Anda di halaman 1dari 8

TUGAS HUKUM, HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI

PELAKSANAAN DEMOKRASI DAN PERLINDUNGAN HAM


PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL, DEMOKRASI TERPIMPIN, DAN
DEMOKRASI PANCASILA DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum, HAM dan Demokrasi

Dosen Pengampu :

1. Moh. Aris Munandar, S.Sos.,MM.


2. Fredy Hermanto, S.Pd., M.Pd.
3. Asep Ginanjar, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Satrio Awal Handoko


3601414049

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016
1. Periode 1908-1945

Konsep pemikiran HAM telah dikenal oleh Bangsa Indonesia terutama


sejak tahun 1908 lahirnya Budi Utomo, yakni di tahun mulai timbulnya kesadaran
akan pentingnya pembentukan suatu negara bangsa. Konsep HAM yang
mengemuka adalah konsep-konsep mengenai hak atas kemerdekaan, dalam arti
hak sebagai bangsa merdeka yang bebas menentukan nasib. Namun HAM bidang
sipil, seperti hak bebas dari diskriminasi dalam segala bentuknya dan hak untuk
mengeluarkan pikiran dan pendapat mulai juga diperbincangkan. Bahkan konsep
mengenai hak untuk turut serta dalam pemerintahan telah dikemukakan oleh Budi
Utomo.

Perkembangan HAM di Indonesia selanjutnya tumbuh seiring dengan


kemunculan berbagai organisasi pergerakan yang intinya sebagaimana
diperjuangkan oleh Perhimpunan Indonesia yaitu hak menentukan nasib sendiri.
Pada masa-masa selanjutnya, pemikiran tentang demokrasi asli Bangsa Indonesia
yang antara lain dikemukakan Hatta, makin memperkuat anggapan bahwa HAM
telah dikenal dan bukanlah hal baru bagi Bangsa Indonesia. Perkembangan
pemikiran HAM mengalami masa-masa penting manakala terjadi perdebatan
tentang Rancangan UUD oleh BPUPKI.

Supomo mengemukakan bahwa HAM berasal dari cara berpikir yang


liberal dan individualistik yang menempatkan warga negara berhadapan dengan
negara, dan karena itu, paham HAM tidak sesuai dengan “ide integralistik dari
Bangsa Indonesia”. Menurut Supomo manusia Indonesia menyatu dengan
negaranya dan karena itu tidak masuk akal mau melindungi individu dari negara.
Debat ini muncul kembali pada pertengahan Juli 1945. Sukarno mengemukakan
bahwa keadilan yang diperjuangkan bagi Bangsa Indonesia bukanlah keadilan
individual, melainkan keadilan sosial dan karena itu HAM dan hak-hak dasar
warga negara tidak pada tempatnya dalam UUD. Sebaliknya, Muhammad Hatta
dan Muhammad Yamin memperingatkan bahwa bisa saja negara menjadi negara
kekuasaan dan karena itu hak-hak dasar warga negara perlu dijamin. Akhirnya
tercapailah Pasal 28 UUD 1945, dimana hak-hak dasar demokratis seperti hak
untuk berserikat dan berkumpul dan untuk menyampaikan pendapat diatur. 88
Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum Hak
asasi barulah mendapatkan tempat yang penting utamanya pada masa KRIS 1949
dan UUDS 1950, karena kedua UUD atau konstitusi itu memuat HAM secara
terperinci. Hal itu disebabkan KRIS 1949 dibuat setelah lahirnya Declaration of
Human Right 1948, sedangkan UUDS 1950 adalah perubahan dari KRIS 1949
melalui UU Federal No. 7 tahun 1950.

2. Periode 1950- 1959 (Demokrasi Liberal dan Terpimpin)

Meskipun usia RIS relatif singkat, yaitu dari tanggal 27 Desember 1949
sampai 17 Agustus 1950, namun baik sistem kepartaian multi partai maupun
sistem pemerintahan parlementer yang dicanangkan pada kurun waktu pertama
berlakunya UUD 1945, masih berlanjut. Kedua sistem yang menumbuh
kembangkan sistem politik demokrasi liberal/parlementer tersebut semakin
berlanjut setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan berlakunya
UUDS 1950 pada periode 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959. bahkan pada periode ini
suasana kebebasan yang menjadi semanggat demokrasi liberal sangat ditenggang,
sehingga dapat dikatakan bahwa baik pemikiran maupun aktualisasi HAM pada
periode ini mengalami peningkatan. Karena:

1. semakin banyaknya tumbuh partai politik dengan beragam ideologinya


masing-masing.
2. Kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul menikmati
kebebasannya.
3. Pemilihan Umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam
suasana kebebasan, fair dan demokratis.
4. Parlemen atau Dewan perwakilan rakyat sebagai representasi dari
kedaulatan rakyat menunjukan kinerja dan kelasnya sebagai wakil-wakil
rakyat dengan melakukan kontrol atau pengawasan.
5. Wacana dan pemikiran tentang HAM memperoleh iklim yang kondusif.
Satu hal yang penting adalah bahwa semua partai, dengan pandangan
ideologis yang berbeda-beda, sepakat bahwa HAM harus dimasukan ke dalam bab
khusus yang mempunyai kedudukan sentral dalam batang tubuh UUD.

Masa Demokrasi Liberal (1950 – 1959)


Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau
berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa
demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik. Namun demikian praktek demokrasi pada
masa ini dinilai gagal disebabkan karena dominannya partai politik, landasan
sosial ekonomi yang masih lemah dan tidak mampunya konstituante bersidang
untuk mengganti UUDS 1950. Atas dasar kegagalan itu maka Presiden
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
a. Bubarkan konstituante
b. Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
c. Pembentukan MPRS dan DPAS

Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)


Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara
gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang


dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Selama pelaksanaan demokrasi terpimpin kecenderungan semua keputusan


hanya ada pada pemimpin besar revolusi Ir. Soekarno. Hal ini menyebabkan
rusaknya tatanan kekuasaan negara, misalnya DPR dapat dibubarkan, Ketua
MA, MPRS menjadi Menko, pemimpin partai banyak yang ditangkapi.

3. Periode 1959-1966

Memasuki periode kedua berlakunya UUD 1945 yaitu sejak


dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, gagasan atau konsepsi Presiden
Soekarno mengenai demokrasi terpimpin dilihat dari sistem politik yang berlaku
yang berada di bawah kontrol/kendali Presiden. Dalam perspektif pemikiran
HAM, terutama hak sipil dan politik, sistem politik demokrasi terpimpin tidak
memberikan keleluasaan ataupun menenggang adanya kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan. Di bawah naungan
demokrasi terpimpin, pemikiran tentang HAM dihadapkan pada restriksi atau
pembatasan yang ketat oleh kekuasaan, sehingga mengalami kemunduran (set
back) sebagai sesuatu yang berbanding terbalik dengan situasi pada masa
Demokrasi Parlementer.

4. Periode 1966-1998 (Demokrasi Pancasila)

Pada masa orde baru, demokrasi yang berkembang adalah demokrasi


Pancasila sesuai dengan pembukaan UUD 1945 Alinea keempat. Ciri umum
demokrasi pancasila antara lain yaitu mengutamakan musyawarah untuk mufakat,
mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Namun, pelaksanaan
demokrasi pancasila masih belum sesuai dengan jiwa dan semangat ciri-ciri
umum. Kekuasaan presiden begitu dominan bak dalam suprastruktur politik
maupun infrastruktur politik. Banyak terjadi manipulasi politik KKN yang telah
membudaya. Ini mengakibatkan negara Indonesia terjerumus dalam berbagai
krisis yang berkepanjangan.
Pemberontakan G30S/PKI tanggal 30 September 1966 yang diikuti dengan
situasi chaos mengantarkan Indonesia kembali mengalami masa kelam kehidupan
berbangsa. Presiden Soekarno mengeluarkan Supersemar yang dijadikan landasan
hukum bagi Soeharto untuk mengamankan Indonesia. Masyarakat Indonesia
dihadapkan kembali pada situasi dan keadaan dimana HAM tidak dilindungi. Hal
ini disebabkan oleh pemikiran para elite kekuasaan terhadap HAM. Umumnya era
ini ditandai oleh pemikiran HAM adalah produk barat. Pada saat yang sama
Indonesia sedang memacu pembangunan ekonomi dengan mengunakan slogan
“pembangunan” sehingga segala upaya pemajuan dan perlindungan HAM
dianggap sebagai penghambat pembangunan. Hal ini tercermin dari berbagai
produk hukum yang dikeluarkan pada periode ini, yang pada umumnya bersifat
restriktif terhadap HAM. Pada pihak lain, masyarakat umumnya diwakili LSM
dan kalangan akademisi berpandangan bahwa HAM adalah universal. Keadaan
minimnya penghormatan dan perlindungan HAM ini mencapai titik nadir pada
tahun 1998 yang ditandai oleh turunnya Soeharto sebagai Presiden.

5. Tahun 1998-sekarang

Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998 memberikan dampak


yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat
ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru
yang beralwanan dengan pemjuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan
penyusunan peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan
pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di
Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan
ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM
diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap
yaitu tahap status penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. pada
tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan perundang – undangan
tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara ( Undang – undang Dasar
1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ), Undang – undang (UU), peraturan
pemerintah dan ketentuan perundang – undangam lainnya.
Penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Indonesia tengah disorot oleh
dunia internasional. Desakan, tawaran bantuan teknis maupun kritikan telah
dilontarkan oleh pihak luar,negara dan badan-badan internasional. Desakan
terkuat tertuju pada percepatan penyelesaian kasus pelanggaran HAM Timor-
timor. Walaupun UUD 1945 telah mengaturnya, namun kesadaran akan
pentingnya penegakan HAM tumbuh di saat tumbangnya rezim otoriter. Masa
transisi saat ini, telah memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada para
pejuang HAM. Komnas HAM telah dibentuk dimasa pemerintahan Soeharto,
namun dalam era reformasi ini kiprahnya terlihat lebih maksimal.
Banyak permasalahan muncul dalam proses penegakan HAM saat ini.
Permasalahan itu timbul disebabkan oleh Pengetahuan dan pengalaman yang
terbatas tentang HAM, baik pada Lembaga-lembaga Negara, maupun masyarakat.
Pengetahuan yang terbatas menyebabkan pembentukan dan pelaksanaan peraturan
perundangan menjadi kurang dapat menjamin keadilan dan kepastian hukum.
Intepretasi yang berbeda-beda terhadap peraturan perundangan menjadi topik
sehari-hari.
Pada masa reformasi, Aspinall (2004) mengatakan bahwa Indonesia
sedang mengalami saat yang demokratis. Inisiatif politik yang dimotori oleh
Amien Rais mendorong reformasi terus bergulir. Reformasi yang gegap gempita
tersebut memberikan secercah harapan akan munculnya tata kehidupan yang
benar-benar demokratis, yang ditandai dengan booming munculnya banyak parpol
baru, kebebasan berserikat, kemerdekaan berpendapat, kebebasan pers, dan
sebagainya, yang merupakan ciri-ciri demokrasi. Muncul tuntutan-tuntutan
terhadap reformasi politik karena adanya optimisme perbaikan implementasi
demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Irmansyah, Rizky Ariestandi. 2013. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulistyo, Hermawan. 2000. Palu Arit di Ladang Tebu: Pembantaian Massal yang
Terlupakan. Jakarta : Gramedia.

Jurnal

Khairazi, Fauzan. 2015. Implementasi Demokrasi Hak Asasi Manusia. Jurnal


Inovatif, volume 8 Tahun Januari : hlm 72-93.

Endri. 2014. Implementasi Pengaturan Perlindungan Hak Asasi Manusia Di


Indonesia. Jurnal Selat. vol 2 Tahun Januari : hlm 182-186

Kustianti, Retno. Sejarah Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Kaitannya


Dengan Konsepsi Negara Hukum.

Website

http://www.slideshare.net/avandiliakireina/presentasi-demokrasi-dn-ham (diunduh
pada hari Selasa, 8 November 2016 pukul 19.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai