Anda di halaman 1dari 4

KEARIFAN LOCAL KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA KENDARI

Kearifan Lokal (Local Wisdom) dapat diartikan secara umum adalah sebagai gagasan-gagasan setempat
yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan di ikuti oleh masyarakat
khususnya ASN dan Non ASN Kantor Kementerian Agama Kota Kendari.

Etnis lokal masyarakat Kota Kendari adalah Tolaki. Masyarakat Tolaki mempunyai tradisi dan budaya
adat tolaki dari leluhur secara turun temurun dan terus menerus dijadikan pagangan hidup. Kepribadian
dan pandangan hidup orang tolaki di bumi Konawe dan bumi Mekongga adalah sebagai berikut :

1. INAE KONASARA IEE PINESARA, INAE LIASARA IEE PINEKASAR

Artinya orang yang menghargai adat dialah yang dihormati, orang yang tidak menghargai adat dia tidak
akan dihormati. Inilah falsafah hidup masyarakat Tolaki yang sudah berlangsung sejak 14 abad yang lalu
dalam pergaulan sehari-hari dan tidak ketinggalan dalam perkembangan zamanglobalisasi atau zaman
milenial.

* Masyarakat Kota Kendari adalah massyarakat multi etnis yaitu etnis Tolaki, Buton, Muna, Moronene,
Wakatobi, kemudian etnis Sulsel, Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan dan berbagai etnis lainnya.

* Mempertahankan dan melestarikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal ini
suatu kebenaran yang sudah mentradisi yang memiliki kandungan nilai kehidupan yang tinggi dan harus
digali untuk dipertahankan, dikembangkan serta dilestarikan.

Kearifan lokal juga suatu pandangan hidup dan ilmu npengetahuan serta berbagai strategi kehidupan
dalam beraktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,maka kita harus menjaga, mempertahankan dan


melestarikan kearifan lokal.

* Kearifan lokal banyak dimensinya, mulai dari sikap, pemikiran, kebiasaan yang harus dipelihara.

Salah satu contoh dalam kehidupan kita sehari-hari dengan kepunahan beberapa bahasa daerah masing-
masing yang kita miliki, padahal sebenarnya ini merupakan kekayaan kita dan identitas kita.

Kearifan lokal ini sebenarnya bergantung pada masyarakat agar dapat dilestarikan kembali kearifan lokal
yang sempat ditinggalkan.

Diharapkan masyarakat dapat kembali memiliki pola pikir holistik agar sumber daya alam yang kita
miliki dapat dipertahankan untuk dilestarikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
KEARIFAN LOKAL KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA KENDARI
I. Pendahuluan
Membangun masyarkat melalui kerukunan antar umat beragama dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan, baik pendekatan yang bersifat structural maupun pendekatan kultural (budaya).
Pendekatan kebudayaan dapat dikatakan menjadi elemen penting dalam merekatkan hubungan antar
berbagai kelompok social masyarakat termasuk halnya agama.
Masyarakat memiliki kearifan local yang secaran fungsional cukup efektif dalam menciptakan
situasi lingkungan social yang harmonis dan rukun. Tradisi local tersebut memiliki nilai penting
diantaranya sebagai acuan tingkah laku termasuk sebagai pedoman dalam berinteraksi dengan orang
lain yang berbeda agama maupu budaya. Nilai-nilai kearifan local dalam bentuk tradisi maupun norma-
norma social dimasyarakat secara fungsional dapat memperkuat system budaya yang kemudian
dipercayai dan diakui sebagai elemen penting sehingga dapat mempertebal kohesi social di dalam
masyarakat.

Kearifan Lokal (Local Wisdom) merupakan ungkapan pengetahuan local (Local Knowledge)
dalam merespon situasi lingkungan dan sosialnya. Masyarakat kota Kendari yang heterogen melalui
kearifan local dapat dijadikan media untuk merekatkan hubungan antar umat beragama. Kearifan local
tersebut cukup efektif dalam membangun masyarakat yang rukun dan damai.. Secara substansial
kearifan local adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat, nilai-nilai tersebut diyakini
kebenarannya dan menjadi acuan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian kearifan local dapat dikatakan sebagai elemen penting dalam membangun
kerukunan umat beragama, sehingga terwujudnya tata kehidupan umat beragama yang harmonis dan
rukun.
MEMAKNAI KEARIFAN LOKAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan
yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsentrasikan sebagai kebijakan
setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local Knowledge” atau kecerdasan setempat
“local Genius”. Sains modern dianggap memanipulasi alam dan kebudayaan dengan mengobyektifkan
semua kehidupan alamiah dan batiniah dengan akibat hilangnya unsur “nilai” dan “moralitas”. Sains
modern menganggap unsur “nilai” dan “moralitas” sebagai unsur yang tidak relevan untuk memahami
ilmu pengetahuan.

Penting dicatat, bahwa kehadiran kearifan lokal bukanlah wacana baru dalam kehidupan kita
sehari-hari. Kearifan lokal sebenarnya hadir bersamaan dengan terbentuknya masyarakat kita,
masyarakat Indonesia. Eksistensi kearifian lokal menjadi cermin nyata dari apa yang kita sebut sebagai
hukum yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat. Sesuai laporan The World Conservation Union
(1997), dari sekitar 6.000 kebudayaan di dunia, 4.000-5.000 di antaranya adalah masyarakat adat. Ini
berarti, masyarakat adat merupakan 70-80 persen dari semua masyarakat di dunia. Dari jumlah
tersebut, sebagian besar berada di Indonesia yang tersebar berbagai kepulauan.

Indonesia benar-benar merupakan masyarakat majemuk nomor satu di dunia. Secara topografis
berupa Negara kepulauan yang terdiri dari sejumlah pulau-pulau besar dan ribuan pulau kecil, tetapi
lebih dari itu berupa komunitas-komunitas manusia dengan ratusan warna lokal dan etnis. Di sinyalir
oleh beberapa sumber, jumlah etnis dengan bahasanya yang spesifik lebih dari 300 ribu lebih kelompok.
Ini merupakan jumlah yang cukup besar yang tidak boleh dipandang remeh, kendati dalam rangka
dominasi ekonomi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern mereka selalu dipinggirkan
dan diabaikan. Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia. Sesuai dengan
kalimat tersebut, artinya pancasila merupakan proses pengkristalisasi atau pengerasan dari nilai-nilai
luhur dan budaya bangsa Indonesia yang telah ada sebelumnya sepanjang sejarah bangsa yang ada dan
nilai-nilai dari kebudayaan kita sendiri.

Maka keberagaman yang multikultural dan pluralistik yang menampung berbagai perbedaan
budaya, etnis, agama, dan ideologi. Karena itu, prinsip bernegara yang kita kenal adalah bhineka tunggal
ika, ‘berbeda-beda namun satu’. Sejalan dengan perkembangan zaman, banyak hal mengalami
perubahan, termasuk nilai-nilai sosialkultural, persepsi politis ideologis, dan sebagainya. Di sisi lain,
warisan kultural dari nenek moyang berupa nilai dan akar tradisi, termasuk kearifan lokal, mengalami
pelunturan dan penggerusan. Bagaimana posisi kearifan lokal di tengah perubahan yang berlangsung
secara eksternal dan internal.

Mengacu pada kondisi Indonesia saat ini, dapat dikatakan ada dua faktor yang memengaruhi
perubahan nilai sosialkultural, yakni faktor eksternal dan internal yang (mungkin) bergerak secara
simultan. Faktor eksternal, antara lain, dipengaruhi oleh globalisasi, deideologisasi politik di tingkat
global, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, neokapitalisme dan neoliberalisme yang
makin memacu gaya hidup pragmatis, konsumtif, dan individual. Faktor internal dipengaruhi
melunturnya nilai-nilai tradisi dan nilai- nilai lokal (termasuk di dalamnya kearifan lokal) yang mungkin
juga terjadi karena faktor eksternal. Karena diasumsikan telah terjadi pelunturan nilai-nilai tradisi, upaya
apa saja yang bisa dilakukan untuk merevitalisasi kearifan lokal di tengah globalisasi dan perubahan nilai
sosialkultural sehingga kearifan lokal tetap menjadi identitas bangsa sekaligus memberikan kontribusi
dalam membangun Indonesia yang multikultural dan pluralistik sekaligus madani. Revitalisasi kearifan
lokal juga diharapkan mampu merespons dan memberikan solusi atas tantangan dan problematika
Indonesia kini, seperti bagaimana mengatasi korupsi, kemiskinan, dan perusakan ekosistem alam.

Kemudian bagaimana sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Keuangan bersikap?
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan
hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup.
Itulah cara kita bersikap secara kearifan lokal sebagai upaya penguatan identitas keindonesiaan
(Revitalisasi Kearifan Lokal). Hal ini dapat dipahami karena nilai-nilai Pancasila sesungguhnya adalah
kristalisasi dari kearifan lokal yang hidup dalam masyarakat berbagai daerah.

Untuk mengantisipasi perubahan sosialkultural maka pemerintah melakukan kompetensi sosial


kultural menjadi bagian dalam Leadership Framework yang dikembangkan dalam program
pengembangan kompetensi pegawai. Saat ini, Kementerian Keuangan tengah menggalakkan sosialisasi
kompetensi sosial kultural untuk seluruh pegawai Kementerian Keuangan karena salah satu fungsi ASN
adalah sebagai perekat bangsa seperti dimuat dalam UU ASN Nomor 5 Tahun 2014. bahwa Inovasi ini
berlanjut pada penyempurnaan Assessment Center di Lingkungan Kementerian Keuangan. Pada tahun
2020, Kementerian Keuangan mengikuti Permenpan RB (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi -red) nomor 38 tahun 2017 mengenai standar kompetensi yang harus
dimiliki setiap ASN (Aparatur Sipil Negara -red), yaitu 8 kompetensi manajerial dan 1 kompetensi yang
khusus menyoroti sosial kultural,

Anda mungkin juga menyukai