OLEH :
KELOMPOK 5
1
Definisi Saham “ digoreng “
Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak badan
usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan adanya saham, maka
seseorang atau badan usaha dianggap telah menyertakan modalnya di dalam suatu
perusahaan atau perseroan sehingga pihak yang telah membeli saham memiliki klaim
atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Seiring dengan peningkatan jumlah investor pada
pasar modal instrumen saham, muncul pihak yang ingin menciptakan keuntungan tinggi
untuk dirinya sendiri dan berpotensi merugikan investor. Kecurangan dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah dengan menciptakan saham yang digoreng ( watered
shares ). Menggoreng saham merupakan bagian dari Market Manipulation (manipulasi
pasar). Praktik saham “ digoreng sering kali disebut dengan saham berkapitalisasi
rendah atau third liner ( lapis ketiga ). Hal ini disebabkan karena mayoritas saham lapis
ketiga memiliki jumlah investor yang lebih sedikit daripada saham lapis pertama atau
big cap.
Menurut Kieso et.al (2018:11), saham “digoreng” adalah penerbitan saham untuk
properti atau jasa yang disajikan dengan cukup tinggi serta dengan penilaian yang
berlebihan (overvaluation) secara sengaja atas properti dan jasa yang diterima.
Manipulasi pasar ini dilakukan oleh beberapa dewan direksi yang memiliki kewenangan
dalam mengatur suatu aktivitas perusahaan untuk menciptakan harga pasar yang semu
(artificial).
Dalam teori ekonomi, naik turunnya harga saham merupakan sesuatu yang wajar
karena harga saham digerakkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar. Jika
permintaan tinggi maka harga akan naik, sebaliknya jika penawaran tinggi makan harga
saham akan rendah. Berbanding terbalik dengan fenomena saham “digoreng”, agar
harga saham bisa dipermainkan sesuai dengan keinginan para pihak yang berwewenang
atau investor yang memiliki saham dominan di perusahaan tersebut, mereka harus
mengendalikan jumlah saham yang cukup signifikan. Oleh sebab itu, penggorengan
saham seringkali dilakukan oleh perusahaan yang relatif kecil. Praktek menggoreng
saham juga sering disebut dengan Cornering yang dilakukan oleh para bandar atau
penggerak pasar yang memiliki modal cukup besar sehingga dapat menggerakkan pasar.
2
Tujuan dan Maksud Saham “digoreng”
Saham gorengan merupakan saham yang pergerakannya tidak teratur dan mudah
dipermainkan oleh bandar saham. Saham gorengan memiliki ciri-ciri yang tidak likuid,
artinya memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, tidak banyak terjadi aktivitas jual beli
saham, memiliki pola grafik yang tidak beraturan, volume saham tidak stabil, dan harga
saham yang dapat berubah-ubah secara drastis baik dari tinggi ke rendah atau
sebaliknya dalam jangka waktu yang sangat singkat.
Adapun cara lain yang dilakukan para perusahaan yang menggoreng saham adalah
dengan bekerjasama dengan para bandar untuk menyebarkan isu-isu palsu tentang
saham tersebut di Bursa Efek dan para bandar akan menciptakan permintaan palsu atas
saham tersebut, sehingga dapat menarik perhatian investor. Perusahaan juga terkadang
mengeluarkan laporan riset yang terkesan independen yang memberikan rekomendasi
untuk membeli saham. Hasilnya, harga saham akan semakin tinggi dan semakin banyak
investor yang tertarik terhadap saham yang ditawarkan perusahaan tersebut.
Inti dari segala bentuk manipulasi pasar termasuk menggoreng saham adalah
untuk meningkatkan keuntungan pribadi juga keuntungan bagi pihak yang bekerja sama
untuk melakukan manipulasi pasar. Dengan adanya tujuan untuk meraih keuntungan
sebesar mungkin melalui tindakan menggoreng saham berpotensi menimbulkan dampak
signifikan berupa kerugian bagi investor yang telah berinvestasi pada saham perusahaan
terutama investor pemula..
3
Teknik Akuntansi Yang Digunakan Dalam Saham “digoreng”
4
berlaku sehingga teknik creative accounting yang diterapkan akan merugikan pihak
lainnya.
Praktik creative accounting yang dituangkan dalam bentuk manipulasi harga saham
( meggoreng saham ) di bursa efek telah merugikan perusahaan asuransi Jiwasraya pada
tahun 2019. Kasus ini menjadi besar mengingat Jiwasraya merupakan salah satu
perusahaan dibawah naungan Badan Usaha Milik Negara. Para ahli menilai manajemen
investasi Jiwasraya sengaja membeli saham gorengan pada perusahaan lapis kedua agar
portofolio perusahaan tetap terlihat bagus oleh auditor. Satrio Utomo, analis dan
pengamat pasar modal, mengatakan pada tahun 2000-an, BUMN merupakan tulang
punggung pasar modal di Indonesia sehingga pihak yang memiliki saham pelat merah
akan memiliki portofolio perusahaan yang bagus. Padahal, tidak semua perusahaan
BUMN merupakan investasi yang aman dan menguntungkan.
Investigasi pada perusahaan asuransi Jiwasraya telah dilakukan sebanyak dua kali
dalam kurun waktu 2010 – 2019. Dalam investigasi yang dilakukan pada tahun 2016,
BPK mengungkapkan 16 temuan terkait dengan pengelolaan bisnis, investasi,
pendapatan, dan biaya operasional tahun 2014-2015. Temuan tersebut juga
mengungkapkan bahwa Jiwasraya sering melakukan investasi pada saham gorengan
seperti TRIO, SUGI, dan LCGP. Jiwasraya melakukan pemmbelian saham dengan
negosiasi bersama pihak – pihak tertentu agar bisa memperoleh harga yang dinginkan (
indikasi manipulasi harga saham ). Akibat dari tindakan yang dilakukan Jiwasraya
dengan berinvestasi pada saham gorengan atau saham – saham yang tidak likuid dengan
harga yang tidak wajar, negara mengalami kerugian mencapai 10,4 Triliun.
Berdasarkan kasus Jiwasraya yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan telah
terjadi manipulasi pasar dengan mempermainkan harga saham yang mengadopsi teknik
creative accounting. Baik pihak Jiwasraya maupun pihak yang menjual saham telah
melakukan kerja sama untuk mengendalikan harga saham dengan harapan dapat
memperoleh keuntungan setinggi mungkin. Praktik seperti ini jelas merupakan sebuah
bentuk kejahatan dan dampak negatif dari penerapan teknik creative accounting dengan
memalsukan dan mempermainkan harga saham pada pasar modal.
5
Pemerintah ,sebagai regulator, telah mengatur larangan untuk melakukan segala
bentuk manipulasi pasar termasuk menggoreng saham demi meningkatkan keuntungan.
Dalam Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseoroan terbatas,
pemerintah melarang kerja sama untuk menciptakan harga efek yang semu di bursa efek
karena tidak didasarkan pada kekuatan permintaan jual ata beli efek yang sebenarnya.
Selain itu, dalam Pasal 91 dan Pasal 92 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995,
pemerintah secara tegas melarang dilakukannya tindakan manipulasi pasar yang
dilakukan dengan cara membuat pernyataan atau rumor yang bersifat tidak benar atau
menyesatkan yang dapat mempengaruhi harga efek.
Sampai saat ini, tindakan kejahatan dalam pasar modal belum bisa sepenuhnya
dicegah mengingat banyaknya jumlah perusahaan yang ikut berkecimpung dalam pasar
modal dan tingginya minat masyarakat. Berbagai bentuk kejahatan pasar modal seperti
insider trading, meggoreng saham, market manipulation dan lain – lain dapat terjadi
kapan saja sehingga dibutuhkan kehati-hatian bagi investor untuk memilih perusahaan
yang akan dijadikan wadah berinvestasi. Bagi investor yang masih tergolong pemula
diharapkan untuk memiliki informasi yang mumpuni sebelum benar-benar ikut serta
dalam pasar modal.
6
DAFTAR PUSTAKA
Jiwasraya Diduga Sengaja Beli Saham Gorengan. (2020, January 10). Dipetik January
30, 2022, dari Liputan 6.com:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4152953/jiwasraya-diduga-sengaja-beli-
saham-gorengan
Arviana, G. N. (2021, June 2). Waspada Dengan Saham Gorengan, Berikut Ciri-Ciri
dan Cara Menyikapinya. Dipetik January 29, 2022, dari glints.:
https://glints.com/id/lowongan/saham-gorengan-adalah/
Cermati.com. (2018, January 8). 8 Alasan Ini Akan Membuat Andda Memilih Investasi
Saham. Dipetik January 29, 2022, dari Cermati.com:
https://www.cermati.com/artikel/8-alasan-ini-akan-membuat-anda-memilih-
investasi-saham
CNN Indonesia. (2020, february 10). BEI Benarkan Ada Praktik Kolusi dalam Kasus
Jiwasraya. Dipetik January 30, 2022, dari CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200210154226-78-473301/bei-
benarkan-ada-praktik-kolusi-dalam-kasus-jiwasraya
Putra, N. E. (2020, february 3). Budy Frensidy: Waspadai Manipulasi Harga Saham.
Dipetik January 29, 2022, dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia: https://www.feb.ui.ac.id/blog/2020/02/05/budi-frensidy-waspadai-
manipulasi-pasar/
Otoritas Jasa Keuangan. (2010, January 1). Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Dipetik January 29, 2022, dari ojk.go.id:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/undang-
undang/Pages/undang-undang-nomor-8-tahun-1995-tentang-pasar-modal