Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN


KEMAMPUAN UTUH SARJANA ATAU PROFESIONAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

1. NAIMA RENWARIN
2. ELSA ELVIRA KOLATLENA
3. SUNDUSIA RENWARIN
4. ORSILA ELISABET HIWY

TINGKAT : II B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa yang telah

melimpahkan kasih dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ilmiah tentang Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk

Masa Depan. Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan kewarganegaraan Untuk Masa

Depan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi

dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya

bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari

pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap

semoga Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan kewarganegaraan Untuk Masa

Depan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

12 September 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..

1.1.Latar Belakang ..................................................................................................

1.2.Rumusan Masalah .............................................................................................

1.3.Tujuan ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….

2.1. Konsep dan urgensi pendidikan kewarganegaraan ………………

2.2. Alasan mengapa diperlukan pendidikan kewarganegaraan……………

2.3. Menggali sumber historis, sosiologias, politik kewarganegaraan di indonesia……

2.4. Argumen tentang dinamika dan tantangan kewarganegaraan……………………..

2.5. Essensi dan urgensi pendidikan kewarganegaraan untuk masa depan..................

2.6 Konsep warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa…………………………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..…..

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………..

3.2. Saran……………………………………………………………………………….…….

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam mencerdaskan


Kehidupan Bangsa.
2.2 Alasan mengapa diperlukan pendidikan kewarganegaraan
Sesungguhnya mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi
halyang lebih utama di banding dengan pendidikan yang lainnya. Pendidikan
Kewarganegaraanlah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi warga negara
yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan
begitu saja melainkan harusdipelajari dan di alami oleh masing-masing orang. Apalagi
negara kita sedang menujumenjadi negara yang demokratis, maka secara tidak
langsung warga negaranya harus lebihaktif dan partisipatif. Oleh karena itu kita sebagai
mahasiswa harus memepelajarinya, agarkita bisa menjadi garda terdepan dalam
melindungi negara.Pendidikan Kewarganegaraan juga mengajarkan bagaimana warga
negara itu tidakhanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan
bagaimana sesungguhnyawarga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini
membuat setiap generasi barumemiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian,
dan juga pengembangan karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan
lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalamPendidikan Kewarganegaraan. meskipun
pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpamenempuh Pendidikan Kewarganegaran,
akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini dimanfaatkan untuk pengambangan diri seluas-
luasnya.melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara !epublik "ndonesia
diharapkan mamputi memahami, menganalisa, dan menjawab masalah$masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan
berkesinambungan dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam
Pembukaan dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai$nilai ini
disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan,
kesenjangan sosial,korupsi, kolusi, dan nepotisme+ menguasai "IPTEK, meningkatkan
kualitas sumber dayamanusia agar memiliki daya saing+ memelihara serta menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa+dan berpikir obyektif rasional serta mandiri

Pendidikan kewarganegaraan sangat penting karena mempunyai tujuan untuk


mewujudkanwarga negara akan sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik
kebangsaan dankepekaan, mengembangkan jati diri dan moral bangsa.

 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar


bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri danmoral bangsa dalam perikehidupan
bangsa.Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya
nanti bibit ini akanmelahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan
pendidikan moral dan akademis yangakan menunjang sosok pribadi mahasiswa.
Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiringdengan waktu dan mengalami
proses pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip
diri. Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untukdapat
mendukung kokohnya pendirian suatu Segara. Segara yang akan melangkah
maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat,membutuhkan tenaga
kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi. Segara
didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan
dankesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk
segera mengabdikandirinya pada negaranya, bersatu padu dalam rasa yang
sama untuk menghadapi krisis budaya,kepercayaaan, moral dan lain-lain.
Segara harus menggambarkan image pada masyarakatagar timbul rasa bangga
dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Segara kita.Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran
secaralangsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan
pada mahasiswa.Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. & alam konteks
"ndonesia, pendidikankewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai
pruralisme yakni sikap menghargaikeragaman, pembelajaran kolaboratif, dan
kreatifitas. Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilaikewarganegaraan dalam
kerangka identitas nasional.Seperti yang pernah diungkapkan salah satu rektor
sebuah uni9ersitas, tanpa pendidikankewarganegaraan yang tepat akan lahir
masyarakat egois. Tanpa penanaman nilai-nilaikewarganegaraan, keragaman
yang ada akan menjadi penjara dan neraka dalam artian menjadi sumber konflik.
Pendidikan, lewat kurikulumnya, berperan penting dan itu terkaitdengan strategi
kebudayaan. Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang
dunia ,yaitu :

 Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau


pembangunan institusi negara secara politik. & indonesia, itu diprakarsai
mantanPresiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.

 Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yang


kemudianmendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau
penguatan pasar danini diprakarsai mantan Presiden Soeharto.

 Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan


kebudayaan.Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan
fenomena tersebutdengan menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset,
kajian-kajian dan pengembangan budaya
2.3 Menggali sumber histroris, sosiologi dan politik tentang pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia.
Untuk memahami pendidikan kewarganegaraan di Indonesia, pengkajian
dapatdilakukan secara historis, sosiologis, dan politis.

1.Secara Historis

Pendidikan kewarganegaraan dalam arti substansi telah dimulai jauh sebelumIndonesia


diproklamasikan sebagai negara merdeka. PKn pada saat permulaan atau
awalkemerdekaan lebih banyak dilakukan pada tataran sosial kultural dan dilakukan
oleh para pemimpin negarabangsa. Dalam pidato-pidatonya, para pemimpin mengajak
seluruh rakyatuntuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Seluruh pemimpin
bangsa membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang hendak kembali
menguasai dan mendudukiIndonesia yang telah dinyatakan merdeka.Atau dengan kata
lain,bahwaPresiden Soekarno dahulu kala pernah berkata bahwa"Jangan sekali-sekali
meninggalkan sejarah." Hal tersebut kemudian memiliki sebuah maknadimana dalam
setiap sejarah terdapat berbagai macam fungsi yang dimana penting dan
akansangatlah berguna dalam rangka untuk membangun sebuah kehidupan karena
dengansejarah maka kita akan belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama
dikemudian hari.Dalam konteks tersebut maka sebuah sejarah akan berguna untuk
membangun kehidupan pada sebuah bangsa untuk dapat melihat jalan yang dimana
lebih bijaksana di masa depan.Kemudian, sebuah sejarah juga menjadi sebuah guru
pada kehidupan. Dalam pendidikankewarganegaraan kemudian diharapkan mahasiswa
akan mendapatkan berbagai macaminspirasi yang dimana dapat digunakan untuk
berpartisipas dalam sebuah kegiatan untuk melakukan pembangunan bangsa yang
dimana sesuai dengan apa yang mereka sukai denganmenghindari berbagai macam
perilaku yang bernuansa untuk tidak mengulangi kembalikesalahan sejarah.

2.Secara Sosiologis

Pidato-pidato dan ceramah-ceramah yang dilakukan oleh para pejuang, serta kyai-
kyaidi pondok pesantren yang mengajak umat berjuang mempertahankan tanah air
merupakanPKn dalam dimensi sosial kultural. Inilah sumber PKn dari aspek sosiologis.
PKn dalamdimensi sosiologis sangat diperlukan oleh masyarakat dan akhirnya negara-
bangsa untuk menjaga, memelihara, dan mempertahankan eksistensi negara-bangsa.
Upaya pendidikankewarganegaraan pasca kemerdekaan tahun 1945 belum
dilaksanakan di sekolah-sekolahhingga terbitnya buku Civics pertama di Indonesia yang
berjudul Manusia dan MasjarakatBaru Indonesia (Civics) yang disusun bersama oleh
Mr. Soepardo, Mr. M. Hoetaoeroek,Soeroyo Warsid, Soemardjo, Chalid Rasjidi,
Soekarno, dan Mr. J.C.T. Simorangkir. Padacetakan kedua, Menteri Pendidikan,
Pengadjaran dan Kebudajaan, Prijono (1960), dalamsambutannya menyatakan bahwa
setelah keluarnya dekrit Presiden kembali kepada UUD1945 sudah sewajarnya
dilakukan pembaharuan pendidikan nasional. Tim Penulis diberitugas membuat buku
pedoman mengenai kewajiban-kewajiban dan hakhak warga negaraIndonesia dan
sebab-sebab sejarah serta tujuan Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut
Prijono, buku Manusia dan Masjarakat Baru Indonesia identik dengan
istilah“Staatsburgerkunde” (Jerman), “Civics” (Inggris), atau “Kewarganegaraan”
(Indonesia).Oleh karena itu,Sosiologi kemudian adalah sebuah ilmu yang dimana
mempelajarikehidupan antar manusia. Dalam sebuah ilmu sosisologis maka kemudian
didalamnya sendiriterdapat kajian yang dimana tedapat latar belakang, susunan, dan
berbagi pola dari sebuahkehidupan sosial yang dimana terdapat dari berbagai macam
golongan dan juga kelompok yang dimana ada pada masyarakat, kemudian disamping
itu pula terdapat berbagai macammasalah sosial, perubahan, dan juga berbagai
pembaharuan yang dimana terdapat di dalammasayrakat. Dari pendekatan sosiologis
ini kemudian diharapkan untuk dapt melakukansebuah kajian terhadap struktur sosial,
proses sosial, dan berbagai macam perubahan sosialdan berbagai masalah sosial
untuk dapat diselesaikan secara bijaksana dengan menggunakannilai-nilai Pancasila.

3.Secara Politis

Pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam pendidikan sekolah dapat digalidari


dokumen kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana dapat diidentifikasi dari
pernyataanSomantri (1972) bahwa pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah: (1)
Kewarganegaraan(1957); (2) Civics (1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara
(1968). Pada masa awalOrde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn
membahas cara pemerolehan dankehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam
Civics (1961) lebih banyak membahastentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD,
pidato-pidato politik kenegaraan yang terutamadiarahkan untuk "nation and character
building” bangsa Indonesia. Bagaimana sumber politis PKn pada saat Indonesia
memasuki era baru, yang disebut Orde Baru? Pada awal pemerintahan Orde Baru,
Kurikulum sekolah yang berlaku dinamakanKurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut
di dalamnya tercantum mata pelajaranPendidikan Kewargaan Negara. Dalam mata
pelajaran tersebut materi maupun metode yang bersifat indoktrinatif dihilangkan dan
diubah dengan materi dan metode pembelajaran baruyang dikelompokkan menjadi
Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila. Dalam Kurikulum 1968untuk jenjang SMA, mata
pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara termasuk dalamkelompok pembina Jiwa
Pancasila bersama Pendidikan Agama, bahasa Indonesia dan Pendidikan Olah Raga.
Mata pelajaran Kewargaan Negara di SMA berintikan: (1) Pancasiladan UUD 1945; (2)
Ketetapan-ketetapan MPRS 1966 dan selanjutnya; dan (3) Pengetahuanumum tentang
PBB.Dalam Kurikulum 1968, mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran wajib
untuk SMA. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan korelasi,
artinya mata pelajaran PKn dikorelasikan dengan mata pelajaran lain, seperti Sejarah
Indonesia, IlmuBumi Indonesia, Hak Asasi Manusia, dan Ekonomi, sehingga mata
pelajaran PendidikanKewargaan Negara menjadi lebih hidup, menantang, dan
bermakna. SehinggaSumber politiskemudian berasal dari fenomena yang dimana
terjadi pada kehidupan berbangsa di Indonesiaitu sendiri yang dimana tujuannya adalah
agar kita mampu unutk melakukan formulasiterhadap berbagai macam saran tentang
upaya dan juga sebuah usaha yang dimana kemudianakan berguna untuk melakukan
perwujudan dari kehidupan politik yang dimana ideal dan juga sesuai dengan nilai
PancasilaKurikulum Sekolah tahun l968 akhirnya mengalami perubahan menjadi
KurikulumSekolah Tahun 1975. Nama mata pelajaran pun berubah menjadi Pendidikan
Moral Pancasiladengan kajian materi secara khusus yakni menyangkut Pancasila dan
UUD 1945 yangdipisahkan dari mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, dan ekonomi. Hal-
hal yang menyangkutPancasila dan UUD 1945 berdiri sendiri dengan nama Pendidikan
Moral Pancasila (PMP),sedangkan gabungan mata pelajaran Sejarah, Ilmu Bumi dan
Ekonomi menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (lPS).Pada masa
pemerintahan Orde Baru, mata pelajaranPMP ditujukan untuk membentuk manusia
Pancasilais. Tujuan ini bukan hanya tanggung jawab mata pelajaran PMP semata.
Sesuai dengan Ketetapan MPR, Pemerintah telahmenyatakan bahwa P4 bertujuan
membentuk Manusia Indonesia Pancasilais.Pada saat itu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Depdikbud) telahmengeluarkan Penjelasan Ringkas tentang Pendidikan
Moral Pancasila (Depdikbud, 1982)yang dapat disimpulkan bahwa: (l) P4 merupakan
sumber dan tempat berpijak, baik isimaupun cara evaluasi mata pelajaran PMP melalui
pembakuan kurikulum 1975; (2) melaluiBuku Paket PMP untuk semua jenjang
pendidikan di sekolah maka Buku PedomanPendidikan Kewargaan Negara yang
berjudul Manusia dan Masyarakat Baru lndonesia(Civics) dinyatakan tidak berlaku lagi;
dan (3) bahwa P4 tidak hanya diberlakukan untuk sekolah-sekolah tetapi juga untuk
masyarakat pada umumnya melalui berbagai penataran P4.Sesuai dengan
perkembangan iptek dan tuntutan serta kebutuhan masyarakat, kurikulumsekolah
mengalami perubahan menjadi Kurikulum 1994. Selanjutnya nama mata pelajaran.PMP
pun mengalami perubahan menjadi Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan
(PPKn) yang terutama didasarkan pada ketentuan dalam Undang-UndangRepublik
Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat
2undangundang tersebut dikemukakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan
jenjang pendidikan wajib memuat: (1) Pendidikan Pancasila; (2) Pendidikan Agama;
dan (3)Pendidikan Kewarganegaraan. Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan kembali mengalami perubahan. Perubahan
tersebut dapatdiidentifikasi dari dokumen mata pelajaran PKn (2006) menjadi mata
pelajaran PPKn (2013).Sumber politis kemudian berasal dari fenomena yang dimana
terjadi pada kehidupan berbangsa di Indonesia itu sendiri yang dimana tujuannya
adalah agar kita mampu unutk melkaukan formulasi terhadap berbagai macam saran
tentang upaya dan juga sebuah usahayang dimana kemudian akan berguna untuk
melakukan perwujudan dari kehidupan politik yang dimana ideal dan juga sesuai
dengan nilai Pancasila.

2.4 Argumen tentang dinamika dan tantangaan pendidikan kewarganegaraan


Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan yang begitu cepat dalam bidang
teknologi informasi mengakibatkan perubahan dalam semua tatanan kehidupan
termasuk perilaku warga negara, utamanya peserta didik. Kecenderungan perilaku
warga negara ada dua, yakni perilaku positif dan negatif. PKn perlu mendorong
warga negara agar mampu memanfaatkan pengaruh positif perkembangan iptek
untuk membangun negara-bangsa. Sebaliknya PKn perlu melakukan intervensi
terhadap perilaku negatif warga negara yang cenderung negatif. Oleh karena itu,
kurikulum PKn termasuk materi, metode, dan sistem evaluasinya harus selalu
disesuaikan dengan perkembangan IPTEK.

2.5 Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk Masa Depan


Berdasarkan hasil analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013)
bangsa Indonesia akan mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai
modal Indonesia pada tahun 2045 Dan pada tahun 2030- 2045, indonesia akan
mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah. Inilah yang dimaksud
bonus demografi. Bonus demografi ini adalah peluang yang harus ditangkap dan
bangsa Indonesia perlu mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif
akan mampu berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan
benar, tentunya cara yang paling strategis adalah melalui pendidikan, termasuk
pendidikan kewarganegaraan.

2.6 Konsep warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa
 Cinta Tanah Air

Rasa cinta tanah air adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa
menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat
dimana ia tinggal. Yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan
melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya,
mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan
melestarikan alam dan lingkungan.Cinta Tanah Air merupakan pengalaman dan
wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari di keluarga, sekolah dan masyarakat. Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara, syarat-syarat pembelaan negara
diatur dalam Undang - Undang. Kesadaran cinta tanah air itu pada hakikatnya
berbakti kepada negara dan kesediaan berkorban membela negara.Salah satu cara
untuk menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air adalah dengan menumbuhkan
rasa bangga terhadap tanah airnya melalui proses pendidikan. Rasa bangga
terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan dan
dengan membagi dan berbagi nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh
karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya dapat dijadikan sebagai sebuah
alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi
munculnya rasa cinta tanah air.

 Wujud cinta tanah air

Rasa cinta tanah air bisa diwujudkan dengan berbagai macam cara. antara lain
adalah:

a. Sebagai pelajar kita harus bertanggung jawab. Dengan belajar sungguh –


sungguh dan tekun.

b. Mencintai produk-produk dalam negeri. Karena sekarang ini banyak sekali


produk asing. Untuk itu sebagai warga negara yang cinta tanah air tetap
mencintai produk dalam negeri.

c. Bangga sebagai bangsa Indonesia. Kebanggaan itu antara lain


diwujudkan dengan menggunakan bahasa Indonesia, mencintai dan
mempertahankan budaya Indonesia.

d. Upacara setiap hari senin dan hari – hari besar Negara.


Mengenang kembali jasa pahlawan kemerdekaan dan melakukan
intropeksi pada diri kita mengenai kontribusi yang diberikan untuk mengisi
kemerdekaan, merupakan cara yang dapat kita lakukan sebagai bangsa
Indonesia yang mempunyai rasa cinta Tanah Air dalam memaknai
kemerdekaan. Mengenang jasa pejuang kemerdekaan bukan hanya
mengetahui sejarah perjuangan mereka. Kita harus bisa menjadikan
perjuangan mereka sebagai motivasi untuk berjuang memberikan sesuatu
yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Cara memaknai kemerdekaan
Indonesia yang diraih dengan susah payah oleh pahlawan kemerdekaan
dengan membuktikan rasa cinta Tanah Air kita, yaitu dengan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan negara, mencintai produk dalam negeri, dan
belajar dengan tekun.

 Nasionalisme

Kata nasional tidak terlepas dari kata nasionalisme yang berhubungan dengan jati
diri bangsa. Nasionalisme adalah sebuah situasi kejiwaan, yaitu kesetiaan secara
total diabdikan langsung kepada negara. Semangat nasionalisme sering
dihadapkan secara efektif oleh para tokohnya sebagai sarana untuk melakukan
perlawanan terhadap bentuk tekanan atau penindasan dan alat identifikasi untuk
mengetahui siapa kawan siapa lawan.Arti lain dari Nasionalisme adalah satu
paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara
(dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia. Menurut Ernest Gellner (1983)
nasionalisme adalah prinsip politik, yang berarti bahwa satuan nation harus
sejalan dengan satuan politik. Dan selama ini menunjukkan identitasnya pada
derajat integrasi tertentu.Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk
kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasonalisme menentang segala
bentuk penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-
kelompok dalam masyarakat, maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak
membeda-bedakan baik suku, agama, maupun ras. Hal-hal yang mendorong
munculnya faham nasionalisme , antara lain:
1. Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam
wilayahnya.

2. Adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari


belenggu kekuasaan absolut, agar manusia mendapatkan hak – haknya
secara wajar sebagai warga negara.

3. Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan.

4. Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.

 Elemen-elemen nasionalisme yang paling penting adalah:

1. Suatu proses pembentukan, atau pertumbuhan bangsa-bangsa.

2. Suatu sentimen atau kesadaran memiliki bangsa bersangkutan.

3. Suatu bahasa dan simbolisme bangsa.

4. Suatu gerakan sosial dan politik demi bangsa bersangkutan.

5. Suatu doktrin dan/atau ideologi bangsa, baik yang umum maupun yang
khusus.

 Nasionalisme Indonesia

Menurut Saidus Syahar (1977) Nasionalisme Indonesia adalah kesadaran dari


orang-orang dan golongan-golongan manusia Indonesia bahwa mereka adalah
satu kesatuan bangsa (nations), baik karena persan senasib, sejarah, watak,
tujuan, wilayah, dan berkehendak hidup bersama dalam atu negara Republik
Indonesia sebagai wadah untuk mewujudkan keadilan, kemakmuran dan
kesejahteraan bersama, berdasarkan kesatuan paham kemasyarakatan,
kebangsaan dan keanekaragaman Pancasila. Proses tumbuhnya rasa
kebangsaan diawali dengan pergerakan Budi Utomo, walaupun sebenarnya
secara tidak langsung diperankan oleh Syarikat Dagang Islam. Dengan
berdirinya Budi Utomo dan Syarikat Dagang Islam (Kemudian menjadi Syarikat
Islam, kesadaran nasional dengan semangat menentang kolonialisme Belanda
mulai bermunculan dikalangan pribumi. Banyak proses yang terjadi sampai
Indonesia Merdeka merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan
ekstitensi jati diri bangsa atau identitas nasional bangsa Indonesia, yang
menurut Ngadilah dkk (2003) merupakan nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-
simbol ekspresif yang diakui dan dianut bersama.

 Identitas Nasional Indonesia

Kata identitas berasal dari bahasa inggris Identity yang berarti ciri-ciri, tanda-
tanda, atau jati diri yang melekat pada diri seseorang atau sesuatu yang
membedakan dengan yang lain. Dalam trimonologi antropologi, identitas adalah
sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi,
golongan sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Sedangkan nasional
meupakan bangsa yang adalah identitas dari suatu bangsa.Bagi bangsa
Indonesia, identitas nasional adalah jati diri yang membentuk bangsa Indonesia,
seperti suku bangsa, budaya,eilayah, persamaan nasib, ataupun persamaan
cara pandang ke depan kehidupan suatu bangsa.

 Rasa tanggung jawab

Adapun pengertian bertanggung jawab yang dikemukakan oleh beberapa ahli


yaitu sebagai berikut.

1. Menurut Abdullah (2010) rasa bertanggung jawab adalah kemampuan


seseorang untuk menjalankan suatu kewajiban karena adanya dorongan didalam
dirinya, biasanya disebut juga dengan panggilan jiwa.

2. Menurut Agus (2012) rasa tanggung jawab adalah suatu bentuk sikap dan
perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, negara, dan
tuhan.

3. Menurut Magdalena (2011) rasa tanggung jawab adalah suatu perbuatan untuk
siap menanggung segala sesuatu hal yang muncul sebagai akibat dari
dilakukannya suatu aktivitas tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rasa
tanggung jawab adalah sikap menyeleaikan tugas yang dipenuhi rasa sadar.
Berbicara tentang tanggung jawab maka, tidak akan lepas dari kewajiban.
Kewajiban merupakan bandingan kepada hak maupun mengacu pada hak.

 Jenis-jenis kewajiban

Kewajiban terbagi menjadi dua yaitu :

1. Kewajiban terbatas adalah kewajiban yang dibatasi oleh hukum, aturan, adat,
maupun norma yang berlaku di lingkungan sekitarmu.

2. Kewajiban yang tidak terbatas yaitu kewajiban yang didasari oleh nurani seperti,
keadilan dan kebijakan.

Sedangkan kewajiban atau tanggung jawab kita sebagai warga negara tergolong
dalam kewajiban yang tidak terbatas karena itu adalah sesuatu yang harus
didasari oleh hati nurani sendiri. Dimana kita sebagai warga negara yang baik
harus lebih menyadari bagai mana sebenarnya tanggung jawab kita yang benar
terhadap negara dana bangsa.
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian disusun dalam makalah ini maka penulis menyampaikan bahwa
pendidikan pancasila sangat dibutuhkan dalam berbagai kalangan untuk mewujudkan
suatu bangsa dan Negara yang mampu membanggakan pancasila sebagai landasan
utama dalam kehidupan berbangsaan bernegara pada khususnya. Oleh karena itu
dengan penyusunan makalah ini semoga dapat berguna bagi para pembaca sebagai
acuan proses pembelajaran dalam menjawab segala tantangan yang ada.

3.2. Saran

Dalam membuat Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan kewarganegaraan Untuk


Masa Depan ini mungkin masih terdapat kesalahan – kesalahan, sehingga kami
mengaharapkan kritik dari pembaca agar makalah yang kami buat ini menjadi lebih baik
dan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Warga

Negara yang Demokratis. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Hisyam Zaini dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.

Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitif Edisi Revisi. Jakarta: PT.

Remaja Rosdakarya.

Pratama, Felix J; SJ, Subagyo; Priyanahadi; Susanto; Hardjana; Harsanto, Radno;

Purwono; & Koratno, Dwi. Silabus Pendidikan Religiositas. Yogyakarta:Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai