Anda di halaman 1dari 3

Memahami Fiqih Munakahat

Oleh : Drs. KH. Mudhar Bintang

Fiqih merupakan aturan yang berfungsi untuk mengarahkan umat


Muslim dalam menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Islam. Dalam
pelaksanaannya, fiqih terbagi menjadi beberapa macam, salah satunya
adalah fiqih munakahat.
Munakahat berasal dari kata “nakaha” yang berarti kawin atau
perkawinan. Jadi, fiqih munakahat adalah hukum yang mengatur tata
cara perkawinan atau pernikahan dan segala hal yang berkaitan
dengannya.
Fiqih munakahat harus diikuti dan diamalkan oleh umat Muslim
sebagai landasan dalam melakukan perkawinan demi mewujudkan
pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah.
Fiqih munakahat bersumber dari ajaran Alquran dan hadits
sebagai dalil naqlinya. Salah satu ayat yang menerangkan munakahat
adalah Surat Ar Ra'd ayat 38 yang artinya:

“Dan, sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum


Kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan
keturunan. Dan, tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan
sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap
masa ada kitab (yang tertentu).” (QS. Ar Ra'd: 38)
Sedangkan dalil yang berasal dari hadits di antaranya adalah sabda
Rasulullah SAW berikut:
“Hai para pemuda, barang siapa di antara kamu telah sanggup untuk
kawin maka hendaklah ia kawin. Maka, kawin itu menghalangi
pandangan (kepada yang dilarang oleh agama) dan lebih menjaga
kemaluan. Dan, barang siapa tidak sanggup, hendaklah ia berpuasa
karena sesungguhnya puasa itu merupakan perisai baginya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Pokok Bahasan Fiqih Munakahat

Ruang lingkup yang menjadi pokok bahasan dalam fiqih munakahat


adalah meminang, menikah, dan talak serta seluruh akibat yang
disebabkan oleh ketiganya.

1. Meminang

Meminang atau khitbah adalah langkah awal dalam pernikahan,


yaitu tahap di mana seorang lelaki menyampaikan kehendak,
maksud, dan tujuannya untuk menikahi jodoh yang telah
didapatkan, lalu menjadikannya istri yang sah dan halal.

2. Menikah

Setelah meminang, menikah adalah langkah selanjutnya sebagai


pembuktian nyata dari khitbah yang sudah dilaksanakan. Lingkup
ini membahas mengenai pernikahan itu sendiri, meliputi rukun dan
syaratnya serta hal-hal yang menghalangi pernikahan tersebut.
Selain itu, dalam lingkup ini pula dibahas bagaimana membangun
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah,
lengkap dengan hak-hak dan kewajiban dalam perkawinan.

3. Talak

Kehidupan rumah tangga tak selamanya indah, ada kalanya terjadi


suatu hal yang tidak terhindarkan dan membuat pernikahan tidak
bisa dipertahankan. Pemutusan hubungan ikatan pernikahan itulah
yang disebut dengan talak.
Untuk selanjutnya, diatur pula hal-hal yang menyangkut putusnya
perkawinan dan akibat-akibatnya, seperti hubungan anak dengan
orangtua dan pembagian harta selama pernikahan.
(ADS)

Anda mungkin juga menyukai