Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berdasarkan definisi secara umum seseorang dikatakan lansia apabila usianya 60

tahun keatas baik pria maupun wanita. Sedangkan departemen kesehatan RI menyebutkan

sesorang dikatan berusi lanjut usia mulai dari 55 tahun. Menurut badan kesehatan dunia

atau (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun (Sustrani.2016).

Proses penuaan berdampak pada aspek kehidupan, baik secara sosial, ekonomi dan

terutama kesehatan. Hal ini disebabkan karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi

organ tubuh akan semakin menurun baik karena factor proses alami yang menyebabkan

perubahan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan tubuh. Salah satu perubahan

yang terjadi pada lansia yakni perubahan pada sistem pencernaan yang merupakan

penyakit utama yang memakan korban karena akan berdampak pada penyakit sepeti

Gastritis. (Indriana, 2012).

Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat

bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah

gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi & Huda Amin, 2015). Gastritis

merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat

menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa suferpisial yang

menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat

merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO), insiden gastritis di dunia sekitar 1.8-2.1

juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%), China (31%), Jepang

(14.5%), Kanada (35%), dan Perancis (29.5%). Di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari

jumlah penduduk setiap tahunnya. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang

1
remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan

seseorang.

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40.8%,

dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan

prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk dalam penelitian.2

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu

penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien inap di rumah sakit di Indonesia dengan

jumlah 30.154 kasus (4.9%)..Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia

cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, insiden gastritis di

dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Persentase dari angka

kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris (22%), China (31%), Jepang (14,5%),

Kanada (35%), Perancis (29,5%), dan 40,8% di Indonesia (Kurnia, 2011). Berdasarkan

profil kesehatan di Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu penyakit dalam

10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah

30.154 (4,9%). Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun

2010 angka kejadian gastritis di provinsi Jawa Tengah mencapai 31,2 %.

Berdasar data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang pada tahunn

2014 jumlah penderita gastritis yaitu 8421 kasus dengan urutan penyakit yang ketiga dari

20 penyakit yang menonjol. Pada tahun 2015 mengalami penurunan yaitu 5699,dan pada

tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu 6552 kasus dan masih menempati urutan ketiga

dari 20 penyakit. Berdasar data 29 Puskesmas di Kabupaten Magelang tahun 2016,

penderita gastritis terbanyak berada di Puskesmas Mungkid dengan jumlah 1574 kasus,

kemudian di Puskesmas Salaman 2 berjumlah 1497 kasus, dan 1478 kasus di Puskesmas

Ngluwar. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Puskesmas Mungkid terdapat 208

2
kasus gastristis pada bulan Januari tahun 2017. Dari total 208 kasus gastritis tersebut, usia

produktif yang mengalami gastritis sebanyak 165 orang. Angka ini menunjukkan bahwa

masalah gastritis ini memang ada di masyarakat dan tentunya harus menjadi perhatian

khususnya bagi tenaga kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, 2016).

Penatalaksanaan nyeri yaitu membantu meredakan nyeri dengan pendekatan farmakologis

dan non farmakologis. Penanganan nyeri bisa dilakukan secara farmakologis yakni

dengan pemberian obat-obatan. Dengan cara non farmakologis melalui pemanfaatan

tanaman obat seperti daun andong, daun jambu biji, kulit kayu manis, kunyit, lidah buaya,

pegagan, pisang batu, putri malu, temu lawak, dan pepaya (April, 2012). Masyarakat

cenderung memandang obat sebagai satu–satunya metode untuk menghilangkan nyeri.

Diantara obat yang digunakan untuk mengatasi maag adalah antasida. Zat kalsium

karbonat dalam antasida dapat menetralkan asam lambung yang disertai dengan

melepaskan gas karbondioksida yang diduga merangsang dinding dengan mencetuskan

perforasi dari tukak. Pertama-tama terjadi peredaan nyeri, tetapi segera disusul oleh rasa

nyeri yang lebih hebat akibat bertambahnya pelepasan asam (Tjay, 2007). Salah satu

alternatif terapi teknik relaksasi untuk meredakan nyeri adalah dengan teknik nafas dalam

(Sunaryo Joko, 2018).

Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri pada

thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat nyeri,

yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri timbul. Adapun hal-hal

yang perlu diperhatikan saat relaksasi adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, pikiran

pasien harus tenang dan lingkungan yang tenang. Suasana yang rileks dapat

meningkatkan hormon endorphin yang berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri

sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke

3
thalamus, serebri, dan akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri (Brunner &

Suddart dalam Ayudianingsih, 2015).

1.2 Tujuan

Untuk menganalisis jurnal tentang “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis”.

1.2 Manfaat

A. Manfaat Praktis

1. Bagi program Studi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi, teori dan

bahan bacaan tentang “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Intensitas Nyeri Pasien Gastritis”.

2. Bagi Perawat

Dapat memberikan suatu alternatif untuk dapat dijadikan sebagai bahan

masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi“Pengaruh Teknik Relaksasi

Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis”.

3. Bagi panti

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi bahan masukan bagi panti dalam

melaksanakan penatalaksanaan mengenai intervensi “Pengaruh Teknik Relaksasi

Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis”.

B. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikan suatu pengetahuan tentang

“Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien

Gastritis”.

2. Diharapkan bisa menjadi konstribusi yang baik bagi dunia ilmu pengetahuan pada

umumnya dan juga bisa memberikan ilmu khusus bagi keperawatan.

4
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencarian

Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan artikel hasil publikasi ilmiah

tahun 2018 – 2020 dengan penelusuran menggunakan data based Google

cendekia/scholar, Pubmed, Proques

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

a. Lansia

1) Definisi

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila

usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Lansia merupakan tahap akhir

siklus hidup manusia, merupakann bagian dari proses kehidupan yang tak dapat

dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami

banyak kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah

dimilikinya. Perubahan penampilan fisik maupun mental, khususnya kemunduran

dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Utomo ,2015).

2) Batasan Pada Lansia

Batasan menurut (WHO, 2015), lanjut usia meliputi :

(1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

(2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.

(3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.

(4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

3) Penyakit Yang Menonjol Pada Lansia

Menurut Nugroho (2015) penyakit yang menonjol pada lansia yaitu :

(1) Gangguan pembuluh darah (hipertensi dan stroke)

5
(2) Gangguan metabolik DM

(3) Gangguan persendian antritis, sakit punggung, dan terjatuh

(4) Gangguan sosial kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi.

b. Gastritis

1) Definisi

Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang

dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi

adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi & Huda Amin,

2015). Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan

ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa

suferpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan.

Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin,

2011).

2) Etiologi

Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit

lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum

alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan

penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID

aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).

Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :

a. Infeksi bakteri

b. Sering menggunakan pereda nyeri

c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan

d. Stres

e. Autoimun

6
Selain penyebab gastritis di atas, ada penderita yang merasakan gejalanya dan ada

juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya:

1) Nyeri epigastrium

2) Mual

3) Muntah

4) Perut terasa penuh

5) Muntah darah

6) Bersendawa

3) Manifestasi klinis

Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan perut penuh.

Gambaran klinis pada gastritis yaitu:

a. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi:

1) Dapat terjadi ulserasi diagnostic dan dapat menimbulkan hemoragik.

2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan

anoreksia. Disertai muntah dan cegukan.

3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak

dimuntahkan.

b. Gastritis kronis

Pada gastritis kronis terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati

setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. (Dirksen,

Lewis, Heitkemper, Bucher, 2011)

4) Komplikasi

a. Gastritis akut

Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah perdahan

saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa haematomesis dan melena, dapat

7
berakhir dengan shok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu di

bedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama.

Namun pada tukak peptic penyebab utamanya adalah Helicobacter Pylory, sebesar

100 % pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti

dapat di tegakkan dengan endoskopi (Hardi & Huda Amin, 2015).

b. Gastritis kronis

Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan anemia karena

ganggguan absorpi vitamin B12 (Hardi & Huda Amin, 2015).

5) Penatalaksanaan gastritis

a. Pengobatan pada gastritis meliputi:

1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena

untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,

untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.

1) Histonin: Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung

dan kemudian menurunkan iritasi lambung.

2) Sulcralfate : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara

menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang

menyebabkan iritasi ( Ikatan Apoteker Indonesia. 2010)

b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi: Gastritis akut Diatasi dengan

menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai gejala

berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dan

ajurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila

perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang

dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan

8
oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari

pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (contohnya: alumunium

hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka

encer.

2) Bila korosi luas atau berat, 11iagno, dan lafase dihindari karena bahaya

perforasi.

c. Relaksasi Nafas Dalam

1. Definisi

Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri

pada thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks cerebri

sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi nyeri selama

nyeri timbul. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi adalah pasien

harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang

tenang .Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang

berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang saraf sensoris dari

nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri, dan

akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri (Brunner & Suddart dalam

Ayudianingsih, 2015).

Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), relaksasi nafas dalam adalah pernafasan

abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang

dilakukan dengan memejamkan mata.

2. Manfaat Relaksasi Nafas Dalam

1) Pasien mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman

2) Mengurangi rasa nyeri

9
3) Pasien tidak mengalami stress

4) Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan yangbiasanya

menyertai nyeri

5) Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri

6) Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau penglihatan perhatian

meningkatkan kreativitas, meningkatkan keyakinan, meningkatkan daya kemauan,

intuisi.

Menurut Kusyati (2015), manfaat teknik relaksasi nafas dalam diantaranya adalah :

Ketentraman hati, berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah, tekanan dan

ketegangan jiwa menjadi rendah, detak jantung lebih rendah, mengurangi tekanan

darah, ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit, tidur lelap, kesehatan mental

menjadi lebih baik, daya ingat lebih baik, meningkatkan daya berpikir logis,

meningkatkan kreativitas, meningkatkan keyakinan, meningkatkan daya kemauan,

intuisi.

3. Cara Melakukan

Prosedur teknik relaksasi nafas dalam menurut Noviliya Hawati (2020), yakni

dengan bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan

diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi

yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan

udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas

dalam adalah sebagai berikut :

1) Ciptakan lingkungan yang tenang

2) Usahakan tetap rileks dan tenang

3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui

hitungan 1,2,3.

10
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstrimitas atas dan bawah rileks

5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut

7) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang 8) Ulangi

sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

Ada beberapa posisi relaksasi nafas dalam yang dapat dilakukan menurut

Noviliya Hawati, 2020) :

a. Posisi relaksasi dengan terlentang Berbaring terlentang, kedua tungkai kaki

lurus dan terbuka sedikit, kedua tangan rileks disamping bawah lutut dan

kepala diberi bantal.

b. Posisi relaksasi dengan berbaring miring Berbaring miring, kedua lutut

ditekuk, dibawah kepala diberi bantal dan dibawah perut sebaiknya diberi

bantal juga, agar perut tidak menggantung.

c. Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring terlentang Kedua lutut ditekuk,

berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan disamping telinga.

d. Posisi relaksasi dengan duduk Duduk membungkuk, kedua lengan diatas

sandaran kursi atau diatas tempat tidur, kedua kaki tidak boleh menggantung.

11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Author/Tahun Judul Metode Hasil Penelitian
Surnaryo Joko Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Penelitian ini merupakan Hasil dari penelitian didapatkan bahwa Tingkat nyeri
Waluyo, Saka Dalam Terhadap Perubahan penelitian eksperimentar semu responden setelah teknik relaksasi nafas dalam sebanyak
Suminar 2018 Skala Nyeri Sedang Pada Pasien (quasi eksperimental) dengan 14 responden (74%) memiliki tingkat nyeri ringan. Dan
Gatritis Di Klinik Mboga desain pre dan test 16% responden terjadi nyeri sedang dan 10% tidak
post
Sukoharjo without control design dan mengalami nyeri. Hal itu menunjukkan bahwa setiap
pencuplikan random sampling pasien yang melakukan teknik relaksasi nafas dalam akan
dimana peneliti memilih mengurangi rasa nyeri sebesar 39.7%. sehingga hipotesis
sampel berdasarkan yang menyatakan bahwa ada pengaruh metode teknik
relaksasi nafas dalam terhadap perubahan nyeri pada
pertimbangan (judgment)
pasien Gastritis yang dirawat inap.
tertentu. Teknik analisis data
diolah menggunakan program
SPSS 21.0 for Windows
Nuryanti Pengaruh Relaksasi Napas Dalam penelitian ini adalah penelitian Hasil Sesudah pemberian terapi napas dalam, intensitas
Thahir, Terhadap Penurunan Intensitas kuantitatif. Dengan rancangan nyeri terbanyak adalah nyeri dengan skala 4-6 (nyeri
Nurlaela 2018 Nyeri Pada Pasien Gastritis Di penelitian ini menggunakan sedang) sebanyak 37 (52,9%) responden dan nyeri
Ruang Rawat Inap desain pre-eksperimen dengan terendah adalah nyeri dengan skala 1-3 (nyeri ringan)
Rsud Haji Makassar One Group PreTest - Post test sebanyak 33 (47,1%) responden.
design. Sampel dalam Hasil uji paired t test dengan nilai t hitung 13,603 > t

12
penelitian ini sebanyak 70 tabel 1,667 dengan nilai ρ 0,000 < α 0,05, sehingga
responden dengan teknik dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pemberian
pengambilan sampel relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri pada
menggunakan accidental penderita gastritis di ruang rawat inap RSUD Haji
sampling. Makassar.
Cynthia Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Desain penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Teknik
Puspariny, Dalam Terhadap Intensitas Nyeri menggunakan desain quasi Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada
Diny Fellyana, Pasien Gastritis di Puskesmas eksperiment dengan Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak. Rata-rata
Desi Marini Antar Brak Kecamatan Limau pendekatan pretest-posttest skala nyeri pasien yaitu 4,80 dengan skala nyeri
2019 Kabupaten Tanggamus design without control group. minimum 4 mmHg, dan maksimum 7 dengan nilai
Jumlah sampel pada penelitian standar deviasi 0,847. Rata-rata skala nyeri pasien
ini adalah 30 responden. yaitu 2,03 dengan skala nyeri minimum 1 mmHg, dan
Teknik sampling yang maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,669.
digunakan adalah purposive Terdapat Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
sampling. Instrumen yang terhadap Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di
digunakan adalah lembar Puskesmas Antar Brak Tahun 2019 dengan nilai p-
observasi. Hasil penelitian value = 0,000.
menunjukkan rata-rata skala
nyeri mengalami penurunan
setelah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam uji
Statistik yang digunakan uji

13
wilcoxon.

14
Noviliya Pengalaman Penderita Gastritis Metode penelitian yang Hasil penelitian didapatkan bahwa pengalaman
Hawati 2020 Kronis Dalam Melakukan Teknik digunakan adalah deskriptif responden selama melakukan terapi relaksasi nafas
Relaksasi Nafas Dalam Untuk kualitatif.Situasi sosial dalam dalam Tn.M dan Tn.K mengaku nyeri lambung yang
Membantu menurunkan Skala penetian ini adalah 2 orang dirasakan berangasur-angsur berkurang.Tn.M dan
Nyeri Pada Penderita Gastritis pasien gastritis kronis sebagai Tn.K melakukan terapi relaksasi nafas dalam setiap
Kronis Di Rumah Sakit Islam Siti partisipan dan seorang kali nyeri lambungnya kambuh.
Khadijah Palembang Tahun 2019 informan kunci yaitu perawat
yang bertugas di Rumah Sakit
Islam Siti Khodijah
Palembang

15
3.2 Pembahasan
Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya 60 tahun keatas.

Lansia bukan suatu penyakit, melainkan merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan

yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan. Salah satu penyakit yang biasa diderita oleh lansia yaitu gastritis. Lansia

yang menderita gastritis dengan rata-rata usia antara 45-65 tahun. Hal disebabkan oleh

beberapa factor yaitu kurangnya aktivitas fisik, , gangguan dari perubahan hormonal

serta factor genetika, serta kurangnya pengetahuan penderita gastritis dan keluarga

tentang pencegahan, penanganan dan perawatan dengan baik dan benar (Permatasari, H,

dkk. 2018).

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung

yang dapat bersifatakut dan kronik. (Price dan Wilson,2012). Gastritis adalah inflamasi

(peradangan) dari mukosa lambung.Inflamasi ini mengakibatkan leukosit menuju ke

dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan

pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto

memperlihatkan ketidakteraturan bentuk (iregularitas) mukosa (Wibowo, 2007).

Gastritis yang dibiarkan tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan

memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan lansia.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Surnaryo Joko Waluyo, Saka Suminar 2018

yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Perubahan Skala Nyeri Sedang Pada Pasien Gatritis Di Klinik Mboga Sukoharjo. Hasil

Tingkat nyeri responden sebelum melakukan teknik relaksasi nafas dalam 18 responden

(95%) memiliki tingkat nyeri sedang. Dan 1 responden (5%) mengalami nyeri berat,

Tingkat nyeri responden setelah teknik relaksasi nafas dalam sebanyak 14 responden

(74%) memiliki tingkat nyeri ringan. Dan 16% responden terjadi nyeri sedang dan 10%

16
tidak mengalami nyeri. dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat

nyeri sebelum dan sesudah dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Perubahan Skala Nyeri Sedang Pada Pasien Gatritis Di Klinik Mboga Sukoharjo.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nuryanti Thahir, Nurlaela 2018 yang

bertujuan untuk Pengaruh Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Pada Pasien Gastritis Di Ruang Rawat Inap. Hasil Tingkat nyeri responden sebelum

melakukan teknik relaksasi nafas dalam, intensitas nyeri terbanyak adalah nyeri dengan

skala 4-7 (nyeri ringan) sebanyak 59 (84,3%) responden dan nyeri terendah adanlah

nyeri dengan skala 7-9 sebanyak 5 (7,1%) responden. sedangkan sesudah pemberian

terapi napas dalam, intensitas nyeri terbanyak adalah nyeri dengan skala 4-6(nyeri

sedang) sebanyak 37 (52,9%) responden dan nyeri terendah adalah nyeri dengan skala 1-

3 (nyeri ringan) sebanyak 33 (47,1%) responden. dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan ada perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan Pengaruh

Pemberian Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Gastritis

Di Ruang Rawat Inap RSUD Haji Makassar.

Pada penelitian Cynthia Puspariny, Diny Fellyana, Desi Marini 2019 yang

bertujuan untuk Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada

Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak. Hasil penelitian di dapatkan Rata-rata skala

nyeri pasien yaitu 4,80 dengan skala nyeri minimum 4 mmHg, dan maksimum 7 dengan

nilai standar deviasi 0,847. Rata-rata skala nyeri pasien yaitu 2,03 dengan skala nyeri

minimum 1 mmHg, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,669. dari hasil

penelitian ini dapat disimpulkan ada Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap

Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak.

Pada penelitian Noviliya Hawati 2020 yang bertujuan untuk menganalisis

Pengalaman Penderita Gastritis Kronis Dalam Melakukan Teknik Relaksasi Nafas

17
Dalam Untuk Membantu menurunkan Skala Nyeri Pada Penderita Gastritis Kronis Di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019. Hasil penelitian yang telah

dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang, dapat disimpulkan bahwa :

Pengalaman responden selama melakukan terapi relaksasi nafas dalam Tn.M dan Tn.K

mengaku nyeri lambung yang dirasakan berangasur-angsur berkurang.Tn.M dan Tn.K

melakukan terapi relaksasi nafas dalam setiap kali nyeri lambungnya kambuh. Dari

penjelasan kedua informan diketahui bahwa teknik relaksasi dilakukan pada posisi duduk

dan berbaring dalam suasana yang tenang.Kedua informan menarik nafas dalam dan

menghembuskannya secara perlahan melalui mulut.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis jurnal tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis dapat disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh

Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis.

4.2 Saran

Diharapkan dengan adanya analisis jurnal terkait. Penggunaan teknik relaksasi

nafas dalam menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis ini dapat diterapkan oleh seluruh

masyarakat dalam hal mengatasi tingkat nyeri pada penderita gastritis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Angkow, Julia, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bahu Kota Manado
Ardiansyah, M., (2012). Medikel Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press.
Ayudianingsih. 2015. Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur di Rumah Sakit Karima Utama
Surakarta. Jurnal FIK UMS Kartasura
Azizah,Sustrani, 2016, Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bandiyah, S, 2009, Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik, Yogyakarta: Nuha Medika.
Cynthia Puspariny, Diny Fellyana, Desi Marini. 2019. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis di Puskesmas Antar Brak
Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus
Indriana, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.

Noviliya Hawati. 2020. Pengalaman Penderita Gastritis Kronis Dalam Melakukan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Untuk Membantu menurunkan Skala Nyeri Pada Penderita
Gastritis Kronis Di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019
Nuryanti Thahir, Nurlaela. 2018. Pengaruh Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rsud Haji Makassar

Surnaryo Joko Waluyo, Saka Suminar. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Perubahan Skala Nyeri Sedang Pada Pasien Gatritis Di Klinik Mboga
Sukoharjo.

Kusyati, E. & Fauzi’ah, N. (2018). Aloe Vera Efektif Sebagai Terapi Pendamping Nyeri
Gastritis. Jurnal SMART Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan(STIKes)
Karya Husada Semarang. 5(1), 11–19.

20

Anda mungkin juga menyukai