Anda di halaman 1dari 20

this file

is
downloaded
from
www.aphi-net.com
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN


NOMOR : 124/Kpts-II/2003

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGENAAN, PEMUNGUTAN, PEMBAYARAN


DAN PENYETORAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN (PSDH)

MENTERI KEHUTANAN,

Menimbang :

a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan
Hutan ketentuan mengenai pengenaan, pemungutan, pembayaran dan penyetoran
Provisi Sumber Daya Hutan ditetapkan dengan peraturan perundangan;

b. bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut Peraturan Pemerintah sebagaimana tersebut


pada butir a, dipandang perlu menetapkan Tata Cara Pengenaan, Pemungutan,
Pembayaran dan Penyetoran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dengan Keputusan
Menteri Kehutanan.

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;


2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1998 tentang Provisi Sumber Daya Hutan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku
pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas
Pembantuan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan;
9. Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
10. Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;
11. Keputusan Presiden RI Nomor 288 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong
Royong;
12. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 123/Kpts-II/2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kehutanan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
this file
is
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGENAAN, downloaded
PEMUNGUTAN, PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN (PSDH)
from
BAB I www.aphi-net.com
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Provisi Sumber Daya Hutan yang selanjutnya disebut PSDH adalah pungutan yang
dikenakan sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan
negara;
2. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah;
3. Hutan Hak/Rakyat adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas
tanah;
4. Hutan Alam adalah suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami yang
secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya;
5. Laporan hasil cruising pada hutan tanaman untuk kayu bukan pertukangan yang
selanjutnya disebut LHC tanaman kayu bukan pertukangan adalah dokumen yang
berisi data potensi kayu yang diperoleh dari hasil inventarisasi tegakan secara
sampling dengan intensitas 10% (sepuluh persen) pada rencana petak/blok kerja
tebangan;
6. Laporan hasil cruising pada hutan tanaman untuk kayu pertukangan yang
selanjutnya disebut LHC tanaman pertukangan adalah dokumen yang berisi nomor,
nama, tinggi, diameter dan volume pohon yang diperoleh dari hasil inventarisasi
tegakan setiap pohon yang dicruising dengan intensitas 100% (seratus persen) pada
rencana petak/blok kerja tebangan;
7. Laporan hasil cruising pada hutan alam yang selanjutnya disebut LHC hutan alam
adalah dokumen yang berisi nomor, jenis, tinggi, diameter dan taksiran volume
pohon yang diperoleh dari hasil inventarisasi tegakan setiap pohon yang dicruising
pada rencana petak/blok kerja tebangan pada hutan alam;
8. Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising Tebangan Tahunan (RLHC) pada hutan alam
adalah dokumen hasil pengolahan data pohon dari LHC yang meliputi rekapitulasi
setiap jenis pohon yang dapat ditebang, kelas diameter, jumlah pohon dan taksiran
volume kayu dengan memperhitungkan Faktor Pengaman (Fp) dan Faktor Eksploitasi
(Fe);
9. Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising Tebangan Tahunan (RLHC) pada hutan tanaman
untuk kayu bukan pertukangan adalah dokumen hasil pengolahan data pohon dari
LHC Tebangan Tahunan pada hutan tanaman untuk kayu bukan pertukangan;
10. Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising Tebangan Tahunan (RLHC) pada hutan tanaman
untuk kayu pertukangan adalah dokumen hasil pengolahan data pohon dari LHC
meliputi pengelompokan jenis pohon yang dapat ditebang, kelas diameter, jumlah
pohon dan taksiran volume kayu dengan memperhitungkan Faktor Pengaman (Fp)
dan faktor Eksploitasi (Fe);
11. Laporan Hasil Penebangan yang selanjutnya disebut LHP adalah dokumen yang
berisi nomor batang, jenis, panjang, diameter dan volume kayu bulat hasil
penebangan di areal/ lokasi tebangan yang pengisiannya berasal dari buku ukur dan
dibuat di TPK;
12. Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut LP-HHBK adalah
catatan hasil produksi/ pemungutan/ pengumpulan hasil hutan bukan kayu yang
berisi jenis, ukuran (volume/ berat) dan dibuat di tempat pengumpulan;
13. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa
lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan dan/ atau bukan kayu, dan izin
pemungutan hasil hutan kayu dan/ atau bukan kayu;
this file
is
14. Izin pemungutan hasil hutan kayu yang selanjutnya disebut IPHH adalah izin untuk downloaded
melakukan pengambilan hasil hutan meliputi pemanenan, pengangkutan,
pengolahan dan pemasaran untuk jangka waktu tertentu dan volume tertentu di
from
hutan produksi; www.aphi-net.com
15. Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu adalah izin untuk melakukan pengambilan
hasil hutan bukan kayu antara lain rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan,
tanaman obat-obatan dan lain sebagainya di dalam hutan lindung dan atau hutan
produksi;
16. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan alam yang
sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan (HPH) alam adalah izin untuk
memanfaatkan hutan produksi yang kegiatannya terdiri dari pemanenan atau
penebangan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran
hasil hutan kayu;
17. Tebang Pilih Tanam Indonesia yang selanjutnya disebut TPTI adalah sistem
silvikultur yang meliputi cara penebangan dengan batas diameter dan permudaan
hutan;
18. Tebang Hasil Permudaan Buatan yang selanjutnya disebut THPB adalah sistem
silvikultur yang meliputi cara penebangan habis dengan permudaan buatan;
19. Wajib Bayar yang selanjutnya disebut WB adalah pemegang IUPHHK, IPHH, IUPHHBK
yang mempunyai kewajiban untuk membayar PSDH kepada Pemerintah;
20. Kayu Bulat Sedang adalah bagian dari pohon yang sesuai dengan ketentuan
diperbolehkan untuk ditebang;
21. Kayu Bulat adalah bagian dari pohon yang ditebang dan dipotong menjadi batang
dengan ukuran diameter 30 Cm atau lebih;
22. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kehutanan adalah pegawai negeri sipil di lingkungan
Departemen Kehutanan, Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen
Kehutanan, Dinas Kehutanan Propinsi, Dinas Kehutanan Kabupaten/ Kota;
23. Pejabat Penagih adalah PNS Kehutanan yang diberi tugas dan wewenang untuk
menerbitkan SPP-PSDH;
24. Surat Perintah Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan yang selanjutnya disebut
SPP-PSDH adalah dokumen yang memuat besarnya kewajiban Provisi Sumber Daya
Hutan yang harus dibayar oleh Wajib Bayar;
25. Bendaharawan Penerima Departemen Kehutanan adalah PNS Departemen
Kehutanan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan diberi tugas dan wewenang
untuk menerima setoran PSDH;
26. Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disebut SSBP
adalah bukti pembayaran kewajiban Wajib Bayar ke Kas Negara antara lain PSDH
melalui Bendaharawan Penerima;
27. Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Iuran Kehutanan yang selanjutnya
disebut SSBP-IK adalah bukti pembayaran kewajiban Wajib Bayar kepada
Bendaharawan Penerima antara lain PSDH;
28. Tahun Penebangan adalah jangka waktu kegiatan penebangan yang dimulai dari
tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun yang sama;
29. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang Kehutanan;
30. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan tanggung jawab
di bidang Bina Produksi Kehutanan;
31. Dinas Propinsi adalah dinas yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang
kehutanan di daerah Propinsi;
32. Dinas Kabupaten/ Kota adalah dinas yang diserahi tugas dan tanggung jawab di
bidang kehutanan di daerah kabupaten/ kota.

BAB II
SUBYEK DAN OBYEK PROVISI SUMBER DAYA HUTAN

Pasal 2

Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dikenakan pada :


(1) Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada hutan
alam.
this file
is
(2) Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada hutan downloaded
tanaman.
(3) Pemegang izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu.
from
(4) Pemegang izin lainnya yang sah, yaitu : www.aphi-net.com
a. izin pemanfaatan kayu dan/atau bukan kayu bagi penggunaan kawasan hutan yang
diubah statusnya menjadi bukan kawasan hutan;
b. izin pemanfaatan kayu dan/atau bukan kayu pada izin penggunaan kawasan hutan;
c. izin pemanfaatan kayu dan/atau bukan kayu pada izin penggunaan pada hutan alam
(HKM)

Pasal 3

(1) Hasil hutan yang dikenakan PSDH meliputi :

a. Hasil hutan kayu pada hutan alam dan atau hutan tanaman yang berasal dari hutan
negara.

b. Hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan negara yang mengalami
perubahan peruntukan

menjadi bukan kawasan hutan negara dan dibebani atas titel/ hak atas tanah.

c. Hasil hutan bukan kayu pada hutan alam dan atau hutan tanaman yang berasal dari
hutan negara.

(2) Hasil hutan bukan kayu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c terdiri dari
antara lain rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan, tanaman obat-obatan dan lain
sebagainya.

(3) Pengenaan PSDH sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi :

a. Hasil hutan yang berasal dari hutan adat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
hukum adat dan tidak diperdagangkan;

b. Hasil hutan kayu yang langsung dipakai sendiri oleh penduduk setempat atau
transmigran maksimal 5

(lima) M3 dan tidak diperdagangkan;

c. Hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak/ hutan rakyat yang langsung ditanam
oleh yang bersangkutan.

BAB III
TATA CARA PENGENAAN

Pasal 4

(1) Pengenaan PSDH atas kayu bulat sedang yang berasal dari hutan alam dengan sistem
silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) didasarkan pada Rekapitulasi Laporan
Hasil Cruising (RLHC) Tebangan Tahunan hutan alam yang disahkan oleh Bupati/
Walikota atau petugas yang ditunjuk.

(2) Pengenaan PSDH atas hasil hutan kayu pada hutan tanaman dengan sistem Tebang
Habis Permudaan Buatan (THPB) didasarkan pada Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising
(RLHC) Tebangan Tahunan hutan tanaman yang disahkan oleh Bupati/ Walikota atau
petugas yang ditunjuk.
this file
is
(3) Pengenaan PSDH atas kayu bulat pada hutan alam dengan sistem silvikultur selain TPTI downloaded
didasarkan pada usulan Laporan Hasil Penebangan (LHP).
from
(4) Pengenaan PSDH atas hasil hutan kayu pada hutan alam untuk kegiatan penyiapan www.aphi-net.com
lahan (land clearing) dengan sistem silvikultur THPB didasarkan pada usulan Laporan
Hasil Penebangan (LHP) untuk kayu berdiameter 10 cm ke atas.

(5) Pengenaan PSDH atas hasil hutan kayu sisa pembalakan didasarkan pada usulan
Laporan Hasil Penebangan (LHP) sisa pembalakan.

(6) Pengenaan PSDH atas hasil hutan bukan kayu ditetapkan berdasarkan laporan produksi
hasil hutan bukan kayu.

Pasal 5

(1) Pengenaan besarnya PSDH yang Terhutang dihitung berdasarkan :


a. Volume pohon yang akan ditebang dari Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising (RLHC)
Tebangan Tahunan dikalikan tarif PSDH.
b. Volume hasil hutan kayu dari usulan LHP dikalikan tarif PSDH.
c. Volume/ berat hasil hutan bukan kayu dari usulan Laporan Produksi Hasil Hutan
Bukan Kayu dikalikan tarif PSDH.

(2) Pejabat Penagih wajib menerbitkan Surat Perintah Pembayaran Provisi Sumber Daya
Hutan (SPP-PSDH) sebagai dasar pembayaran PSDH yang Terhutang.

(3) Pengangkatan Pejabat Penagih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Kepala Dinas Kabupaten/ Kota.

(4) Keputusan pengangkatan Pejabat Penagih sebagaimana dimaksud ayat (3) disampaikan
kepada yang bersangkutan dan tembusannya disampaikan kepada:
a. Bupati/ Walikota
b. Kepala Dinas Propinsi
c. Gubernur Propinsi.

(5) Dokumen SPP-PSDH yang Terhutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan
format sebagaimana lampiran 1 dibuat rangkap 4 (empat) dengan peruntukan:
a. Lembar pertama untuk Wajib Bayar
b. Lembar kedua untuk Kepala Dinas Kabupaten/ Kota
c. Lembar ketiga untuk Kepala Dinas Propinsi
d. Lembar keempat untuk arsip Pejabat Penagih.

Pasal 6

(1) SPP-PSDH yang Terhutang yang perhitungannya didasarkan atas Rekapitulasi LHC
Tebangan Tahunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) huruf a, diterbitkan
paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Rekapitulasi LHC Tebangan Tahunan disahkan
oleh Bupati/ Walikota atau pejabat yang ditugaskan.

(2) SPP-PSDH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat bulan
Nopember sebelum tahun penebangan.

Pasal 7

(1) SPP-PSDH yang Terhitung yang perhitungannya berdasarkan usulan LHP sebagaimana
dimaksud Pasal 5 ayat (1) huruf b diterbitkan paling lambat 1 (satu) hari setelah usulan
LHP diajukan oleh Wajib Bayar.
this file
is
(2) Bukti pembayaran PSDH yang Terhutang yang telah dilegalisir oleh bank penerima downloaded
setoran digunakan sebagai dasar pengesahan LHP oleh Pejabat Pengesah LHP (P2LHP).
from
(3) Dalam hal berdasarkan LHP yang telah disahkan oleh Pejabat Pengesah LHP (P2LHP) www.aphi-net.com
ternyata terdapat kelebihan volume dibandingkan dengan usulan LHP maka Pejabat
Penagih menerbitkan SPP-PSDH Tambahan.

(4) SPP-PSDH Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan paling lambat 2
(dua) hari kerja sejak LHP disahkan oleh Pejabat Pengesah LHP (P2LHP).

Pasal 8

(1) SPP-PSDH yang Terhutang yang perhitungnnya berdasarkan laporan produksi hasil hutan
bukan kayu sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (1) huruf c diterbitkan paling lambat 1
(satu) hari setelah usulan Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu diajukan oleh
Wajib Bayar.

(2) Bukti pembayaran PSDH yang Terhutang yang telah dilegalisir oleh bank penerima
setoran digunakan sebagai dasar pengesahan Laporan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh
Pejabat Pengesah Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu.

(3) Dalam hal berdasarkan Laporan Hasil Hutan Bukan Kayu yang telah disahkan ternyata
terdapat kelebihan volume dibanding dengan usulannya maka Pejabat Penagih
menerbitkan SPP-PSDH Tambahan.

(4) SPP-PSDH Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan paling lambat 2
(dua) hari kerja sejak Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu disahkan oleh Pejabat
Pengesah Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu.

Pasal 9

Tarif PSDH ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah.

BAB IV
TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN

Pasal 10

(1) Berdasarkan SPP-PSDH yang Terhutang sebagaimana dimaksud Pasal 6 Wajib Bayar
membayar Provisi Sumber Daya Hutan ke Kas Negara melalui Bendaharawan Penerima
pada bank persepsi yang ditunjuk dengan menggunakan format blanko SSBP-IK
sebagaimana lampiran 2.

(2) Pembayaran SPP-PSDH yang Terhutang yang perhitungannya berdasarkan Rekapitulasi


LHC Tebangan Tahunan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1), dilakukan dengan cara:
a. Akhir bulan Maret (triwulan I) sebelum tahun penebangan, minimal sebesar 25% dari
total kewajiban pembayaran PSDH.
b. Akhir Juni (triwulan II) sebelum tahun penebangan, minimal sebesar 25% dari total
kewajiban pembayaran PSDH.
c. Awal bulan Juli (triwulan III) sebelum tahun penebangan minimal sebesar 25% dari
total kewajiban pembayaran PSDH.
d. Awal bulan Oktober (triwulan IV) sebelum tahun penebangan minimal sebesar 25%
dari total kewajiban pembayaran PSDH.

Pasal 11
this file
is
Dalam hal SPP-PSDH yang Terhutang diterbitkan bulan Nopember sebagaimana dimaksud downloaded
pada Pasal 6 ayat (2) harus dilunasi paling lambat bulan Desember sebelum tahun
penebangan.
from
www.aphi-net.com
Pasal 12

Penebangan dapat dilaksanakan setelah kewajiban pembayaran SPP-PSDH yang Terhutang


dilunasi.

Pasal 13

(1) Pembayaran SPP-PSDH yang Terhutang yang perhitungannya berdasarkan usulan LHP
sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (1) dilakukan paling lambat 6 (enam) hari kerja
sejak SPP-PSDH yang Terhutang diterbitkan.

(2) Pembayaran SPP-PSDH Tambahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (2)
dilakukan Wajib Bayar paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah SPP-PSDH Tambahan
diterbitkan.

Pasal 14

(1) Pembayaran PSDH yang Terhutang yang perhitungannya berdasarkan laporan produksi
hasil hutan bukan kayu sebagaimana Pasal 9 ayat (1) dilakukan paling lambat 6 (enam)
hari kerja sejak SPP-PSDH yang Terhutang diterbitkan.

(2) Pembayaran SPP-PSDH Tambahan sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (3) dilakukan
Wajib Bayar paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah SPP-PSDH Tambahan
diterbitkan.

Pasal 15

Pembayaran SPP-PSDH yang Terhutang yang perhitungannya didasarkan pada usulan LHP
wajib dilunasi sebelum hasil hutan tersebut diangkut, diolah atau dipergunakan.

Pasal 16

(1) Dalam hal SPP-PSDH yang Terhutang tidak dapat dibayar langsung ke bank persepsi
yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1), pembayaran PSDH dapat
dilakukan melalui bank lainnya yang selanjutnya ditransfer ke rekening Bendaharawan
Penerima di bank persepsi yang ditunjuk dengan mencantumkan kode daerah penghasil
dari Wajib Bayar.

(2) Biaya transfer/ korespondensi atas setoran PSDH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi beban Wajib Bayar.

Pasal 17

Pembayaran PSDH yang Terhutang dianggap sah apabila telah masuk rekening
Bendaharawan Penerima pada bank persepsi karena penerimaan PSDH.

Pasal 18

(1) Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 berhak mendapatkan kode daerah
penghasil dari Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/ Kota.
this file
is
(2) Kode daerah penghasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kode referensi downloaded
Wajib Bayar dalam penyetoran PSDH sesuai daerah penghasil terdiri dari:
a. Kode daerah Propinsi.
from
b. Kode daerah Kabupaten/Kota. www.aphi-net.com
c. Kode jenis perizinan.
d. Kode nama perusahaan.
e. Kode tahun dan bulan tagihan.

Pasal 19

Bendaharawan Penerima menyetorkan PSDH ke Kas Negara dengan menggunakan blanko


Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (SSBP) paling lambat 1 (satu) minggu
terhitung sejak pembayaran PSDH masuk rekening Bendaharawan Penerima. Format SSBP
sebagaimana lampiran 3.

BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Pasal 20

(1) Kepala Dinas Kabupaten/ Kota pada bulan Januari tahun berikutnya melakukan
pemeriksaan terhadap Daftar Gabungan Laporan Hasil Penebangan (DGLHP) dan Wajib
Bayar.

(2) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdapat
DGLHP lebih besar dari Rekapitulasi LHC Tebangan Tahunan maka Wajib Bayar
membayar kekurangan PSDH.

(3) Terhadap kekurangan pembayaran PSDH sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat
Penagih dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja menerbitkan SPP-PSDH
yang Terhutang.

(4) SPP-PSDH yang Terhutang sebagaimana dimaksud ayat (3) wajib dilunasi selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja sejak SPP-PSDH diterbitkan.

(5) Dalam hal berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdapat DGLHP
lebih kecil dari Rekapitulasi LHC Tebangan Tahunan maka kelebihan bayar PSDH tidak
diperhitungkan sebagai kelebihan pembayaran.

Pasal 21

Dalam rangka optimalisasi penerimaan negara bukan pajak sektor kehutanan, pejabat
instansi kehutanan berwenang melakukan penelitian/ pengujian besarnya PSDH yang wajib
dibayar oleh Wajib Bayar.

BAB VI
PELAPORAN

Pasal 22

(1) Wajib Bayar selambat-lambatnya tanggal 5 (lima) bulan berikutnya wajib


menyampaikan Laporan Pembayaran Iuran Kehutanan (LPIK) kepada Bupati/ Walikota
dengan dilampiri copy SPP-PSDH dan copy SSBP-IK yang dilegalisir bank penerima
setoran PSDH dengan menggunakan blanko sebagaimana lampiran 4.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat rangkap 4 (empat) dengan
tembusan kepada :
this file
is
a. Kepala Dinas Kabupaten/Kota downloaded
b. Kepala Dinas Propinsi
c. Pejabat Penagih
from
www.aphi-net.com
Pasal 23

Bupati/ Walikota menyampaikan Laporan Realisasi Penyetoran Iuran Kehutanan (LRPIK)


setiap bulan kepada Gubernur Propinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi,
Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan dan Direktur Jenderal selambat-lambatnya
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dengan menggunakan blanko sebagaimana lampiran
5.

Pasal 24

Pejabat Penagih menyampaikan laporan bulanan rekapitulasi penerbitan SPP-PSDH kepada


Kepala Dinas Kabupaten/ Kota dengan tembusan Kepala Dinas Propinsi selambat-lambatnya
tanggal 5 (lima) bulan berikutnya dengan menggunakan blanko sebagaimana lampiran 6.

Pasal 25

(1) Wajib Bayar setiap akhir tahun penebangan wajib menyampaikan Laporan Produksi dan
Realisasi Pembayaran PSDH Tahunan kepada Bupati/ Walikota.

(2) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud ayat (1) dibuat rangkap 4 (empat) dengan
tembusan kepada :
a. Kepala Dinas Propinsi
b. Kepala Dinas Kabupaten/Kota
c. Direktur Jenderal

Pasal 26

Kepala Dinas Propinsi menyampaikan Laporan Gabungan Realisasi Penerimaan Iuran


Kehutanan (LGRPIK-PSDH) setiap bulan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan selambat-lambatnya tanggal 15 (lima belas)
bulan berikutnya dengan menggunakan blanko sebagaimana lampiran 7.

Pasal 27

Bendaharawan Penerima setiap tanggal 5 (lima) bulan berikutnya melaporkan realisasi


penerimaan PSDH kepada Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan.

Pasal 28

Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan setiap tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya


menyampaikan laporan realisasi penerimaan PSDH kepada Menteri menggunakan blanko
sebagaimana lampiran 8, dengan tembusan kepada:
a. Direktur Jenderal
b. Direktur Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan
c. Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan

Pasal 29

Bank persepsi setiap akhir bulan menyampaikan rekening koran Bendaharawan Penerima
karena penerimaan PSDH kepada Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan, Direktur
Jenderal, dan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Departemen Keuangan.
this file
is
BAB VII downloaded
SANKSI
from
Pasal 30 www.aphi-net.com
(1) Terhadap pemegang IUPHHK/ pemegang izin lainnya yang sah selaku Wajib Bayar yang
pada saat jatuh tempo tidak melunasi pembayaran PSDH yang Terhutang dikenakan
sanksi sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang 20 Tahun 1997.

(2) Terhadap pemegang IUPHHK/ pemegang izin lainnya yang sah selaku Wajib Bayar yang
belum melunasi tunggakan PSDH yang Terhutang diberikan sanksi sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002.

(3) Tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Keputusan Menteri tersendiri.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 31

(1) Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 wajib membuat laporan stock
opname kayu bulat di TPK-nya per tanggal 31 Desember 2002 dan menyerahkan kepada
Kepala Dinas Kabupaten/ Kota selambat-lambatnya tanggal 31 Januari 2003.

(2) Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 dan/atau pemegang izin Industri
Pengolahan Kayu Hulu (IPKH) wajib melaporkan rekapitulasi realisasi pembayaran PSDH
yang Terhutang dan tunggakannya sampai dengan tanggal 31 Desember 2002 dan
melaporkan kepada Kepala Dinas Kabupaten/ Kota dengan tembusan kepada Kepala
Dinas Propinsi paling lambat tanggal 28 Pebruari 2003.

(3) Terhadap pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang masih memiliki
tunggakan PSDH sebelum diberlakukannya Keputusan Menteri ini wajib dilunasi
selambat-lambatnya tanggal 28 Pebruari 2003.

(4) Apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tunggakan
PSDH belum dapat dilunasi maka penyelesaiannya akan diatur tersendiri.

(5) SPP-PSDH yang Terhutang untuk tahun 2004 diterbitkan setelah Rekapitulasi LHC
Tebangan Tahunan disahkan oleh Bupati/ Walikota.

Pasal 32

(1) Terhadap Rencana Karya Tahunan (RKT) tahun 2003 yang telah disahkan maka Pejabat
Penagih segera menerbitkan SPP-PSDH paling lambat 6 (enam) hari kerja sejak Pejabat
Penagih ditunjuk.

(2) Perhitungan besarnya SPP-PSDH yang Terhutang didasarkan pada target RKT yang telah
disahkan.

(3) Pembayaran SPP-PSDH yang Terhutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara :

a. Pembayaran I (pertama) sebesar 25% dari total kewajiban pembayaran PSDH


dilunasi paling lambat tanggal 31 Maret 2003.
this file
is
b. Pembayaran II (kedua) sebesar 25% dari total kewajiban pembayaran PSDH downloaded
dilunasi paling lambat tanggal 20 Juni 2003.
c. Pembayaran III (ketiga) sebesar 25% dari total kewajiban pembayaran PSDH
from
dilunasi paling lambat tanggal 10 Juli 2003. www.aphi-net.com
d. Pembayaran IV (keempat) sebesar 25% dari total kewajiban pembayaran
PSDH dilunasi paling lambat tanggal 10 Oktober 2003.

(4) Apabila tata waktu pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (3) belum jatuh tempo
terdapat produksi hasil hutan kayu yang akan diangkut, dimanfaatkan atau diolah maka
PSDH wajib dilunasi sesuai dengan LHP yang telah disahkan.

Pasal 33

Dalam hal hasil hutan berupa hasil hutan temuan atau rampasan dikembalikan atau
diserahkan kepada pemegang izin, pembayaran PSDH yang Terhutang menjadi kewajiban
pemegang izin.

Pasal 34

Ketentuan dalam Keputusan ini berlaku juga bagi hasil hutan yang berasal dari wilayah
kerja PERHUTANI.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35

Dengan ditetapkannya Keputusan ini maka Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 271/Kpts-
IV/1993 tanggal 24 Mei 1993 jo. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 358/Kpts-II/1996
tanggal 8 Juli 1996 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 36

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku efektif
mulai tanggal 1 Januari 2003.

Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 4 April 2003

MENTERI KEHUTANAN,
ttd.
MUHAMMAD PRAKOSA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
ttd.
Ir. S U Y O N O
NIP. 080035380

Salinan Keputusan ini


Disampaikan kepada Yth. :

1. Menteri Koordinator Bidang Politik dan Ekonomi


2. Menteri Dalam Negeri RI di Jakarta
3. Menteri Keuangan RI di Jakarta
4. Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI di Jakarta
5. Gubernur Bank Indonesia di Jakarta
this file
is
6. Gubernur di seluruh Indonesia downloaded
7. Bupati/ Walikota di seluruh Indonesia
8. Kepala Dinas Propinsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab bidang Kehutanan di
from
daerah Propinsi di seluruh Indonesia www.aphi-net.com
9. Kepala Balai Sertifikasi Penguji Hasil Hutan di seluruh Indonesia
10. Kepala Dinas Kabupaten/ Kota yang diserahi tugas dan tanggung jawab bidang
kehutanan di daerah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
this file
is
SURAT PERINTAH PEMBAYARAN (SPP) downloaded
PROVISI SUMBER DAYA HUTAN (PSDH)
from
Nomor :
No. Urut Bulan Tahun www.aphi-net.com
I. IDENTITAS PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan : ...................................................
2. Kodefikasi/ Referensi :
3. Alamat Perusahaan : ...................................................
4. Lokasi Blok Tebangan :
Propinsi : ...................................................
Kabupaten : ...................................................

II. PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN :


1. RLHC / Usulan LHP : No. ......................
Tanggal ................
Jumlah Kewajiban
2.
Pembayaran
Volume PSDH (Rp.)
No. Kelompok Jenis Keterangan
(M3) Tarif Jumlah

III. BANK PENERIMA SETORAN


Penyetoran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) untuk rekening Bendaharawan Penerima Departemen
Kehutanan karena penerimaan PSDH pada Bank .........................

Pejabat Penagih
No. Reg.
CATATAN :
- Lembar pertama untuk Wajib Bayar
- Lembar kedua untuk Kepala Dinas Propinsi
- Lembar ketiga untuk Kepala Dinas Kabupaten/Kota
- Lembar keempat untuk Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan
- Lembar kelima untuk arsip Pejabat Penagih

Lampiran 1.
from
www.aphi-net.com

Disetor ke Rekening SSBP-IK ...


Bendaharawan Penerima LEMBAR
Pada Bank ........... (SURAT SETORAN PENERIMAAN NEGARA Untuk
BUKAN PAJAK - IURAN KEHUTANAN) ...........................
Nomor
: 000.0000000000 (rupiah) PSDH

A. 1. Departemen : Kehutanan KODE


2. Unit Organisasi : Sekretariat Jenderal
3. Dinas Kehutanan Propinsi : ........................ 2 9 0 1
4. Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota : ........................
B. 1. Nama Perusahaan/Wajib Bayar : ........................
2. Alamat : ........................
C. Uraian Penerimaan : Setoran PSDH KODE MAP
sesuai SPP :
Nomor ................ 0 3 4 2

Tanggal ...............

D. Jumlah Setoran : Rp. .........................


Dengan huruf : ..............................
..............................
E. Kodefikasi/Referensi :

Berita :
from
www.aphi-net.com

............. Tgl. .......................... Diterima oleh :

Ttd. dan Nama Penyetor, BANK .............................


Tanggal : ........................
Cap
Tanda tangan :...................
............................................... Nama terang : ...................

Lampiran 2.
from
www.aphi-net.com

Disetor ke Rekening SSBP ...


Bendaharawan Penerima LEMBAR
Pada Bank ........... (SURAT SETORAN PENERIMAAN NEGARA Untuk
BUKAN PAJAK) ...........................
Nomor
: 000.0000000000 (rupiah) PROVISI SUMBER DAYA HUTAN
KODE
1. Departemen : Kehutanan
A.
2. Unit Organisasi : Sekretariat Jenderal 2 9 0 1

C. Uraian Penerimaan : Setoran PSDH KODE MAP


sesuai SPP :
0 3 4 2

D. Jumlah Setoran Rp./US$ : ..............................


Dengan huruf : ..............................
..............................

Berita :

............. Tgl. .......................... Diterima oleh :

Ttd. dan Nama Penyetor, BANK/KANTOR POS DAN GIRO


Tanggal : ........................
Cap
Tanda tangan :...................
............................................... Nama terang : ...................

Lampiran 3.
this file
is
LAPORAN PEMBAYARAN IURAN KEHUTANAN / PSDH (LPIK) downloaded
BULAN ........................ 2002
from
www.aphi-net.com
I. IDENTITAS PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan : ...................................................
2. Kodefikasi :
3. Alamat Perusahaan : ...................................................
4. Lokasi Blok Tebangan :
Propinsi : ...................................................
Kabupaten : ...................................................

II. PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN :


A. Kewajiban Murni :
PSDH a. Kewajiban : Rp.
b. Penyetoran Tgl.... : Rp.
Kekurangan : Rp.

B. Kewajiban Denda :
PSDH a. Kewajiban : Rp.
b. Penyetoran Tgl.... : Rp.
Kekurangan : Rp.

............................200
DIREKTUR
PT. .......................

CATATAN :
- Lembar pertama untuk Bupati/Walikota
- Lembar kedua untuk Kepala Dinas Kabupaten/Kota
- Lembar ketiga untuk Kepala Dinas Propinsi
- Lembar keempat untuk arsip Pejabat Penagih

Lampiran 4.
from
www.aphi-net.com

LAPORAN REALISASI PENYETORAN IURAN KEHUTANAN / PSDH


BULAN :

Propinsi :
Kabupaten :

Kewajiban PSDH
Realisasi Pembayaran PSDH
No. Nama Perusahaan PSDH (Rp.) Keterangan
Jenis Hasil Hutan Volume (Rp.)
Tarif Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8

JUMLAH

............................. 200
BUPATI/WALIKOTA

Lampiran 5.
LAPORAN GABUNGAN REALISASI PEMBAYARAN IURAN KEHUTANAN / PSDH (LGRPIK)
BULAN :

Dinas Kehutanan Propinsi : ..................................

Jumlah Tagihan
No. Nama Perusahaan Realisasi Pembayaran (Rp.) Tunggakan (Rp.) Keterangan
(Rp.)
1 2 3 4 5 6

JUMLAH

............................. 2003
KEPALA DINAS PROPINSI,

----------------------

Lampiran 7.
from
www.aphi-net.com

DAFTAR REALISASI PENERIMAAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN


BULAN :

REALISASI PENERIMAAN
No. PROPINSI KABUPATEN KETERANGAN
BULAN INI (Rp.) S/D BULAN LALU (Rp.) S/D BULAN INI (Rp.)
1 2 3 4 5 6 7

JUMLAH

............................. 2003
SEKRETARIS JENDERAL,

----------------------------

Lampiran 8.

Anda mungkin juga menyukai