Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
karunia-Nya sehingga bisa mengerjakan makalah ini sampai selesai. Makalah ini berjudul
DAMPAK INDUSTRI PARIWISATA yang berisi tentang lingkungan kerja yang baik
beserta keselamatan dan kesehatan dalam lingkungan kerja. Dengan adanya lingkungan kerja
yang baik dan standar sesuai dengan peraturan standar industri, pihak-pihak yang terlibat
dalam industry dapat bekerja dengan nyaman dan mengurangi rasa kekhawatirn akan
kecelakaan kerja. Dalam pembuatan makalah ini, saya banyak dibantu oleh berbagai pihak
terutama dalam pengumpulan materi. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada
pihak yang telah membantu.
Dengan selesainya makalah ini bukan berarti telah menyempurnakan makalah ini. Saya
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk pengembangan makalah selanjutnya. Semoga makalah dengan judul
DAMPAK INDUSTRI PARIWISATA ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan orang karena dengan
mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainya sangat besar
oleh karena itu permintaan akan pariwisata semakin bertambah seiring dengan tingkat
kebutuhan manusia yang semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Dalam GBHN 1999, termuat bahwa pembangunan kepariwisataan terus di
tingkatkan dan di kembangkan untuk memperbesar penerimaan devisa negara,
memperluas dan meratakan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperkaya kebudayaan nasional,
dan tetap mempertahankan kepribadian bangsa demi terpilihnya nilai-nilai agama,
mempererat persahabatan antar bangsa, memupuk cinta tanah air, serta mempertahankan
fungsi dan mutu lingkungan.
Sulawesi Selatan dengan potensi alam maupun budaya yang sangat kaya dan
beragam merupakan salah satu faktor penarik para wisatawan, dengan daya dukung
faktor-faktor tersebut maka tentunya daerah ini sangat berpeluang untuk dikembangkan
terutama dibidang pariwisata. Pengembangan pariwisata memiliki nilai yang sangat
strategi karena mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan yang ada menjadi
kegiatan ekonomi dan budaya akselerasi dan ganda dalam menciptakan lapangan kerja
dan kemudian berimbas pada kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan kawasan pariwisata tentunya tidak tumbuh begitu saja tanpa ada
suatu usaha yang dilakukan, oleh karena itu maka ketersedian sarana dan prasarana
sangat dibutuhkan untuk pengembangan sektor ini dan agar dapat menjadi salah satu
sektor andalan. Namun, Kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari industri
wisata. Bagi pengembang dan penyelenggara kagiatan wisata, kualitas lingkungan harus
mendapat perhatian utama.
Wisata adalah industri yang terkait dengan tujuan wisata dengan karakter-karakter
keindahan, keseimbangan, natural, kesehatan, dan kualitas lingkungan yang terjamin.
Saat ini, kata “lingkungan” sering muncul sebagai salah satu kunci sukses penyelenggara
wisata. Dalam pandangan yang terbatas, terminologi lingkungan banyak mengacu kepada
hal-hal fisik alamiah. Misalnya, bentang alam dan komponen fisik buatan manusia,
seperti pos-pos pengamatan, kolam renang buatan, atau bangunan-bangunan penunjang
aktifitas wisata lainnya. Dalam skala yang lebih luas, faktor sosial dan budaya juga
dipertimbangkan senagai lingkungan integral industri wisata. Kualitas lingkungan
meliputi kualitan bentang atau pemandangan alamiah itu sendri, yang kualitasnya dapat
menurun karena aktifitas manusia.
Keindahan dan kenyamanan daerah tujuan wisata, seperti keindahan
pemandangan alam, sturuktur hidrologi almiah seperti air terjun dan sungai, air bersih,
udara segar, dan keanekaragaman spesies, kuailitasnya bisa memburuk karena aktifitas
manusia, tidak terkecuali aktifitas wisata itu sendiri. Menurut hukum permintaan wisata,
kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari suguhan-suguhan alamiah. Dengan
demikian, pemeliharaan terhadap kualitas lingkungan menjadi syarat mutlak bagi daya
tahan terhadap kompetisi pemilihan tujuan wisata oleh wisatawan. Jika kualitas suatu
daerah tujuan wisata menurun, maka tempat tersebut cenderung diabaikan.

B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dampak dari aktifitas wisata itu sendiri.

C. Kegunaan
1. Sebagai bahan acuan dalam meminimalisir dampak dari aktifitas wisata.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menjaga kualitas lingkungan pariwisata.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan konservasi lingkungan hidup.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari yang dilakukan secara sukarela dan
bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (UU no.9 thn 1990 pasal
1). Adapun pengertian wisata mengandung unsur-unsur yaitu kegiatan perjalanan,
dilakukan secara sukarela, bersifat sementara dan perjalanan seluruhnya dan sebagian
bertujuan untuk objek dan daya tarik wisata atas dasar itu maka ‘wisata’ adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut secara sukarela dan bersifat sementara
untuk menikmati objek dan daya tarik wisata(UU no.9 thn 1980 pasal 1).
Objek dan daya tarik wisata adalah yang menjadi sasaran dalam perjalanan wisata yang
meliputi :
1. Seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan Ciptaan Tuhan
YME, yang berujud keadaan alam dan flora dan fauna tumbuhan hutan tropis serta
binatang langka.
2. Karya manusia berujud museum peninggalan sejarah seni budaya wisata
argo(pertanian) wisata tirta(air) wisata petualangan taman rekreasi dan tempat
hiburan
3. Sasaran wisata minat khusus seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri dan
kerajinan, tempat-tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,
tempat-tempat siarah.(buku panduan sadar wisata)

Menurut Mathiesen dan wall (1982) bahwa wisata adalah kegiatan bepergian dari dan
ketempat tujuan lain diluar tempat tinggalnya, wisata atau rekreasi sering dilakukan untuk
senang-senang atau bersantai.

Bersantai merupakan suatu aktivitas yang berbeda dengan aktivitas melaksanakan


pekerjaan tertentu.misalnya disela-sela melakukan suatu pekerjaan kemudian kita duduk
ditaman maka hal ini dapat dikatakan sedang bersantai.

2. Pariwisata.
Pariwisata secara etimologis berasal dari kata “ Pari “ yang berarti berputar –putar
dan “Wisata” yang berarti perjalanan. Atas dasar itu maka pariwisata diartikan
sebagai perjalan yang dilakukan berputar –putar dari suatu tempat ke tempat lain
(Yoeti A.Oka,1982 :103)
Menurut Prof. Salah wahab dalam bukunya berjudul An Introduction an Touristm
Theory mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan
anatomi dari gejala –gejala yang terdiri dari 3unsur yaitu manusia(human),yaitu orang
yang melakukan perjalanan pariwisata ,ruang (space), yaitu daerah atau ruanng
lingkup tempat melakukan perjalanan waktu(time)yakni waktu yang di gunakan
selama perjalanan dan tinggaal di daerah tujuan waisata (Yaoti A,Oka:106)
Berdasarkan ketiga unsur tersebut di atas maka Prof Salah Wahab merumuskan
pengertian pariwisata sebagai suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar dan
mendapat pelayanan secara beergantian orang –orang di suatu Negara itu sendiri (di
luar negri) yang meliputi pendiaman di daerah lain (daerah tertentu ,suatu Negara
atau benua )untuk sementara waktu dalam mencari kpuasan yang beraneka rgam dan
berbeda dengan apa yang di alaminya dimana dia memperoleh pekerjaan tetap.
Dalam pengertian lain pariwisata (Toursnm) adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain,
dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjlanan tersebut untuk memenuhi
keinginannya yang beraneka ragam (Yaoti A,Oka:09).
Maka untuk lebih jelasnya pengertian pariwisata adalah :
1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.
2. Pengusaha obyek wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan
peninggalan sejarah (Candi, Makam Benteng), Museum, Waduk, pegelaran seni
budaya, tat kehidupan masyarakat dan bersifat alamiah: keindahan alam, gunung
berapi, danau, pantai indah dan sebagainya.
3. pengusaha jasa dan prasarana pariwisata yakni :
a. Usaha jasa pariwisata (Biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata,
pramuwisata, konvensi perjalanan intensif dan pameran, inprestarait,
konsultan pariwisata, informasi pariwisata.
b. Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar,
angkutan wisata dan sebagainya, serta usaha-usaha jasa lainnyayang berkaitan
dengan penyelenggaraan pariwisata (buku panduan wisata).
B. Jenis Pariwisata
Untuk Keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan, perlu adanya
perbedaaan antara pariwisata, karena dengan demikian akan dapat ditentukan
kebijaksanaan apa yang perlu mendukung, sehingga jenis pariwisata yang dikembangkan
akan dapat terwujud seperti yang diharapkan dari kepariwisataan.
Ditinjau dari segi ekonomi, pemberian klasifikasi tentang jenis pariwisata dianggap
penting karena dengan cara itu dapat ditentukan beberapa penghasilan devisa yang
diterima dari suatu pariwisata yang dikembangkan disuatu tempat atau daerah trtentu.
Adapun jenis wisata yang telah dikenal dimasa ini antara lain:
1. Wisata Budaya
Wisata budaya adalah: perjalanan yang dilakukan atas dasar keingin untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat dan kebiasaan adat istiadat,
budaya dan seni mereka (Pendit, N.S, 1994 : 41).
2. Wisata Konvensi
Wisata Konvensi adalah: wisata yang menyediakan fasilitas bangunan dengan
ruangan-ruangan tempat bersidang bagi peserta konverensi, atau pertemuan lainnya
yang bersifat nasional maupun internasional. (Pendit, N.S, 1994 : 43).
3. Wisata Sosial
Wisata Sosial adalah: perorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk
memberikan kesempatan kepadda golongan masyarakat ekonomi lemah untuk
mengadakan perjalanan seperti misalnya kaum buruh, pemuda, pelajar atau
mahasiswa, petani dan sebagainyqa. (Pendit, N.S, 1994 : 44).
4. Wisata Cagar Alam
Wisata Cagar Alam adalah: wisata yang diselenggarakan agen atau biro perjalanan
yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ketempat atau
daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang
pelestariaannya dilindungi oleh undang-undang (Pendit, N.S, 1994 ).
5. Wisata Bulan Madu
Wisata Bulan Madu adalah: suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-
pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu,dengan fasilitas-fasilitas
khusus, tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka (Pendit, N.S,
1994 : 47).

Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau keinginan
dalam memenuhi kelangsungan hidupnya, hasrat ingin tahu dan jiwa petualangan
mendorong manusia melakukan perjalanan. Manusia senatiasi dinamis dan
kedinamisannya tercermn dalam keinginan melakukan perjalanan melintasi dan
menikmati objek dan daya tarik yang dikunjungi.hasrat ingin tahu itu menuntut
penyaluran dan bagi banyak oranbg sudah menjadi kebutuhan.

Kebutuhan tersebut adalah ingin besenag-senag, santai , berrekreasi, ingin


menambah pengetahuaan, menguatkan pribadi, sehat ingin menghirup udar yang sejuk,
dan segar dan memenuhi kewajiban agama (naik haji) sampai pada berziarah.

Dorongan untuk melakukan perjalanan wisata adalah dapat pula disebabkan oleh
lingkungan seperti:

1. Kondisi Lingkungan, keadaan iklim disekitar tempat, kondisi lingkungan yang


kurang baik dan rusak, begitu pula lingkungan tempat tinggal yang bising dan
kotor dengan pemandangan yang membosankan mendorong penduduk
melakukan perjalanan.
2. Kondisi social budaya, kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan rutin
dalam masyarakat yang membosankan kehidupan, kehidupan yang serba
teratur, lalu banyak bekerja, fisik dan mental, sifatbebas para remaja,
terdapatnya perbedaan social diantara anggota masyarakat, semuanya seiring
menjadi alas an untuk bepergian ke tempat-tempat jauh, yang kondisinya lebih
baik dari sekarang.
3. Kondisi ekonomi , konsumsi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari didaerah
tempat tinggal, meningkatkan waktu luang serta rela rendahnya ongkos
angkutan, juga akan mendorong seseorang untuk melakukan perjalananan
wisata.
4. Pengaruh kegiatan pariwisata, kegiatan pariwisata akan banyak mendorong
kegiatanyang berhubungan dengan wisata, seperti meningkatnya publikasi dan
penyebaran informasi serta timbulnya pandangan tentang nilai lebih dari
kegiatan berwisata terhadap fungsi social masyarakat.

Banyak teori dan contoh yang menunjukkan bahwa aktifitas wisata dapat peran yang
signifikan dalam pembiayaan program-program konservasi lingkungan hidup. Namun, tetap
harus diperhatikan bahwa aktifitas wisata juga mempunyai potensi untuk ikut serta mengarahkan
pada kerusakan lingkungan (Hakim, Lukman :116).

Para perencana pembangunan sering mengemukakan argumentasi bahwa untuk


meningkatkan taraf perekonomian msyarakat sekitar hutan, dimana sebagian besar adalah
kawasan lindung atau kawasan dengan tingkat keanekaragaman tinggi, para pemerhati
lingkungan, konservasoinis, dan pihak-pihak pelestari lingkungan hidup melihat bahwa
pembangunan yang akan dilakukan merupakan ancaman nyata terhadap keanekaragaman hayati
yang ada didalam atau sekitar kawasan yang akan dikembangkan (Beatley, 1997) (Hakim,
Lukman :117).

Lebih jauh, banyak peneliti yang menyebutkan bahwa pembangunan jalan raya
mempunyai banyak pengaruh terhadap objek-objek wisata. Jalan raya menjadi ancaman bagi
keaneka ragaman hayati disekitarnya, karena memberikan efek fragmentasi habitat, koridor bagi
penyebaran hama, dan penyakit. Sesutau yang tidak kalah penting yaitu kejadian tertabraknya
satwa oleh pengendara mobil atau jenis angkutan lainnya (Hakim, Lukman :118).

Dampak wisata lainnya terhadap lingkungan yang dapat diamati dan dirakasan yakni
masalah limbah. Limbah yang dihasilkan pengunjung menjadi masalah lingkungan yang dapat
mempengaruhi kualitas daerah tujuan wisata. Hal itu mudah terjadi, dimana ukuran daerah tujuan
wisata mempunyai ukuran yang kecil, limbah cair biasanya datang dari hotel , wisma dan
restaurant yang tersebar pada destinasi wisata. Tidak dapat dihindari bahwa tempat-tempat
tersebut merupakn bagian dari akomodasi ekotorisme. Namun, perhatian dan penanganan limbah
cair yang dihasilkan seringkali sangat kurang. Untuk mengatasi populasi air yang terjadi, dua
strategi yang umumnya ditempuh yaitu mereduksi sumber-sumber pencemar dan melakukan
perlakuan terhadap limbah cair agar tidak dapat memhahayakan lingkungan (Hakim,
Lukman :119).

Pencemaran udara karena kesalahan penyelenggaraan wisata seringkali mengancam


kesehatah manusia. Pencemaran udara sebagai dampak pengembangan industri pariwisata antara
lain bersumber dari pembakaran gas dan terlepasnya bahan-bahan beracun diudara.

Ada banyak bukti konsumsi sumber daya alam menjadi meningkat dan berlebih.
Kebutuhan terserbut sering dipenuhi dengan eksploitasi bahan alam dari kawasan lindung,
bambu, kayu-kayu bahan ukir, biji-bijian berkulit keras, tulang binatang, cangkang hewan-hewan
laut, dan terumbu karang yang seharusnya dilindungi (Hakim, Lukman :121).

Penyelanggara wisata yang tidak mengindahkan daya dukung lingkungan, juga menjadi
faktor penyebab rusaknya terumbu karang di banyak kawasan. Selain tidak adanya manajemen
yang jelas, lemahnya pengawasan hukum terhadap perilaku wisatawan merupakan faktor
penyebab degradasi kawasan pesisir. Wasatawan seringkali memasuki dan berjalan-jalan di
kawasan terumbu karang dalam waktu yang cepat (Hakim, Lukman :124).

C. Gangguan Ekosistem Kawasan Wisata


Teori keseimbangan (Equilibrium theory) memendang bahwa ekosistem dijaga
dalam sebuah keseimbangan di atas fondasi dan spesies-spesies dan penyusunnya. Dalam
keseimbangan tersebut, spesies-spesies ada dan berinteraksi satu sama lain dalam
hubungan predator-mangsa, serta dalam hubungan-hubungan kompetisi yang ada. Jadi,
interaksi-imteraksi faktor biotik mendenterminasi struktur komunitas kahidupan dalam
ekosistem. Pendekatan ini menciptakan sebuah ide tentang kesimbangan alam “ the
balanced of nature” . Namun, keseimbangan ini dapat terganggu oleh sebab-sebab
alamiah dan manusia.
Ketika terganggu, ekosistem bisa jadi kehilangan dan menurun atau mungkin
hilang. Atau sebaliknya, mereka akan berusaha untuk mencapai keadaan awal sebelum
gangguan terjadi sehingga mencapai keadaan seperti sedia kala, stabil atau pada keadaan
klimaks.
Pantai sering mendapat tekanan hebat dari dampak pembangunan destinasi
kawasan wisata pesisir. Pada dasarnya, istilah pantai digunakan untuk menggambarkan
tempat pertemuan antara daratan dan lautan. Ekosistem terumbu karang merupakan salah
satu ekosistem perairan laut yang produktif dengan kekayaan hayati spesies tinggi.
Kegiatan wisata di kawasan pesisir yang tidak dilakukan dengan tidak
memperhatikan ekosistem setempat, biasanya menghancurkan ekosistem terumbu karang.
Gangguan terhadap ekosistem dapat terjadi dengan cepat. Sebagai gambaran, laju
perusakan bisa terjadi dalam satu hari karena tekanan wisatawan di zona terumbu karang.
Sebaliknya, pemulihan ekosistem terumbu menuju kondisi seperti semula, memerlukan
waktu yang lama. Laju pertumbuhan spesies karang yang masih diperkirakan tumbuhan
antara lain adalah 7,5-13 mm/tahun pada jenis Asteropbora myroiphbalmia, 6,7-8,0
mm/tahun favia speciosa, dan 7,8 mm/tahun untuk Goniastrea retiformis (Supriharyono,
2000). Dengan demikian, melakukan proteksi wilayah terumbu karang dari pengaruh
gangguan manusia menjadi sangat penting.
Sedimentasi menjadi ancaman nyata lainnya, bagi kehidupan terumbu karang dan
kehidupan biota-biota lain yang ada disekitarnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa terumbu
karang merupakan salah satu aset wisata bahari yang berperan penting dalam penerimaan
dari sektor wisata. Namun, sedimenyasi yang terjadi terus-menerus akan menurunkan
mutu terumbu karang bagi atraksi wisata yang ditawarkan.
Hal yang sama dapat terjadi juga di darat. Hutan tropik yang terganggu
membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kondisinya. Saat ini, laju
penggundulan hutan tropik sangat menghawatirkan. FAO memberikan estimasi data
bahwa kahilangan hutan tropik terjadi pada skala 110,5 juta ha per tahun. Jika laju ini
tidak dapat dihentikan atau ditekan, maka dalam waktu dekat biosfer akan kehilangan
hutan tropik dengan segala kekayaan hayati yang ada didalamnya (Hakim, Lukman :126-
129).
D. Dampak Terhadap Satwa Dan Kehidupan Liar
Saat ini, pariwisata juga duketahui memberikan dampak terhadap satwa liar lainnya.
Reynols dan Braithwaite (2001) mendeskripsikan bahwa aktifitas wisata yang dekat
dengan habitat satwa liar, dapat mempengaruhi kehidupan liar. Pengaruh-pengaruh
negatif tersebut antara lain:
1. Pengambilan secara ilegal terhadap satwa dan kematian satwa
2. Pembersihan habitat
3. Perubahan komposisi tumbuhan
4. Mengurangi produktifitas tumbuhaN
5. Mengubah struktur tumbuhan
6. Polusi
7. Emigrasi satwa
8. Mengurangi daya reproduksi satwa
9. Habituasi
10. Munculnya perilaku stereotip
11. Penyimpangan pola makan satwa
12. Penyimpangan perilaku social
13. Meningkatnya predasi
14. Modifikasi pola-pola aktifitas, dan
15. Mengubah struktur aktifitas.

Gangguan-gangguan terhadap satwa dapat terjadi karena tumbuhan sumber


makanannya terganggu. Dan struktur komunitasnya, serta produtifitasnya. Burung-
burung pemakan madu dan pemakan serangga lainnya akan hilang dari kawasan, karena
tumbuhan pendukungnya menurun. Wisatawan dapat mengurangi produktifitas
tumbuhan, seperti rumput dan herba karena terinjak-injak atau rusak. Atau karena alasan
lain yang memungkinkan rendahnya produktifitas tumbuhan yang berperan terhadap
satwa. Bibit-bibit tumbuhan yang eksotik memounyai peluang masuk,karena terbawa
oleh manusia secara sengaja atau tidak sengaja.

Polusi menyebabkan tercemarnya sumber-sumber air yang digunakan satwa sehingga


mempengaruhi kesehatan satwa dan banyak hal, dapat menyebabkan kematian karena
keracunan. Selain itu, akumulasi sumber pencemar dapat menurunnya daya reproduksi
satwa untuk berkembang biak. Polusi udara, terutama gangguan-gangguan suara dapat
menggangu reproduksi,. Kedatangan pengunjung dan keributan-keributan yang
ditimbulkannya sering menyebabkan satwa merasa tidak nyaman adan memilih
menyingkir dari habitatnyauntuk mencari habitat baru. Bagi bebrapa satwa, masa-masa
pencarian habitat baru ini merupakan masa-masa penting, karena setiap saat harus
menghadapi malapetaka predasi (pemangsaan oleh predatornya), atau kekurangan sumber
daya makan.

Habituasi, munculnya perilaku stereotip, penyimpangan pola makan satwa,


penyimpangan perilaku sosial, dan modifikasi pola-pola perilaku aktivitas merupakan
dampak yang dapat muncul karena kontak yang sering terjadi antara satwa dan manusia.
Dalam banyak hal, perilaku ini sangat merugikan satwa yang bersangkutan, karena dalam
jangka waktu yang lama akan mengurangi daya hidupnya di alam bebas (Hakim, Lukman
:130-132).

E. Krisis Sumber Daya Air


Dampak dari pembangunan sektor wisata terhadap sumber daya air telah diketahui secara
nyata. Air adalah sumber daya penting, di mana manusia sangat bergantung. Air bersih
merupakan kebutuhan mutak dan penurunan kualitasnya (karena pencemaran dan
penurunan kuantitasnya, yakni karena berkurang debit aliran air) menjadi ancaman nyata
bagi manusia.
Seringkali konflik antara pengelola industri wisata, terutama pemilik hotel, restoran, dan
pengembang wisata lainnya malawan penduduk lokal akan muncul. Konflik yang sering
terjadi menyangkut pengalihan tata guna air permukaan dan air tanah. Biasanya,
pengalihan ini dapat terjadi karena pembelokan aliran air, yakni untuk kepentingan
masyarakat lokal dan pertanian setempat menuju pemenuhan sumber daya air untuk
hotel, restoran, dan kepentingan wisata lainnya.
Tidak semua kawasan destinasi wisata mempunyai sumber air yang bagus dan melimpah,
beberapa kawasan, bahkan tidak mempunyai sumber air sama sekali, kalaupun ada,
sungai yang terbentuk karena pengaruh hujan lebat dan besifat sesaat. Pada musim
kemarau, sungai akan kering (Hakim, Lukman :132-133).
F. Dampak Spesies Eksotik
Berkembanya sebuah destinasi wisata membuka peluang terhadap tumbuh dan
berkembangnya spesies-spesies eksotik. Wisatawan sering mengunjungi destinasi wisata
dengan membawa makanan yang mengandung biji, umbi atau bagian lain yang dapat
tumbuh. Spesies eksotik sering lepas dari pengawasan penegelola taman nasional, sampai
kemudian keberadaanya diketahui sangat mengancam kestabilan ekosistem.
Potensi masuknya tumbuhan eksotik dapat terjadi karena permintaan terhadap lanskap
pertamanan yang melengkapi destinasi wisata. Sebuah destiansi wisata, biasanya
“dipercantik” dengan adanya tumbuh-tumbuhan berbunga indah atau mempunyai
karakter indah lainnya. Yang umumnya dijumpai pada destinasi alami (Hakim,
Lukman :136).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Keindahan dan kenyamanan daerah tujuan wisata, seperti keindahan pemandangan alam,
sturuktur hidrologi almiah seperti air terjun dan sungai, air bersih, udara segar, dan
keanekaragaman spesies, kuailitasnya bisa memburuk karena aktifitas manusia, tidak
terkecuali aktifitas wisata itu sendiri. kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari
suguhan-suguhan alamiah. Dengan demikian, pemeliharaan terhadap kualitas lingkungan
menjadi syarat mutlak bagi daya tahan terhadap kompetisi pemilihan tujuan wisata oleh
wisatawan. Jika kualitas suatu daerah tujuan wisata menurun, maka tempat tersebut
cenderung diabaikan. aktifitas wisata dapat peran yang signifikan dalam pembiayaan
program-program konservasi lingkungan hidup. Namun, tetap harus diperhatikan bahwa
aktifitas wisata juga mempunyai potensi untuk ikut serta mengarahkan pada kerusakan
lingkungan.
B. Saran
Dari Hasil Pembahasan dan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan
tanggapan mengenai dampak wisata terhadap lingkungan melalui saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya pengendalian diri dalam meminimalisir dampak dari aktifitas wisata.
2. Perlu adanya peningkatan dalam menjaga kualitas lingkungan yang dilaksanakan oleh
pengelola pariwisata.
3. Perlu adanya peningkatan konservasi lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh
pihak-pihak yang terkait.
MAKALAH

PENGANTAR HOSPITALITY PARIWISATA

DIANA LAMIRA
NIM : 21230013

DAMPAK INDUSTRI PARIWISATA

JURUSAN USAHA PERJALANAN WISATA


FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

Anda mungkin juga menyukai