INDA SAFITRI
(P07524417016)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di Indonesia lebih tinggi dibanding prevalensi stunting di dunia. Berikut ini adalah
data prevalensi stunting di dunia. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta
balita di dunia mengalami stunting. Namun angka ini sudah mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Pada
tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%)
sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita
stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan
proporsi paling sedikit (0,9%) di Asia Tengah dan Indonesia termasuk ke dalam
prevalensi balita gizi buruk dan kurang di Sumatera Utara pada tahun 2018
permasalahan terkait gizi lebih untuk balita sebesar 4,03% dan pada baduta
sebesar 4,87%. Dengan angka prevalensi sebesar 19,67% prevalensi gizi kurang
dan gizi buruk di Sumatera Utara masih termasuk dalam kategori medium namun
mendekati tinggi (standar WHO; 5-9% rendah, 10-19% medium, 20-39% tinggi,
>40% sangat tinggi). Namun bila dibandingkan dengan data rutin yang diperoleh
dari profil kesehatan kabupaten/kota dan Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
menyatakan bahwa persentase balita gizi kurang (BB/U) di Sumatera Utara hanya
sebesar 1,66%. Gizi kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang
mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin, dan
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2018 Gizi kurang dan
gizi buruk merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang
buruk pada balita usia 0-23 bulan di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan persentase
gizi kurang adalah 11,4%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil
tahun 2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita usia 0-23 bulan sebesar 3,5%
dan persentase gizi kurang sebesar 11,3%. Kurang gizi juga berdampak pada
menurunnya daya tahan tubuh sehingga sikecil rentan terkena beragam penyakit.
sebanyak (0,36% balita kurus) dan sebanyak (0,44% balita pendek). Kabupaten
Deli Serdang termasuk 6 Kabupaten terendah peresentase sekitar (0,70%)yang
pengaruh buah pepaya bangkok terhadap peningkatan berat badan Balita usia 2-5
tahun di PAUD Islami TPA Muthia dan TPA Bhakti Anak Indonesia (BAI)
“Pengaruh Jus Buah Pepaya Terhadap Peningkatan Berat Badan Usia 2-5
B. Rumusan Masalah
adalah : “Apakah ada pengaruh jus buah pepaya terhadap peningkatan berat
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui LILA usia 2-5 tahun sebelum dan sesudah diberikan
3. Untuk mengetahui tinggi badan sebelum dan sesudah diberikan jus buah
D. Manfaat Penelitian
badan.
1. Bagi Peneliti
pengaruh jus buah pepaya terhadap peningkatan berat badan usia 2-5
tahun.
2. Bagi institusi
medan dan bahan bacaan tentang pengaruh jus buah pepaya terhadap
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian penelitian
di PAUD penelitian
Islami Tpa
Muthia dan
TPA
BHAKTI
Anak
Indonesia
(BAI)
Ambarketa
wang
Gamping
Sleman
Yogyakarta
tahun sampling
diwilayah (purposive
kerja sampling)
puskesmas 5. Variabel
kuranji penelitian