AKUNTANSI MANAJEMEN
Dosen :Drs. I Wayan Mendra, MM
Oleh : Kelompok 6
Investasi sebesar 1 juta dapat dikembalikan pada akhir tahun ke-3, jika arus kas di
asumsikan terjadi sepanjang tahun secara sama, maka pada tahun ke-3 , Rp.100.000 dapat
100.000 1
di kembalikan dalam: = tahun
300.000 3
Maka payback period adalah 2 1/3 tahun atau 2 tahun 4 bulan, jika ada proyek lain, yang
memiliki payback period 2 tahun dan kita harus memilih, maka payback yang pemiliki
payback period lebih pendek yang lebih disukai.
Kriteria :tidak ada batas waktu yang jelas, semuanya tergantung pada melilik modal.
Namun pada umumnya payback period yang pendek yang lebih disukai.
Keuntungan metode payback period: mudah dihitung dan mudah dimengerti. Selain itu
payback period memberikan informasi mengenai infformasi mengenai resiko dan
likuiditas proyek. Proyek yang payback periodnya pendek memiliki resiko yang lebih
kecil dan likuiditas yang lebih baik.
Kelemahan metode payback peiod: mengabaukan arus kas setelah payback period dan
nilai waktu uang.
Menurut metode payback period, proyek A lebih baik. Tapi sebenarnya proyek B lebih
menguntungkan karena pada tahun ke 3 dan 4, proyek B masih menghasilkan arus kas
sebesar 3 juta, sementara proyek A sudah berhenti memberikan pemasukan.
Contoh:
Ke 2 proyek memiliki payback period yang sama yaitu 3 tahun, tapi proyek D sebenarnya
lebih menarik karena memberikan 800.000 pada tahun pertama sementara proyek C tidak
memberikan apa-apa. Present velue arus kas masuk proyek D lebih besar dari present
velue arus masuk proyek C.
Kelemahan mengabaikan nilai waktu uang ini dapat diatasi dengan memodifikasi metode
payback period menjadi metode discounted payback period. Dengan metode ini arus kas
diskonto ( dicari present veluenya ) kemudian baru dicari payback periodnya.
Contoh:
Tahun Perkiraan arus kas Present velue arus kas Arus kas kumulatif
proyek didiskonto pada 10%
0 ( 1.000.000 ) ( 1.000.000 ) ( 1.000.000 )
1 500.000 455.000 ( 545.000 )
2 400.000 331.000 ( 214.000 )
3 300.000 225.000 11.000
4 100.000 68.000 79.000
214.000
Discounted payback period ¿ 2+
225.000
= 2,95 tahun.
Meski banyak kelemahannya, metode payback period masih terus digunakan secara
intensif dalam membuat keputusan penganggaran modal. Tapi metode ini tidak
digunakan sebagai alat utama, melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan
risiko proyek.
3. METODE NET PRESENT VELUE
Metode ini menggunkan tehnik present Discounted Cash Flow (DCF) untuk
memperhitungkan nilai waktu uang dari semua arus kas proyek.
NPV didefinisikan sebagai:
n
CF t
NPV =∑ t
t=0 (1+k )
Dimana :
Arus kas dapat berupa pengeluaran (cash outflows) dan Penerimaan (cash inflows). Cash
outflows di beri tanda – (negatif) dan cash inflows diberi tanda + (positif).
Kriteria Penerimaan:NPV nol atau positif, yang berarti present velue dari arus kas
masuk sama dengan atau lebih besar dari present velue arus kas keluar. Dengan
demikian, jika NPV proyek negatif, proyek tersebut harus ditolak. Jika 2 proyek bersifat
“mutually exclusive” (artinya hanya 1 yang dipilih) maka proyek yang memiliki NPV
positif yang terbesar yang dipilih.
Contoh:
¿ 78.820 ,−¿
NPV sebesar nol menunjukan bahwa arus kas proyek tepat cukup untuk:
1) Membayar kembali modal yang di investasikan
2) Menyediakan tingkat keuntungan yang di syaratkan pada modal (biaya modal
proyek)
Jika NPV adalah positif , arus kas proyek menghasilkan suatu “sisa keuntungan” atau
excess return yang akan dinikmati oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Jadi
jika perusahaan mengambil proyek dengan NPV positif, nilai perusahaan (harga saham)
akan naik yang berarti kesejahteraan pemegang saham (wealth of stockholders) naik. Jika
perusahaan mengambil proyek dengan NPV = 0 harga saham tidak berubah karena
proyek hanya menghasilkan keuntungan sebesar yang disyaratkan.
Metode NPV ini dipandang sebagai pengukur profitabilitas suatu proyek yang terbaik
karena metode ini memfokus pada kontribusi proyek kepada kemakmuran pemegang
saham.
n
CF t
NPV =∑ =0
t=0 (1+r )t
Contoh:
Tahun Perkitaan arus kas proyek “X”
0 ( 1000.000 )
1 500.000
2 400.000
3 300.000
4 100.000
r atau IRR dapat dicari dengan bantuan tabel PVIF, Untuk itu kita harus menggunakan
teknik coba-coba atau “trial and error”.
Artinya r yang membuat NPV = 0 ada diantara 14% sampai dengan 15%. untuk
menemukan IRR, kita gunakan teknik interpolasi sebagai berikut:
Gunakan prinsip 2 segitiga sebangun sehingga:
AB AC
=
BE CD
¿¿
8083(1 %)
IRR−14 %=
(8083+ 8330)
( IRR−14 % )=0,49 %
IRR=14,49 %
¿ 14,5 %
Untuk memperoleh perhitungan IRR yang lebih cepat dan akurat , Kita dapat
menggunakan kalkulator khusus untuk keuangan (financial kalkulator) yang banyak
beredar di pasaran, misalnya Casio FC-100 atau Casio FC-200. Dengan personal
computer (program EXCEL), Dapat menggunakan rumus rumus:¿ IRR ( Ai : A j ) , dimana
Ai : A j menunjukkan sel-sel arus kas. Ai : A j dapat diganti sesuai dengan sel-sel arus kas
suatu proyek.
Contoh EXCEL :
A B
1 -100.000 = IRR ( A1 : A5 ) lalu ENTER
hasilnya adalah IRR
2 500.000
3 400.000
4 300.000
5 100.000
Kriteria Penerimaan Proyek : Jika IRR lebih besar atau sama dengan Project cost of
capital maka proyek sebaiknya diterima. Jika IRR lebih kecil dari Project cost of
capital, proyek harus ditolak. Mengapa? IRR dapat dipandang sebagai suatu tingkat
keuntungan yang diharapkan dari proyek (expected rate of return). Sedangkan Project
cost of capital adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of
return).Jika IRR lebih besar dari biaya modal proyek, proyek dapat membayar biaya
modal proyek dan tetap menghasilkan suatu surplus keuntungan yang dinikmati oleh
pemegang saham. Dengan demikian, mengambil proyek yang IRR-nya (expected rate
of return) lebih besar dari biaya modal proyek (required rate of return) akan
meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Jika IRR sama dengan biaya modal proyek, proyek diperkirakan akan menghasilkan
keuntungan sebesar yang disyaratkan oleh pemilik modal, tidak lebih tidak kurang.
Kondisi ini Tentunya masih dapat diterima oleh pemilik modal (baik pemilik modal
asing atau kreditur maupun pemilik modal sendiri).
Jika terdapat 2 proyek yang bersifat mutually eksklusif, proyek dengan IRR yang
lebih tinggi yang sebaiknya dipilih, dengan asumsi IRR kedua proyek lebih besar atau
sama dengan biaya modal proyek. Hal ini berlaku pula untuk lebih dari dua proyek
yang matually eksklusif. Pada kondisi ini, proyek dengan IRR terbesar yang dipilih,
dengan asumsi IRR ≥biaya modal.
Kelemahan metode IRR: jika proyek memiliki arus kas yang “tidak normal”, Ada
kemungkinan IRR tidak dapat digunakan. Yang dimaksud arus kas “yang normal”
adalah serangkaian (satu atau lebih) Arus kas keluar diikuti dengan serangkaian arus
kas masuk. Pada arus kas yang “tidak normal”, arus kas negatif (pengeluaran) muncul
Selama tahun-tahun setelah proyek berjalan. jika arus kas “tidak normal” dapat timbul
masalah “multiple IRR” atau IRR ganda.
Contoh:
Terdapat 2 r yang menyebabkan NPV = 0, yaitu r = 25% dan r=400%. Hubungan ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
IRR mana yang digunakan? Jika IRR – 25%, untuk biaya modal, katakanlah, 200%,
proyek harus ditolak, padahal NPV-nya positif! Jika IRR = 400% yang dipakai,
untuk biaya modal = 10%, proyek harus diterima, padahal NPV-nya negatif!.
Dimana:
CIF t = Cash inflows pada periode t
COF t = Cash outflows pada periode t
K = biaya modal proyek
t = periode waktu
Contoh:
1.07 .820
PI = =1,079
1.000 .000
Kriteria penerimaan proyek : suatu proyek diterima jika PI proyek adalah sama dengan
atau lebih besar dari 1. Jika PI proyek sama dengan atau lebih besar dari 1, artinya PV
penerimaan sama dengan atau lebih besar dari PV pengeluaran. Sebaliknya, jika PI
proyek lebih kecil dari 1, proyek ditolak. Untuk proyek yang mutually exclusive, proyek
dengan PI lebih besar yang dipilih, dengan catatan PI ≥ 1.