Anda di halaman 1dari 19

KEHIDUPAN YANG BAIK MENURUT ISLAM

A. Kehidupan yang Baik Menurut Islam


Al Quran adalah pedoman bagi manusia untuk menemukan makna hidup yang
sebenarnya. Berikut adalah beberapa pemahaman inti tentang makna hidup menurut
Al-Quran. Berbagai macam ajaran mengenai hakekat hidup dan tujuan hidup telah
berkembang. Masing-masing berbeda tentang pengertian dan tujuan hidup. Hanya Al
Qur’an lah yang dapat menjelaskan arti dan tujuan hidup manusia secukupnya
sehingga dapat dipahami oleh setiap individu yang membutuhkannya. 

Kita hanya akan menyinggung arti hidup bagi manusia sendiri, kita tidak akan
menyinggung arti hidup bagi benda atau wujud lain. Bahwa hidup pertama ialah di
dunia kini dan hidup kedua berlaku di alam Akhirat. Kedua macam hidup itu berlaku
dalam keadaan konkrit. Banyak Ayat Suci yang menyatakan hidup dua kali di
antaranya ayat 40/11.

‫قَالُوا َربَّنَاَأ َمتَّنَاا ْثنَتَ ْي ِن‬


‫سبِي ٍل‬
َ ‫وج ِّمن‬ ُ َ‫َوَأ ْحيَ ْيتَنَاا ْثنَتَ ْينِفَا ْعتَ َر ْفنَابِ ُذنُوبِنَافَ َهِإْل ل‬
ٍ ‫ىخ ُر‬

Artinya : “Mereka berkata: wahai Tuhan kami, Engkau matikan kami dua kali dan
Engkau hidupkan kami dua kali, dan kenallah kami pada dosa-dosa kami, Maka
adakah garis hukum untuk keluar?”

Berbagai macam doktrin telah berkembang di muka Bumi, namun tidak satupun
yang memberikan alasan kenapa adanya hidup kini. Masing-masingnya berbeda
tentang pengertian dan tujuan hidup, hanya Alquranlah yang dapat menjelaskan
secukupnya hingga dapat dipahami oleh setiap diri yang memerlukan. Alquran
memberikan ajaran tentang arti hidup bahwa orang hendaklah menghubungkan
dirinya secara langsung kepada Allah dengan cara melakukan hukum-hukum tertulis
dalam Alquran, dan menghubungkan dirinya pada masyarakat sesamanya dalam
melaksanakan tugas amarmakrurnahimungkar. Hubungan vertikal dan horizontal
begitu akan menimbulkan daya juang untuk mencapai kemakmuran bersama serta
ketinggian martabat  dalam saluran rasa cinta bagaikan api yang tak kunjung padam.
Artinya hidup seperti itulah satu-satunya yang mungkin dipakai untuk memperoleh
keamanan dunia hingga seseorang bebas dari rasa takut, korupsi dan perkosaan.

Rasulullah SAW bersabda, “… Tidaklah aku tinggal di dunia melaikan seperti


musyafir yang berteduh bawah pohon dan beristirahat lalu musyafir tersebut pergi
meninggalkannya.” [HR. Tirmidzi].

Kebahagiaan hidup dalam pandangan Islam tidak berkutat pada sisi materi.
Walaupun Islam mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan.
Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan. Oleh
karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi seperti
memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup.

Beberapa nash syar'i telah menunjukkan hal ini:

ُ ‫ َولَ ُك ْم فِي َها َج َما ٌل ِحينَ تُ ِر‬  َ‫َواَأْل ْن َعا َم َخلَقَ َها لَ ُك ْم فِي َها ِدفْ ٌء َو َمنَافِ ُع َو ِم ْن َها تَْأ ُكلُون‬
ْ َ‫يحونَ َو ِحينَ ت‬
َ‫س َر ُحون‬

"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.Dan
kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya
kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan."
(QS. An-Nakhl: 5-6)

ِ ‫قُ ْل َمنْ َح َّر َم ِزينَةَ هَّللا ِ الَّتِي َأ ْخ َر َج لِ ِعبَا ِد ِه َوالطَّيِّبَا‬


ِ ‫ت ِمنَ ال ِّر ْز‬
‫ق‬

"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah


dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rezeki yang baik?" (QS. Al-A'raf: 32)
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "di antara unsur kebahagiaan anak Adam
adalah istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman." (HR.
Ahmad).

Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan.
Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi
seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan
hidup.

a. Kebahagiaan dunia

Islam telah menetapkan beberapa hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia.Hanya saja Islam
menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju
akhirat.Sedangkan kehidupan yang sebenarnya yang harus dia upayakan adalah
kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman,

ً‫صالِ ًحا ِمنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْنثَى َو ُه َو ُمْؤ ِمنٌ فَلَنُ ْحيِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَة‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل‬

"Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl: 97)

‫صيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا َك هَّللا ُ الدَّا َر اآْل ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬
ِ َ‫س ن‬

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77)

‫فَ َما َمتَا ُع ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا فِي اآْل ِخ َر ِة ِإاَّل قَلِي ٌل‬

"Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat


hanyalah sedikit." (QS. At-Taubah: 38)
b. Kebahagiaan akhirat

Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang kekal.Menjadi balasan


atas keshalihan hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman,

َ َ‫الَّ ِذينَ تَتَ َوفَّا ُه ُم ا ْل َماَل ِئ َكةُ طَيِّبِينَ يَقُولُون‬


َ‫ساَل ٌم َعلَ ْي ُك ُم اد ُْخلُوا ا ْل َجنَّةَ بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat
dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam
surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)

َ‫سنَةٌ َولَدَا ُر اآْل ِخ َر ِة َخ ْي ٌر َولَنِ ْع َم دَا ُر ا ْل ُمتَّقِين‬ َ ‫لِلَّ ِذينَ َأ ْح‬


َ ‫سنُوا ِفي َه ِذ ِه ال ُّد ْنيَا َح‬

"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik.Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi
orang yang bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)

Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya.


Bertugas memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di
sana. Hanya saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga
menuntutnya bersungguh-sungguh dan bersabar.Hidup tidak hanya kemudahan
sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang.Bahkan dia selalu berganti dari
mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.

Ujian-ujian ini  akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya untuk
bersabar, berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan
berakhlak mulia serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan,
kebahagiaan, dan ridla.

Allah Ta'ala berfirman,

َ ‫صابِ ِرينَ الَّ ِذينَ ِإ َذا َأ‬


‫صابَ ْت ُه ْم‬ َّ ‫ش ِر ال‬ ِّ َ‫ت َوب‬ ِ ُ‫ص ِمنَ اَأل ْم َوا ِل َواَأل ْنف‬
ِ ‫س َوالثَّ َم َرا‬ ٍ ‫وع َونَ ْق‬ ِ ‫ف َوا ْل ُج‬ ِ ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِش َْي ٍء ِمنَ ا ْل َخ ْو‬
ٌ‫صلَ َواتٌ ِمنْ َربِّ ِه ْم َو َر ْح َمة‬ َ ‫ ُأولَِئ َك َعلَ ْي ِه ْم‬  َ‫صيبَةٌ قَالُوا ِإنَّا هَّلِل ِ َوِإنَّا ِإلَ ْي ِه َرا ِجعُون‬ِ ‫ُم‬

َ‫َوُأولَِئكَ ُه ُم ا ْل ُم ْهتَدُون‬
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫ش َك َر فَ َكانَ َخ ْي ًرا‬ َ ‫س َذا َك َأِل َح ٍد ِإاَّل لِ ْل ُمْؤ ِم ِن ِإنْ َأ‬


َ ُ‫صابَ ْته‬
َ ‫س َّرا ُء‬ َ ‫ع ََجبًا َأِل ْم ِر ا ْل ُمْؤ ِم ِن ِإنَّ َأ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخ ْي ٌر َولَ ْي‬

ُ‫صبَ َر فَ َكانَ َخ ْي ًرا لَه‬ َ ‫لَهُ َوِإنْ َأ‬


َ ُ‫صابَ ْته‬
َ ‫ض َّرا ُء‬

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin.Seluruh urusannya bernilai


baik.Jika mendapat kebaikan dia bersyukur, dan itu baik untuknya.Dan jika tertimpa
keburukan dia bersabar, dan itu baik untuknya." (HR. Muslim)

B. Makna dan Tujuan Hidup Menurut Al – Quran dan Hadist


Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat
tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak lahir dan batin yang menentukan
nilai setiap individu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam akhirat, di mana
kehidupan terpisah antara yang beriman dan yang kafir untuk selamanya. Dan
berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya sama dengan
luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para muttaqien. (QS 3/133).
Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian
kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah. Kecuali orang-orang
beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. (QS 95/4-6).
Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan
kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya yang
harus dicapai oleh setiap diri.  Keterangan Al Qur’an seperti demikian dapat diterima
akal sehat dan memang hanyalah kitab suci itulah yang mungkin memberikan
penjelasan demikian.

1. Hidup Adalah Ibadah

Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada
lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja
pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja,
tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.” (QS Adz Dzaariyaat:56)

Hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’I dan Ahmad:

,‫وع ْل ٍميُ ْنتَفَ ُعبِ ِه‬


ِ َ‫اريَ ٍةا‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ٍ َ‫ إ َذا َماتَاإلن َسانُا ْنقَطَ َع َع َملُهُإالَّ ِم ْنثَال‬:‫ قَا َل‬.‫ص‬.
َ  F:‫ث‬ َ ‫َع ْنأبِىهُ َر ْي َرة (ر) أنَّ َرسُوالهلل‬
)‫صالِ ٍحيَ ْدعُولَهُ (رواهابوداود‬
َ ‫اَو َولَ ٍد‬

Artinya: “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga
hal : Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih
yang mendo’akannya”.

2. Hidup Adalah Ujian

Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya,

“(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujikamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.”

Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al
Baqarah [2]:155-156 sebagai berikut:
Artinya: “dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahiwainnaailaihiraaji’uun”.”

Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah
‘Azzawajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barang siapa
bersabar maka bagi nyamanfaat kesabarannya dan barang siapa murka maka baginya
murka Allah. (HR. Tirmidzi)

3. Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia

Dalam QS Ali ‘Imran [3]:14,

Artinya: “dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa


yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).“

Yaa Allah, tak ada kehidupan selain kehidupan akhirat. (HR. Bukhari)

QS AdhDhuha [93]:4,

“dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang
sekarang (permulaan).”

4. Hidup Adalah Sementara

Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman,

“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)


dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“

Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35,


“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada
Kami-lah kamudi kembalikan.“

Itulah keempat inti pemahaman tentang Makna Hidup yang dipaparkan oleh Al-
Qur’an. Mudah-mudahan usaha kita memahami makna hidup menjadikan hidup kita
lebih berharga dan berguna. Kebenaran Mutlak Dari dan Milik Allah AzzaWaJalla,
jika ada kekurangan itu dari kesalahan saya pribadi.

C. Cara Mencapai Kehidupan yang Baik Menurut Islam


1. Beriman dan beramal shalih.

Meraih kebahagiaan melalui iman ditinjau dari beberapa segi :

a. Orang yang beriman kepada Allah Yang Mahatinggi dan Yang Esa, tiada sekutu
bagi-Nya, dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa, maka dia akan
merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan bosan
dengan kehidupannya, bahkan akan ridla terhadap takdir Allah pada dirinya,
pastinya dia akan bersyukur terhadap kebaikan dan bersabar atas bala'.
Ketundukan seorang mukmin kepada Allah membimbing ruhaninya yang menjadi
pondasi awal untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya memiliki makna
dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman :

َ‫سوا ِإي َمانَ ُه ْم بِظُ ْل ٍم ُأولَِئ َك لَ ُه ُم اَأْل ْمنُ َو ُه ْم ُم ْهتَدُون‬


ُ ِ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم َي ْلب‬

Artinya : "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)

b. Iman menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk


diwujudkan. Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga yang
mendorongnya untuk beramal dan berjihad di Jalan-Nya. Dengan itu pula, dia
akan meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya
bermanfaat untuk masyarakat di mana dia tinggal. Ketika seseorang bersifat egois
maka hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya terbatas. Namun ketika
hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak panjang dan indah,
dia akan merasakan hari-harinya penuh nilai.
c. Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai
sarana untuk menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu
dia akan senantiasa diuji dalam hidupnya. Dan ujian-ujian itu termasuk untuk
menguji keimanan, maka akan tumbuh dalam dirinya kekuatan sabar, semangat,
percaya kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, memohon perlindungan kepada-
Nya, dan takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini termasuk sarana utama untuk
merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap menghadapi ujian hidup.  Allah
Ta'ala berfirman:

َ‫ِإنْ تَ ُكونُوا تَْألَ ُمونَ فَِإنَّ ُه ْم يَْألَ ُمونَ َك َما تَْألَ ُمونَ َوت َْر ُجونَ ِمنَ هَّللا ِ َما اَل يَ ْر ُجون‬

Artinya : "Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun


menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu
mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Nisaa': 104)

Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai
sarana untuk menghilangkan kesengsaraan.

2. Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama.

Manusia adalah makhluk sosial yang harus melakukan interaksi dengan makhluk
sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam
memenuhi seluruh kebutuhannya. Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu
keharusan, sedangkan manusia memiliki tabiat dan pemikiran yang bermacam-
macam, maka pasti akan terjadi kesalahpahaman dan kesalahan yang membuatnya
sedih. Jika tidak disikapi dengan sikap bijak maka interaksinya dengan manusia akan
menjadi sebab kesengsaraan dan membawa kesedihan dan kesusahan. Karena itulah,
Islam memberikan perhatian besar terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat
kita saksikan dalam beberapa ayat dan hadits berikut ini:

a. Firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,


‫يم‬ ٍ ُ‫َوِإنَّ َك لَ َعلى ُخل‬
ٍ ‫ق ع َِظ‬

Artinya : "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS.
Al Qalam: 4)

ْ ‫ضوا ِمنْ َح ْولِ َك فَاعْفُ َع ْن ُه ْم َوا‬


‫ستَ ْغفِ ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم‬ ُّ َ‫ب اَل ْنف‬ ِ ‫فَبِ َما َر ْح َم ٍة ِمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْنتَ فَظًّا َغلِيظَ ا ْلقَ ْل‬
‫فِي اَأْل ْم ِر‬

Artinya : "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut


terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS.
Ali Imran: 159).

b. Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,
ِ ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َوا ْل ُع ْد َو‬
‫ان‬

Artinya : "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,


dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al
Maidah: 2)

c. Perintah Allah agar membalas keburukan orang dengan kebaikan,

‫سنُ فَِإ َذا الَّ ِذي َب ْينَ َك َوبَ ْينَهُ َعدَا َوةٌ َكَأنَّهُ َولِ ٌّي َح ِمي ٌم َو َما يُلَقَّاهَا ِإاَّل‬
َ ‫سيَِّئةُ ا ْدفَ ْع بِالَّتِي ِه َي َأ ْح‬
َّ ‫سنَةُ َواَل ال‬
َ ‫ستَ ِوي ا ْل َح‬
ْ َ‫َواَل ت‬
‫يم‬
ٍ ‫ظ َع ِظ‬ ٍّ ‫صبَ ُروا َو َما يُلَقَّاهَا ِإاَّل ُذو َح‬ َ َ‫الَّ ِذين‬

Artinya : "Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia
ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan
yang besar." (QSl Fushshilat: 34-35)

d. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "sesungguhnya aku diutus untuk


menyempurnakan akhlak mulia."
e. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perumpamaan orang-orang yang
beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara
mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit
maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun
‘Alaihi)

3. Memperbanyak dzikir dan merasa selalu disertai Allah.

Sesungguhnya keridlaan hamba tergantung pada dzat tempat bergantung.Dan


Allah Dzat yang paling membuat hati hamba tentram dan dada menjadi lapang
dengan mengingat-Nya.Karena kepadaNya seorang mukmin meminta bantuan untuk
mendapatkan kebutuhan dan menghindarkan dari mara bahaya.Karena itulah, syariat
mengajarkan beberapa dzikir yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah
Ta'ala sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau ada
sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang hamba dengan
penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua akibat kepada yang
mentakdirkannya.

Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan dzikir dengan


kebahagiaan seorang hamba.

a. Firman Allah Ta'ala:


ُ ُ‫الَّ ِذينَ َآ َمنُوا َوتَ ْط َمِئنُّ قُلُوبُ ُه ْم بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ َأاَل بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ تَ ْط َمِئنُّ ا ْلقُل‬
‫وب‬
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)

b. Perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika


menikah.
َ ْ‫سَألُكَ َخ ْي َرهَا َو َخ ْي َر َما َجبَ ْلتَ َها َعلَ ْي ِه َوَأعُو ُذ ِب َك ِمنْ ش َِّرهَا َو ِمن‬
‫ش ِّر َما َجبَ ْلتَ َها َعلَ ْي ِه‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ِإنِّي َأ‬

Artinya: "Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabi'at yang dia bawa,
dan aku berlindung dari keburukannya dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR.
Abu Daud no 2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).

c. Doa ketika terjadi angin ribut:

ِ ‫ش ِّرهَا َوش َِّر َما فِ ْي َها َوش َِّر َما ُأ ْر‬


َ‫س ْلت‬ ِ ‫سَألُ َك َخ ْي َرهَا َو َخ ْي َر َما فِ ْي َها َو َخ ْي َر َما ُأ ْر‬
َ ْ‫ َوَأع ُْو ُذ بِكَ ِمن‬،‫س ْلتَ بِ ِه‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم ِإنِّ ْي َأ‬
‫بِ ِه‬

Artinya: "Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini),
kebaikan apa yang di dalamnya dan kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku
berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan
kejahatan tujuan angin dihembuskan." (Muttafaq 'Alaih)

d. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan untuk melakukan sebab


(usaha), minta tolong kepada Allah, dan tidak sedih jika hasil yang diharapkan
tidak terwujud. "Bersemangatlah mencari yang bermanfaat bagimu, minta
pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah
janganlah berkata: ‘Seandainya saya berbuat begini maka tentu tidak terjadi
begitu.’ Namun katakanlah: ‘Allah telah menakdirkan musibah ini. Apa yang
Allah kehendaki pasti terjadi’.Karena perkataan ‘Seandainya’ dapat membuka
perbuatan syetan." (HR. Muslim)

"Bersemangatlah mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada


Allah, dan jangan lemah. . ." al hadits
HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA

A. Harkat dan Martabat Manusia

Dalam Islam manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan
dengan sebaik-baiknya penciptaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah
SWT:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya . (At-Tin ayat 4)

Hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia


berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut
hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab
teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi
pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini
membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan
sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia. yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan harkat dan martabat :

 Berusaha keras dalam mencapai suatu tujuan


 Terus berusaha belajar dan menggapai cita-cita
 Tidak merendahkan orang lain
 Penerapan sains yang benar dan tepat sasaran yang dilandasi oleh nilai Islam
sebagai agama “Rahmatan lil alamin” sudah pasti memberikan kemakmuran
dan kesejahteraan serta mengangkat harkat dan martabat manusia lebih baik
dan tinggi disisi Allah.
 Salat pula pula mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi terpuji dan
luhur, sehingga mampu mewujudkan kemaslahatan, keselamatan dan
kesejahteraan dalam kehidupan manusia, baik di bumi ini hingga memasuki
kehidupan di akhirat nanti
 Tidak merasa sebagai yang terbaik, terbagus ataupun pemenang
 Meningkatkan mutu atau tingkat pendidikan yang dimiliki
 Mengetahui dan memahami perkembangan IPTEK

Harkat dan Martabat Manuasia membedakan manusia dari makhluk-makhluk


lainnya di seluruh alam semesta, dimana Harkat dan Martabat Manusia (HMM) yang
mengandung butir-butir bahwa manusia adalah:

a) makhluk yang terindah dalam bentuk dan pencitraannya;

b) makhluk yang tertinggi derajatnya;

c) makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuahn Yang Maha Kuasa;

d) khalifah dimuka bumi; dan

e) pemilik Hak-hak Asasi Manusia (HAM). 

Pada diri maanusia dapat dilihat adanya lima dimensi kemanusiaan, yaitu :

1) Demensi kefitrahan;
2) Dimensi keindividualan;
3) Dimensi kesosialan;
4) Dimensi kesusilaan; dan
5) Dimensi keberagamaan.

Kata kunci untuk dimensi kefitrahan adalah kebenaaran dan keluhuran,

 dimensi keindividualan adalah potensi danperbedaan,


 dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan,
 dimensi kesusilaan adalahnilai dan moral, dan
 dimensi keberagamaan adalah iman dan taqwa. 
B. Konsep Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat

Keseimbangan dalam Islam disebut dengan istilah  wasathaniyyah  dantawazzun.


Secara harfiah wasathanniyah berarti moderat atau ditengah-tengah/pertengahan
dan tawazzun berarti seimbang.Menurut Yusuf Al-Qardhawi dalam
bukunya Karakteristik Dienul Islam; dua unsur ini adalah salah satu ciri utama dan
yang memungkinkan manusia dapat melaksanakan ajaran Islam dalam kondisi
bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun.

Prinsip keseimbangan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat


143, bahwa Allah telah menjadikan umat Islam adalah ummatan wasathan “umat
yang moderat, ditengah-tengah” dan agar bisa mengambil setiap ibrah dan hikmah
yang ada kapanpun dan dimanapun serta ummat yang bisa memadukan akal dan hati,
ilmu dan ‘amal serta kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat. Allah
berfirman :Wakadzalika ja’alnakum ummatan wasathan “Dan demikian pula Kami
telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” (Q.S.Al-Baqarah : 143).

Kata “ummatan wasathan”  dalam ayat di atas dipahami dalam arti pertengahan


dalam pandangan Islam tentang kehidupan. Pandangan Islam tentang hidup adalah  di
samping ada di dunia juga ada di akhirat. Keberhasilan di akhirat ditentukan oleh
iman dan amal shalih di dunia. Manusia tidak boleh tenggelam dalam materialisme,
tidak juga membumbung tinggi dalam spritualisme dengan mengenyampingkan
duniawi.

Umat Islam dituntut untuk mengimplementasikan prinsip keseimbangan antara


dunia dan akhirat. Sebab  jika hanya berorientasi untuk mengejar dunia, maka
manusia akan seperti mayat hidup dan terjebak dalam rutinitas hidup yang bisa
membuat seseorang mudah stress dan cahaya hatinya akan redup dan tidak mampu
mengemban amanah. Akan tetapi juga tidak dianjurkan jika berlebihan hanya
menyibukkan diri dengan urusan akhirat sehingga berpaling dari kehidupan dunia.
Karena itulah konsep prinsip tawazun sangat diperlukan.
Tiga orientasi hidup manusia :

Pertama, golongan yang secara khusus mengonsentrasikan dirinya untuk ukhrawi


sehingga ia tidak peduli dengan urusan-urusan duniawi. Kehidupan mereka hanya
digunakan untuk beribadah, berzikir, memohon ampun kepada Allah Swt. Tidak ada
urusan yang mereka lakukan kecuali yang berhubungan dengan ibadah mahdhah dan
kehidupan akhirat. Bahkan golongan ini cenderung memusuhi dunia. Harta benda
dipandang sebagai penghalang dan melalaikan ibadah. Karena kekhusyukannya
dalam beribadah, mereka tidak lagi sempat mencari nafkah hidup. Bukan hanya tidak
bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan cukup, untuk kebutuhan dirinya
pun seadanya.

Kedua, golongan yang terlalu disibukkan dengan urusan duniawi. Mereka lupa
ibadah kepada Allah. Urusan-urusan duniawi telah melalaikannya berzikir. Karena
orientasinya duniawi, maka tidak ada yang dipikirkan kecuali urusan untung rugi,
berapa income/pendapatan , dan lain sebagainya. Setiap peluang tak pernah disia-
siakan tanpa memperdulikan halal-haram. Tidak peduli hasil korupsi atau manipulasi.
Semua dijalani hanya untuk menumpuk-numpuk harta, demi kemegahan hidup dan
menggapai kekaguman orang lain terhadap dirinya.

Ketiga, golongan yang memilih keseimbangan “waktu” untuk urusan duniawi dan
ukhrawi. Mereka sadar bahwa hidup ini akan ada akhirnya, dan tidak ada yang bisa
dijadikan bekal hidup di alam yang kekal itu kecuali amal shaleh. Mereka juga sadar
apa yang mesti dijalani selama hidup di dunia ini. Mereka tahu bahwa Allah
memerintahkan agar mencari karunia dunia dan bekal akhirat sehingga ia bisa
merasakan bahagianya hidup di dunia dan kenikmatan di akhirat kelak. Hari-hari
mencari duniawi dijalani dengan penuh kesabaran dan ketawakkalan. Mereka sangat
hati-hati, sehingga bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram.
Kewajiban shalat lima waktu, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya, menjadi
bagian penting dalam aktivitas sehari-harinya. Dalam mengekspresikan
keberagamaan, Islam sangat menekankan kewajaran. Islam tidak menyukai hal-hal
yang berlebihan. Rasulullah sendiri sebagai panutan agung kaum Muslimin
memberikan contoh yang wajar dan sederhana dalam menjalani hidup. Sikap wajar
dan sederhana dicontohkan Rasulullah SAW itu sesuai dengan anjuran dan ajaran
Qur’ani.

Dalam Q.S. Al-Qashash ayat 77 ditegaskan dengan jelas mengenai prinsip


keseimbangan meraih kebahagian dunia dan akhirat : “Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah
kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi”. Prinsip keseimbangan
pada ayat ini senada dengan Q.S.Al-Baqarah ayat 201  berikut; “Dan di antara
mereka ada yang berdo’a, “Ya Tuhan kami, Anugerahkanlah kami
hasanah/kebaikan  di dunia dan kebaikan di akhirat, dan  lindungilah  kami dari
azab neraka.

C. Tujuan Akhir Manusia

Selama ini kita sering mendengar dari ulama-ulama yang menjelaskan bahwa
tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada ALLAH sebagaimana ayat
QS51:56 menjelaskan.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku” Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan
menjadikan kamu pemakmurnya. (QS.11:61).

(menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia, kalau
mengingkari perintah ALLAH ini, hidup manusia seperti manusia di hutan2 sama
dengan kehidupan bintang.).

Perintah bekerja untuk memakmurkan bumi, sudah diperintahkan sebelumnya


oleh ALLAH kepada Nabi Adam yang diberitahukan kepada Nabi Musa (Taurat)
seperti berikut ini;
God said to Adam.

•God said; “You will have to work hard and sweat to make the soil produce
anything, until you go back to the soil from which you were formed. You were
made from the soil, and you will become soil again” (Genesis 3.18-19.).

Perintah ALLAH kepada Nabi Adam, Nabi Musa, dan Muhammad saw adalah
sama yaitu manusia yang diciptakan oleh ALLAH ini harus bekerja keras,sungguh-
sungguh untuk memakmurkan bumi, artinya memakmurkan keluarga,masarakat dan
umat. Nanti setiap manusia akan diminta pertanggung jawaban. Siapa yang rajin
bekerja untuk ALLAH dan siapa-siapa yang malas malas bekerja untuk ALLAH.
Manusia-manusia yang tidak mempunyai ilmu, tidak mempunyai (Diin) buku
pedoman hidup dari ALLAH, seperti manusia-manusia yang tinggal di hutan-hutan.

Baju mereka masih terbuat dari daun-daun untuk menutupi auratnya, dan tempat
tinggal juga terbuat dari daun-daun untuk melindungi dari hujan dan panas.

Sampai hari ini kita masih dapat melihat manusia-manusia yang tidak mendapat
ilmu di hutan-hutan. Dari satu generasi ke negerasi berikutnya. Sudah ribuan tahun
mereka tetap tidak mempunayi ilmu untuk membangun pradapan yang islam yang
maju,modern.

Perintah-perintah ALLAH berikutnya kepada manusia adalah untuk mengolah


bahan-bahan baku yang ada dalam bumi yang telah ALLAH sediakan berlimpah
limpah agar bisa menjaga agama ALLAH.Perintah ini penting sekali,kalau tidak
dilakukan maka umat islam mudah dikalahkan atau ditunduki atau di jajah oleh
musuh-musuh islam.

”Dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, almunium tembaga, minyak, dll)
yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia (untuk di-olah), dan supaya ALLAH swt mengetahui siapa yang
menolong agama Nya (Islam) dan Rasul-Rasul padahal ALLAH swt. Tidak
dilihatnya.(QS..57:25).

Inilah perintah ALLAH berikutnya;

“ALLAH akan meninggikan orang orang yang beriman di antara mu dan


orang orang yang menuntut ilmu pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.58:11)

Artinya kalau ALLAH mewajibkan umat islam belajar atau menuntut ilmu

Kemudian perintah ALLAH berikutnya adalah menjadi seorang Khalifah.

Orang-orang yang beriman, berilmu dan sudah tahu cara bekerja untuk ALLAH
yaitu memakmurkan bumi ini,maka dia diminta untuk menjadi seorang khalifah
dalam masarakat.

Dia mengajak dan membimbing masarakat untuk bekerja rajin memakmurkan


bumi ALLAH artinya memakmurkan masarakat, memberikan lapangan kerja kepada
pemuda2 dan pemudi-pemudi, mendirikan sekolah-sekolah bermacam disiplin ilmu
agar setiap muslim bisa pula menjadi seorang khalifah atau pemimpin dalam
kelompok-kelompoknya.

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi”.


(QS.35:39.)

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi


ini”QS.2:30

Anda mungkin juga menyukai