Kita hanya akan menyinggung arti hidup bagi manusia sendiri, kita tidak akan
menyinggung arti hidup bagi benda atau wujud lain. Bahwa hidup pertama ialah di
dunia kini dan hidup kedua berlaku di alam Akhirat. Kedua macam hidup itu berlaku
dalam keadaan konkrit. Banyak Ayat Suci yang menyatakan hidup dua kali di
antaranya ayat 40/11.
Artinya : “Mereka berkata: wahai Tuhan kami, Engkau matikan kami dua kali dan
Engkau hidupkan kami dua kali, dan kenallah kami pada dosa-dosa kami, Maka
adakah garis hukum untuk keluar?”
Berbagai macam doktrin telah berkembang di muka Bumi, namun tidak satupun
yang memberikan alasan kenapa adanya hidup kini. Masing-masingnya berbeda
tentang pengertian dan tujuan hidup, hanya Alquranlah yang dapat menjelaskan
secukupnya hingga dapat dipahami oleh setiap diri yang memerlukan. Alquran
memberikan ajaran tentang arti hidup bahwa orang hendaklah menghubungkan
dirinya secara langsung kepada Allah dengan cara melakukan hukum-hukum tertulis
dalam Alquran, dan menghubungkan dirinya pada masyarakat sesamanya dalam
melaksanakan tugas amarmakrurnahimungkar. Hubungan vertikal dan horizontal
begitu akan menimbulkan daya juang untuk mencapai kemakmuran bersama serta
ketinggian martabat dalam saluran rasa cinta bagaikan api yang tak kunjung padam.
Artinya hidup seperti itulah satu-satunya yang mungkin dipakai untuk memperoleh
keamanan dunia hingga seseorang bebas dari rasa takut, korupsi dan perkosaan.
Kebahagiaan hidup dalam pandangan Islam tidak berkutat pada sisi materi.
Walaupun Islam mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan.
Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan. Oleh
karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi seperti
memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup.
ُ َولَ ُك ْم فِي َها َج َما ٌل ِحينَ تُ ِر ََواَأْل ْن َعا َم َخلَقَ َها لَ ُك ْم فِي َها ِدفْ ٌء َو َمنَافِ ُع َو ِم ْن َها تَْأ ُكلُون
ْ َيحونَ َو ِحينَ ت
َس َر ُحون
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.Dan
kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya
kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan."
(QS. An-Nakhl: 5-6)
Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan.
Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi
seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan
hidup.
a. Kebahagiaan dunia
Islam telah menetapkan beberapa hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia.Hanya saja Islam
menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju
akhirat.Sedangkan kehidupan yang sebenarnya yang harus dia upayakan adalah
kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman,
ًصالِ ًحا ِمنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْنثَى َو ُه َو ُمْؤ ِمنٌ فَلَنُ ْحيِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَة
َ َمنْ َع ِم َل
"Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl: 97)
صيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َ َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا َك هَّللا ُ الدَّا َر اآْل ِخ َرةَ َواَل تَ ْن
ِ َس ن
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77)
فَ َما َمتَا ُع ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا فِي اآْل ِخ َر ِة ِإاَّل قَلِي ٌل
"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat
dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam
surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)
"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik.Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi
orang yang bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)
Ujian-ujian ini akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya untuk
bersabar, berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan
berakhlak mulia serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan,
kebahagiaan, dan ridla.
ََوُأولَِئكَ ُه ُم ا ْل ُم ْهتَدُون
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada
lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja
pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja,
tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.” (QS Adz Dzaariyaat:56)
Artinya: “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga
hal : Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih
yang mendo’akannya”.
“(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujikamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.”
Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al
Baqarah [2]:155-156 sebagai berikut:
Artinya: “dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahiwainnaailaihiraaji’uun”.”
Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah
‘Azzawajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barang siapa
bersabar maka bagi nyamanfaat kesabarannya dan barang siapa murka maka baginya
murka Allah. (HR. Tirmidzi)
QS AdhDhuha [93]:4,
“dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang
sekarang (permulaan).”
Itulah keempat inti pemahaman tentang Makna Hidup yang dipaparkan oleh Al-
Qur’an. Mudah-mudahan usaha kita memahami makna hidup menjadikan hidup kita
lebih berharga dan berguna. Kebenaran Mutlak Dari dan Milik Allah AzzaWaJalla,
jika ada kekurangan itu dari kesalahan saya pribadi.
a. Orang yang beriman kepada Allah Yang Mahatinggi dan Yang Esa, tiada sekutu
bagi-Nya, dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa, maka dia akan
merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan bosan
dengan kehidupannya, bahkan akan ridla terhadap takdir Allah pada dirinya,
pastinya dia akan bersyukur terhadap kebaikan dan bersabar atas bala'.
Ketundukan seorang mukmin kepada Allah membimbing ruhaninya yang menjadi
pondasi awal untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya memiliki makna
dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman :
Artinya : "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
َِإنْ تَ ُكونُوا تَْألَ ُمونَ فَِإنَّ ُه ْم يَْألَ ُمونَ َك َما تَْألَ ُمونَ َوت َْر ُجونَ ِمنَ هَّللا ِ َما اَل يَ ْر ُجون
Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai
sarana untuk menghilangkan kesengsaraan.
2. Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama.
Manusia adalah makhluk sosial yang harus melakukan interaksi dengan makhluk
sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam
memenuhi seluruh kebutuhannya. Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu
keharusan, sedangkan manusia memiliki tabiat dan pemikiran yang bermacam-
macam, maka pasti akan terjadi kesalahpahaman dan kesalahan yang membuatnya
sedih. Jika tidak disikapi dengan sikap bijak maka interaksinya dengan manusia akan
menjadi sebab kesengsaraan dan membawa kesedihan dan kesusahan. Karena itulah,
Islam memberikan perhatian besar terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat
kita saksikan dalam beberapa ayat dan hadits berikut ini:
Artinya : "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS.
Al Qalam: 4)
b. Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,
ِ َوتَ َعا َونُوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َوا ْل ُع ْد َو
ان
سنُ فَِإ َذا الَّ ِذي َب ْينَ َك َوبَ ْينَهُ َعدَا َوةٌ َكَأنَّهُ َولِ ٌّي َح ِمي ٌم َو َما يُلَقَّاهَا ِإاَّل
َ سيَِّئةُ ا ْدفَ ْع بِالَّتِي ِه َي َأ ْح
َّ سنَةُ َواَل ال
َ ستَ ِوي ا ْل َح
ْ ََواَل ت
يم
ٍ ظ َع ِظ ٍّ صبَ ُروا َو َما يُلَقَّاهَا ِإاَّل ُذو َح َ َالَّ ِذين
Artinya : "Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia
ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan
yang besar." (QSl Fushshilat: 34-35)
Artinya: "Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabi'at yang dia bawa,
dan aku berlindung dari keburukannya dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR.
Abu Daud no 2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).
Artinya: "Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini),
kebaikan apa yang di dalamnya dan kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku
berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan
kejahatan tujuan angin dihembuskan." (Muttafaq 'Alaih)
Dalam Islam manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan
dengan sebaik-baiknya penciptaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah
SWT:
c) makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuahn Yang Maha Kuasa;
Pada diri maanusia dapat dilihat adanya lima dimensi kemanusiaan, yaitu :
1) Demensi kefitrahan;
2) Dimensi keindividualan;
3) Dimensi kesosialan;
4) Dimensi kesusilaan; dan
5) Dimensi keberagamaan.
Kedua, golongan yang terlalu disibukkan dengan urusan duniawi. Mereka lupa
ibadah kepada Allah. Urusan-urusan duniawi telah melalaikannya berzikir. Karena
orientasinya duniawi, maka tidak ada yang dipikirkan kecuali urusan untung rugi,
berapa income/pendapatan , dan lain sebagainya. Setiap peluang tak pernah disia-
siakan tanpa memperdulikan halal-haram. Tidak peduli hasil korupsi atau manipulasi.
Semua dijalani hanya untuk menumpuk-numpuk harta, demi kemegahan hidup dan
menggapai kekaguman orang lain terhadap dirinya.
Ketiga, golongan yang memilih keseimbangan “waktu” untuk urusan duniawi dan
ukhrawi. Mereka sadar bahwa hidup ini akan ada akhirnya, dan tidak ada yang bisa
dijadikan bekal hidup di alam yang kekal itu kecuali amal shaleh. Mereka juga sadar
apa yang mesti dijalani selama hidup di dunia ini. Mereka tahu bahwa Allah
memerintahkan agar mencari karunia dunia dan bekal akhirat sehingga ia bisa
merasakan bahagianya hidup di dunia dan kenikmatan di akhirat kelak. Hari-hari
mencari duniawi dijalani dengan penuh kesabaran dan ketawakkalan. Mereka sangat
hati-hati, sehingga bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram.
Kewajiban shalat lima waktu, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya, menjadi
bagian penting dalam aktivitas sehari-harinya. Dalam mengekspresikan
keberagamaan, Islam sangat menekankan kewajaran. Islam tidak menyukai hal-hal
yang berlebihan. Rasulullah sendiri sebagai panutan agung kaum Muslimin
memberikan contoh yang wajar dan sederhana dalam menjalani hidup. Sikap wajar
dan sederhana dicontohkan Rasulullah SAW itu sesuai dengan anjuran dan ajaran
Qur’ani.
Selama ini kita sering mendengar dari ulama-ulama yang menjelaskan bahwa
tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada ALLAH sebagaimana ayat
QS51:56 menjelaskan.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku” Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan
menjadikan kamu pemakmurnya. (QS.11:61).
(menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia, kalau
mengingkari perintah ALLAH ini, hidup manusia seperti manusia di hutan2 sama
dengan kehidupan bintang.).
•God said; “You will have to work hard and sweat to make the soil produce
anything, until you go back to the soil from which you were formed. You were
made from the soil, and you will become soil again” (Genesis 3.18-19.).
Perintah ALLAH kepada Nabi Adam, Nabi Musa, dan Muhammad saw adalah
sama yaitu manusia yang diciptakan oleh ALLAH ini harus bekerja keras,sungguh-
sungguh untuk memakmurkan bumi, artinya memakmurkan keluarga,masarakat dan
umat. Nanti setiap manusia akan diminta pertanggung jawaban. Siapa yang rajin
bekerja untuk ALLAH dan siapa-siapa yang malas malas bekerja untuk ALLAH.
Manusia-manusia yang tidak mempunyai ilmu, tidak mempunyai (Diin) buku
pedoman hidup dari ALLAH, seperti manusia-manusia yang tinggal di hutan-hutan.
Baju mereka masih terbuat dari daun-daun untuk menutupi auratnya, dan tempat
tinggal juga terbuat dari daun-daun untuk melindungi dari hujan dan panas.
Sampai hari ini kita masih dapat melihat manusia-manusia yang tidak mendapat
ilmu di hutan-hutan. Dari satu generasi ke negerasi berikutnya. Sudah ribuan tahun
mereka tetap tidak mempunayi ilmu untuk membangun pradapan yang islam yang
maju,modern.
”Dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, almunium tembaga, minyak, dll)
yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia (untuk di-olah), dan supaya ALLAH swt mengetahui siapa yang
menolong agama Nya (Islam) dan Rasul-Rasul padahal ALLAH swt. Tidak
dilihatnya.(QS..57:25).
Artinya kalau ALLAH mewajibkan umat islam belajar atau menuntut ilmu
Orang-orang yang beriman, berilmu dan sudah tahu cara bekerja untuk ALLAH
yaitu memakmurkan bumi ini,maka dia diminta untuk menjadi seorang khalifah
dalam masarakat.