melayu Klasik, bahasa Melayu Modern, sehingga bisa menjadi
bahasa Indonesia itu sendiri. Sehingga diharapkan mampu menjaga kemurnian bahasa
Indonesia tersebut agar tidak rusak oleh bahasa-bahasa asing yang perkembangannya
sangat pesat.

A. Asal-usul Bahasa Indonesia


Bila kita ingin mempelajari bagaiamana perkembangan bahasa Indonesia, maka yang
harus kita ketahui lebih dahulu adalah asal-usul dari bahasa Indonesia itu sendiri. Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu Austronesia. Sedangkan Melayu Austronesia itu
sendiri adalah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia, dari Taiwan dan
Hawai di ujung utara sampai ke Selandia Baru di ujung selatan dan dari Madagaskar di
ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanua) di ujung timur.
Sedangkan asal-usul bahasa Austronesia sendiri diduga berasal dari daerah yang
sekarang disebut Tiongkok Bagian Selatan. Persebarannya diduga kuat mulai sekitar 5.000
tahun yang lalu bermigrasi dari Tiongkok ke Taiwan, lalu ke Filipina, Indonesia, kemudian
ke Madagaskar dekat Benua Afrika dan ke seluruh Samudera Pasifik. Secara garis besar
rumpun bahasa Melayu Austronesia dibagi menjadi dua yaitu, bahasa Taiwanik dan bahasa
Melayu Polinesia.
Salah satu cara persebarannya ialah melalui jalur perdagangan. Yang mana
penyebutan pertama istilah “bahasa Melayu” terjadi pada era 683-686 M. Yang dapat
dibuktikan dengan adanya peninggalan di Museum Jakarta berupa terjemahan prasasti
yang ditemukan di Palembang dan Bangka. Prasasti ini ditulis dengan huruf Sansekerta
Perkembangan Bahasa Indonesia 

atas perintah Kerajaan Sriwijaya yang mana kerajaan maritimnya berkembang luas. Pada
masa itu, di daerah perdagangan Selat Malaka yang menjadi pintu perdagangan dari
Tiongkok dan India sudah terbentuk bahasa yang mirip bahasa Melayu.

B. Fase Perkembangan Bahasa Indonesia


Fase perkembangan Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu, bahasa Melayu Kuno,
bahasa Melayu Klasik, dan bahasa Melayu Modern. Maka penjelasan dari ketiga fase
tersebut dapat kita simak sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu Kuno
Pada awal perkembangan kebahasaan di Indonesia, Bahasa Melayu Kuno
menjadi salah satu bahasa Nusantara. Bahasa Melayu Kuno mencapai abad
kegemilangannya dari abad ke VII hingga abad ke XIII pada zaman Kerajaan
Sriwijaya, dan Bahasa Melayu Kuno ini juga termasuk lingua franca (bahasa
pengantar) dan bahasa resmi. Bahasa Melayu Kuno menjadi lingua franca dan sebagai
bahasa resmi karena:
1. Bersifat sederhana dan mudah menerima pengaruh dari luar.
2. Tidak terikat pada perbedaan susunan lapisan masyarakat.
3. Mempunyai sistem yang lebih mudah dibanding dengan bahasa Jawa.
4. Banyak dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta, karena:
 Pengaruh adanya agama Hindu. Sejumlah besar kata berasal dari bahasa
Sansekerta Indo-Eropam misalnya samudra, suami, istri, raja, putra, pura,
kelapa, mantra, cinta, dan kaca.
 Bahasa Sansekerta termasuk dalam bahasa kelas bangsawan, dan berada pada
susunan hierarki bahasa yang tinggi.
 Sifat bahasa melayu mudah dilentur, mengikuti keadaan dan keperluan.

Adapun bukti bahwa Indonesia pernah memakai Bahasa Melayu Kuno adalah
dengan cara ditemukannya prasasti berupa batu-batu bersurat abad VII yang ditulis
dalam huruf Pallawa, yaitu:

1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.


Adapun kutipan sebagian bunyi dari prasasti ini yaitu:
Perkembangan Bahasa Indonesia 

Swastie syrie syaka warsaatieta 605 ekadasyii syuklapaksa wulan waisyaakha


dapunta hyang naayik di saamwan mangalap siddhayaatra di saptamie
syuklapaksa wulan jyestha dapunta hyang marlapas dari Minanga Taamwan ...

(Selamat pada tahun syaka 605 hari kesebelas pada masa terang bulan
Waisyaakha, tuan kita yang mulia naik di perahu menjemput Siddhayaatra. Pada
hari ketujuh, pada masa terang bulan Jyestha, tuan kita yang mulia berlepas dari
Minanga Taamwan ...)

Kalau diperhatikan, ternyata prasasti itu memiliki kata-kata yang dicetak


dengan huruf miring yang masih kita kenal sampai sekarang walaupun waktu
sudah berlalu lebih dari 1.400 tahun.

2. Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.


3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.
4. Prasasti Karang Brahi, Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi, tahun 688 M yang
bertulis Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno.

Prasasti-prasasti yang lainnya yang juga ditemukan tidak hanya berasal dari
Pulau Sumatera saja melainkan juga ditemukan di Pulau Jawa. Yaitu dengan adanya
prasasti yang tertulis dengan bahasa Melayu Kuno yang terdapat di Jawa Tengah
(Prasasti Gandasuli, tahun 832 M) dan di Bogor (Prasasti Bogor, tahun 942 M).

Ciri-ciri Bahasa Melayu Kuno yaitu:

1. Penuh dengan kata serapan dari bahasa Sansekerta. Contohnya, dasawarsa,


lokakarya, dan tunasusila.
2. Susunan kalimat bersifat Melayu.
3. Bunyi /b/ ialah /w/ dalam Melayu Kuno. Contohnya : bulan-wulan.
4. Bunyi /e/ pepet tidak berwujud. Contohnya : dengan-dengan atau dangan.
5. Awalan ber- ialah mar- . contohnya : berlepas-marlapas.
6. Awalan di- ialah ni- . contohnya : diperbuat-niparwuat.
7. Ada bunyi konsonan yang digunakan seperti bh, ch, th, ph, dh, kh, h. Contohnya :
sukhatchitta.
8. Huruf /h/ intervokalik hilang. Contohnya : samuha-semua, sahaya-saya.
Perkembangan Bahasa Indonesia 

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada zaman
Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku
yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.
2. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di
Indonesia.
3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, terutama di sepanjang
pantai, baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun bagi pedagang-pedagang yang
datang dari luar Indonesia.
4. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.

2. Bahasa Melayu Klasik


Peralihan dari Bahasa Melayu Kuno menjadi Bahasa Melayu Klasik banyak
dipengaruhi oleh tersebarnya agama islam di Indonesia, terlebih lagi semakin meluas di
Asia Tenggara pada abad ke XIII. Setelah itu, bahasa Melayu banyak mengalami
perubahan dari segi kosakata, struktur kalimat, dan tulisan. Pada periode ini sejumlah
besar kata diserap dari bahasa Arab misalnya, masjid, kalbu, kertas, kitab, kursi, doa,
khusus, maaf, selamat, dan lain-lain.
Adapun prasasti yang menunjukan bahwa Bahasa Melayu Klasik pernah
menjadi bahasa Indonesia yaitu:
1. Prasasti di Pagaruyung, Minangkabau (1356 M) ditulis dalam huruf India,
mengandung prosa Melayu Kuno dan beberapa baris sajak Sangsekerta. Bahasanya
sedikit bebeda dengan bahasa yang ada di batu-batu tertulis pada abad ke VII.
2. Prasasti Minye Tujoh, Scheh (1380 M) masih memakai abjad India, Arab, dan
Sumatera Kuno. Untuk pertama kalinya terdapat penggunaan kata-kata dari bahasa
Arab seperti kata Nabi, Allah, dan rahmat. Prasasti ini berisi tentang meninggalnya
seseorang bernama Raja Iman Werda Rahmatullah.
3. Prasasti di Kuala Berang, Terengganu (1303-1387 M) ditulis dalam huruf Arab-
Melayu. Ini membuktikan bahwa tulisan Arab sudah digunakan dalam bahasa
Melayu pada abad ini.

Pada masa ini, Kerajaan Melayu dapat dibagi menjadi tiga zaman penting, yaitu
Zaman Kerajaan Malaka, Zaman Kerajaan Aceh, Zaman Kerajaan Johor-Riau. Di antara
Perkembangan Bahasa Indonesia 

tokoh-tokoh penulis yang penting ialah Hamzah Fansuri, Syamsuddin al-Sumaterani,


Syeikh Nuruddin al-Raniri dan Abdul Rauf al-Singkel. Ciri-ciri Bahasa Melayu Klasik
diantaranya:

1. Kalimatnya panjang, berulang, berbelit-belit.


2. Banyak kalimat pasif.
3. Menggunakan bahasa istana.
4. Kosakata klasik seperti, ratna mutu manikam (bermacam-macam permata), edan
kesmaran (mabuk asmara), sahaya, masyghul (bersedih).
5. Banyak menggunakan kata pangkal ayat seperti sebermula, alkisah, adapun,
syahdan, hatta, dan sebagainya.
6. Kalimat sungsang.
7. Banyak menggunakan akhiran pun dan lah.

3. Bahasa Melayu Modern


Bahasa ini diperkirakan dimulai pada abad ke XIX dengan ditemukannya
karangan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Karangan ini berisi tentang Sejarah
Melayu, buku ini ditulis menggunakan huruf Jawi. Pada zaman sebelum penjajahan
Inggris, bahasa Melayu mencapai kedudukan yang tinggi, berfungsi sebagai bahasa
perantaraan pentadbiran, kesusastraan, dan bahasa pengantar di pusat pendidikan Islam.
Selepas Perang Dunia II, Inggris mengubahnya menjadikan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan. Bukan hanya negara Inggris saja yang
mempengaruhi perbendaharaan bahasa di Indonesia, tetapi negara penjajah lainnya
juga, yaitu seperti Portugis, contohnya gereja, sepatu, meja, dan jendela dan bahasa
Belanda, contohnya asbak, kantor, polisi, dongkrak, dan kualitas.
Sebenarnya jika kita bertanya tentang siapa yang semula mengusulkan nama
Bahasa Indonesia atau siapa yang pertama kali mengusulkan Bahasa Melayu sebagai
bahasa bangsa maka kita dapat merujuk kepada sebuha pidato dalam Kongres Guru-
guru di Den Haag yang terjadi pada tanggal 28 Agustus 1916. Dalam Kongres
Pengajaran Kolonial di Den Haag Negeri Belanda Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
(Ki Hajar Dewantara) membentangkan prasaran yang berjudul “Welke plaats behooren
bij het onderwijs in te nemen, eensdeels de inheemsche talen (ook het Chineesch en
Arabicsch), anderdeels het Nederlandsch?” .
Perkembangan Bahasa Indonesia 

Prasaran itu sendiri tidak secara khusus mengusulkan agar bahasa Melayu
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pengajaran kolonial di Indonesia (yang
masih bernama Hindia), melainkan memberikan sejumlah pemikiran tentang tempat-
tempat bahasa-bahasa di negeri ini dalam sistem pengajaran yang berbahasa Belanda.
Yang menarik dari prasaran itu adalah kalimat berikut:
“De Maleische taal, welke voor hare aanleering weinig filologischen aanleg eischt en
welke reed sedert langen tijd de voertaal is tusschen de inboorlingen en mede tusschen
Inlanders van de verschillende deelen van Insulinde onderling, zal in de toekomst de
aangewezen taal zijn voor gehel Indie.”

(Bahasa Melayu, yang untuk mempelajarinya sedikit mempersyaratkan kemampuan


filologis dan yang sejak lama menjadi bahasa pengantar di antara penutur asli dan juga
di antara penduduk pribumi dari pelbagai bagian Insulinde, pada masa yang akan
datang akan menjadi bahasa yang cocok untuk seluruh Hindia.)
Kalimat tersebut jelas mewakili aspirasi dan kearifan yang hidup pada zaman
itu dan diucapkan 10 tahun sebelum Kongres Pemuda diselenggarakan para pelopor
kemerdekaan kita. Lalu pada tahun 1926 barulah dipersiapkan Kongres pemuda untuk
merumuskan Sumpah Pemuda.
Pada masa itu panitia telah sepakat dengan garis besar rumusan Sumpah
Pemuda. Namun sampai saat-saat terakhir mereka masih mempermasalahkan apakah
akan menyebut bahasa persatuan bangsa Indonesia itu Bahasa Melayu, karena toh
bahasa itulah yang dimaksud. Tampaknya Muh. Yamin mempunyai pikiran demikian,
sedangkan M. Tabrani mengusulkan supaya bahasa persatuan itu disebut Bahasa
Indonesia, dan usul itulah yang disetujui bersama pada tanggal 2 Mei 1926, walaupun
diterima dengan berat hati oleh Muh. Yamin. Dari proses yang kemudian menghasilkan
keputusan Kongres Pemuda Pertama 30 April sampai 2 Mei 1926 dan kemudian
dikukuhkan dalam Kongres Pemuda Kedua 27 sampai 28 Oktober 1928 berupa Sumpah
Pemuda. Mengenai putusan-putusan Kongres Pemuda II yaitu sebagai berikut.

Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia


Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan
pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan nama Jong Java, Jong
Soematra, (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten
Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan
Perkembangan Bahasa Indonesia 

Pelandjar-Peladjar Indonesia memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen


1928 di negeri Djakarta;
Sesoedahnja mendengar pidato-pidato pembitjaraan jang diadakan didalam kerapatan
tadi;
Sesoedahnja menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini,
Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan:
Pertama :KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE
BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA;
Kedua :KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA
JANG SATOE, BANGSA INDONESIA;
Ketiga :KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG
BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.

Pernyataan yang pertama adalah pengakuan bahwa pulau-pulau yang


bertebaran dan lautan yang mengubungkan pulau-pulau yang merupakan wilayah
Republik Indonesia sekarang adalah satu kesatuan tumpah darah (tempat kelahiran)
yang disebut Tanah Air Indonesia. Pernyataan yang kedua adalah pengakuan bahwa
manusia-manusia yang menempati bumi Indonesia itu juga merupakan satu kesatuan
yang disebut Bangsa Indonesia. Pernyataan yang ketiga tidak merupakan pengakuan
“berbahasa satu”, melainkan merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang menatakan
bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa
Indonesia. Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu, yang
sudah dipakai sejak pertengahan Abad VII itu, menjadi bahasa Indonesia.
Lalu diadakannya Kongres Bahasa Indonesia I di Solo pada tanggal 25-27 Juni
1938. Kongres Bahasa Indonesia ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari Sumpah
Pemuda 10 tahun sebelumnya. Bahwa ia bertekad agar semua orang menggunakan
bahasa Indonesia dalam segala bidang kehidupan dan untuk mencari pegangan bagi
semua pemakai bahasa, mengatur bahasa, dan mengusahakan bahasa Indonesia tersebar
luas. Menurut Mr. Sumanang dalam suratnya kepada Redaksi Majalah Pembinaan
Bahasa Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1983, pencetus Kongres Bahasa Indonesia
ialah Raden Mas Soedarji Tjokrosisworo, wartawan harian Soeara Oemoem Surabaya,
yang pada waktu itu rajin sekali menciptakan istilah-istilah baru, dan yang sangat tidak
puas dengan pemakaian bahasa dalam surat kabar Cina.
Perkembangan Bahasa Indonesia 

Selanjutnya Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober –


2 November 1954, mencanangkan bahwa Indonesia perlu bertekad untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa nasional dan
ditetapkan sebagai bahasa negara. Lalu Kongres Bahasa Indonesia III yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 merupakan
peristiwa yang penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam
rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang kelima puluh, selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga
memutuskan untuk terus berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.
Kongres Bahasa Indonesia IV, diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21 26
November 1983 yang membahas mengenai pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.
Kongres Bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
– 3 November 1988 yang dihadiri oleh tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh
Nusantara dan peserta tamu dari negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura, Brunei
Darussalam, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini ditandai dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada
pecinta bahasa di Nusantara, yakni berupa (1) Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan (2)
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2
November 1993. Yang peserta nya sebanyak 770 pakar bahasa di Indonesia dan 53
peserta tamu dari mancanegara (Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Rusia,
Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat). Kongres ini mengusulkan agar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia ditingkatkan menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-undang Bahasa Indonesia.
Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia Jakarta
pada tanggal 26 – 30 Oktober 1998. Kongres ini mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Keanggotaannya terdiri atas tokohmasyarakat dan pakar yang mempunyai
kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
Perkembangan Bahasa Indonesia 

b. Tugasnya ialah memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan


Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggrakan di Jakarta pada tanggal 14 – 17
Oktober 2003. Bahasa yang sudah dipilih dan distandarisasikan lagi dengan tata
bahasa. Kamus standar juga disusun oleh Wilfridus Josephus Sabarija Poerwadarminta.
Bahkan hal ini dilakukan pada saat penjajahan Jepang berlangsung. Bahasa Indonesia
kemudian menjadi bahasa resmi Negara Republik Indonesia, namun hanya sebagian
kecil penduduk yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Untuk sebagian besar
lainnya, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa kedua. Adapun fonologi atau ilmu
tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya dan tata bahasa
dari bahasa Indonesia itu cukup mudah.

L ATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah


latihan berikut!
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Austronesia? Jelaskan!
2. Apa yang menjadikanBahasaMelayuKunomenjadilingua franca
dansabagaibahasaresmi ?
3. Ceritakan kembaliproses Ikrar SumpahPemudadengan bahasamu sendiri!
4. Sebutkan dan jelaskan prasasti apa saja yang terdapat dalam ketiga zaman bahasa di
atas
5. Sebutkanciri-ciribahasaMelayuKlasik!

R ANGKUMAN

Untuk mempermudah Anda dalam hal mempelajari materi di atas, maka Anda
dapat membaca nya secara garis besar dalam rangkuman di bawah ini.

1. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Austronesia. Sedangkan Melayu


Austronesia itu sendiri adalah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di
dunia, dari Taiwan dan Hawai di ujung utara sampai ke Selandia Baru di ujung selatan
dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanua) di ujung timur.
Perkembangan Bahasa Indonesia 

2. Salah satu cara persebaran bahasa Melayu Austronesia ialah melalui jalur perdagangan.
Yang mana penyebutan pertama istilah “bahasa Melayu” terjadi pada era 683-686 M.
Dapat dibuktikan dengan adanya prasasti di museum Jakarta yang ditulis dalam huruf
Sansekerta.
3. Fase perkembangannya dimulai dari bahasa Melayu Kuno yang mencapai abad
kegemilangannya dari abad ke VII hingga abad ke XIII pada zaman Kerajaan
Sriwijaya,dan merupakan bahasa lingua franca atau bahasa resmi perdagangan.
4. Fase kedua yaitu bahasa Melayu Klasik yang banyak dipengaruhi oleh tersebarnya
agama islam di Indonesia, terlebih lagi semakin meluas di Asia Tenggara pada abad ke
XIII. Setelah itu, bahasa Melayu banyak mengalami perubahan dari segi kosakata,
struktur kalimat, dan tulisan.
5. Fase ketiga yaitu bahasa Melayu Modern yang diperkirakan dimulai pada abad ke XIX
dengan ditemukannya karangan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Karangan ini berisi
tentang Sejarah Melayu, buku ini ditulis menggunakan huruf Jawi. Fase ini bermula
dari zaman penjajahan negara asing hingga pada saat proses Ikrar Sumpah Pemuda
yang meresmikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara Indonesia kala itu.

T ES FORMATIF1

1. Dalamkedudukannyasebagaibahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsisebagai


a. Lambangkebanggaanbangsa
b. Lambing identitasnasional
c. Bahasa Indonesia sebagaibahasapengantarpendidikan
d. Alatpemersatuberbagaisukubangsa

2. BahasaMelayusudahberperansebagai lingua franca padamasakerajaan-kerajaan di
Nusantara.
Istilah lain dari lingua franca adalah...      
a. Bahasaresmi
b. Bahasabaku    
c. Bahasapergaulan 
d. Bahasa popular
Perkembangan Bahasa Indonesia 

3. IkrarSumpahPemudamenjaditonggakawalterbentuknya Negara
kesatuandenganmengakuibahasa Indonesia sebagaibahasapersatuan. KongresPemuda
yang melahirkanSumpahPemudadiadakanpada…
a. 25 Oktober 1928
b. 26 Oktober 1928
c. 27 Oktober 1928
d. 28 Oktober 1928

4. Pasaldalam UUD 1945 yang memuatpenempatanbahasaIndonesia menjadibahasa


Negara, bahsapersatuan, bahasaresmi, danbahasapengantardisekolah-sekolahadalah…
a. Pasal 36
b. Pasal 37
c. Pasal 21
d. Pasal 29

5. Siapakah yang mengusulkan agar bahasa Indonesia itu dimasukkan ke dalam Ikrar
Sumpah Pemuda?
a. Ki Hajar Dewantara
b. Muh. Yamin
c. M. Thabrani
d. Sanusi Pane

6. Prasasti yang
bukanmenjadibuktidigunakannyabahasaMelayuKunopadazamandahuluadalah…
a. Prasastikedukanbukit
b. PrasastiBatuTulis Bogor
c. Prasasti Kota Kapur
d. PrasastikarangBirahi

7. Salah satukerajaantertua di Nusantara yang


dipandangmemberikanpengaruhbesarbagiperkembanganbahasaMelayuadalah ...
a. KerajaanMalaka
b. KerajaanSriwijaya
c. KerajaanMataram
Perkembangan Bahasa Indonesia 

d. KerajaanMajapahit

8. Alasan yang mendorongdijadikannyabahasaMelayusebagaicikalbakalbahasa Indonesia


adalah....
a. bahasaMelayumempunyaisistem yang sederhanasehinggarelatifmudahdipelajari
b. bahasaMelayuadalahbahasa para bangsawan
c. bahasaMelayudigunakan di pulau Sumatera yang besar
d. bahasaMelayuadalahbahasa para pejuangkemerdekaan

9. Berikutinimerupakanfaktor-faktorpenentubahwasuatubahasamenjadisangatpenting,
kecuali…
a. Jumlahpenuturnya
b. Luasapenyebarannya
c. Derajatpemakainya
d. Perannya di berbagaibidang

10. DalamnaskahSumpahPemudapadaurutanketiga, Bahasa Indonesia


dirumuskansebagai…
a. Bahasanasional
b. Bahasa Negara
c. Lambangkebangsaan
d. Identitasnasional
Perkembangan Bahasa Indonesia 

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


P
erihal kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dirasa sangat begitu penting agar dapat
menumbuhkan rasa mencintai akan identitas negara yang sangat menawan ini. Dan juga
apabila masyarakat khusus nya warga negara Indonesia mempunyai kesadaran yang sangat
tinggi terhadap kedudukan dan fungsi dari bahasa yang dipakainya sehari-hari, maka akan
berdampak sangat positif terhadap keaslian atau kemurnian bahasa Indonesia.

C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


1. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu seperti
tercantum pada ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-
bahasa daerah. Selain itu di dalam UUD 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal
36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia
adalah bahasa negara. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia.
Pertama, sebagai bahasa nasional. Kedua, sebagai bahasa negara.

2. Fungsi Bahasa Indonesia


Mengenai fungsi bahasa Indonesia, maka dapat kita bagi menjadi beberaoa
bagian sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Yaitu seperti hal berikut.
a. Kedudukannya sebagai bahasa nasional
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional dapat pula kita bagi menjadi
beberapa aspek. Pertama, sebagai lambang kebanggaan bangsa, bahasa Indonesia
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas
dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta
rasa kebanggaan pemakainya senantiasa kita bina. Kedua, sebagai lambang
identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang
negara kita. Bahasa Indonesia dapat memiliiki identitasnya hanya apabila
masyarakat membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih
dari unsur-unsur bahasa lain yang dapat merusak bahasa Indonesia itu sendiri.
Perkembangan Bahasa Indonesia 

Ketiga, sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku


bangsa. Berkat adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan satu sama lain
meskipun bahasa antar daerah berbeda-beda maka bahasa Indonesia menjadi
bahasa yang dapat meminimalisir kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Keempat, sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa
dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam
kesatuan kebangsaan Indonesia. Dalam hal ini, bahasa Indonesia dapat digunakan
untuk mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya
serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dan meletakan kepentingan
nasional di atas kepentingan daerah atau golongan.
b. Kedudukannya sebagai bahasa negara
Setidaknya memuat tiga fungsi dari bahasa Indonesia saat kedudukannya
sebagai bahasa negara. Pertama, sebagai bahasa resmi kenegaraan. Bahasa
Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kedua, sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di
seluruh Indonesia, kecuali di daerah Aceh, batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan
Makasar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai
dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Ketiga, sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan
pelaksanaan pemerintah. Bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan hanya
sekedar alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat
perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan
bahasanya.
Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Di dalam hubungan ini bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya
sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama,
bahasa Indonesia kita gunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial
Perkembangan Bahasa Indonesia 

budaya nasional kita. Dan bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media masa.
Baik media masa cetak maupun elektronik, baik visual, audio, maupun audio visual
harus memakai bahasa Indonesia. Media masa menjadi tumpuan kita dalam
menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
c. Kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah
Bahasa Indonesia berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa
Indonesia ternyata sangat memperkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal bahasa
daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia juga sebagai
alat menyebarluaskan sastra Indonesia. Sastra Indonesia merupakan wahana
pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia
menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional.

LA TIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah


latihan berikut!
1. Bahasa Indonesia disebut juga bahasa nasional dan bahasa negara. Jelaskan
perbedaan kedua konsep itu!
2. Bagaimana pendapat Anda jika di suatu kantor seseorang asyik berbicara dengan
temannya dengan menggunakan bahasa daerah tertentu, padahal banyak karyawan
yang berasal dari suku bangsa lain turut mendengarkan pembicaraan tersebut?
3. Apa tujuan dari pengembangan bahasa Indonesia?
4. Bagaimana bisa bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat menyebarluaskan sastra?
Bagaimana mekanisme nya? Jelaskan argumen Anda!
5. Apa urgensi dari mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar?

R ANGKUMAN

Untuk mempermudah Anda dalam hal mempelajari materi di atas, maka Anda
dapat membaca nya secara garis besar dalam rangkuman di bawah ini.

1. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di


atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu di dalam UUD 1945 berbicara mengenai
kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah
Perkembangan Bahasa Indonesia 

bahasa negara. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia.
Pertama, sebagai bahasa nasional. Kedua, sebagai bahasa negara.
2. Kedudukannya secara garis besar ada tiga, yaitu: sebagai bahasa nasional. Sebagai
bahasa negara, dan sebagai pemerkaya bahasa daerah.
3. Bila sebagai bahasa nasional maka sebagai lambang kebanggaan bangsa, sebagai
lambang identitas nasional, sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan
antarsuku bangsa, sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku
bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke
dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
4. Bila sebagai bahasa negara maka sebagai bahasa resmi kenegaraan, sebagai bahasa
pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai
dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah Aceh, batak,
Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makasar. Dan sebagai alat perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah.
5. Bila sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah karena beberapa kosakata bahasa
Indonesia ternyata sangat memperkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal bahasa
daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia juga sebagai
alat menyebarluaskan sastra Indonesia

Daftar Pustaka

A, Zaenal dan Amran Tasai. 2017. Cermmat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika
Pressindo.

Fitriyah, Mahmudah dan Ramlan Abdul Gani. 2007. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta:
FITK Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2018. Masa-masa Awal Bahasa Indonesia. Jakarta: Yayasan


Pustaka Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai