Anda di halaman 1dari 25

Pertemuan ke-6

NONI RAHAYU PUTRI, M. FARM, APT

L/O/G/O

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG -nrp-
2020
PENGERTIAN

Mikroemulsi adalah Sistem emulsi isotropik yang


homogen, transparan, stabil secara termodinamika
dan merupakan dispersi minyak air yang
distabilkan oleh surfaktan, biasanya
dikombinasikan dengan co-surfaktan.

-nrp-
Dispersi transparan yang terdiri dari :

Minyak

Surfaktan

Ko - Surfaktan

Air
-nrp-
Keuntungan & Kerugian

Keuntungan Kerugian

Meningkatkan laju Penggunaan surfaktan & ko


penyerapan obat surfaktan dlm konsentrasi
besar untuk menstabilkan
tetesan mikro

Menutupi rasa minyak Kapasitas kelarutan


terbatas utk bahan dgn titik
leleh tinggi
Membantu dalam Stabilitas mikroemulsi
melarutkan obat-obat dipengaruhi oleh
lipofilik lingkungan (suhu, pH)
-nrp-
1. Memperbaiki kelarutan obat

2. Masa simpan lama

3. Mudah dalam pembuatannya

4. Meningkatkan bioavailabilitas

-nrp-
1. Sifat Surfaktan

2. Sifat Fase Minyak

3. Jumlah partikel (konsentrasi)

4. Suhu

5. Sifat Ko - Surfaktan
-nrp-
Emulsi vs Mikroemulsi

-nrp-
-nrp-
Emulsi vs Mikroemulsi
TIPE Mikroemulsi

• Tetesan minyak terdispersi dalam fase air


Mikroemulsi (kontinu) yang distabilkan oleh kombinasi
m/a surfaktan & ko-surfaktan

• Tetesan air terdispersi dalam fase minyak


Mikroemulsi (kontinu) yang distabilkan oleh kombinasi
a/m surfaktan & ko-surfaktan

• Tetesan minyak dan air terdispersi dalam


Mikroemulsi sistem yang distabilkan oleh kombinasi
bi-kontinu surfaktan & ko-surfaktan -nrp-
• Sodium lauril • Ammonium
sulfat kuartener
• Contoh : ????

anionik kationik

Non-
amfoter
ionik

• Sulfobetain • Polisorbat
-nrp-
• Contoh : ???
-nrp-
Surfaktan yang dipilih harus mampu menurunkan tegangan
antarmuka ke nilai yang sangat kecil untuk memfasilitasi proses
dispersi selama pembuatan mikroemulsi dan membentuk film
yang fleksibel yang siap berubah bentuk disekitar tetesan.

 Surfaktan dengan nilai HLB yang rendah, lebih cocok untuk


formulasi mikroemulsi tipe a/m, sedangkan surfaktan dengan
nilai HLB tinggi (>12) lebih cocok untuk formulasi
mikroemulsi tipe m/a.

 Surfaktan yang memiliki HLB > 20, membutuhkan


kehadiran ko-surfaktan untuk pembentukan emulsi.

Katiyar et al, 2013

-nrp-
 semakin tinggi nilai HLB  semakin polar
 semakin hidrofilik
Cth : derivat polioksietilen

 semakin rendah nilai HLB  semakin


non polar  semakin lipofilik
Cth : ester sorbitan

-nrp-
 Tujuan : mengurangi antarmuka air – minyak dan
memungkinkan terbentuknya formulasi
spontan dari mikroemulsi.

 umumnya ko surfaktan yang digunakan memiliki


nilai HLB 10 -14.
Seperti : etanol, heksanol, pentanol, propilen glikol.

-nrp-
 Kebanyakan surfaktan rantai tunggal tidak mampu
menurunkan tegangan permukaan secara
maksimal membentuk mikroemulsi.

 Kehadiran ko-surfaktan memungkinkan film


antarmuka cukup fleksibel dalam pembentukan
Mikroemulsi.

-nrp-
 Sifat fase dari sistem mikroemulsi sederhana yang terdiri
dari minyak, air dan surfaktan dapat dipelajari dengan
“Diagram Fase Ternary”

-nrp-
PENYIAPAN MIKROEMULSI

A. Metode Titrasi Fase


 ( a/m )  minyak + surfaktan dilarutkan  dicampur
dengan air.
 ( m/a )  air + surfaktan dilarutkan  dicampur
dengan minyak

 Pencampuran sekaligus semua komponen.


 Urutan penambahan bahan dalam sistem menentukan
terbentuknya mikroemulsi.

-nrp-
PENYIAPAN MIKROEMULSI
B. Metode Inversi Fase
 Perubahan suhu akan membalikkan mikroemulsi tipe
m/a ke tipe a/m.

 Menggunakan non surfaktan :


Gol polioksietilen sangat sensitif thd suhu, dengan
meningkatnya suhu, polioksietilen akan kekurangan
oksigen.

 Untuk surfaktan ionik :


Meningkatnya suhu, meningkatkan tolakan
elektrolisis antara bag kepala surfaktan sehingga
menyebabkan pembalikkan film. -
nrp-
-nrp-
-nrp-
-nrp-
-nrp-
-nrp-
-nrp-
L/O/G/O
Thank You!
www.themegallery.com

-nrp-

Anda mungkin juga menyukai