Anda di halaman 1dari 15

Persamaan

Schrodinger

Postulat Max Planck dan konsep spekulatif de Broglie


mengisyaratkan per1unya konsep baru tentang dunia mikroskopik.
Di dalam bab ini diuraikan langkah-langkah penting dalam
membangun mekanika baru yaitu mekanika gelombang atau
mekanika kuantum dan beberapa contoh sistem sederhana serta
konsep pokok terkait.

2.1 PARTIKEL BEBAS


Kita berangkat dari konsep klasik yang telah kita kenal dengan
baik. Secara ldasik, energi partiket atau benda bebas bermassa
m, diberikan oleh energi kinetik

p'
£-- (2.1)
2m
dengar. p adalah momentum partikel. Berikut Ini diperlihatkan
transisinya ke dalam persamaan kuantum.
Ungkapan energi Planck (1.4) dan momentum Co<r!>too (1.21)
dapat ditulis sebagai
E=hw
(22)
p=hk

sehingga ungkapan paket gelombang (1.50) dapat ditulis ulang


dalam bentuk

l}l(x,t) =NJ <p(p)e 1(,..-&l1


'dp (2.3)
dengan N adalah konstanta normalisasi.
Oiferensiasi fungsi (2.3) terhadap waktu memberikan

al/I
a, =NI <p(p)(-iE / h)eJ(,..-£,)I#
dp

Jika energi E diasosiasikan sebagai energi partikel bebas (2.1 ),


maka

dljl = -iN fcp(p)_i_ e1(,...-El)1•,Jp (2.4a)


Or fl 2m
Tetapi ruas kanan pers. (2.4a) dapat ditulis sebagai

Nf q,( p) e: e..,,.._,.,),1 dp = Nf q,(p)1- hi �e,c,..-,:,111 )dp


2m 2m ilx1

= -111 �Nfq,(p)e1<,..-t:.11•dp
2m dx1 (2.4b)
- ,-,2 a,y
= 2m a.r1
Dari dua persamaan di atas diperoleh persamaan diferensial paket
gelombang IJI bagi partikel bebas

. ay,
,h-=----
_,,2 a2111 (2.5)
a,
2n1 iJx1

Per1uasan bentuk energi partikel bebas ke dalam ruang tiga


dlmensi diberikan oleh
(2.6)

dan pers.(2.5) dapat 'iperluas menjadi

. a"' 1i2 2"' 112 2v, tt2 2w


,h-=-- -- a
-- -- - a a
Ot 2n1 Ox2 2,,, iJy2 2n, Oz2

=-
h' (
2;;; a' a'
0x2 + i)yf + 'a..: 2
a' }
(2.7)
h'
= -- V'l/f
2m

1/f : 1/f (r, t) = NI q,('p)e'(; ;-E,)/� d3 'p (2.8)

dan tetapan normalisasi baru N = (2nti )-312.

2.2 PERSAMAAN SCHRODINGER


2.2.1 Partikel di dalam Potenslal
Oengan membandingkan pers.(2.1) dan pers.(2.7) tampak
adanya korespondensi antara energi E, momentum p dan op-
erator diferensial

E -e ;t, �
(2.9)
p _,, -il!V
Operator-operator ini bekerja pada fungsigelombang IJl(f ,1).
Bentuk korespondensi ini nantinya yang digunakan untuk
membangun persamaan gerak kuantum berangkat darl bentuk
energi klasik.
Selanjutnya, tinjau partikel yang mengalarni gaya F yang
dapat ditu1iskan sebagai gradient dari energi potensial V (T, t)

P = -vvo.» (2.10)

Karena itu, energi total partikel E dapat diungkapkan sebagai

'
E= p: +V(r,1) (2.11)
2m
Berdasarkan korespondensl (2.9) persamaan gerak kuantum
partikel di dalam potensial V("i,t) diberikan oleh

"2
;1; 0'1'(,,r) = - v''l'(,,r) + v(,,1)'1'(,.1) (2.12)
a, 2n1

Pers.(2.12) ini dikenal sebagai persamaan gelombang


Schrodinger untuk partikel di dalam potensial V("i,t). Dalam
banyak hal, sistem fisis dapat didekati dengan model satu
dimensi. Persamaan Schrodinger satu dimensi berbentuk

ih 01/f(X,I) = -� o'l/f(X,1) + V(x,t)l/f(x,1) (2.13)


dt 2m 1
ax
Secara umum, karena energi E dapat dinyatakan dalam
Hamiltonian

E=H(,,j,,t) (2.14)

maka pers. (2.12) dapat dituliskan sebagai

ih Ol/f = Hlf,ih'v,t}p (2.15)


a,
Hamiltonian H sekarang berperan sebagai operator

/;'
H = --V' + V(,,t) (2.16)
2m
yang bekerja pada fungsi gelombang ljl(f ,t).
2.2.2 Artl Fisis dari Fungsl Gelombang
Di dalam persoalan sesungguhnya Hamiltonian suatu sistem
diketahui atau diberikan. Mengacu pada persamaan Schrodinger
yang rnerupakan persamaan diferensial {parsial) (2.14), jelas
persoalannya sekarang adalah mencari solusi 1/f dari persamaan
tersebut. Jadi, fungsi gelombang 1/f merupakan kuantitas teoritis
fundamental di dalam mekanika kuantum. Meskipun demikian,
seandainya fungsi gelombang 1Jf sudah diperoleh, masih tersisa
satu pertanyaan mendasar:
Fungsi gelombang merupakan suatu deskripsi dari
kejadian yang mungkin, tetapi- kejadian apa? Atau, apa
yang didiskripsikan oleh fungsi gelombang?
Singkatnya,apaartifisisdarinilai IJl(i,1) disetiapposisi r
padasaat t?
Jawaban dari pertanyaan di atas diberikan oleh Max Born
pada tahun 1926 yang menyatakan bahwa 1/1 (r, t) ltu send in tidak
mempunyai arti fisis apa-apa, tetapi

(2.17)

diintepretasikan sebagai kerapatan probabilitas. Secara lebih


spesifik

P(r,t)dv = !iir(r,rf dv (2.18)

menyatakan kemungkinan untuk mendapatkan partikel yang


dideskripsikan oleh !p'(T ,t) berada da\am elemen volume dv di
sekitar posisi f pada saat t. Di dalam kasus satu dimensi

2
P(x,t) == (!Jf(x,r): dx (2.19)

menyatakan besar kerramgkinan partiket yang didesknpsikan oieh


1/f(x,t) berada di antara x dan x+dxpada saat t.
Jika partike1 (memang) ada di dalam ruang, interpretasi di
atas mensyaratkan

fv P(r,t)dv = l (2.20)

dengan integrasi dilakukan ke seluruh ruang V. Fungsi gelombang


yang memenuhi syarat (220) dikatakan sebagai fungsi gelombang
temonnalisasi.

Contoh2.1
Fungsi gelombang sutu partike1 yang bergerak sepanjang
sumbu xdiberikan oleh: V1(x) = Ce -l.rJ sin ax
a. Tentukan konstanta C jika fungsi gelombang temormalisasi
b. Jika a = n , hitung kemungkinan untuk mendapatknan
partikel berada di sebelah kanan titik x=1
Penyelesaian :
a. Secara eksplisit 'lf(x) diberikan oteh

untuk x<O
lfl(x) =
{c''. sin ax,
Cei:s1nax, untuk x>O

sehingga

2e2"'sin2ax, untuk x <0


�•£(x)2
IY' ={CC2e-2Isin2ax, untuk x > 0

Tampak bahwa fungsi terakhir adalah fungsi genap, clan rekaan


grafiknya diberikan oleh gambar berikut
�1·

Gambar 2.1 Solusi


Karenaitu

[WIJ dx = 1 = C 1 r e-lJ sin2 mdx+ C2


1! 2• sin? axdx

= 2C1 ( e-1i sin 1 md.x

Untuk menghitung integral terakhir ini, tuliskan fungsi sinus


dalam bentuk eksponensial dan akan didapatkan

1 = 2c2 r -i�flio-2)
+ e -(lio+?) -2e·lJ }it

c' le(21G:-l)J
=--
2 2ia-2
e-Clia-2)•

2ia+2
+e·2•
to
O

C' I { I }
=- +I
2 2ia-2 2ia+2
c' { -4 +I }
=-
2 4a' +4

Didepatkan konstanta nonnalisasi C

2(1+a')
c =
a'
sehingga

1/f(x) =
2(l+a')
- 2 e
,< sin. ax
a

b. Besar kemungkinan partikel berada di x�l

P(x 2: I)= fJlfl(x)J'dx


'
2(1 +a') _,, . ,
J- es1nax
= 2
dx
a '
= �� +' a 2 + sin la - cos la}
2a
Untuk a= n
1
P(x :2: 1) = - 2 = 0,068
2e

2.2.3 Persamaan Kontinyuitas


Kembali pada probabilltas (2.19), dan diferensiasi terhadap
waktu atas besaran ini memberikan
a tau

(2.21)

Pers.(2.21) ini tidak lain adalah persamaan kontlnyuitas

(2.22)

dengan P adalah rapat probabilitas (2.18) dan f1uks atau rapat


arus probabilitas S
-
S=- ih1... ( •\..)
!fVl/f-Vl/fJP (223)
2m
Unluk kasus satu dimensi, persamaan kontinyuitas (2.21) menjadi

i)r< x,t) + OS(x,1) =


0 (224)
a, a,
dengan rapat arus S
{
- - ih J/1 ,aJ/1---J/1
S-
al/I· }
2m ax ax (2.25)

2.2.4 Nilai Harap


Sekali lagi, seandalnya fungsi gelombang 1/f sudah diperoleh
kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan lagi. Misalnya, di
mana partikel sering berada atau berapa momentum rata-rata
partikel ? Jawaban alas pertanyaan ini diberikan oleh teorema
Ehrenfest. Misalkan kita ingin tahu nilai rata-rata variabe1 dinamis
A(x,p), maka didefinisikan nilai harap (expectation value) dari
besaran A sebagal

(226)

dengan A"'adalah operator A(x,-ihV) yang merepresentasikan


variabel A di dalam mekanika kuantum. Secara lebih umum, jika
If/ tak ternormalisasi maka pers.(2.26) menjadi

(2.27)

Sebagai contoh, nilai rata-rata posisi r


(2.28)

Sedang dari analogi klasik untuk nilai rata-rata momentum

(ffe) = m!...(,)
cit
= m{f al/I· rl/f dv + f l/f 0r al/I dv}
Or 01 (2.29a)

Untuk menghitung secara rinci, lakukan evaluasi per


komponen misalkan komponen-x

d
(p,)•m d,(x)

(a ·
•m fLxy,dv+Jw·x1dv
Or O,
a }
s: )f r-·' ,)
="lih�- lm V 1/1 xlfdv+ "If! f . ,.-2m . )dv
J ., v·'II l (2291>)

Suku kedua ruas kanan dapat diuraikan menjadi

J(v'"'" �"' d,: f v «v"'· �"' },,- J{vv, )vcx")d,


: f«v,,· �\ff }nda-u V - �"V(x'll)J,,- f 'lf V'(x'lf)d,}
0

=0-0+ fvr"V-V(xi,v)dv
• f .,·v -{(vx)v + x(V\tf )}I,
• f ,,· {(v' ,}v + (v,)-(v,, )Il+ kv,)- v,, + x(v',, )J-i,
• J,,tJ+2Vx-V'lf+x(v"lf)},,,
• 2f 'II" "'Ld,+
dx
f 'lf·x(v',,)i,
(2.29c)

Subtitusi kembali ke dalam pers.(2.29b), memberikan

(p,)•-itif"'· "a: dv
• f '11"(-in ! }d, (2.29d)

sehingga

f
(f,)• Vl"(-inVl/f}iv (2.30)
Has ii ini menyatakan bahwa operator untuk observabel mo-
mentum p adalah

P� =-ihV (2.31)

Seperti yang telah diberikan oleh korespondensi (2.7).

2.2.5 Syarat untuk Fungsl Gelombang


lnterpretasi probabilitas untuk fungsi gelombang
mensyaratkan bahwa fungsi IJf harus merupakan fungsi yang
kuadratnya dapat diintegralkan dan bernilai hingga (square inte-
grable function)

(2.32)

Karena integral dilakukan terhadap seluruh ruang, syarat


(2.32) berakibat

1/f(r,,) ---,o untuk r � oo (2.33)

Selain ltu, juga harus terpenuhi


12
1. IJl(T ,t) berhingga, agar IIJI dv berharga antara O dan 1

2. ""' ""' ""'


IJI dan turunan pertamanya dx , dy • Oz kont,nyu
. dl.
setiap r
Syarat kontinyuitas turunan pertama dari 1/f dapat dipahami
sebagai berikut. Perhatikan persamaan Schrodinger satu dimensi
(2.13)

. aw
th-=----+Vl/f
"2 a2w
dt 1
2m ax
Jika l/f fungsi kontinyu dari x untuk semua waktu t maka aa�
juga fungsi kontinyu dari x. Karena itu, ruas kanan persamaan di
atas juga harus kontinyu dan diskontinuitas dari salah satu suku
ruas kanan ini dilenyapkan oleh perilaku berlawanan dari suku
lainnya. Sebagai contoh, jika potensial V {dan tentu VIJI)

mempunyai diskontinyuitas berhingga di titik x = a,


a'
maka OX�

Juga mempunyai diskontinuitas berhingga di titik x = a. Hal ini


( �:)
berartl harus kontinu di a tetapi kemiringannya (sk>pe)

a'
yakni OX� di sebelah kiri a tidak sama dengan kemiringannya
di sebelah kanan a. Sebagai ilustrasi diberikan oleh gambar
berikut:

• x
��
I /J ...
..
I
-,
-'i
...
t

.. I

---::,---7''---f-::-, --''<,------::=--·
' x

Gambar.2.2 Kontinultas 'II, Ox dana"' a'"'


axi
2.2.6 Keadaan Stasioner dan Persamaan Nilai Elgen
Tinjau partikel yang bergerak di da!am ruang dengan potensiaJ
tidak bergantung waktu V = V(f). Untuk sistem seperti ini,
ljl("r,t) dapat diuraikan menjadi perkalian bagian yang hanya
bergantung ruang dan bagian yang hanya bergantung waktu

(2.34)

Catatan: <p(r) di sini tidak terkait dengan q,(k) pada pers.(2.3),


dan hanya sama notasi belaka.
Selanjutnya, subtitusi uraian (2.34) ke dalam pers.(2.12)
kemudian dibagi q,(r)J(t) maka didapatkan

(2.35)

Karena ruas kiri pers.(2.35) hanya bergantung waktu


sedangkan ruas kanan hanya bergantung variabel ruang maka r,
keduanya akan selalu sama jika dan hanya jika keduanya sama
dengan konstanta, misalkan E. Dengan demikian pers.(2.35) akan
terpisah menjadi dua persamaan :

"2 'virp +V(r)=E


---
_
2»1 <p

A tau

df =-iE f (2.36a)
dt h

dan
{-�11' +V<rJ)q,(,)= Eq,(,)
2m
(2.36b)

Pers.(2.36a) adalah persamaan diferensial orde satu dengan


solusi akan sebanding dengan e,;p(-iEt I 11). Karena ltu uraian
(2.34) menjadi

(2.37)

Pers.(2.37) secara implisit menyatakan bahwa E harus riel,


karena bi la mempunyai harga imajiner E , IJI akan 1enyap untuk
semua r jika t � oo a tau - 00 sesuai tanda (-) a tau (+) dariE .
Hal ini tidak memenuhi syarat keberadaan partikel di dalam ruang
(2.20). Selanjutnya pers.(2.37) memberikan rapat probabilitas

�(,,,J' =liP<rf (2.38)

yang lidak bergantung waktu. Karena hu 1/f (r ,, ) pada pets.(2.37)


rnenggambarkan keadaan stasioner (stationary state) karena tidak
ada karakter atau sifat partikel yang berubah terhadap waktu.
Sedangkan pers.(2.36b) disebu1 persaman Schrodlnger tak
bergantung waktu.
Mengingat bentuk pers.(2.16) dengan v = V(T),
pers.(2.36b) dapat ditulis menjadi

Hq,(rl = Eq,(r) (2.39)

Pers.(2.39) ini disebut persamaan karakteristik atau


persamaan nilai eigen dengan q,(;:) sebagai fungsi eigen dan H
adalah operator diferensial dari energi. E adalah nilai eigen dari
operator H, dan disebut sebagai energi eigen dan ditafsirkan
sebagai energi partikel.

Anda mungkin juga menyukai