Anda di halaman 1dari 34

 

 
BAB II

  TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


 

 
II.1. Tinjauan Pustaka
  Building Automation System (BAS) tidak lagi sekedar sistem otomatik
yang
  berorientasi pada upaya meminimalkan intervensi manusia dalam mekanisme
operasi sistemnya. BAS sendiri ialah suatu sistem yang berfungsi mengendalikan
 
(controlling) dan memantau (monitoring) seluruh peralatan baik peralatan mekanik
 
maupun peralatan elektrik pada suatu gedung secara terpusat. BAS sendiri terdiri
dari beberapa Direct Digital Control (DDC) yang mempunyai input dan output baik
secara analog maupun digital. Input dan output tersebut berguna sebagai indikator
untuk mengetahui status dari perangkat yang akan dikontrol. Lalu semua DDC
tersebut akan dikontrol oleh satu master yang disebut Distributed Control System
(DCS). DCS ini bekerja untuk memonitor serta ikut mengontrol sistem yang bekerja
di bawahnya [8]. Selain itu Tuntutan pengguna terhadap fungsi-fungsi sistem
lainnya untuk memberikan kenyamanan, kemudahan, efisiensi energi dan aspek
keamanan, telah mengubah paradigma lama kedalam konsep baru yang sarat
dengan aplikasi teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi dalam BAS,
telah memungkinkan pengintegrasian berbagai utilitas bangunan ke dalam sistem
terpadu yang memudahkan akses jarak jauh, penanganan manajemen, penghematan
energi dan pengendalian berbagai fungsi secara terdistribusi [13].
Sistem pengintegrasian ini memiliki tingkat yang berbeda, lingkup yang
berbeda dari apa yang sedang terintegrasi dan metode yang berbeda untuk
bagaimana integrasi terjadi. Tidak semua integrasi sama; yaitu menyediakan
keuntungan dan fungsi yang sama. Integrasi dapat terjadi pada tingkat fisik,
jaringan, dan aplikasi [1]. Namun Pengintegrasian berbagai utilitas bangunan
merupakan elemen vital upaya efisiensi energi dan peningkatan produktivitas dalam
BAS. Keadaan ini telah mendorong pergeseran penggunaan media komunikasi
serial ke bentuk media Ethernet, intranet ataupun internet.

II-1
 
 
II-2

 
Secara umum sebuah sistem otomasi bangunan akan terbentuk beberapa
  sub sistem yang berupa HMI (Human Machine Interface), MTU (Master Terminal
Unit),
  RTU (Remote Terminal Unit ) dan Sistem Komunikasi. Dalam bangunan
modern,
  HMI pada umumnya dipasang terpadu pada meja operator yang sering
disebut konsul kendali.
 
Konsul Kendali merupakan sebuah perangkat yang digunakan untuk
 
mengendalikan operasi suatu sistem. Perangkat ini dalam sistem otomasi bangunan
pada  umumnya berupa meja kendali besar/panjang yang ditempatkan dalam sebuah
ruang
  kendali (control-room). Menurut IEC, pengertian konsul didefinisikan
sebagai sebuah meja komunikasi antara petugas/operator dan sistem “switching”
 
untuk tujuan monitoring, pengendalian dan menangani perubahan status sistem
yang dilayaninya[15]. Definisi ini mengidentifikasikan bahwa sebuah konsul
kendali akan berisi perangkat antar muka (HMI) yang menjembatani komunikasi
antara manusia/operator dengan sistemnya. Melalui perangkat ini seorang operator
dapat melakukan pemantauan status sistem, merubah pengaturan parameter operasi
ataupun mencatat setiap kondisi status sistem secara real-time. Konsul kendali ini
sering kali juga disebuat sebagai operator-workstation.
HMI adalah sub-sistem dari sistem otomasi yang berfungsi menampilkan
data dan status sistem yang terpantau pada RTU ataupun menampilkan proses yang
sedang terjadi pada keseluruhan sistem. Inti dari sub-sistem ini merupakan sebuah
perangkat lunak berbasis grafis yang berfungsi untuk menampilkan semua
informasi kedalam bentuk grafik atau trend, animasi, dan bentuk lain yang mudah
diterjemahkan oleh operator. Terkait dengan hal ini, Omron [17] dalam katalog
produknya menyebutkan bahwa ada 3 model HMI yang seringkali digunakan dalam
teknik otomasi yaitu Programmable touch-screen terminals , Programmable
function-key terminals dan PC-based HMI. Dalam model produk terbarunya telah
dikembangkan sebagai perangkat pemrosesan informasi, namun tetap dirancang
dalam fungsi utamanya yaitu berinteraksi dengan operator.
HMI memiliki peran vital dan sangat diperlukan dalam sistem otomasi
bangunan. Pentingnya peran HMI dalam sistem otomasi diperkuat oleh Retno Tri
Wahyuni, dkk.[18] dalam penelitiannya tentang aplikasi HMI (Human Machine

  I-2
 
II-3

 
Interface) pada Sistem Pendeteksi logam. Kajiannya dilakukan dengan tujuan
 
meneliti tingkat akurasi HMI dalam monitoring kejadian dalam suatu sistem.
  Penelitiannya dtempuh dengan cara mengamati kemampuan HMI dalam
menampilkan
  informasi tentang jenis benda logam dengan ukuran dan bahan yang
bervariasi
  secara real-time. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat
keterandalan HMI dalam monitoring kejadian pada sistem dapat dipercaya 100%.
 
Kajian serupa juga ditempuh Kurniawan, M.S, dkk.[7] dalam Perancangan Simulasi
 
Supervisory Control and Data Acquisition pada Prototipe Sistem Listrik
Redundant.
  Salah satu tujuan kajiannya adalah meneliti kemampuan kerja HMI
  monitoring kondisi suatu plant/sistem. Metoda penelitiannya ditempuh
dalam
dengan cara mengamati Kinerja HMI CX-Supervisor secara real-time. Hasil
 
penelitiannya menunjukkan bahwa program HMI yang dibuat memiliki fungsi
antara lain monitoring (memantau kondisi plant), trending (menampilkan grafik
secara real time dan historis), alarm, dan data logging and storage .
MTU (Master Terminal Unit) adalah bagian/sub sistem otomasi bangunan
yang selalu berhadapan dengan operator. MTU ini terhubung pada komputer host
yang menampilkan antar-muka grafis kepada operator [20]. Bagian sistem ini pada
dasarnya merupakan sebuah perangkat berbasis mikroprosesor (server, PC, PLC
atau bahkan microcontroller) yang bertugas memberikan data kepada HMI dari
RTU. Data-data tersebut juga dapat dikirim ke HMI untuk ditampilkan pada layar
perangkat tersebut. Sistem pengambilan data dari tiap-tiap RTU disebut “Polling”.
Pada umumnya MTU terdiri atas 2 sub-sistem yaitu perangkat server dan HMI.
Dalam beberapa sistem, terkadang MTU dan HMI dapat menjadi satu, ketika MTU
menggunakan komputer yang sama dengan HMI.
Sedangkan RTU ( Remote Terminal Unit ) adalah perangkat elektronik
berbasis mikroprosesor yang menjembatani hubungan antara utilitas secara fisik
dengan MTU. Perangkat ini menjembatani hubungan obyek-obyek kendali secara
fisik dengan Distributed Control System (DCS) atau Supervisory Control and Data
Acquisition system (SCADA) dengan mengirimkan transmitting data ukur kepada
sistem [21]. Dalam sistem Scada, perangkat RTU umumnya ditempatkan
jauh/terpisah dari MTU. Sedangkan dalam sistem DCS, RTU lebih sering disebut
slave-controller dan ditempatkan pada jarak yang tidak terlalu jauh dari MTU.

  I-3
 
II-4

 
Dalam DCS, MTU juga sering disebut sebagai Master controller. Persamaan antara
 
RTU dan slave-controller adalah bahwa kedua-duanya adalah perangkat berbasis
  mikroprosesor. Perbedaannya adalah slave-controller umumnya berbentuk
perangkat
  kendali seperti misalnya PLC, midi-comp ataupun mini-komputer,
sedangkan
  RTU tidak selalu berbentuk perangkat kontroler namun dapat pula
berupa perangkat mikro-prosesor yang hanya menampung dan meneruskan
 
data/informasi dari sensor ke MTU atau dari MTU ke aktuator [18].
 
Selain itu terdapat sistem komunikasi adalah sub-unit dari sistem otomasi
bangunan
  memungkinkan setiap elemen jaringan sistem yang tergabung
didalamnya
  dapat saling berhubungan, bertukar data atau mengakses data. Secara
perangkat keras, sistem ini didukung oleh suatu jaringan komunikasi yang
 
membentuk topologi jaringan tertentu seperti misalnya jaringan bintang, mesh, bus,
loop, pohon dan lain-lain. Sedangkan secara perangkat lunak, sistem ini juga
didukung oleh sejumlah protokol komunikasi tertentu. Protokol komunikasi adalah
sebuah perangkat lunak yang mengatur dan menjembatani komunikasi antara
perangkat dalam suatu sistem jaringan. Kurniawan, I.G., dkk [22] juga melakukan
kajian tentang protokol komunikasi dalam Perancangan komunikasi Data
terintegrasi pada Programable Logic controller via Controller link network dan
Ethernet Device. Kajiannya difokuskan pada penerapan protokol FINS terhadap
PLC OMRON.
Metoda kajiannya dilakukan dengan menghubungkan dan memonitor status
dari perangkat jaringan yang terhubung dalam suatu jaringan berbasis Ethernet.
Hasil kajiannya menyatakan bahwa sebuah protokol sangat diperlukan untuk
mengatur komunikasi antar PLC agar komunikasi data dapat berjalan dengan baik.
Sejalan dengan hal tersebut, Johnson Control [23] pun telah memperkenalkan
Metasys® sebagai protokol komunikasi dalam sistem otomasi bangunan. Protokol
komunikasi ini diketahui sangat kompatibel dengan berbagai vendor perangkat
otomasi yang umum ditemui di pasaran. Disisi lain, ada pula beberapa protokol
komunikasi yang bersifat bebas (open-protokol) seperti BACnet, BACnet,
LonWorks, Modbus, OPC, dan lain-lain. Sejalan dengan hal tersebut, Wolfgang
Kastner, dkk.[24] juga melakukan kajian tentang Sistem-sistem Komunikasi Sistem
Otomasi Bangunan. Tujuan kajiannya adalah meningkatkan interaksi antar

  I-4
 
II-5

 
perangkat-perangkat jaringan yang terhubung pada suatu jaringan otomasi untuk
 
mendukung upaya peningkatan efisiensi dan penghematan energi. Kajiannya
  dilakukan melalui survei pada berbagai sistem otomasi bangunan yang difokuskan
pada  sistem dan protokol komunikasi yang diterapkan. Hasil penelitiannya
menunjukkan
  bahwa protokol komunikasi LonWorks dan EIB/KNX menawarkan
solusi lebih bila diterapkan pada level lapangan (field-level). Sedangkan protokol
 
BACnet memiliki fungsi yang lebih dapat diandalkan jika diterapkan pada level
 
yang lebih tinggi. Walaupun demikian, BACnet seringkali juga mampu diterapkan
dengan
  baik pada field-level.
  Selain itu terdapat protokol modbus. Protokol Modbus/TCP merupakan
bagian dari protokol modbus, kesederhanaan protokol modbus dengan
 
menggunakan komunikasi 100Mbps ethernet dapat membuat kinerja Modbus/TCP
unggul. protokol Modbus/TCP tidak mengubah protokol aplikasi Modbus, dan
esensinya dapat menggunakan protokol TCP/IP untuk transmisi data protokol
aplikasi modbus. Modbus/paket TCP menggunakan paket Modbus TCP tertanam
dalam mode teks, biaya pelaksanaan yang rendah, untuk berbagai solusi aplikasi,
telah menjadi protokol otomasi yang paling banyak didukung [19]. Selain itu
menurut Ferdina dkk [6] “Modbus juga diterbitkan sebagai open protocol dan
bebas royalti, relatif mudah untuk digabungkan dengan jaringan industri, Modbus
melakukan transfer data “raw bits” atau “words” tanpa membatasi jenis vendor
atau jenis merk pabrikan perangkat industri yang digunakan”.
Tugas akhir ini berjudul “Renovasi Sistem Integrasi Unit Terminal Utama
Pada Konsul Kendali Simulator Sistem Otomasi Bangunan”. Perancangan konsul
kendali sistem otomasi bangunan unit terminal utama berbeda, namun dengan
basis yang sama pernah dilakukan. Oleh karena itu penulis dalam tugas akhir ini
melakukan penelitian yang bersifat renovasi atau melakukan rekayasa ulang dari
penelitian sebelumnya. Proses pelaksanaan renovasi meliputi peninjauan ulang
pada sistem yang direnovasi, kemudian dilakukan rekayasa maju sebagai
pengembangan dari tugas akhir sebelumnya.
Pada tugas akhir sebelumnya dengan judul “Rancang Bangun Konsul
Kendali Sistem Otomasi Bangunan Unit Terminal utama” dibuat konsul kendali
sistem otomasi bangunan dengan unit terminal utama. [3] Tugas akhir tersebut

  I-5
 
II-6

 
bertujuan untuk merangkai jaringan sistem otomasi bangunan berbasiskan PLC
 
dalam konfigurasi satu master dan empat slave melalui jaringan ethernet dimana
  keempat slave tersebut ialah Sistem Catu Daya Bangungan, HVAC, Sistem
Penerangan
  dan Sistem Proteksi Kebakaran. Kesimpulan dari tugas akhir tersebut
adalah
  :
1. Rancangan yang berhasil dibuat adalah sistem komunikasi berbasis
 
Ethernet dengan 1 master dan 2 slave yang dimana 2 slave ini sudah
 
mewakili keseluruhan slave yang ada.
  2. Sistem komunikasi Ethernet dapat berfungsi dan hasilnya juga dapat
  ditampilkan di HMI.
3. Komunikasi antara 2 slave dan 1 master berhasil dilakukan dengan
 
delay waktu yang didapat 3 detik.
Dari tugas akhir tersebut dapat kita ketahui bahwa unit terminal utama
tersebut masih memiliki beberapa kekurangan yaitu hanya dapat
mengkomunikasikan dua slave dan terdapat delay waktu tiga detik. Oleh karena itu,
pada tugas akhir ini harus dilakukan renovasi atau perbaikan pada konsul kendali
yang lama agar unit terminal utama dapat mengkomunikasikan empat slave dan
delay yang didapat kurang dari tiga detik.

II.2. Konsul Kendali


Konsul Kendali adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk
mengendalikan operasi suatu sistem. Konsul kendali dalam sistem otomasi
bangunan pada umumnya berupa meja kendali besar/panjang yang ditempatkan
dalam ruang kendali (control-room). Menurut definisi CEI pengertian konsul
didefinisikan sebagai sebuah meja komunikasi antara petugas/operator dan sistim
“switching” untuk tujuan monitoring, pengendalian dan menangani perubahan
status sistem yang dilayaninya [15]. Definisi ini mengidentifikasikan bahwa sebuah
konsul kendali akan berisi perangkat antar muka yang menjembatani komunikasi
antara manusia dengan sistem (HMI) .

  I-6
 
II-7

 
Berdasarkan penelusuran referensi yang dilakukan, bentuk/model dan ukuran
 
konsul ini tidak/belum memiliki acuan yang disepakati (standar). Bentuk dan
  ukuran konsul bebas dibuat dan disesuaikan dengan kebutuhan serta aspek estetika
ruang
  yang diinginkan pengunanya. Contoh model dan bentuk dari suatu konsul
kendali
  dapat digambarkan sebagai berikut :

a) Model Dasar lurus b) Model Dasar Melengkung

Gambar II.1. Contoh Bentuk Konsul Kendali [25][26]

II.3. Sistem Otomasi Bangunan


Sistem Otomasi Bangunan (Building Automation System/BAS) pada dasarnya
merupakan suatu sistem yang memberikan pengendalian terhadap fungsi-
fungsi/fasilitas bangunan secara otomatis. Dalam realisasinya, BAS diwujudkan
sebagai sistem pengendalian dan pemantauan terpadu dari seluruh utilitas yang
tersebar dalam suatu bangunan ke dalam sebuah pusat kendali. Dalam konteks
diatas, BAS bukan hanya sekedar pengendalian utilitas secara otimatis namun lebih
jauh lagi yaitu mengintegrasikan pengoperasian berbagai utilitas bangunan untuk
mendapatkan optimalisasi fungsi, penghematan energi, sekuritas dan fungsi-fungsi
operasi-pemeliharaan utilitas bangunan secara menyeluruh.

Pemantauan dan pengendalian operasi utilitas bangunan ini dilakukan melalui


perangkat kendali berbasis μP pada suatu “control-room” sehingga :

1. Operator dapat mengetahui setiap parameter pantau melalui layar monitor atau
perangkat MMI/HMI seperti status “on/off”, temperatur, tekanan udara,
pemakaian energi, dll.

  I-7
 
II-8

 
2. Penanganan pemeliharaan/maintenance utilitas banguan dapat dipantau secara
 
seksama, sebab jam operasi setiap utilitas dapat dipantau dan dikendalikan
  sehingga kerusakan yang fatal dapat dihindari secara dini.
3.   Operator dapat merubah atau menambahkan program yang telah ditentukan (

  yang ada ) melalui keyboard, mouse atau touch-screen di “Control-room” tanpa


mengganggu operasi sistem
 

 
Bentuk utilitas pada suatu bangunan pada umumnya dapat berupa
Pencahayaan
  (Lighting), Tata udara (HVAC), Transportasi gedung, Fire & Alarm
system,
  security system, catu daya listrik, suplai air bersih, dll. Utilitas tersebut
dalam sistem konvensional merupakan sistem yang berdiri sendiri (independent),
 
namun dalam konsep BAS utilitas-utilitas tersebut hanya akan berfungsi sebagai
sub-sistem. Besar-kecilnya “sistem” dalam integrasi diatas bersifat relatif,
bergantung pada kebutuhan dan kemampuan pemilik bangunan.
Dalam mengintegrasikan berbagai fasilitas bangunan ini, BAS juga
dilengkapi dengan pemanfaatan sistem telekomunikasi dan otomasi perkantoran
walau tidak dalam “full-feature” seperti yang sering dijumpai dalam Inteligent
Building

II.3.1. Penggunaan Sistem Otomasi Bangunan

Tujuan ”Building Automation Systems” pada prinsipnya adalah memberikan


pengendalian terhadap fungsi-fungsi bangunan/gedung secara terintegrasi. Bentuk-
bentuk fungsi bangunan yang dapat dijabarkan dari suatu gedung pada umumnya
sangat dipengaruhi oleh peruntukan dan aktivitas yang dilakukan dalam bangunan
itu sendiri, termasuk berbagai kelengkapan fasilitas yang dipasang didalamnya. Dua
bangunan gedung yang mirip secara fisik, sangat mungkin memiliki deskripsi
fungsi dan kelengkapan fasilitas yang berbeda didalamnya. Dalam
implementasinya, semua fungsi bangunan yang dianggap penting oleh pengguna
dapat saja dikembangkan dan diintegrasikan kedalam sistem ini.
Sistem Otomasi Bangunan, jika ditinjau dari unsur-unsur dasar pembentuk
sistemnya akan terdiri atas 3 elemen dasar yang berupa :

  I-8
 
II-9

 
a. Sistem Manajemen Bangunan ( Building management System)
 
b. Sistem Otomasi perkantoran ( Office Automation System )
  c. Sistem Telekomunikasi ( Telecommunication System )
 

  Building Management System (BMS) pada prinsipnya adalah sub-sistem


(berbentuk sistem kontrol berbasis komputer) dalam Sistem Otomasi Bangunan/
 
gedung yang mengintegrasikan pemantauan dan pengendalian berbagai
 
fungsi/utilitas mekanikal dan elektrikal bangunan yang antara lain mencakup :
  1. Sistem Kontrol Bangunan ( Building Control System / BCS )

  2. Sistem Penerangan ( Lighting System )


3. Sistem Keamanan dan Kebakaran ( Security & Fire Protection System /
 
SFS )
4. Sistem Penghematan Energi
5. Dan lain-lain.

Suatu bentuk contoh model cakupan BMS yang ada di lapangan dapat diilistrasikan
sebagai berikut :

Gambar II.2. Contoh Model Cakupan Operasi BMS [27]

  I-9
 
II-10

 
Sistem Kontrol Bangunan (BCS), adalah sub-sistem dalam BMS yang
 
bertugas memonitor dan mengendalikan operasi sistem-sistem mekanikal,
  elektrikal dan plumbing pada suatu bangunan seperti Transportasi bangunan,
Penyediaan
  dan distribusi Air bersih, serta Instalasi Pengolah limbah.

  Sistem Penerangan (Lighting System ), adalah sub-sistem dalam BMS yang


bertugas memonitor dan mengendalikan operasi sistem pencahayaan ruangan-
 
ruangan, koridor, halaman dan area parkir, termasuk pengaturan tingkat
 
pencahayaannya/iluminasi-nya.
  Sistem Keamanan dan Kebakaran ( SFS ), adalah sub-sistem dalam BMS
yang
  bertugas memonitor dan mengendalikan operasi sistem keamanan dan proteksi
kebakaran dalam suatu bangunan. Sistem Keamanan ini mencakup sistem akses
 
bangunan ( Building Access System), CCTV, passenger detector, dan lain-lain.
Sistem Kebakaran ini mencakup Fire Alarm System, hydrant System, Sprinkle
System, Fire & Smoke detector, dan lain-lain.
Sistem Penghematan Energi, adalah sub-sistem dalam BMS yang bertugas
memonitor dan mengendalikan pemakaian energi listrik oleh setiap utilitas pemakai
energi yang ada diseluruh bagian bangunan.
Apapun jenis dan berapapun jumlah utilitas yang tercakup dalam suatu
sistem Otomasi Bangunan , pada akhirnya tetap bermuara pada 3 sasaran penerapan
BAS seperti ilustrasi berikut :

Gambar II.3. Aspek-aspek Fungsional BAS [24]

  I-10
 
II-11

 
II.3.2. Bentuk-bentuk Utilitas Bangunan
 
Bentuk-bentuk utilitas bangunan pada prinsipnya dapat mencakup semua
 
perangkat yang mendukung fungsi-fungsi atau fasilitas yang diperlukan dalam
 
suatu bangunan. Tidak ada suatu konvensi yang dapat dipegang bahwa cakupan
sistem
  suatu BAS hanya terdiri atas beberapa utilitas tertentu saja. Apapun bentuk

  utilitas yang diperlukan dan dianggap penting oleh penggunanya dapat saja
diintegrasikan kedalam suatu sistem BAS. Walaupun demikian, secara umum
 
bentuk-bentuk utilitas suatu bangunan secara umum antara lain berupa :
 
a) HVAC ( Heating, Ventilating, and Air Condition )
 b) Sistem Penerangan (Lighting System)

  c) Transportasi gedung ( Lift, escalator, conveyor, dll )


d) Sistem Catu daya bangunan(Power-house dan Jaringan Distribusi Energi
listrik)
e) Fire & Alarm sistem( Hydrant, sprinkle dan alarm system )
f) Security sistem( Access system, CCTV, automatic locking systems)
g) Sistem penyediaan dan distribusi Air bersih
h) Sistem pengolahan limbah
i) Parking Area
j) Dll

II.3.3. Tujuan Pengendalian dalam BAS

Tujuan utama BAS adalah optimalisasi fungsi dan daya dukung komponen/
utilitas bangunan dengan cara yang lebih efisien. Implementasi pencapaian tujuan
diatas difokuskan pada upaya-upaya :
a. Meningkatkan produktivitas dan menekan biaya operasional
b. Meningkatkan kenyamanan dan keamanan
c. Penghematan energi
Berdasarkan pada sasaran diatas, prioritas pengendalian utilitas bangunan pada
umumnya secara berturutan ditekankan pada :
1. Sistem Tata Udara
2. Sistem Penerangan/pencahayaan bangunan

  I-11
 
II-12

 
3. Sistem pendukung operasional lainnya yang mencakup :
 
a) Sistem Keamanan
  b) Sistem Kebakaran
  c) Sistem penyediaan dan pendistribusian Air bersih

  d) Sistem transportasi bangunan


e) Dll.
 

 
II.3.4. Konfigurasi Sistem Kendali Dalam Otomasi Bangunan
 
Sistem kendali dalam otomasi bangunan adalah sistem kendali berbasis
 
komputer dari sejumlah utilitas mekanikal dan electrical. Sistem kendali semacam
 
ini umumnya berbentuk “Direct Digital Control (DDC)” untuk mendapatkan
karakteristik pengendalian yang mudah dan murah. Perangkat-perangkat kendali
PID berbasis microprocessor lebih banyak diandalkan untuk pemantauan dan
pengendalian utilitas bangunan guna mencapai optimasi kinerja dam penghematan
energi sistemnya. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah modul-modul kendali yang
dirangkai dalam jaringan LAN (Local Area Network) yang memiliki karakteristik :

1. Sistem BAS harus dapat diakses melalui web-browser


2. Memiliki graphical user interface
3. Menawarkan kemudahan dalam perubahan trend, scheduling, downloading
memory to field devices, real-time “live” graphic programs, parameter
changes of properties, set point adjustments, alarm/event information,
confirmation of operators, dan eksekusi perintah-perintah secara global
(execution of global commands)

Arsitektur jaringan Sistem Otomasi Bangunan pada realitanya dapat berupa


jaringan dengan konfigurasi yang kompleks. Walaupun demikian, secara fungsional
arsitektur jaringan BAS memiliki ciri yang khas yaitu terdiri atas beberapa
tingkatan/hirarkis fungsi kendali. Hirarki fungsional sistem kendali dalam BAS
umumnya dapat disederhanakan dalam 3 atau 4 level seperti ilustrasi gambar berikut
:

  I-12
 
II-13

 
Gambar II.4. Tiga Level Hirarki Fungsional BAS[28]
 

Gambar II.5. Empat Level Hirarki Fungsional BAS[29]

Contoh bentuk implementasi jaringan kendali BAS dengan 3 atau 4 level


hirarki fungsi kendali diatas dapat diilustrasikan seperti gambar topologi jaringan
berikut :

  I-13
 
II-14

Gambar II.6. Topologi Jaringan BAS Dengan 3 Level Hirarki Fungsional [24]

Gambar II.7. Topologi Jaringan BAS Dengan 4 Level Hirarki Fungsional [30]

Mayoritas topologi jaringan otomasi bangunan terdiri atas Primary bus dan
secondary bus yang menghubungkan perangkat jaringan di level bawah dengan
perangkat jaringan kontroler di tingkat atas/tinggi. Perangkat jaringan BAS di level
atas umumnya terdiri atas sejumlah master controller(supervisory Controller),
web-server, Application Data Server, dan HMI/MMI Device (Operator

  I-14
 
II-15

 
Workstation) yang terhubung pada Primary bus. Kelompok perangkat pada level ini
 
seringkali disebut pula Management System Level dengan beberapa perangkat
  didalamnya yang juga bertindak sebagai Gateway bagi kelompok perangkat
kontroler
  pada level dibawahnya.. Network-Gateway adalah suatu simpul atau node
jaringan
  yang umumnya berupa perangkat elektronis aktif yang ditambahkan
kedalam jaringan BAS ( modem, hub, bridge/switch, Controller, data terminal
 
equipment (DTE) atau sebuah host computer ) yang dapat menjembatani hubungan
 
2 jaringan dengan basis protokol yang berbeda. Dalam sistem jaringan komunikasi,
Network-Gateway
  ini dapat diimplementasikan dalam bentuk perangkat lunak
sepenuhnya,
  perangkat keras sepenuhnya, ataupun kombinasi keduanya, tergantung
pada protokol yang mendukung/support pada sistemnya.
 
Perangkat jaringan BAS dilevel berikutnya pada umumnya terdiri atas
sejumlah perangkat kendali yang bekerja di level otomasi untuk mengendalikan
operasi berbagai utilitas bangunan seperti HVAC Controller, Lighting Controller,
Security System Controller dan beberapa perangkat antarmuka yang
mendukung/support pada level ini seperti misalnya Modbus device, BACnet device
ataupun LonTalk device. Semua perangkat dilevel ini umumnya terhubung pada
secondary bus . Unit-unit kontroler yang digunakan pada level ini umumnya dibuat
khusus untuk keperluan otomasi bangunan, namun mungkin pula menggunakan
perangkat Programmable Logic Controller/PLC yang umum/biasa/standar dengan
spesifikasi yang sesuai.

Di level bawah berikutnya (Field-level) pada umumnya akan terdiri atas


perangkat-perangkat sensor, aktuator, unit-unit kontroler kecil ataupun perangkat
end-node lainnya. Perangkat-perangkat ini terhubung pada secondary bus . End-
node adalah jaringan komunikasi yang hanya dapat mengirim atau menerima
informasi untuk keperluan perangkat itu sendiri, namun tidak dapat
melalukan/meneruskan informasi ke jaringan lain. Unit-unit kontroler tingkat
bawah (field-controller) seringkali disebut juga local-controller yang umumnya
mengendalikan operasi setiap utilitas bangunan.

Fungsi-fungsi kendali dalam BAS biasanya didistribusikan dan ditempatkan


dalam beberapa level baik ditingkat sistem ataupun pengendali-pengendali

  I-15
 
II-16

 
ditingkat lapangan. Fungsi-fungsi kendali ditingkat yang lebih tinggi (misalnya,
 
interaksi antara sistem dan controllers) ditempatkan pada level sistem. Sedangkan
  kendali-kendali yang berada di tingkat lapangan (field-level) dikatakan berada
diluar
  sistem. Dalam konfigurasi jaringan kendali semacam ini, setiap kontroler
biasanya
  tetap mampu beroperasi secara mandiri mengendalikan utilitas yang
menjadi tanggung-jawabnya dengan fungsi-fungsi yang terbatas apabila terjadi
 
kasus kegagalan komunikasi didalam bus. Sistem arsitektur seperti ini seringkali
 
juga dikenal sebagai Sistem Kendali Terdistribusi (Distributed Control System /
DCS).
 

 
II.4. Reengineering (Renovasi)
 
Pengertian reengineering (renovasi/rekayasa kembali) menurut Institute of
Electrical and Electronic Engineering (IEEE) adalah pemeriksaan dan perubahan
sistem subjek untuk menyusun kembali dalam bentuk baru dan pelaksanaan
berikutnya dari bentuk baru.[10] Sehingga pengertian dari reengineering adalah
gabungan dari reverse dan forward engineering.

Pengertian dari forward engineering (rekayasa maju) merupakan kegiatan


rancang bangun atau pembuatan suatu alat yang dari tidak ada menjadi ada. Definisi
forward engineering sendiri menurut IEEE adalah proses tradisional pergerakan
dari abstraksi tingkat tinggi dan logis, desain implementasi independen untuk
pelaksanaan fisik dari sebuah sistem.[10] Sedangkan reverse engineering
merupakan kebalikan dari forward engineering, yaitu proses menganalisis sistem
subjek untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem dan antar hubungan
mereka dan menciptakan representasi sistem dalam bentuk lain atau pada tingkat
yang lebih tinggi dari abstraksi.

Pada reengineering (renovasi), dihasilkan rancang bangun baru yang


berbeda dari rancang bangun sebelumnya melalui proses reverse engineering
terlebih dahulu, sehingga pada proses renovasi atau reengineering dapat dilakukan
perbaikan dari sistem sebelumnya. Salah satu contoh reengineering atau renovasi
adalah pada software reengineering. Gambar II.1 menunjukkan diagram istilah
engineering (rekayasa) menurut IEEE.

  I-16
 
II-17

 
Gambar II.8. Diagram Istilah Engineering Menurut IEEE.[10]
 

 
II.5. Programmable Logic Controller (PLC)
PLC merupakan sistem yang dapat memanipulasi, mengeksekusi, dan atau
memonitor keadaan proses pada laju yang amat cepat, dengan dasar data yang bisa
diprogram dalam sistem berbasis mikroprosesor integral. PLC menerima masukan
dan menghasilkan keluaran sinyal-sinyal listrik untuk mengendalikan suatu sistem.
Dengan demikian besaran-besaran yang dikendalikan, sebelum diolah oleh PLC,
akan diubah menjadi sinyal listrik baik analog maupun digital,yang merupakan data
dasarnya. Controller ini pada dasarnya juga berupa perangkat kendali berbasis
computer yang digunakan untuk mengendalikan dan mengintegrasikan operasi
sejumlah utilitas/mesin produksi. Kontroler yang dimaksud dalam konteks ini
umumnya memiliki bagian utama yang berupa unit catu daya dan Central
Processing Unit (CPU). Bentuk tipikal arsitektur sebuah perangkat PLC dapat
digambarkan sebagai berikut :

Gambar II.9. Arsitektur Tipikal PLC [31]

  I-17
  II-18

 
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa arsitektur suatu perangkat PLC
  sangat mirip dengan arsitektur sebuah komputer. Hal ini juga berarti bahwa PLC
adalah
  juga merupakan sebuah komputer. Perbedaan yang mendasar dari kedua
perangkat
  tersebut adalah bahwa PLC memiliki tambahan komponen interface
disisi input dan output. Terminal input akan dihubungkan dengan perangkat sensor
 
dan terminal output dihubungkan pada perangkat aktuator. Bentuk, jenis/model dan
 
kemampuan PLC yang dapat ditemukan dipasar sangat beragam, bergantung pada
merk
  dan kapasitas I/O yang diperlukan.

 
II.5.1. Prinsip Kerja PLC
 
PLC merupakan alat pengendali yang dapat memproses input kemudian
dapat mengeksekusi output. PLC menggunakan program yang dapat dirancang
menggunakan berbagai pemodelan program sehingga pemrogram dapat mengatur
sistem kerja alat yang dikendalikan (aktuator). Secara umum, cara kerja sistem PLC
cukup sederhana, yaitu :
1) PLC mendapatkan sinyal dari input device. Input device adalah benda fisik
yang memicu eksekusi logika/program pada PLC. Contoh: saklar dan
sensor.
2) PLC mengerjakan logika program yang telah dibuat yang ada di dalamnya.
3) PLC memberikan sinyal output pada output device. Output device adalah
benda fisik yang diaktifkan oleh PLC sebagai hasil eksekusi program.
Contohnya: motor DC, motor AC, solenoid, dll.
Interface (antarmuka) yang terpasang pada PLC memungkinkan PLC
dihubungkan secara langsung ke aktuator atau transducer tanpa memerlukan relay.

I-18

 
  II-19

 
II.5.2. Bagian-bagian PLC
 
PLC terdiri dari input device dan output device. PLC juga terhubung dengan
  PC untuk kebutuhan pemrograman (umumnya menggunakan RS232 serial port
adapun
  yang menggunakan mini USB dan ethernet). Secara umum PLC terbagi
dalam
  beberapa komponen berikut :
1. Catu Daya
 
Catu daya diperlukan untuk mengkonversi tegangan sumber AC menjadi
 
tegangan rendah DC yang dibutuhkan oleh processor dan rangkaian-
  rangkaian di dalam modul-modul antarmuka input dan output.
  2. Prosessor
Prosessor adalah unit yang menginterpretasikan atau mengolah sinyal
 
input dan melaksanakan tindakan-tindakan pengontrolan, sesuai dengan
program yang tersimpan dalam memori, lalu mengkomunikasikan
keputusan-keputusan yang diambilnya sebagai sinya-sinyal kontrol ke
antarmuka output.
3. Memori
Memori adalah tempat dimana program tersimpan. Biasanya unit memori
tediri dari RAM, EPROM, EEPROM
4. Input dan Output Modul
Unit input adalah unit yang memberikan sinyal masukan ke dalam CPU.
Unit output adalah unit yang mengirimkan sinyal hasil pengolahan data
CPU ke bagian beban, misalnya relai, lampu, dan lain-lain. Modul
input/output ini bisa juga tersedia dalam modul eksternal dari PLC
sehingga PLC dapat ditambahkan jumlah input/outputnya.
5. Programming Device
Digunakan untuk memasukkan program yang akan difungsikan yang
disimpan ke dalam memori. Program tersebut dibuat dengan
menggunakan perangkat ini, kemudian dipindahkan ke dalam unit
memori PLC.

I-19

 
  II-20

 
II.5.3. Pemrograman PLC
 
Berkaitan dengan pemrograman PLC, ada lima model atau metode
  pemrograman yang distandardisasi penggunaannya oleh IEC (International
Electrical
  Commission), yaitu:

  1) Instruction List (IL) atau Daftar Instruksi merupakan pemrograman dengan


menggunakan instruksi-instruksi bahasa level rendah (mnemonic), seperti
 
LD/STR, NOT, AND, dan sebagainya. IL cocok digunakan pada
 
pengeksekusian PLC dengan prioritas kecepatan.
  2) Ladder Diagram (LD) merupakan pemrograman berbasis logika relai,

  cocok digunakan untuk persolan-persoalan kontrol diskrit yang kondisi


input/output-nya hanya memiliki dua kondisi yaitu ON dan OFF, seperti
 
pada sistem kontrol konveyor, lift, dan motor-motor industri. Ladder
diagram merupakan model pemrograman yang sudah umum dipakai oleh
PLC programmer.
3) Function Block Diagram (FBD) atau Diagram Blok Fungsional merupakan
pemrograman berbasis aliran data secara grafis. Banyak digunakan untuk
tujuan kontrol proses yang melibatkan perhitungan-perhitungan kompleks
dan akuisisi data analog.
4) Sequential Function Charts (SFC) atau Diagram Fungsi Sekuensial
merupakan metode grafis untuk pemrograman terstruktur yang banyak
melibatkan langkah-langkah rumit, seperti bidang robotika, perakitan
kendaraan, dan batch control yang berfungsi secara sekuensial. SFC
sendiri telah didefinisikan pada IEC 61131-3.
5) Structured Text (Teks Terstruktur) merupakan pemrograman yang
menggunakan statements yang umum dijumpai pada bahasa level tinggi
(high level programming) seperti If/Then, Do/While, Case, For/Next, dan
lain sebagainya. Dalam aplikasinya, model ini cocok digunakan untuk
perhitungan-perhitungan matematis yang kompleks, pemrosesan tabel dan
data, serta fungsi-fungsi kontrol yang memerlukan algoritma khusus.

I-20

 
  II-21

 
II.5.4. PLC Modicon TM221CE16R
 
PLC Modicon merupakan salah satu jenis PLC keluaran Schneider terbaru
  yang dirancang sebagai pengendali suatu sistem dengan kemudahan-kemudahan
  diberikan sebagai keunggulan jenis ini dengan adanya 16 1/O digital dengan
yang
2 input
  analog dan komunikasi ethernet yang digunakan sebagai komunikasi PLC
dengan komputer. PLC Modicon merupakan PLC yang dapat dijadikan sebagai
 
sistem kendali standar dengan menggunakan dasar, gerakan, aritmatika, dan
 
instruksi perbandingan. Perangkat lunak yang digunakan untuk pemrograman PLC
Modicon
  ini ialah SoMachine Basic. Gambar II.5. menunjukkan bentuk fisik dari
PLC  Modicon TM221CE16R.

Gambar II.10. PLC Schneider Modicon TM221CE16R [9]

Spesifikasi PLC Modicon TM221CE16R adalah :

1) TM221: Nomor tipe PLC

2) CE: Komunikasi Ethernet

3) 16: 16 I/O = 9 Input, 7 Output

4) R: Tipe output adalah relay

I-21

 
  II-22

 
II.5.5. SoMachine Basic
 
SoMachine Basic merupakan perangkat lunak PLC yang digunakan untuk
  mengkonfigurasi, dan mengkomunikasikan seluruh alat yang tersambung dalarn
jaringan
  perangkat lunak tersebut termasuk logika, kontrol, HMI, dan jaringan yang

  dengan fungsi otomatisasi. SoMachine Basic mempuyai fungsi-fungsi untuk


terkait
memudahkan pengguna dalam menggunakannya serta dapat menghemat waktu
 
pembuatan. SoMachine Basic memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah:
 
1) Dapat meningkatkan efisiensi dengan kinerja yang fleksibel dan scalable.
  Software ini dapat dilakukan pergantian controller satu dengan controller
  lainnya, sementara dapat tetap mempertahankan logika dan konfigurasi.
Beberapa versi SoMachine dapat berjalan secara paralel dalam sebuah
 
sistem serta dapat membantu memastikan kompatibilitas.
2) Vijeo-Designer dapat mengkonfigurasi dan mengkomunikasikan alat untuk
perangkat kontrol gerak, IEC 61131-3 bahasa, mengintegrasi konfigurasi
fieldbus, ahli diagnosis, dan men-debug. Beberapa kemampuan lainnya
ialah untuk pemeliharaan dan visualisasi termasuk web visualization.
3) Saat mesin mulai bekerja, maka SoMachine juga telah siap bekerja untuk
menyediakan data yang sebenarnya pada PC maupun HMI. Sehingga
software dapat menyederhanakan integrasi dan pemeliharaan.

Berikut ini ialah perangkat-perangkat yang dapat menggunakan perangkat


lunak soMachine Basic:
1) Controllers: Logic controllers Modicon M221, M238, M241, M251 dan
M258, Motion controllers Modicon LMC058 dan LMC078, HMI
controllers Magelis SCU, Magelis XBTGC dan XBTGT/GK , serta Drive
controllers Altivar IMC.
2) I/O modules: Modicon TM2, TM3, TM5 dan TM7.
3) HMI: Wonderware, Magelis STO/STU Small Panels, Magelis GH/Magelis
GK/Magelis GT Advanced Panels dan Magelis GTO Optimum Advanced
Panels.

I-22

 
  II-23

 
Pada software untuk PLC, pada umumnya digunakan model Ladder
 
Diagram untuk melakukan pemrograman. Pada ladder diagram terdapat berbagai
  jenis objek pada software yang fungsinya berbeda-beda. Berikut ini dijelaskan
beberapa
  objek software pada SoMachine Basic yaitu timer, counter, comparison,
dan  operation.
1. Timer
 
Timer pada ladder diagram berfungsi sebagai batas waktu pada program
 
untuk berubah menjadi open atau close. Timer ada dua jenis yaitu ON delay
  dan OFF delay. Timer jenis ON delay akan membuat suatu
  kontak/rangkaian menjadi ON/close dengan waktu delay tertentu yang dapat
ditentukan oleh pemrogram. Sedangkan timer jenis OFF delay akan
 
membuat rangkaian menjadi OFF/open dengan waktu delay yang
ditentukan oleh pembuat program.
2. Counter
Fungsi counter pada software SoMachine Basic adalah untuk menghitung
dengan batas tertentu berapa kali suatu kontak aktif. Koil dari counter
tersebut dapat dijadikan fungsi compare untuk menentukan pada kali ke
berapa suatu koil akan aktif. Jumlah counter yang dapat digunakan
maksimum sampai 255 buah.
3. Comparison Block
Comparison block atau fungsi compare berfungsi sebagai pembanding
apakah suatu kontak akan close atau open. Apabila nilai yang tercantum
pada expression cocok pada pembacaan nilai pada compare, maka
comparison block akan aktif.
4. Operation Block
Operation block berfungsi sebagai pemroses input analog dari software
SoMachine Basic. Pada operation block, input analog akan diproses dan
akan mengeluarkan bilangan bentuk decimal yang dapat dikonversi kembali
sesuai formulasi yang dimasukkan oleh pembuat program.

I-23

 
  II-24

 
II.6. Sistem Komunikasi
 
Sistem komunikasi diperlukan pada sistem sistem otomasi bangunan untuk
  menghubungkan perangkat-perangkat pada sistem koordinasi master-slave. Sistem
komunikasi
  ini menggunakan sistem protokol Modbus dan dengan media Ethernet.

  Komunikasi Ethernet
II.6.1.
  Ethernet adalah teknologi jaringan komputer berdasarkan pada kerangka
jaringan area lokal (LAN). Ethernet adalah suatu sistem jaringan dengan
 
menggunakan media kabel Unshielded Twisted Pair (UTP) yang dibuat dan
 
dipatenkan perusahaan Xerox.
  Kabel UTP didalamnya terdapat 8 buah core kabel yang dikelompokan
  menjadi 4 pasang, sehingga dikenal sebagai pair. Hanya 4 core kabel yang
sebenarnya digunakan untuk transmisi data, yaitu kabel no 1,2,3,6. Untuk
menentukan kabel yang mana pada urutan tersebut dapat ditentukan setelah kabel
tersebut dihubungkan dengan konektor RJ-45 atau dengan pemilihan warna sesuai
standar. Kabel UTP memiliki keterbatasan dalam segi jarak yaitu hanya 100 m
karena adanya proses pelemahan sinyal (Attentuation) data karena adanya faktor-
faktor pelemah sinyal seperti hambatan jenis kabel. Berikut adalah kategori kabel
UTP pada tabel II.1 :

Tabel II.1. Kategori Kabel UTP[16]

I-24

 
  II-25

 
Selain itu pemasangan konektor RJ-45 harus disesuaikan dengan posisi
 
warna yang ada di UTP. Penyesuaian posisi kabel ada pada gambar II.11:
 

 
Gambar II.11. Standar Warna Pemasangan RJ-45

Struktur konektor UTP pada RJ45 adalah seperti yang tertera pada tabel
II.2:

Tabel II.2. Struktur Konektor UTP

Sistem komunikasi Ethernet harus menggunakan Ethernet Card sebagai


adaptornya. Ethernet Card adalah jenis hardware jaringan komputer yang awalnya
diciptakan untuk membangun sebuah Local Area Network (LAN). Hal ini
digunakan untuk mendukung standar Ethernet untuk koneksi jaringan kecepatan
tinggi melalui kabel dalam jaringan atau sering disebut sebagai kartu LAN.
Ethernet Card berfungsi membantu pertukaran file dan data melalui jaringan
I-25

 
  II-26

 
komputer. Komputer-komputer ini berkomunikasi melalui jaringan komputer
 
dengan bantuan dari akses fisik ke media jaringan dan sistem pengalamatan tingkat
  rendah melalui penggunaan alamat MAC (nomor seri unik 48-bit yang disimpan
  ROM yang dilakukan pada Ethernet Card). Dalam sebuah jaringan, setiap
dalam
komputer
  memiliki kartu dengan alamat MAC yang unik. Ethernet telah disetujui
sebagai standar industri protokol LAN tahun 1983. Sebuah jaringan yang
 
menggunakan protokol Ethernet sering disebut Ethernet network. Jaringan ini telah
 
umum digunakan pada sistem komunikasi data yang membutuhkan pengiriman data
  dekat dan reliable (handal).
jarak
  Sistem komunikasi melalui Ethernet membagi aliran data ke dalam paket
individual yang disebut frame. Setiap frame, berisi alamat sumber dan tujuan serta
 
pengecekan error data sehingga data yang rusak dapat dideteksi dan dikirim
kembali. Proses pengiriman frame pada Ethernet didasarkan pada standar IEEE
802.3 yang meliputi operasi half duplex dan full duplex. Format frame terdiri dari
tujuh field yang ditunjukkan pada Gambar II.12.

Gambar II.12. Frame Ethernet [11]

Preamble field pertama dari frame 802.3 berisi 7 byte (56 bits) Os dan Is
menjadi tanda sistem penerima ke frame dan memungkinkan untuk sinkronisasi
waktu input yang hanya menyediakan pola peringatan dan time pulse (pulsa waktu).
Pola 56-bit memungkinkan stasiun untuk kehilangan beberapa bit pada awal frame.
Preamble ini sebenarnya ditambahkan pada lapisan fisik dan tidak resmi
merupakan bagian dari frame.

I-26

 
  II-27

 
II.6.2. Modbus TCP/IP
 
Protokol Modbus merupakan protokol buatan perusahaan Modicon pada
  tahun 1979 yang mempunyai beberapa tipe, salah satunya Modbus TCP/IP. TCP
  adalah singkatan dari Transmission Control Protocol dan IP adalah Internet
sendiri
Protocol.
  Pada sekitar tahun 1999, Modbus Remote Terminal Unit (RTU) yang
media transmisinya adalah TCP/IP dipublikasikan. Setelah peluncuran itu, banyak
 
device yang menggunakan Modbus TCP/IP, Modbus RTU mulai ditinggalkan.
 
Protokol TCP/IP ini digunakan bersama-sama dengan protokol transport
untuk
  internet. Ketika informasi Modbus dikirim menggunakan protokol ini, data

  akan diteruskan ke TCP dimana informasi tambahan terpasang dan diberikan


yang
kepada IP. IP kemudian menempatkan data dalam paket (atau datagram) dan
 
mengirimkan. Spesifikasi Modbus TCP/IP ini adalah dengan menambahkan enam
byte header di depan frame pesan Modbus RTU standar. CRC 16 tidak dikenal lagi
di Modbus TCP/IP ini, karena TCP/IP sendiri merupakan protokol juga yang sudah
mempunyai error correction sendiri. Default-nya, Modbus TCP/IP ini
menggunakan port 502 TCP/IP.
Proses pengiriman pada protokol ini menggunakan beberapa rangkaian
frame (bingkai). Mulanya, Transmission Control Protocol (TCP) harus membuat
sambungan sebelum mentransfer data, karena merupakan protokol berbasis
koneksi. Master (Client) di Modbus TCP menetapkan koneksi dengan Slave
(Server). Server menunggu untuk koneksi masuk dari Client. Setelah sambungan
dibuat, Server kemudian merespon permintaan dari klien sampai klien menutup
koneksi. Gambar II.12. berikut ini merupakan rangkaian frame pesan Modbus
TCP/IP antara master dan slave.

Gambar II.13. Frame Pesan Modbus TCP/IP Antara Master dengan Slave.[12]

I-27

 
  II-28

 
1) Transaction ID adalah dua byte yang di-copy oleh slave untuk membalas
 
pesan. Jika master sedang meminta banyak transaksi aktif yang simultan,
  berarti slave tidak akan pernah salah memberikan informasi.
  2) Protocol adalah dua byte yang harus diisi dengan nol

  3) Length adalah dua byte data yang menghitung total byte pesan
setelahnya (Unit ID, Function Code dan data yang dikirmkan). Panjang
 
dari byte tersebut selalu kurang dari 256 dan byte awal selalu bernilai nol.
 
4) Satu byte Unit ID ini seperti Slave Adderss pada Modbus RTU.
 

  Selain itu pada software SoMachine Basic sendiri terdapat beberapa


instruksi Modbus untuk mengirim dan menerima data yaitu Read N Bits (pada Tabel
 
II.2), Read N Words (pada Tabel II.3), Write Bit (pada Tabel II.4), Write Word (pada
Tabel II.5), Write N Bits (pada Tabel II.6), dan Write N Words (pada Tabel II.7).

Tabel II.3 Instruksi Read N Bits [9]

I-28

 
  II-29

 
Tabel II.4 Instruksi Read N Words [9]
 

Tabel II.5 Instruksi Write Bit [9]

Tabel II.6 Instruksi Write Word [9]

I-29

 
  II-30

 
Tabel II.7 Instruksi Write N Bits [9]
 

Tabel II.8 Instruksi Write N Words [9]

II.6.3. Topologi Star


Jaringan komputer berfungsi untuk menghubungkan 2 komputer atau lebih.
Dalam implementasinya ada beberapa topologi jaringan yang digunakan.
Topologi jaringan sendiri adalah suatu cara / konsep yang digunakan untuk
menghubungkan dua komputer atau lebih, berdasarkan hubungan geometris antara
unsur-unsur dasar penyusun jaringan, yaitu node, link, dan station. Topologi ini
memiliki node inti/tengah yang disambungkan ke node lainnya. Penulis pada tugas

I-30

 
  II-31

 
akhir ini memakai jaringan komunikasi topologi star. Gambar II.13. berikut ini
 
memperlihatkan topologi star.
 

 
Gambar II.14. Topologi Star.[32]
 
Topologi Star mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan
toplogi lainnya. Beberapa karakteristik topologi star adalah:
1) Setiap node berkomunikasi langsung dengan konsentrator (HUB).
2) Bila setiap paket data yang masuk ke konsentrator (HUB) kemudian di-
broadcast keseluruh node yang terhubung sangat banyak (misalnya
memakai hub 32 port), maka kinerja jaringan akan semakin turun.
3) Sangat mudah dikembangkan.
4) Jika salah satu ethernet card rusak, atau salah satu kabel pada terminal
putus, maka keseluruhan jaringan masih tetap bisa berkomunikasi atau
tidak terjadi down pada jaringan keseluruhan tersebut.
5) Tipe kabel yang digunakan umunya jenis UTP.

Topologi ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan topologi lainnya.


Kelebihan topologi star di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Cukup mudah untuk mengubah dan menambah komputer ke dalam
jaringan yang menggunakan topologi star tanpa mengganggu aktvitas
jaringan yang sedang berlangsung.
2) Apabila satu komputer yang mengalami kerusakan dalam jaringan maka
komputer tersebut tidak akan membuat mati seluruh jaringan star.
3) Kita dapat menggunakan beberapa tipe kabel di dalam jaringan yang
sama dengan hub yang dapat mengakomodasi tipe kabel yang berbeda.
I-31

 
  II-32

 
Terlepas dari beberapa kelebihan tersebut, topologi star juga mempunyai
 
beberapa kekurangan. Kekurangan topologi ini yaitu:
  1) Memiliki satu titik kesalahan, terletak pada hub. Jika hub pusat
  mengalami kegagalan, maka seluruh jaringan akan gagal untuk

  beroperasi.
2) Membutuhkan lebih banyak kabel karena semua kabel jaringan harus
 
ditarik ke satu central point, jadi lebih banyak membutuhkan lebih
 
banyak kabel daripada topologi jaringan yang lain.
  3) Jumlah terminal terbatas, tergantung dari port yang ada pada hub.
  4) Lalulintas data yang padat dapat menyebabkan jaringan bekerja
lebih lambat.
 

II.7. Human Machine Interface (HMI)


Human Machine Interface (HMI) adalah sistem yang menghubungkan
antara manusia dan teknologi mesin. HMI dapat berupa pengendali dan visualisasi
status manual ataupun melalui visualisasi komputer. Sistem HMI biasanya bekerja
secara online dan real-time dengan membaca data yang dikirimkan melalui input-
output port yang terhubung pada kontroller.

Gambar II. 15 Tampilan HMI pada Wonderware intouch

HMI dalam_industri manufaktur berupa suatu tampilan Graphic User


Interface (GUI) pada tampilan layar komputer yang akan dihadapi oleh operator
mesin maupun pengguna yang membutuhkan data kerja dari suatu mesin. Tampilan
I-32

 
  II-33

 
HMI memberikan suatu gambaran_kondisi mesin yang berupa peta mesin produksi
 
yang dapat dilihat ketika mesin sedang aktif. Pada HMI juga
  terdapat_fungsiMuntuk_mengendalikan mesin berupa slider dan switch.
  Secara umum HMI memiliki fungsi-fungsi seperti berikut [34]:
1.  Setting, yaitu mengubah nilai batas dari suatu paramater input atau menentukan
kondisi output berdasarkan nilai input yang diperoleh.
 
2. Monitoring, yaitu mengawasi kondisi plant secara real time. Tampilan kondisi
 
plant berdasarkan hasil pembacaan input dan output dari proses yang sedang
 berlangsung pada plant.

3.  Data Logging & Storage, yaitu pengambilan dan penyimpanan data dalam suatu
koleksi data. Pada umumnya data dapat berupa data pengukuran.
 
4. Alarm History, yaitu menyimpan kondisi alarm sehingga dapat diketahui alasan
terjadinya penyimpangan dalam sistem.
5. Trending, yaitu suatu istilah untuk penampilan grafik dari sebuah proses,
misalnya grafik proses kenaikan dan penurunan suhu, serta dapat dilihat secara
online, real time atau historis.

I-33

 
  II-34

I-34

Anda mungkin juga menyukai