Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PKK II

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA


PADA NY. D P1 A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN
FISIOLOGIS
DI PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH

OLEH:
NETY SEPTINIA
NIM 712405S.19.014

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES ABDI PERSADA BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI PERSADA
BANJARMASIN
Alamat : Jalan Soetoyo S No. 365 Banjarmasin, Telp (0511) 3361031
Email : stikesabdipersadabanjarmasin@gmail.com

LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : NETY SEPTINIA


JUDUL LAPORAN : ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
BERENCANA PADA NY. D P1 A0 DENGAN
FISIOLOGIS

Banjarmasin, Januari 2022

Menyetujui,
Clinical Teacher (CT) Clinical Instructure (CI)

Gusti Mulyani,
Amd.Keb
NIP.

ii
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN ABDI
PERSADA BANJARMASIN
Alamat : Jalan Soetoyo S No. 365 Banjarmasin, Telp (0511) 3361031
Email : stikesabdipersadabanjarmasin@gmail.com

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : NETY SEPTINIA


JUDUL LAPORAN : ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
BERENCANA PADA NY. H P1 A0 DENGAN
FISIOLOGIS

Banjarmasin, Januari 2022


Mengesahkan,

Merlin Karinda, SST., M. Kes Clinical Instructure (CI)


NIK. AP .255. 14.044

Clinical
Teacher (CT) Gusti Mulyani, Amd. Keb
NIP.

M
e
n
g
e
t

iii
a
h
u
i
,
Ka Prodi
DIII
Kebidanan

Lellyawat
y, SST.,
M.Keb
NIK.
AP.25
5.17.0
61

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana Pada Ny.D P1A0 Akseptor KB Suntik 3 Bulan” dapat diselesaikan
tepat waktu.
Pembuatan laporan ini tidak lepas dari bimbingan berbagai pihak yang
telah banyak membantu, untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Ketua Stikes Abdi Persada Banjarmasin dan sePembimbing pendidikan Ibu
Dr. Hj. Mariani, MM yang telah memberikan bantuan
2. Pembimbing pendidikan (CT) Ibu Merlin Karinda, SST., M.Kes yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan dalam pembuatan laporan.
3. Pembimbing lahan praktik (CI) Ibu Gusti Mulyani, Amd. Keb yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dalam pembuatan laporan ini.
4. Orang tua yang telah mendukung dan mendoakan untuk keberhasilan
penulis.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan laporan kasus


ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan baik kritik maupun saran untuk
perbaikan laporan kasus selanjutnya agar dapat lebih baik.

Banjarmasin, Januari 2022


Penulis

Nety Septinia

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................... 7
1. Umum......................................................................................................... 7
2. Khusus......................................................................................................... 7
D. Manfaat............................................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................. 9
A. Pengertian......................................................................................................... 9
B. Etiologi/Penyebab........................................................................................... 16
C. Patofisiologi.................................................................................................... 18
D. Kelebihan dan Kekurangan KB Suntik 1 bulan.............................................. 18
E. Efek Samping.................................................................................................. 19
F. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala............................................................. 20
G. Penatalaksanaan Medis................................................................................... 20
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................. 24
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 30
BAB V PENUTUP............................................................................................... 32
A. Kesimpulan..................................................................................................... 32
B. Saran............................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................33

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan kependudukan di Indonesia adalah masalah kuantitas
dan kualitas penduduk. Adapun masalah-masalah kependudukan tersebut
adalah jumlah penduduk besar, pertumbuhan penduduk cepat, persebaran
penduduk tidak merata, kualitas penduduk rendah ,komposisi penduduk
sebagian besar berusia produktif (Matahari, dkk, 2018)
Jumlah Penduduk Besar Penduduk dalam suatu negara merupakan
faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan karena menjadi subyek dan
obyek pembangunan. Penduduk merupakan pusat seluruh kebijakan dan
program pembangunan yang dilakukan. Pembangunan dikatakan berhasil jika
mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk baik kualitas fisik maupun non
fisik. Dinamika atau perubahan jumlah penduduk sangat mempengaruhi
dinamika pembangunan. Ada permasalahan untuk negara Indonesia yang
berpenduduk besar yaitu nomor 4 di dunia yaitu; Pemenuhan kebutuhan hidup
masih belum dapat terpenuhi oleh Pemerintah, karena kemampuan pemerintah
masih terbatas. Pemerintah seharusnya dapat menjamin terpenuhi kebutuhan
hidup penduduk yang besar. Sebagai akibatnya masih ada penduduk yang
kekurangan gizi makanan, timbulnya 3 permukiman kumuh, kerusakan
lingkungan, kerawanan pangan, kelangkaan sumber daya, kemiskinan, serta
konflik sosial dan Penyediaan lapangan kerja, sarana, dan prasarana
kesehatan, pendidikan serta fasilitas sosial lainnya masih banyak yang kurang,
karena dana yang terbatas. Pemerintah seharusnya dapat dapat menyediakan
itu semua. Maka peran serta sektor swasta perludigalakkan untuk mengatasi
masalah ini, seperti pembangunan pabrik/industri, sekolah swasta, rumah sakit
swasta dan lain-lain. (Matahari, dkk, 2018)

1
2

Pertumbuhan penduduk Indonesia secara nasional masih relatif cepat,


walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971
pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar
2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, periode 1990 –
2000 sebesar 1,6% pertahun, periode 2000 - 2010 sebesar 1,49% Penurunan
pertumbuhan penduduk ini cukup menggembirakan, hal ini didukung oleh
pelaksanaan program keluarga berencana di seluruh tanah air. Keluarga
berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam
keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Program ini setiap keluarga dianjurkan
mempunyai dua anaksaja atau merupakan keluarga kecil.Terbentuknya
keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat
terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera. Dari uraian tersebut
jelaslah bahwa Program Keluarga Berencana mempunyai dua tujuan pokok
yaitu: Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak
melebihi kemampuan peningkatan produksi dan Meningkatkan kesehatan ibu
dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera (Matahari, dkk, 2018)
Keluarga berencana bukan hanya sebagai upaya/strategi kependudukan
dalam menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya dukung
lingkungan tetapi juga merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya
meningkatan kesehatan ibu melalui pengaturan kapan ingin mempunyai anak,
mengatur jarak anak dan merencanakan jumlah kelahiran nantinya. Sehingga
seorang ibu mempunyai kesempatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta kesejahteraan dirinya. Pelayanan yang berkualitas juga perlu
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan pandangan klien terhadap
pelayanan kesehatan yang ada (Prijatni dkk, 2018).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi terbanyak nomor 4
didunia pada tahun 2020 ini. Menurut data Worldometerspada bulan Maret
2020, jumlah penduduk Indonesia sebesar 273,523,615 jiwa dengan kepadatan
penduduk sebesar 151 jiwa per km jumlah ini cenderung naik dibandingkan
tahun 2019 yaitu sebesar 270,625,568 jiwa. Dalam mengatasi masalah
kependudukan, pemerintah membuat agenda prioritas dalam Rencana
3

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 yaitu


meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana. Salah satu indikator keberhasilannya
adalah menurunnya kebutuhan Keluarga Berencana (KB) yang tidak terpenuhi
(unmet need) mencapai 9,9 % pada tahun 2019.
Menurut WHO, Unmet need adalah mereka yang subur dan aktif secara
seksual tetapi tidak menggunkan metode kontrasepsi, dan melaporkan tidak
menginginkan anak lagi atau ingin menunda anak berikutnya. Tingginya
angka unmet need masih menjadi salah satu masalah dalam pelaksanaan
program KB di Indonesia. Dampak dari tingginya angka unmet need yaitu
menyebabkan angka fertilitas yang tinggi pula. Apabila angka unmet need
tinggi, hal ini dapat menyebabkan jumlah kelahiran semakin besar dan tak
terkendali. Indonesia menjadi salah satu Negara berkembang dengan jumlah
penduduk yang besar (Jidar, 2019).
Data jumlah total capaian penggunaan kontrasepsi dan beberapa variabel
bebas disajikan per kabupaten/kota seluruh provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan Evaluasi Program Bangga kencana Provinsi Kalimantan Selatan
(Data sampai bulan Mei 2020), Laporan Dinas Kesehatan dan Badan Pusat
Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Variabel bebas antara lain adalah
jumlah cakupan pengguna KB di faskes, total cakupan penggunaan jenis KB
PIL, total cakupan penggunaan suntik, total cakupan penggunaan implant,
total cakupan penggunaan IUD, total cakupan penggunaan kondom, total
cakupan penggunaan MOW, total cakupan penggunaan MOP, jumlah nakes,
jumlah faskes, dan panjang jalan. Sebanyak 445 orang. Untuk capaian
pengguna alat kontrasepsi dari provinsi Kalimantan selatan sudah diatas target
dari BKKBN sendiri yakni sudah sebesar 66,32%, namun di dominasi oleh
alat kontrasepsi dengan tingkat putus pakai paling tinggi sebesar 46% yaitu
PIL dimana berdasarkan data capaian peserta KB baru sampai dengan bulan
Mei 2020 di Provinsi Kalimantan Selatan pengguna alat kontraspesi PIL
mencapai 93.871 pengguna KB jenis ini, dengan sebaran wilayah yang tidak
merata dalam capaian pengguna KB dengan permintaan tertinggi adalah
4

wilayah daerah Kota Banjarmasin dengan 8.562 pengguna KB baru dan yang
terendah adalah Kabupaten Balangan dengan 793 pengguna KB baru,
meskipun secara absolut trend pengguna KB baru di Kalsel naik dari tahun
2019 yang 30.462 dan naik menjadi 34.749 pada tahun 2020, namun hanya di
dominasi oleh KB yang tingkat putus pakainya paling tinggi, hal tersebut
terlihat dari rata-rata angka capaian unmet need Provinsi Kalimantan Selatan
hingga bulan Mei 2020 sebesar 11,08 dan capaian per Kabupaten/Kota paling
tinggi di Kabupaten Banjar sebesar 16,17% (8). Kondisi perbedaan capaian
penggunaan KB diwilayah Provinsi Kalimantan Selatan kemungkinan akan
mengalami fluktuatif selama masa wabah pandemi yang hingga saat ini belum
menunjukan perubahan.
5

Tabel 1.1
Data pengguna KB aktif, wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.
2018 2019
No. Kabupaten/Kota Peserta KB Aktif Peserta KB Aktif
PUS ABS % PUS ABS %
1 Tanah Laut 61,055 42,794 70,09 58,461 46,598 79,71
2 Kotabaru 60,609 15,207 25,09 58,177 39,653 68,16
104,40
3 Banjar 5 79,108 75,77 99,971 88,760 88,79
4 Batola 55,803 47,337 84,83 53,311 45,972 86,23
5 Tapin 34,035 30,738 90,31 32,533 31,642 97,26
Hulu Sungai
6 Selatan 42,339 29,102 68,74 40,409 30,651 75,85
Hulu Sungai
7 Tengah 48,489 33,637 69,37 46,311 33,150 71,58
Hulu Sungai
8 Utara 42,229 32,276 76,43 40,387 32,307 79,99
9 Tabalong 45,146 35,899 79,52 43,235 37,420 86,55
10 Tanah Bumbu 63,301 51,146 80,80 61,232 54,879 89,62
11 Balangan 23,311 19,848 85,14 22,343 19,744 88,37
126,15 120,46
12 Banjarmasin 6 32,276 25,58 3 118,775 98,60
13 Banjarbaru 46,007 63,034 137,01 44,662 43,612 97,65
752,88 721,49
Provinsi 5 512,402 68,06 5 623,163 86,37
(Rekapitulasi PWS KIA Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan)

Dari data yang didapatkan di Provinsi Kalimantan Selatan tahun


2018 -2019 dilihat Tabel 1.1 terdapat 13 indikator Total jumlah capaian
pengguna KB terbanyak pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Selatan
di Kota Banjarbaru (137,01%) dan paling rendah Kota Kotabaru (25.09%).
6

Pada tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Selatan adalah di Kota


Banjarmasin (98.60%) peserta KB aktif, dan yang paling rendah di
Kabupaten Kotabaru (68.16%) peserta KB aktif.Selama tahun 2018-2019
capaian KB aktif di Kalimantan Selatan cenderung naik yaitu dari
(68.06%) hingga (86,37%). Dan terdapat faktor predisposisi, faktor
pendorong, faktor pendukung yang mempengaruhi seseorang dalam
pemilihan kontrasepsi yang digunakan. Faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan seseorang dalam memilih alat kontrasepsi antara lain faktok
individu, faktor kesehatan, dan faktor metode kontrasepsi seperti biaya dan
efek samping.
Oleh karena itu, adanya gerakan keluarga berencana yang
dikembangkan tahun ke tahun. Program keluarga berencana sudah banyak
mengalami kemajuan yang signifikan. Masyarakat sudah banyak yang
teredukasi dan menjadi masyarakat yang kooperatif. Dari varian KB yang
makin tahun makin berkembang, masyarakat masih dominan penggunaan
KB suntik ketimbang KB seperti IUD ataupun IMPLANT. Karena, KB
suntik dianggap lebih praktis dan tidak beresiko.
Berdasarkan paparan diatas, penulis ingin memberikan Asuhan
Kebidanan pada Ny.D P1A0 Akseptor Aktif KB Suntik 3 Bulan di
Puskesmas Banjarmasin Indah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang ada, Penulis ingin memberikan Asuhan
Kebidanan pada Ny. D P1A0 Akseptor Aktif KB Suntik 3 Bulan.

C. Tujuan
1. Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien akseptor KB
suntik 3 bulan dengan menggunakan standar asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada akseptor KB suntik 3 bulan
7

b. Dapat menetapkan diagnosa dan masalah dari hasil pengkajian.


c. Dapat menetapkan diagnosa potensial.
d. Dapat menetapkan tindakan segera.
e. Dapat merencanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3
bulan
f. Dapat memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3
bulan

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Hasil laporan ini berguna untuk bahan baca dan bahan ajar agar
penulis bisa memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas.

2. Bagi mahasiswa
Hasil laporan ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, terutama agar dapat mengetahui bagaimana cara
asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan.

3. Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas Banjarmasin Indah


Hasil laporan ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi
petugas kesehatan di lahan praktik khususnya bidan dan dapat
dijadikan bahan masukan dan informasi dalam memberikan asuhan
kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB suntik 3 bulan.

4. Bagi insitusi
Hasil laporan ini dihharapkan menjadi dokumentasi dan bahan
informasi untuk mahasiswi ataupun dosen untuk melakukan penelitian
tentang asuhan kebidanan.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran. KB merupakan tindakan membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kelahiran. KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan
jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Matahari, dkk, 2018)
Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
Di samping itu KB diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang
berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB, meliputi sasaran langsung,
yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak
langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,
keluarga sejahtera (Matahari, dkk, 2018)
Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra dan konsepsi “kontra”
yang artinya mencegah/menghalangi dan “konsepsi” yaitu pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sel sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan
sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel
telur dan sel sperma. Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
reproduksi untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak individu sebagai
makhluk seksual (Saifudin, 2018).

8
9

Kontrasepsi suntik kombinasi adalah jenis kontrasepsi yang terdiri dari


dua hormone yaitu progestin dan estrogen reperti hormone alami pada tubuh
9

seorang perempuan. Progestin yang digunakan adalah Medroxy Progesterone


Acetate (MPA) dan estrogen nya adalah Estradiol Cypionate (BKKBN,
2018).
Ruang lingkup program KB,meliputi:
1. Komunikasi informasi dan edukasi
2. Konseling
3. Pelayanan infertilitas
4. Pendidikan seks
5. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
6. Konsultasi genetic
(Matahari, dkk, 2018)

Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi:


1. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh
pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia
di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk
mempunyai anak dengan berbagai alasan.Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi,
artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 26 Keluarga Berencana
Dan Kontrasepsi 100%. Hal ini penting karena pada masa ini
pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.
Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR.

2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan


Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak
antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena
pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi dapat
dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
10

3. Fase Mengakhiri Kesuburan


Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri
lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat
menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena
jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu
jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak
lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap,
AKDR, implan, suntik KB dan pil KB. (Matahari, dkk, 2018)

Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:


1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
2. Efek samping yang merugikan tidak ada.
3. Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
6. Cara penggunaannya sederhana
7. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri
(Matahari, dkk, 2018)

Macam macam Kontrasepsi, yaitu:


A. PIL KB KOMBINASI
1. Mekanisme: Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh
sperma, dan menganggu pergerakan tuba sehingga transportasi
telur terganggu. Pil ini diminum setiap hari.
2. Efektivitas: Bila diguakan secara benar, risiko kehamilan kurang
dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
11

3. Efek samping: Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau


semakin pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau tidak haid),
sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara, perubahan berat
badan, perubahaan suasana perasaan, jerawat (dapat membaik
atau memburuk, tapi biasaya membaik), dan peningkatan tekanan
darah.

B. PIL HORMON PROGESTIN


1. Mekanisme: Mini pil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi
lebih awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir
serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah
motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu. Pil
diminum setiap hari.
2. Efektivitas: Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang
dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
3. Efek samping: Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama
pada ibu menyusui, haid tidak teratur, haid memanjang atau
sering, haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing,
perubahan suasana perasaan, nyeri payudara, nyeri perut, dan
mual.

C. PIL KB DARURAT (EMERGENCY CONTRACEPTIVE PILLS)


Kontrasepsi darurat digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang
tidak terlindung dengan kontrasepsi yang tepat dan konsisten.
Semakin cepat minum pil kontrasepsi darurat, semakin efektif.
Kontrasepsi darurat banyak digunakan pada korban perkosaan
dan hubungan seksual tidak terproteksi. Penggunaan kontrasepsi
darurat tidak konsisten dan tidak tepat dilakukan pada:
1. Kondom terlepas atau bocor
12

2. Pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi alamiah dengan


tepat (misalnya gagal abstinens, gagal menggunakan metoda
lain saat masa subur).
3. Terlanjur ejakulasi pada metoda senggama terputus.
4. Klien lupa minum 3 pil kombinasi atau lebih, atau terlambat
mulai papan pil baru 3 hari atau lebih.
5. AKDR terlepas
6. Klien terlambat 2 minggu lebih untuk suntikan progesteron 3
bulanan atau terlambat 7 hari atau lebih untuk metoda suntikan
kombinasi bulanan. Keluarga

D. KB SUNTIK KOMBINASI
1. Mekanisme: Suntikan kombinasi menekan ovulasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi pada
endometrium sehingga implantasi terganggu, dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Suntikan ini diberikan sekali tiap
bulan.
2. Efektivitas: Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang
dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun.
3. Efek samping: Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau
semakin pendek, haid tidak teratur, haid memanjang, haid jarang,
atau tidak haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara, kenaikan
berat badan.

E. SUNTIKAN PROGESTIN
Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks
sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan selaput rahim
tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Suntikan diberikan 3 bulan sekali (DMPA)
(Matahari, dkk, 2018)
13

B. Etiologi
Permasalahan kependudukan di Indonesia adalah masalah kuantitas
dan kualitas penduduk. Adapun masalah-masalah kependudukan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk besar
b. Pertumbuhan penduduk cepat
c. Persebaran penduduk tidak merata
d. Kualitas penduduk rendah
e. Komposisi penduduk sebagian besar berusia produktif.
(Matahari, dkk, 2018)

Jumlah Penduduk Besar Penduduk dalam suatu negara merupakan


faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan karena menjadi subyek
dan obyek pembangunan. Penduduk merupakan pusat seluruh kebijakan
dan program pembangunan yang dilakukan. Pembangunan dikatakan
berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk baik kualitas
fisik maupun non fisik. Dinamika atau perubahan jumlah penduduk sangat
mempengaruhi dinamika pembangunan. Ada permasalahan untuk negara
Indonesia yang berpenduduk besar yaitu nomor 4 di dunia yaitu:
a. Pemenuhan kebutuhan hidup masih belum dapat terpenuhi oleh
Pemerintah, karena kemampuan pemerintah masih terbatas.
Pemerintah seharusnya dapat menjamin terpenuhi kebutuhan
hidup penduduk yang besar. Sebagai akibatnya masih ada
penduduk yang kekurangan gizi makanan, timbulnya 3
permukiman kumuh, kerusakan lingkungan, kerawanan pangan,
kelangkaan sumber daya, kemiskinan, serta konflik sosial.
14

b. Penyediaan lapangan kerja, sarana, dan prasarana kesehatan,


pendidikan serta fasilitas sosial lainnya masih banyak yang
kurang, karena dana yang terbatas. Pemerintah seharusnya dapat
dapat menyediakan itu semua. Maka peran serta sektor swasta
perludigalakkan untuk mengatasi masalah ini, seperti
pembangunan pabrik/industri, sekolah swasta, rumah sakit
swasta dan lain-lain.
Pertumbuhan penduduk Indonesia secara nasional masih relatif
cepat, walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971
pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980
sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun,
periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun, periode 2000 - 2010 sebesar
1,49% Penurunan pertumbuhan penduduk ini cukup menggembirakan, hal
ini didukung oleh pelaksanaan program keluarga berencana di seluruh
tanah air. Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi
jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Program ini
setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua anaksaja atau merupakan
keluarga kecil.Terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan
hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga
sejahtera. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa Program Keluarga
Berencana mempunyai dua tujuan pokok yaitu:
a. Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak
melebihi kemampuan peningkatan produksi.
b. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga
sejahtera
(Matahari, dkk, 2018)
Keluarga berencana bukan hanya sebagai upaya/strategi
kependudukan dalam menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan
daya dukung lingkungan tetapi juga merupakan strategi bidang kesehatan
dalam upaya meningkatan kesehatan ibu melalui pengaturan kapan ingin
mempunyai anak, mengatur jarak anak dan merencanakan jumlah kelahiran
15

nantinya. Sehingga seorang ibu mempunyai kesempatan untuk memelihara


dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan dirinya. Pelayanan yang
berkualitas juga perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan pandangan
klien terhadap pelayanan kesehatan yang ada (Prijatni dkk, 2018).

C. Patosiologis
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hormonal telah
mempelajari bahwa estrogen dan progesteron memberikan umpan balik
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus
dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran folicle stimulating
hormone (FSH) sehingga perkembangan dan kematangan folikle deGraaf
tidak terjadi. Di samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran
hormon luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga
hasil konsepsi mencapai uterus-endometrium yang belum siap untuk
menerima implantasi.

D. Tanda gejala
Tanda gejala normal yang dialami pengguna Kb suntik 3 bulan
yaitu kenaikan berat badan, selain itu normalnya penggunaan suntik Kb 3
bulan ini tidak menyebabkan aminorhea, namun bisa saja adanya
perubahan siklus haid yang tidak lancar.
Tanda gejala yang harus di waspadai saat penggunaan Kb
1. Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan
darah di paru, atau serangan jantung.
2. Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi
stroke , hipertensi atau migraine
3. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh
darah pada tungkai.
4. Tidak terjadi perdarahan atau spottimg selama 7 hari sebelum
suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
16

(Saifuddin, 2018 : MK-38).

E. Komplikasi
1. Amenorea Singkirkan kehamilan, bila
tidak terjadi kehamilan, dan
tidak perlu diberi pengobatan
khusus. Jelaskan bahwa darah
haid tidak berkumpul dalam
rahim. Anjurkan klien untuk
kembali ke klinik bila tidak
datangnya haid masih menjadi
masalah. Bila klien hamil, rujuk
klien. Hentikan penyuntikan,
dan jelaskan bahwa hormone
progestin dan estrogen sedikit
sekali pengaruhnya pada janin.
2. Mual/pusing/muntah Pastikan tidak ada kehamilan.
Bila hamil, rujuk. Bila tidak
hamil, informasikan bahwa hal
ini adalah hal biasa dan akan
hilang dalam waktu dekat.
3. Perdarahan/perdarahan Bila hamil, rujuk. Bila tidak
bercak(spotting) hamil cari penyebab perdarahan
yang lain. Jelaskan bahwa
perdarahan yang terjadi
merupakan hal biasa. Bila
perdarahan berlanjut dan
mengkhawatirkan klien, metode
17

kontrasepsi lain perlu dicari.


4. Meningatnya/ Informasikan bahwa
menurunnya berat badan kenaikan/penurunan berat
badan sebanyak 1-2 kg dapat
saja terjadi, perhatikan diet
klien bila perubahan berat
badan berlebihan, hentikan
suntiksn dan anjurkan metode
kontrasepsi lain.

Sumber: (Saifuddin, 2018 )

F. Penatalaksanaan Medis
Suntikan kombinasi diberikan setiap 3 bulan sekali dengan
suntikan intramuscular dalam. Klien diminta datang setiap 11 minggu.
Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan
terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari
jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja (Saifuddin,
2018).

G. Langkah-langkah konseling saat penatalaksaan KB :


Sa :Sapa dan salam kepada pasien secara terbuka dan sopan
T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya beberapa jenis
kontrasepsi
Tu : BanTu lah klien untuk menentukan pilihan jenis kontrasepsi
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya
U : KUnjungan ulang
18

Konseling keluarga berencana dilakukan dengan menggunakan


Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK). WHO mengembangkan lembar
balik yang telah diadaptasi untuk Indonesia oleh STARH untuk
memudahkan konseling. ABPK membantu petugas melakukan konseling
sesuai standar dengan adanya tanda pengingat mengenai keterampilan
konseling yang perlu dilakukan dan informasi apa perlu diberikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan klien. ABPK mengajak klien bersikap lebih
partisipatif dan membantu mengambil keputusan. Selama konseling dalam
hal apapun termasuk mengenai keluarga berencana dapat ditemukan
beberapa situasi yang dinilai sulit bagi konselor, seperti berikut:
1. Klien tidak mau berbicara
2. Klien tidak berhenti menangis
3. Petugas konseling meyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi
masalah klien
4. Petugas konseling melakukan situasi kesalahan
5. Petugas konseling tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang
diajukan klien
6. Klien menolak bantuan petugas konseling
7. Klien tidak nyaman dengan jenis kelamin (jender)/umur/latar
belakang/suku/adat, dsb dari petugas konseling
8. Waktu yang dimiliki petugas konseling terbatas
9. Petugas konseling tidak dapat menciptakan “rapport”
(hubungan)yang baik
10. Petugas konseling dan klien sudah saling kenal
11. Klien berbicara terus menerus dan tidak sesuai dengan pokok
pembicaraan
12. Klien menanyakan hal-hal yang sangat pribadi kepada petugas
konseling
13. Petugas konseling merasa dipermalukan dengan suatu topik
pembicaraan
19

14. Klien terganggu konsentrasinya karena ada orang lain di


sekitarnya
15. Petugas konseling belum dikenal oleh klien
(Matahari, dkk, 2018)

Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi


a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.
d. Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan.
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f. Anemia defisiensi besi.
g. Nyeri haid hebat (Dismenore).
h. Haid teratur.
i. Riwayat kehamilan ektopik.
j. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. (Saifuddin, 2018)

Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi


a. Hamil atau diduga hamil.
b. Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan.
c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
d. Penyakit hati akut (virus hepatitis).
e. Usia >35 tahun yang merokok.
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi
(> 180/110 mmHg).
g. Riwayat kelainan thromboemboli atau dengan kencing manis >20
tahun.
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrain.
i. Keganasan pada payudara. (Saifuddin, 2018).
20
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB


SUNTIK 3 BULAN NY. D P1 A0
DI PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH

Tempat pengkajian : Puskesmas Banjarmasin Indah


Tanggal pengkajian : Rabu, 05 November 2022
Jam pengkajian : 10.30 WITA

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
DATA ISTRI SUAMI
Nama Ny. D Tn. R
Umur 20 tahun 25 tahun
Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Jl. Yos Sudarso RT.31

2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

3. Riwayat Obstetrik dan Genikologi


a. Riwayat Obstertik
1) Menarche : 15 Tahun
2) Siklus : 28 hari
3) Lamanya : 6-7 hari

20
4) Banyaknya : 3 kali/hari ganti pembalut
5) Dismenore : Tidak ada
6) Teratur/tidak teratur : Teratur

Kehamilan Persalinan Nifas Bayi


Tahun UK Tempat Penolong Cara JK BB/ Keadaan
Lahir Persalinan PB
2021 Aterm RS Dokter Normal Baik P 3000/52 Hidup
b. Riwayat Genikologi
Ibu mengatakan tidak ada masalah dengan alat genetalia seperti
keputihan yang berbau gatal dan perdarahan diluar haid.

4. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak ada menggunakan alat kontrasepsi/ KB lainnya
sebelum hamil. Dan setelah post partum 60 hari ibu menggunakan KB
suntik 3 bulan.

5. Riwayat Kesehatan ibu dan keluarga


Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menular seperti HIV, TBC, dan
hepatitis dan penyakit menurun seperti hipertensi, DM, asma dan penyakit
kronis seperti kanker dan jantung.

6. Riwayat Perkawinan
a. Kawin : 1x kawin
b. Usia Kawin : ±18 tahun
c. Lamanya :± 3 tahun

7. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
1 Pola Makan : 3 kali sehari, porsi sedang, berisi nasi, lauk
) pauk, sayur, dan buah-buahan

26
2 Pola Minum : 7-8 gelas / hari, berisi air putih
)
a. Pantangan : Tidak ada
b. Pola Istirahat : tidur malam hari 6-8 jam siang 1 jam
c. Pola Eliminasi : Bab 1-2x/ hari, warna kuning kecoklatan,
konsintensi lembek, Bak 4-5x/hari, warna
kuning jernih, bau khas
d. Pola Seksual : Ibu mengatakan melakukan hubungan intim
1-2x/minggu
e. Personal Hygne : Mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, dang anti
pakaian 2x/hari, Vulva hygine saat mandi
Bab dan Bak
f. Pola Aktivitas : ibu mengatakan melakukan pekerjaan
dirumah seperti biasa
8. Data Psikologis
Ibu mengatakan merasa nyaman menggunakan kontrasepsi KB 1 bulan
serta suami dan keluarga mendukung dalam pemakaian kontrasepsi ini.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB : 63 kg
d. TB : 157 cm
e. TTV :
1) Tekanan Darah : 100/80 mmHg,
2) Pernapasan : 20 x/menit
3) Denyut Nadi : 88 x/menit,
4) Suhu : 36,7oC
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inpeksi
1) Kepala : Tampak bersih tidak ada ketombe dan
rambut tidak rontok
2) Muka/Wajah : tidak pucat, tidak ada oedema dan
tidak ada flek hitam
3) Mata : Kelopak mata simetris, tidak ada
kelainan, Konjungtiva tidak anemis,
Sklera tidak ikterik
4) Hidung : Secret/serumen tidak ada dan tidak
ada kelainan
5) Telinga : Simetris bersih dan Secret/serumen
tidak ada
6) Mulut : Tidak caries gigi dan stomatitis
7) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan tidak ada pembesaran vena
jugularis
8) Dada : Dada simetris pada payudara tidak
ada teraba adanya benjolan
abmormal, dan puting susu menonjol
9) Abdomen : Tidak ada pembesaran dan bekas
operasi
10) Vulva vagina : Tidak ada varises, keputihan normal
11) Penunjang : Hasil Test Pack garis 1(satu)
12) Ekstremitas
Oedem : tidak ada
Varises : Tidak ada
b. Palpasi
1) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid
dan bendungan vena jugularis
2) Dada : tidak teraba benjolan abnormal

C. ASSESMENT
P1A0 Akseptor aktif suntik KB 3 bulan dengan fisiologis

D. PLANNING
1. Menjalin hubungan saling percaya antara bidan dan klien
2. Menyambut ibu dengan senyum, salam, sapa, sopan dan santun
Evaluasi : telah dilakukan
3. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk mengungkapkan masalahnya:
Ibu mengatakan ingin menggunakan suntik 3 bulan
4. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat Badan : 63 kg
d. Tinggi Badan : 157 cm
e. Tekanan Darah : 100/80 mmHg
f. Nadi : 88 x/menit
g. Pernafasan : 20 x/menit
h. Suhu : 36,7 oC
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
5. Menginformasikan kembali tentang kelebihan KB suntik 3 bulan kepada
ibu:
a. Sangat efektif
b. Tidak berpengaruh pada produksi ASI
c. Klien tidak perlu menyiapkan obat
d. Tidak dilakukan pemeriksaan dalam
Evaluasi : Ibu mengerti tentang kelebihan suntik KB 3 bulan
6. Menginformasikan kembali tentang kekurangan akseptor KB suntik 3
bulan kepada ibu :
a. Sering ditemukan gangguan haid
b. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntik berikutnya
d. Tidak melindungi dari IMS
Evaluasi : Ibu mengerti tentang kekurangan suntik KB 3 bulan
7. Menginformasikan kembali tentang efek samping akseptor KB suntik 3
bulan :
a. Amenore
b. Perdarahan berat, ireguler, bercak.
c. Perdarahan dalam frekuensi, lama dan jauh.
Evaluasi : ibu mengerti tentang efek samping, kekurangan dan kelebihan
suntik KB 3 bulan
8. Keuntungan dan Kerugian KB suntik 3 bulan, yaitu :
Keutungan:
- Sangat efektif
- Tidak mempengaruhi produksi ASI
- Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik
Kerugian:
- Kenaikan berat badan
- Menstruasi yang tidak lancer
- Perdarahan (akan terjadi apa bila ibu tidak cocok dalam
penggunaan KB suntik 3 bulan)
Evaluasi : Ibu mengerti tentang penjelasan kelebihan dan kekurangan
KB suntik 3 bulan
9. Melakukan suntik ulang pada 3 bulan berikutnya pada tanggal 21 Maret
2022 atau jika ada keluhan untuk konsultasi.
Evaluasi : ibu mengerti tentang penjelasan dan bersedia melakukan
kunjungan ulang
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan pada Ny. D Usia 20 tahun P1A0 dengan Akseptor KB Suntik 3
bulan telah dilakukan pengkajian sesuai dengan standar asuhan kebidanan melalui
anamnesa langsung pada pasien dan beberapa pemeriksaan. Dalam pengkajian
data tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan di lapangan. Ibu mengatakan
ingin menggunakan KB suntik 3 bulan. Saat kunjungan ibu mengatakan tidak
mengalami keluhan apapun dan ibu tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga
dan terdahulu seperti: Hipertensi, Gagal Jantung, IMS, Diabetes Mellitus,
Epilepsi, Hepatitis, Tuberculosis, dan HIV/AIDS. Hal ini menyatakan bahwa
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Maka dari itu ibu dapat diberikan
KB suntik 3 bulan karena ibu tidak mempunyai riwayat penyakit yang tidak boleh
dimiliki bagi pengguna KB suntik.
Menurut penelitian Setiawati dkk (2018) mengatakan pada fase
menjarangan kehamilan dimana periode usia istri anatara 20-30 tahun merupakan
periode paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang atau jarak
kelahiran 2-4 tahun. Alasan menjarangkan kehamilan pada usia ini ada beberapa
yaitu pada usia ini merupakan usia terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan pada usia ini yaitu efektifitas cukup tinggi,
reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi,
dapat dipakai 2 sampai 4 tahun. Menurut Sulistyawati (2019) klien yang tidak
boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin antara lain hamil atau
dicurigai hamil (risiko cacat pada 7 janin per 100.000 kelahiran); memiliki
riwayat perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya; tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore; menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara; atau menderita diabetes mellitus disertai
komplikasi.
Berdasarkan teori dan rentang usia ibu 20-30 penggunaan KB suntik 3 bulan
dianggap sesuai dengan keadaan ibu sekarang. Dari hasil pengkajian data subjektif
didapatkan, ibu tidak hamil, riwayat kesehatan ibu tidak memiliki riwayat
penyakit menurun, menahun, dan menular. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
hasil keadaan umum baik, : Tekanan darah : 100/80 mmHg, Suhu : 36,7 ᵒC, Nadi :
88 x/m, Respirasi : 20 x/m, BB : 63 kg, TB : 157 cm, Mata (konjungtiva tidak
anemis), Mammae (tidak terdapat benjolan yang abnormal), Abdomen (tidak ada
nyeri tekan), Ekstrimitas bawah (tidak terdapat varices). Dari data subjektif dan
objektif didapatkan diagnosa Ny. D P1A0 Akseptor Kb Suntik 3 Bulan.
Menurut Sulistyani (2019) pemberian kontrasepsi suntik sering menimbulkan
gangguan haid (amenore). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan
sedikit sekali mengganggu kesehatan. Apabila klien tidak kembali pada jadwal
yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 1 minggu sebelum jadwal.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik yang dilakukan pada Ny. D Akseptor Aktif KB Suntik 3
Bulan yang dilakukan di Puskesmas Banjarmasin Indah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
pada Ny. D P1A0. Maka dapat disimpulkan :
1. Melakukan pengkajian pada akseptor KB suntik 3 bulan sesuai
dengan kebutuhan yang di perlukan.
2. Menetapkan diagnose dan masalah dari hasil pengkajian
3. Menetapkan diagnose potensial yang di dapat dari hasil pengkajian
4. Melakukan tindakan segera apabila terdapat masalah dalam
pengkajian akseptor KB suntik pada
5. Merencanakan asuhan kebidanan pada kaseptor KB suntik 3 bulan
yang tepat
6. Memberikan asuhan kebidanan pada kaseptor KB suntik 3 bulan

B. Saran
1. Bagi Penulis
Untuk penulis diharapkan untuk bahan ajaran agar penulis bisa
memberikan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana.

2. Bagi Mahasiswa
Sebagai harapan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
mahasiswa, terutama agar dapat mengetahui bagaimana cara asuhan
kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan.

3. Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas Banjarmasin Indah

34
35

Sebagai bahan pertimbangan bagi petugas kesehatan di lahan


praktik khususnya bidan dan dapat dijadikan bahan masukan dan
informasi dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana.

4. Bagi Insitusi
Sebagai dokumentasi dan bahan informasi untuk mahasiswi
ataupun dosen untuk melakukan penelitian tentang asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Jidar, dkk. 2019. Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencanaa. Yogjakarta: Pustaka
Ilmu
Matahari, Ratu. dkk. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Yogjakarta: Pustaka Ilmu
Prawirohardjo, Sarwono.2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – BP
Prijatni, dkk.2018. Keluarga Berencana. Jakarta : YBP
Saifuddin, 2018. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP
Sulistyani, 2019.Asuhan kebidanan Patologis. Yogjakarta: Madani Medika

36

Anda mungkin juga menyukai